Anda di halaman 1dari 38

UJI KUALITAS CAT MODIFIKASI EPOKSI-POLIURETAN

DIBANDINGKAN DENGAN CAT STANDAR PRODUK

SEBAGAI PAINT SYSTEM

DI PT SIGMA UTAMA

FIRMANSYAH ADE PUTRA

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI

POLITEKNIK AKA BOGOR

BOGOR

2018
PENDAHULUAN

Industri cat merupakan salah satu sektor industry yang terus berkembang
seiring perkembangan zaman. Para pelaku industri cat di Indonesia terus berlomba-
lomba menciptakan produk cat berkualitas tinggi namun tetap terjangkau oleh
masyarakat. PT Sigma Utama merupakan salah satu industri cat yang berdiri dan
berkembang di Indonesia. PT Sigma Utama merupakan perusahaan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang memproduksi berbagai macam cat dengan kualitas,
mutu, dan ketahanan yang baik.

Laboratorium Research and Development (R&D) PT Sigma Utama


melakukan riset dan pengembangan dengan cara merekomposisi formula cat yang
sudah ada yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk cat yang dihasilkan.
Adapun tujuan lain yang diharapkan yaitu untuk menekan biaya produksi yang
dibutuhkan untuk membuat cat sehingga dapat dihasilkan suatu cat berkualitas
tinggi namun low cost. Cat yang diperoleh dari hasil riset dan pengembangan ini
biasa disebut dengan cat modifikasi yang memiliki komposisi formula yang
berbeda dengan cat standar produk perusahaan, sehingga perlu dilakukan suatu
pengujian untuk mengetahui kualitas dari cat modifikasi yang dihasilkan agar tetap
sesuai dengan mutu yang diharapkan perusahaan.

Pengujian dilakukan dengan cara melapiskan cat pada suatu substrat sebagai
paint system. Paint system sendiri merupakan suatu sistem pelapisan cat dengan
cara melapisi substrat yang dikehendaki menggunakan dua atau lebih jenis cat yang
berbeda untuk memperoleh ketahanan lapisan cat yang lebih lama. Cat jenis epoksi
digunakan sebagai lapisan primer dan cat jenis poliuretan digunakan sebagai
lapisan akhir (finish) pada kedua jenis cat baik cat modifikasi maupun cat standar
produk.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari cat modifikasi dan
cat standar produk epoksi-poliuretan sebagai paint system di PT Sigma Utama.
Adapun hasil yang diperoleh dibandingkan dengan standar perusahaan dengan
menggunakan metode yang mengacu pada American Society for Testing and
Material (ASTM).
TINJAUAN PUSTAKA

Cat

Definisi Cat

Cat adalah suatu produk suatu produk yang digunakan untuk melindungi
dan memberikan warna pada suatu objek atau permukaan dengan melapisinya
dengan lapisan berpigmen. Cat didefinisikan sebagai tebaran koloid dari pigmen
dalam sarana (resin dan pelarut), dengan demikian sifat cat sangat tergantung pada
ukuran partikel dan permukaan pigmen (KURNIAWAN, 2013). Menurut
RAHMAN & MULANA (2014), cat dapat didefinisikan sebagai suatu cairan yang
dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan memperindah,
memperkuat, atau melindungi bahan tersebut. Setelah dilapisi pada permukaan dan
permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan tipis yang melekat kuat
pada permukaan tersebut.

Cat dapat digunakan pada hampir semua objek, antara lain utuk
menghasilkan karya seni (oleh pelukis untuk membuat lukisan), salutan industry
(industrial coating), bantuan pengemudi (marka jalan), atau pengawet (untuk
mencegah korosi atau kerusakan oleh air). Cat dapat digunakan sebagai pelapis
permukaan yang berfungsi untuk melindungi benda seperti besi, seng, kayu, dan
tembok dengan membentuk lapisan tipis (KURNIAWAN, 2013).

Fungsi Cat

Terdapat dua tujuan utama penggunaan cat. Tujuan yang pertama adalah
sebagai aspek dekoratif, yaitu untuk memperindah suatu objek dan mempertinggi
nilai dari segi penampilan objek tersebut. Tujuan kedua adalah kemudahan dari segi
ekonomis untuk melindungi suatu objek dari factor lingkungan seperti sinar
matahari, perubahan suhu, udara, dan factor cuaca (TANK, 1991).

Klasifikasi Cat

Berdasarkan klasifikasinya cat terbagi menjadi dua golongan utama, yaitu


cat berbasis pelarut (solvent-based coatings) dan cat berbasis air (water-based
coatings). Cat berbasis pelarut yaitu cat yang bahannya larut dalam pelarut organik,
contohnya adalah cat minyak (oil paints). Sedangkan cat berbasis air yaitu cat yang
bahannya larut dalam air, contohnya adalah cat air (water paints) yang umumnya
digunakan sebagai cat dinding (DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN, 1995).

