Oleh :
FARMASI KLINIS
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Biofarmasetika
Perbedaan sifat fisiko kimia dari sediaan ditentukan oleh bentuk sediaan,
formulasi dan cara pembuatan, sedangkan perbedaan sifat fisiko kimia dari bahan
baku obat dapat berasal dari bentuk bahan baku dan ukuran partikel. Ilmu
biofarmasetika melihat bentuk sediaan obat sebagai “drug delivery system’ yang
mengangkut pelepasan obat berkhasiat dari sediaannya, absorpsi dari obat
berkhasiat yang sudah dilepaskan, distribusi obat yang diabsropsi oleh cairan tubuh,
metanolisme obat dalam tubuh serta eliminasi obat dari tubuh. Sebelum obat yang
diberikan pada pasien sampai pada tujuannya yaitu tempat kerja atau target site,
obatharus mengalami 3 fase yaitu fase biofarmasi, fase famakodinamik, dan fase
farmakokinetika.
B. Farmakokinetika
a. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses pengambilan obat dari permukaan tubuh atau dari
tempat-tempat tertentu dalam organ dalam ke dalam aliran darah. Factor-faktor
seperti luas permukan dinding usus, kecepatan pengosongan lambung,
pergerakan saluran cerna, dan aliran darah ketempat absorpsi dapat
mempengaruhi laju dan jumlah absorpsi obat yang diabsorpsi oleh tubuh
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu formulasi, stabilitas obat terhadap asam
lambung, enzim pencernaan dan makanan.
b. Distribusi
Distribusi obat ke seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sirkulasi.
Berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh, distribusi obat dibedakan menjadi
2 fase. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ
yang berfungsi sangat baik misalnya jantung, hati, dan otak. Selanjutnya
distribusi fase kedua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan otot, visera, kulit
dan jaringan lemak.
c. Metabolism dan ekskresi
Sebelum dikeluarkan dari tubuh, obat mengalami proses metabolism
(biotransformasi) terlebih dahulu. Biotransformasi atau metabolism obat
adalah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan
dikatalisis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar
artinya lebih mudah larut dalam air sehingga lebi mudah diekresikan melalui
ginjal. Selanjutnya, pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga
biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat.
C. Model Farmakokinetik
Penelitian farmakokinetik suatu zat aktif merupakan penelitian identifikasi
dan penetapan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu sehingga dapat
menggambarkan mpdel matematik. Model tersebut dapat berupa model satu
kompartemen atau multi kompartemen yang sangat tergantung pada proses yang
dialami zat aktif selama dalam tubuh.
a. Model satu kompartemen terbuka
Pada model satu kompartemen terbuka, obat hanya dapat memasuki darah dan
mempunyai volume distribusi kecil, atau juga dapat memasuki cairan ektra sel
atau bahkan menembus sehingga menghasilkan volume distribusi yang besar.
Pada model satu kompartemen terbuka terlihat seolah olah tidak ada fase
distribusi, al ini disebabkan distribusinya berlangsung cepat. Persamaan yang
terkait dengan model ini adalah :
Cp = Cp0 .eke.t (untuk rute intravena)
Cp = B.eka.t – A.e-α.t (untuk rute oral)
Keterangan :
Cp = konsentrasi obat dalam plasma pada waktu t
Cp0 = konsentrasi obat dalam plasma pada waktu t = 0
Ke = konstanta kecepatan eliminasi dari kompartemen pusat
Ka = konstanta kecepatan absropsi
α = konstanta kecepatan eliminasi
A = nilai perpotongan garis regresi di sumbu y dari fase residual
B = nilai perpotongan garis regresi di sumbu y dari fase absorpsi
Keterangan :
Cp = konsentrasi obat dalam plasma pada waktu t
α = konstanta laju reaksi untuk fase distribusi
β = konstanta laju reaksi untuk fase eliminasi
A = perpanjangan y-axis ekstrapolasi fase distribusi
B = perpanjangan y-axis ekstrapolasi fase eliminasi
Ka = Konstana kecepatan absorpsi
C =A+B
BAB II
PARAMETER FARMAKOKINETIKA
1. Parameter pokok
a. Tetapan kecepatan absorpsi ( Ka)
Tetapan kecepatan absorpsi menggambarkan kecepatan absorpsi, yaitu
masuknya obat ke dalam sirkulasi sistemik dari absorpsinya (saluran cerna
pada pemberian oral, jaringan otot pada pemberian intramuscular).
b. Cl (Klirens)
Klirens adalah volume darah yang dibersihkan dari kandungan obat per satuan
waktu.
c. Volume distribusi (Vd)
Volume distribusi adalah volume yang menunjukkan distribusi obat.
2. Parameter sekunder
a. Waktu paro eliminasi (t1/2)
Waktu paro adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah juumlah obat di
dalam tubuh menjadi seperua selama eliminasi ( atau selama infus yang
konstan).
b. Tetapan kecepatan eliminasi (Ke)
Kecepatan eliminasi adalah fraksi obat yang ada pada suatu waktu yang akan
tereliminasi dalam satu satuan waktu. Tetapan kecepatan eliminasi
menunjukkan laju penurunan kadar obat setelah proses kinetik mencapai
keseimbangan.
3. Parameter turunan
a. Waktu mencapai kadar puncak (tmax)
Nilai ini menunjukkan kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai
puncak.
b. Kadar puncak (Cpmax)
Kadar puncak adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah atau serum
plasma.
c. Luas daerah di bawah kurva kadar obat dalam sirkulasi sistemik terhadap
waktu (AUC)
Nilai ini menggambahkan derajat absorpsi, yakni berapa banyak obat
diabsorpsi dari sejumlah dosis yang diberikan. Area dibawah kurva
konsentrasi-waktu (AUC) berguba sebagai ukuran dari jumlah total obat yang
utuh tidak berubah yang mencapai sirkulasi sistemik.
C1 = konsentrasi
pertama
Konstanta Ke = -Slope x 2,303 C2 = konsentrasi
eliminasi log(𝐶1)−log(𝐶2) Jam-1
Slope = kedua
(Ke) 𝑡1−𝑡2
t1 = waktu pertama
t2 = waktu kedua
0,693 Ke = konstanta
t1/2 eliminasi T1/2 = Jam
𝐾𝑒 eliminasi
Ke = konstanta
eliminasi
Klirens (Cl) Cl = Ke x Vd L jam-1
Vd = Volume
distribusi
C1 = konsentrasi
pertama
(𝐶𝑝1+𝐶𝑝2) 𝑥 (𝑡1−𝑡2) mg/L C2 = konsentrasi
AUC AUC = 2 jam kedua
t1 = waktu pertama
t2 = waktu kedua
Ka = Konstanta
𝐾𝑎
2,3 𝑥 log( ) absorpsi
tmax Tmax = 𝐾𝑒 Jam
𝐾𝑎 𝑥 𝐾𝑒 Ke = Konstanta
eliminasi
F = bioavaibilitas
D = dosis
Vd = volume
𝐹.𝐾𝑎.𝐷 distribusi
Cpmax (e-Ke.tmax –e-Ka.tmax) mg/L
𝑉𝑑 (𝐾𝑎−𝐾𝑒) Ke = konstanta
eliminasi
Ka = konstanta
absorpsi
BAB III
KAJIAN OBAT
A. Amoxicillin
B. Furosemid
Tabel 3.2 Parameter Farmakokinetik Furosemid
Drug Furosemid
C. Cefadroxil