Menurut BUILDING CONSTRUCTION AUTHORITY (2008),


dikarenakan jenisnya yang sangat beragam, maka cat diklasifikasikan dalam lima
kelompok seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Jenis Cat.

No. Klasifikasi Jenis Cat


1 Mekanisme pengeringan Cat kering udara atau cat stoving
2 Pelarut yang digunakan Water based atau solvent based
3 Fungsi Komponen Cat primer, undercoat, atau cat akhir
4 Komponen resin Epoksi, alkid, akrilik, atau poliuretan
5 Segmen Pasar Cat arsitektur, cat kapal, atau cat industri
(Sumber : BUILDING CONSTRUCTION AUTHORITY, 2008)

Menurut PUTRAMATARAM COATING INTERNASIONAL (2010),


berdasarkan metode pencampurannya, cat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
yaitu :

1. Cat satu komponen, yaitu cat yang penggunaannya hanya perlu tiner sebagai
pengencer. Contohnya adalah cat alkil dan vinil.
2. Cat dua komponen, yaitu cat yang dikemas menjadi dua bagian terpisah
sebagai base dan hardener. Contohnya adalah cat epoksi dan poliuretan.
3. Cat tiga komponen, yaitu cat yang dikemas sebagai base, hardener, dan
katalis. Contohnya adalah cat poliester.

Paint System

Paint System adalah suatu kombinasi lapisan-lapisan cat yang dibutuhkan


untuk satu permukaan, dimana permukaan tersebut membutuhkan perlakuan
berbeda. Beberapa lapisan cat ini bertujuan untuk memperkuat ketebalan lapisan
cat, mengurangi terjadinya korosi, dan melindungi dari pengaruh luar lainnya
seperti benturan, sinar matahari, dan bahan kimia (LAMBOURNE, 1999).

Menurut MORGANS (1990), lapisan cat dibagi menjadi lima bagian


berdasarkan tingkatannya saat aplikasi yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkatan Lapissan Cat saat Aplikasi


Tingkatan Lapisan Cat Fungsi
Pertama Primer Cat yang diaplikasikan pertama kali pada permukaan
substrat. Cat jenis ini memiliki sifat perlindungan
terhadap korosi dan memiliki daya rekat yang baik.
Kedua Sealer Dibutuhkan saat terjadi gejala absorbsi oleh medium cat
sehingga mengacaukan rasio pigmen dan resin dari cat
yang diaplikasikan akibat permukaan berpori.
Ketiga Sopped and Digunakan saat terdapat lubang atau gerigi yang dalam
filles dan untuk mengeringkan cat primer.
Keempat Undercoat Diaplikasikan diatas cat primer dan berpigmen
Kelima Finishing Diaplikasikan pada lapisan akhir permukaan benda yang
Coat di cat dan memberikan efek kilap.
(Sumber : MORGANS, 1990)
Bahan Baku Pembuatan Cat

Proses pembuatan cat menggunakan berbagai jenis bahan. Bahan-bahan


yang digunakan biasanya memiliki sifat dan fungsi tertentu, sehingga menghasilkn
cat yang dapat digunakan sebagai lapisan protektif (perlindungan) dan dekoratif
(keindahan) pada suatu substrat/media. Bahan baku utama yang digunakan pada
proses pembuatan cat di industry terbagi menjadi lima yaitu resin/binder, pigmen,
ekstender, aditif, dan pelarut.

Resin/Binder

Resin/binder adalah komponen pembentuk lapisan yang mengidentifikasi


cat. Berbagai jenis resin dan polimer (bahan yang akan mengalami reaksi untuk
membentuk resin) digunakan dalam cat. Formulasi bahan cat dan bahan kimia
tertentu yang digunakan dipengaruhi oleh kombinasi resin atau resin tertentu yang
digunakan (TALBERT, 2008).

Pemilihan resin yang akan digunakan dipengaruhi oleh beberapa factor,


salah satunya yaitu jenis aplikasi yang digunakan dan kondisi lingkungan sekitar.
Adapun sifat dari beberapa jenis resin yang umum digunakan dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3. Sifat Beberapa Jenis Resin


Modifikasi
Ketahanan Alkid Selulosa Epoksi
Alkid (Styrenated Akrilik Urethane
Terhadap Amino (Lacquer) Katalis
Alkid)
Exterior E E G E E G E
Salt Spray E G G E E E E
Alkali P F G G P E F
Pelarut
G E F F F E E
Alifatik
Pelarut
P P P P P G E
Keton
Fleksibilitas E G G E E F E
Benturan G E G E E G E
Panas G G G G P G G
Retensi
G G G E E F E
Warna
Retensi
E G F E G P E
Kilap
Keterangan : E = excellent; G = good; F = fair; P = poor

(Sumber : TALBERT, 2008)

Epoksi

Menurut WATKINS (2012) secara umum, resin epoksi dapat digolongkan


sebagai kelompok oligomer yang terdiri satu atau lebih gugus epoksida (oxyrane)
dalam satu molekul. Gugus epoksida dikenal juga sebagai gugus oksirana atau
etoksilina sebagaimana ditunjukan di bawah ini:

Secara komersial hampir semua resin epoksi berasal dari bisphenol A dan
epiklorohidrin dimana akan menghasilkan Diglycidyl ether bisphenol-A
(DGEBA) dalam suasana katalis basa (NaOH). Sifat-sifat resin DGEBA
bergantung pada nilai n, yang umum dikenal sebagai derajat polimerisasi dan
nilai n berkisar antara 0 sampai 25 pada banyak produk komersil.

Diglycidether Bisphenol A (DGEBA)


Dasar dari sistem cat epoksi adalah resin epoksi dan curing agent atau
hardener. Curing agent atau hardener adalah campuran zat yang mengendalikan
reaksi pematangan lapisan cat epoksi. Jenis curing agent yang banyak digunakan
adalah poliamina. Pemilihan curing agents sangat menentukan sifat akhir lapisan
cat epoksi diantaranya waktu kering.

Poliuretan

Poliuretan merupakan bahan polimer terdiri dari rantai organik yang


dihubungkan dengan gugus uretan (-RNHCOOR’-). Gugus uretan dihasilkan
melalui reaksi antara gugus isosianat (N=C=O) yang setidaknya ada dua gugus
fungsi isosianat dengan setidaknya ada dua gugus hidroksil (OH) . Reaksi
sebagai berikut :

Pada reaksi diatas terjadi pengalihan hidrogen dari gugus hidroksil ke


atom nitrogen pada gugus –NCO. Pembentukan resin poliuretan sangat penting
untuk memilih isosianat yang sesuai untuk bereaksi dengan poliol karena akan
menentukan hasil poliuretan yang terbentuk. Adapun pengaruh dari kedua gugus
ini, gugus isosianat berpengaruh pada kecepatan pengeringan sedangkan gugus
hidroksil berpengaruh terhadap sifat poliuretan itu sendiri contohnya kelenturan
(HAN & KOLESKE, 2012).

Pigmen

Pigmen adalah padatan partikulat yang terdispersi dalam cat untuk


memberikan karakteristik tertentu kepada mereka, termasuk warna, opasitas, daya
tahan, kekuatan mekanik, dan perlindungan korosi untuk substrat logam. Untuk
mencapai hasil yang diinginkan, pigmen harus memiliki sifat tertentu. Pigmen
mungkin bahan organik dan anorganik. Pigmen organik digunakan terutama untuk
tujuan dekoratif, sementara bahan anorganik secara tradisional telah ditambahkan
untuk sifat pelindung (TALBERT, 2008).
Menurut KURNIAWAN (2013), pigmen dapat dibagi menjadi dua yaitu
organik dan non organik. Pigmen non organik dibuat dari beberapa logam (oksida
logam) sedangkan pigmen organik dibuat dari bahan minyak bumi (carbon based).
Pigmen lebih jauh lagi dapat dibagi menjadi pigmen utama dan pigmen ekstender.
Pigmen utama memberikan cat sifat daya tutup dan warna, sedangkan pigmen
ekstender membantu memperkuat pigmen utama.

Ekstender

Ekstender adalah aditif cat yang tidak larut dalam resin/binder atau pelarut
(solvent) pada formula cat yang memberikan sedikit atau tidak sama sekali sifat
opasitas dan warna pada lapisan cat. Ekstender ditambahkan untuk memodifikasi
aliran serta sifat mekanis cat, serta permeabilitas, gloss, dan menyamaratakan
karakteristik dari lapisan cat (TALBERT, 2008).

Menurut LAMBOURNE (1999), banyak dari ekstender yang umum


digunakan adalah material yang terbentuk secara alamiah, yang bervariasi hingga
berbagai tingkatan sesuai dengan penggunaannya. Sementara itu, berbagai upaya
telah dilakukan untuk membuat ekstender lebih bervariasi dan memiliki banyak
jenis segi bentuk partikel, ukuran, dan ukuran distribusi dibanding pigmen utama.
Adapun daftar beberapa jenis ekstender anorganik dapat dilihat pada Tabel ….

Tabel 4. Beberapa Jenis Ekstender

Bahan Kimia Alam Jenis


Barium Sulphate Barytes
Blanc fixe
Calcium Carbonate Chalk
Calcite
Calcium sulphate Gypsum
Anhidrate
Silicate Silica, Clay, Talc, Mica
Sumber : LAMBOURNE, (1999)
Aditif

Sebagai tambahan selain bahan lainnya, suatu cat dapat mengandung satu
atau lebih aditif (zat tambahan) yang berfungsi untuk meningkatkan performansi
(KURNIAWAN, 2013).

Aditif adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam komposisi cat


dengan jumlah kecil untuk mencapai efek yang diinginkan. Jenis – jenis aditif dapat
diklasifikasikan berdasarkan efek yang ditimbulkan pada cat kering atau cair. Aditif
dapat mempengaruhi karakteristik bahan cat dan sifat lapisan cat yang sudah jadi.
Contoh beberapa sifat cat yang dapat dikaitkan dengan aditif cat antara lain
viskositas, dispersi pigmen, fleksibilitas, resistensi bakteri, dan lainnya
(TALBERT, 2008).

Pelarut

Pelarut digunakan dalam komposisi cat untuk dua tujuan utama, yang
pertama memungkinkan cat untuk dibuat dan yang kedua memungkinkan cat untuk
dapat diaplikasikan ke permukaan substrat (LAMBOURNE, 1999). Menurut
TALBERT (2008), pelarut adalah zat kimia yang melarutkan, menangguhkan, atau
mengekstraksi bahan lain, biasanya tanpa mengubah secara kimia baik pelarut atau
bahan lainnya.

Pelarut memiliki prinsip kerja “like dissolve like”. Oleh karena itu, agar
dapat bekerja, pelarut harus memiliki karakteristik kimia yang sama dengan zat
yang ingin dilarutkan. Air juga merupakan pelarut, yang diklasifikasikan sebagai
pelarut anorganik (tidak mengandung karbon) (TALBERT, 2008).

Proses Pembuatan Cat

Proses pembuatan cat dilakukan melalui beberapa proses, yaitu


pencampuran (pre-mixing), penghalusan (grinding), let-down, penyaringan
(filtering), pewarnaan (colour matching), dan pengemasan (packaging). Proses
pembuatan cat dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses Pembuatan Cat


(PT SIGMA UTAMA, 1990)
Pre-mixing adalah proses pencampuran awal bagian padat dari cat seperti
resin, pigmen dan ekstender yang didispersikan kelarutannya dengan tambahan
aditif yang sesuai, seperti dispersing agent dan wetting agent. Perlu diperhatikan
juga ketelitian dan keakuratan penimbangan bahan-bahan tersebut yang merupakan
faktor penting terhadap hasil akhir pembuatan cat.

Proses grinding atau penghalusan dilakukan dengan menghaluskan


partikel-partikel pigmen menggunakan mesin grinder agar ukuran partikel menjadi
lebih kecil dan diperoleh kehalusan serta warna yang diinginkan. Proses ini
merupakan salah satu tahap dispersi. Proses dispersi akan mendapatkan hasil
optimal jika beberapa prinsip dispersi terpenuhi, seperti kecepatan pengadukan,
bentuk cakram, diameter cakram, diameter cakram terhadap tangki , tinggi cakram
dari dasar tangki, diameter tangki, dan tinggi tangki. Jika kondisi ideal terpenuhi
maka akan terbentuk sebuah aliran yang menyerupai bentuk donat (doughnut
effect). Pada kondisi ini diperoleh proses dispersi yang optimal.

Proses selanjutnya adalah proses akhir yaitu let-down, penyaringan,


pewarnaan, hingga pengemasan. Proses ini cat diatur kekentalannya lalu
ditambahkan zat aditif, kemudian disaring untuk menyaring kotoran yang ada saat
pengadukan lalu warnanya dipilah-pilah sesuai jenisnya dan pada akhirnya dikemas
dalam kaleng sesuai ukuran awal yang dibuat.

Parameter Pengukuran Sifat Fisik Cat

Kualitas dan mutu cat dapat diketahui dengan melakukan pengujian pada
sifat-sifat dasar dan spesifik yang dimiliki cat. Sifat-sifat dasar ini umumnya
dimiliki oleh semua jenis cat, seperti daya rekat, viskositas, massa jenis, daya kilap,
daya tutup, dan lain-lain. Sedangkan sifat-sifat spesifik digunakan untuk fungsi-
fungsi tertentu cat, seperti ketahanan terhadap cuaca, ketahanan terhadap korosi,
kekerasan, kelenturan, ketahanan terhadap bahan kimia, dan lain-lain.

Menurut PT SIGMA UTAMA (1990), pengukuran sifat fisik cat dilakukan


untuk mengetahui apakah cat sudah memenuhi hasil yang diinginkan atau tidak.
Pengukuran sifat fisik cat dilakukan dalam keadaan cat basah maupun cat kering.
Beberapa parameter pengukuran sifat fisik cat, yaitu :

1. Viskositas
Viskositas adalah sifat cairan yang berhubungan dengan
kemudahannya untuk mengalir. Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk
mengukur kekentalan cat sebelum dikemas. Uji viskositas berpengaruh
pada kestabilan cat pada saat dikemas.
2. Massa jenis
Massa jenis menyatakan jumlah massa per satuan volume dari suatu
material pada temperatur tertentu. Massa jenis cat diukur menggunakan
cawan massa jenis (specific gravity cup). Massa jenis digunakan sebagai
acuan dalam penentuan komposisi volume suatu cat.
3. Daya kilap
Daya kilap adalah jumlah presentase sinar yang dipantulkan oleh
permukaan cat dibandingkan dengan sinar yang dijatuhkan pada permukaan
tersebut. Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk memastikan apakah cat
memiliki daya kilap yang sesuai dengan spesifikasi. Pengukuran daya kilap
menggunakan sudut pandang 60°. Posisi sudut padang yang digunakan pada
pengukuran daya kilap dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Posisi Sudut Pandang Pengukuran Daya Kilap


(Sumber : ASTM D 523, 1991)
4. Daya Tutup
Daya tutup merupakan kemampuan suatu cat untuk menutupi
permukaan substrat yang diaplikasikan. Semakin tinggi daya tutup suatu cat
maka semakin tipis lapisan (film) cat yang dibutuhkan untuk menutupi
permukaan substrat secara menyeluruh, demikian pula semakin rendah daya
tutup suatu cat maka akan semakin tebal lapisan (film) cat yang dibutuhkan
untuk menutupi permukaan substrat yang diaplikasikan.
5. Padatan Total
Padatan total merupakan suatu metode yang dilakukan untuk
mengetahui berapa besar presentase zat yang tersisa atau tidak menguap
setelah sampel dipanaskan pada suhu dan waktu tertentu. Pegukuran
dilakukan dengan pemanasan cat dalam oven pada suhu dan waktu tertentu.
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui penyimpangan komposisi
padatan dan pelarut yang disebabkan oleh penguapan akibat proses
pemanasan.
6. Waktu Kering
Waktu kering merupakan waktu yang dibutuhkan lapisan cat untuk
mengering setelah diaplikasikan. Waktu kering lapisan cat dipengaruhi
temperatur ruangan, sirkulasi udara, ketebalan cat, dan proses pengeringan
cat. Waktu kering yang diuji adalah waktu kering sentuh cat (touch dry).
7. Daya Rekat
Daya rekat adalah daya Tarik menarik antara cat dengan medianya.
Semakin besar daya rekat maka semakin kuat perekatan antara cat dengan
substrat. Pengukuran daya rekat dilakukan dengan menggunakan metode
pull off. Pull off merupakan metode adhesi yang dimulai dengan
menempelkan permukaan lapisan cat dengan mata dolly dengan
menggunakan adesif. Setelah 24 jam dibiarkan sampai adesif mengering
kemudian dolly diangkat dengan cara diberikan beban hingga lapisan film
terlepas dari substrat baja. Data yang diambil dari uji pull-off ialah besarnya
beban yang membuat lapisan cat lepas dari substrat baja. Ilustrasi cara
pengangkatan mata dolly dapat dilihat pada Gambar 3. Uji ini bersifat
kuantitatif.

Gambar 3. Ilustrasi Pengangkatan Mata Dolly


(Sumber : ARMAN, 2011)

8. Kekerasan

Tingkat kekerasan lapisan cat merupakan pengukuran sifat


fisik yang berkontribusi terhadap kekuatan cat secara keseluruhan.
Tujuan pengukuran ini adalah untuk memeriksa tingkat kekerasan dari
suatu lapisan cat kering. Kekerasan lapisan cat dapat diukur dengan cara
menggores lapisan cat tersebut menggunakan pensil dengan skala
tertentu. Nilai kekerasan ditunjukan oleh skala pensil terlunak yang
berhasil membuat goresan pada lapisan. Ilustrasi pengukuran kekerasan
pada cat dengan metode pencil test dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Ilustrasi Pengukuran Kekerasan Cat


(Sumber : LAMBOURNE, 1999)

9. Kelenturan
Kelenturan pada cat merupakan kemampuan lapisan cat untuk tetap
merekat pada permukaan substrat dan tidak mengelupas ketika mengalami
peregangan. Tujuan pengukuran adalah untuk mengetahui tingkat
kelenturan suatu lapisan cat kering. Kelenturan cat diuji menggunakan dua
metode, yaitu metode bentur (impact test) dan metode bengkok (bending
test). Metode bentur digunakan untuk mengukur ketahanan lapisan cat
untuk menerima beban tumbuk. Semakin besar massa beban yang dapat
ditahan, maka semakin besar tingkat kelenturan lapisan cat. Metode
bengkok dilakukan dengan membengkokan lapisan cat membentuk kerucut
dengan diameter tertentu, apabila tidak ada retakan maka tingkat kelenturan
lapisan dikatakan semakin baik.
10. Ketahanan Bahan Kimia
Ketahanan terhadap bahan kimia (chemical resistance)
merupakan kemampuan suatu zat tidak bereaksi dengan zat kimia lain
dalam konsentrasi tertentu. Cat diuji ketahanan terhadap kimia dibagi
menjadi dua metode, yaitu solvent test dan rub test.
Solvent test dapat diuji dengan cara permukaan media ditetesi zat-
zat kimia lalu ditunggu sampai kering sempurna. Pengamatannya dapat
dilihat ada atau tidaknya pengelupasan pada lapisan cat. Sedangkan rub
test dapat dilakukan dengan cara menggosok permukaan dengan kain
tipis yang telah direndam zat kimia. Setiap gosokan dihitung hingga
bagian dasar permukaan rusak/terlihat.
Kedua metode uji ini digunakan secara luas dalam industri cat
karena memberikan estimasi relatif cepat tanpa harus menunggu hasil
paparan jangka panjang (TALBERT, 2008).
11. Durasi
Uji durasi dapat didefinisikan sebagai kapasitas cat untuk
bertahan dalam waktu yang relatif lama di lingkungan yang berdampak
pada rusaknya lapisan cat permukaan media (besi) (LAMBOURNE,
1999). Pada umumnya uji durasi yang diterapkan pada industri cat terbagi
menjadi dua, yaiu uji ketahanan cuaca dan ketahanan korosi.
Pengujian ketahanan cuaca dilakukan untuk menstimulasikan
ketahanan lapisan cat yang sudah diaplikasikan pada media (besi)
terhadap perubahan cuaca, kelembaban, dan sinar ultraviolet dalam
waktu relatif dipercepat karena menggunakan alat uv test. Hasil dari
pengujian tersebut kemudian diukur perubahan warna yang terjadi.
Tujuan pengukuran salt spray adalah mengetahui kemampuan cat
untuk menghambat terjadinya perluasan korosi pada media pelat besi.
Metode pengujian salt spray yang digunakan adalah metode goresan X
ditengah pelat besi kemudian diuji menggunakan alat salt frog cabinet
dengan konsentrasi air garam yang ditentukan. Tujuan pengukuran ini
adalah mengetahui kemampuan cat untuk menghambat terjadinya
perluasan korosi pada media pelat besi.
PERCOBAAN

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas cat epoksi-poliuretan


hasil modifikasi dan cat epoksi-poliuretan standar produk sebagai paint system.
Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan standar perusahaan dan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dengan menggunakan metode yang mengacu kepada
American Society for Testing and Materials (ASTM).

Waktu dan Tempat

Percobaan ini merupakan bagian dari pelaksanaan magang-PKL yang


dilaksanakan pada bulan Januari – Juli 2018, bertempat di Laboratorium Research
and Development (R&D), PT Sigma Utama Paint, jalan Landbouw nomor 1,
Jagorawi-Cibinong, Bogor 16900. Ringkasan kegiatan magang-PKL dapat dilihat
pada Lampiran 1.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini berupa bahn uji dan bahan
kimia. Bahan uji adalah sampel cat modifikasi jenis epoksi dan poliuretan, serta cat
standar produk jenis epoksi dan poliuretan. Bahan kimia yang digunakan yaitu
bahan pengeras (hardener), lem araltide biru dan putih, tiner, xilena, metal etil
keton (MEK), metil isobutil keton (MIBK), oxitol, dan larutan natrium klorida 5%.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah salt fog cabinet,
neraca analitik Sartorius, Conical Mandrell band tester, impact tester Memmert,
Table Xenon tester chamber, Rhopoint novo-glass, pull off adhesion tester, bindle,
hardness tester pensil, micro tri gloss, specific gravity cup 50 mL, colour guide
4510, bar applicator, viskometer KU-2, oven, wadah cat, spatula, spray gun, cutter,
kertas zebra, aluminium foil, perekat bening, penggaris, pipet tetes, panel besi, segel
tutup botol.

Metode Percobaan

Percobaan ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap
pengujian. Tahap persiapan meliputi persiapan sampel uji cat epoksi primer dan cat
poliuretan finish, serta persiapan 4 buah panel besi dan 36 tin plate untuk parameter
aplikasi. Tahap pengujian meliputi pengujian estetika untuk cat cair epoksi primer
dan poliuretan finish yang terdiri dari uji massa jenis, uji viskositas, uji kandungan
bobot padatan total, uji daya tutup, uji daya kilap, uji waktu kering sentuh, dan uji
waktu kering keras (hard dry). Tahap pengujian juga meliputi pengjian aplikasi
untuk cat paint system epoksi-poliuretan yang sudah diaplikasikan pada panel besi
dan tin plate yang terdiri dari uji daya rekat dengan metode pull off, uji ketahanan
bahan kimia dengan metode solvent test dan rub test, uji kekerasan, uji kekerasan
dengan metode bentur dan bengkok, dan uji durasi dengan menggunakan metode
ketahanan cuaca (UV test) dan ketahanan korosi (salt spray). Pengujian estetika dan
aplikasi yang dilakukan mengacu kepada ASTM.

Cara Kerja

Tahap Persiapan

Persiapan Sampel Uji

Cat epoksi primer


Sampel cat epoksi dan standar masing-masing dicampurkan dengan
bahan pengerasnya dengan perbandingan berat sebesar 4 : 1. Cat epoksi
ditimbang 80 g dalam wadah cat, lalu ditambahkan bahan pengeras dan tiner
masing-masing sebanyak 20 g, kemudian diaduk hingga homogen.

Cat poliuretan finish


Sampel cat poliuretan dan standar masing-masing dicampurkan dengan
bahan pengerasnya dengan perbandingan berat sebesar 7 : 1. Cat poliuretan
ditimbang sebanyak 70 g dalam wadah cat, lalu ditambahkan 10 g bahan
pengeras dan 15 g xilena, kemudian diaduk hingga homogen

Persiapan Panel Paint System


Sebanyak 9 buah panel besi disiapkan untuk masing-masing parameter
pengujian aplikasi. Cat epoksi diaplikasikan pada panel dan dibiarkan mengering
selama 3 hari (lapisan primer), kemudian cat poliuretan diaplikasikan pada panel
yang sama dan dibiarkan mengering selama 3 hari (lapisan finish) sebelum
dilakukan pengujian.

Tahap Pengujian

Uji Estetika

Uji Massa Jenis (ASTM D 1475)


Specific Graivity (SG) cup 50 mL ditimbang bobot kosongnya
menggunakan neraca analitik dan dicatat hasilnya. Sampel cat dimasukkan ke
dalam SG cup hingga penuh kemudian ditimbang bobot SG cup beserta cat dan
dicatat hasilnya. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Nilai berat
jenis cat dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Massa Jenis =

Uji Viskositas (ASTM D 1200)


Sampel cat diaduk hingga homogen menggunakan spatula. Sampel cat
kemudian diletakkan pada piringan viskometer KU-2 dan diturunkan kepala
viskometer hingga tanda batas. Alat viskometer dinyalakan hingga hasil yang
diperoleh stabil dan dicatat hasil yang diperoleh.

Uji Kandungan Bobot Padatan Total (ASTM D 2369)


Aluminium foil yang telah dibentuk menjadi wadah ditimbang dan dicatat
bobotnya. Sampel cat ditimbang sebanyak ± (1-2) gram dalam aluminium foil.
Sampel cat dimasukkan ke oven pada suhu 120 ˚C selama 2 jam. Sampel cat
ditimbang bobot akhirnya. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

Nilai Kandungan bobot padatan total cat dapat dihitung menggunakan


rumus sebagai berikut:
Kandungan Bobot Padatan Total (%) = x 100 %

Uji Daya Tutup (ASTM 2805-96)


Sampel cat yang telah diaplikasikan pada kertas zebra dengan ketebalan
90 μm diukur daya tutupnya menggunakan alat Colour Guide 4510. Alat
diletakkan pada kertas zebra hingga didapatkan nilai daya tutup (hidding power).
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

Uji Daya Kilap (ASTM D 523-89)


Sampel cat yang telah diaplikasikan pada kertas zebra dengan ketebalan
120 μm diukur daya kilapnya menggunakan alat Micro Tri Gloss. Pengukuran
dilakukan dengan variasi sudut kilap 20˚, 60˚ dan 85˚. Pengukuran dilakukan
sebanyak 3 kali pengulangan.

Uji Waktu Kering Sentuh (ASTM D 1640)


Cat dituangkan keatas kertas zebra diantara bar applicator dan badan
analis. Dengan kecepatan dan tekanan konstan, bar applicator dengan ketebalan
120 μm ditarik ke arah badan analis hingga didapat lapisan yang homogen.
Interval waktu dari selesai tarikan sampai kering tersebut dicatat sebagai waktu
kering suatu cat dalam satuan menit.
Uji Aplikasi

Uji Daya Rekat


Metode Pull Off (ASTM D 4541-95)
Bagian pada pelat besi paint system sampel dan standar secara bergantian
diamplas. Campuran araldite biru dan putih (perbandingan 1:1) dioleskan pada
mata dolly, lalu mata dolly tersebut ditempelkan pada bagian pelat yang sudah
diamplas dan dibiarkan mengering selama 7 hari. Mata dolly kemudian diangkat
menggunakan alat pull off adhesion tester. Skala terukur ketika mata dolly
terlepas dari pelat besi dicatat.

Uji Ketahanan Bahan Kimia


Metode solvent test (ASTM D 5402)
Pelat besi paint system sampel dan standar secara bergantian diteteskan
2 tetes bahan kimia yaitu xilena, oxitol, MIBK, dan MEK, kemudian ditutup
menggunakan seal tutup botol. Hasil pengujian diamati setelah 24 jam, ada atau
tidak lapisan cat yang mengalami perubahan.

Metode rub test (ASTM D 5402-93)


Pelat besi digosok dengan arah bolak-balik menggunakan kain bersih
yang telah dibasahi dengan bahan kimia yaitu xilena, oxitol, MIBK, dan MEK.
Setiap jumlah rub test dihitung hingga muncul lapisan yang terkelupas atau jika
belum sampai maksimal 200 gosokan.

Uji Kekerasan (ASTM D 3363)


Pelat besi paint system sampel dan standar secara bergantian diuji
kekerasannya dengan hardness tester pencil dengan beragam tingkat kekerasan
yaitu dari yang lembut sampai yang keras.
Ujung pensil digoreskan pada pelat membentuk sudut 45˚, lalu dicatat
ukuran pensil ketika cat mengalami pengelupasan atau terjadi goresan.
Ukuran pensil:
6B-5B-4B-3B-2B-B-HB-H-2H-3H-4H-5H-6H

Lembut Keras

Uji Kelenturan

Metode Benturan (ASTM D 2794-93)


Pelat besi paint system sampel dan standar secara bergantian diletakkan
pada alat impact tester memmert kemudian pengujian dilakukan dengan
pemberian beban yang berbeda. Ukuran beban dimulai dari 2,5 kg sampai nilai
beban yang digunakan menjadikan pelat timah retak, dengan kelipatan 2,5 kg.

Metode Bengkok (ASTM D 522-93)


Pelat besi paint system sampel dan standar secara bergantian diletakkan
dan dijepit pada alat conical mandrel bend tester. Tuas alat ditarik dari depan ke
belakang untuk membengkokan panel dari 90º menjadi sudut 180º. Ketahanan
lapisan cat diamati pada lekukan yang terbentuk, dan dicatat pada angka berapa
jika mengalami pengelupasan.

Uji Durasi

Ketahanan Cuaca (ASTM D-4587)


Potongan pelat besi paint system sampel dan standar yang benar-benar
kering dimasukkan ke alat uv test. Pengujian dilakukan selama 500 jam
kemudian hasil yang diperoleh dillihat tingkat perubahan warna menggunakan
alat colour guide 4510. Nilai tingkat perubahan warna dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
ΔL* = Beda selisih intensitas nilai pencahayaan sebelum dan sesudah
Δa* = Beda selisih intensitas nilai warna merah – hijau sebelum dan
sesudah
Δb* = Beda selisih intensitas nilai warna kuning – biru sebelum dan
sesudah
ΔE = Nilai perubahan warna

Ketahanan Korosi (ASTM B-117)


Pelat besi yang benar-benar kering dilakukan pengujian dengan membuat
goresan X ditengah pelat. Pelat dimasukkan ke dalam alat salt frog cabinet yang
telah berisi larutan natrium klorida 5% selama 320 jam. Hasil pengujian diamati
perubahan yang terjadi pada panel, ada atau tidaknya korosi yang terbentuk pada
goresan X. Pelebaran goresan yang terkorosi kemudian dihitung dengan rumus,
sebagai berikut:

Pelebaran goresan terkorosi (%) = x 100


HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Estetika

Pengujian estetika dilakukan terlebih dahulu terhadap komponen utama


pelapisan sebagai paint system yaitu cat epoksi dan poliuretan masing-masing cat
modifikasi dan cat standar produk. Pengujian estetika diperlukan sebagai uji
pendahuluan sebelum dilakukan pengujian aplikasi. Hasil pengujian estetika cat
modifikasi epoksi-poliuretan dan standar produk dapat dilihat pada Tabel 5
dibawah ini :

Tabel 5. Hasil Uji Estetika Cat Epoksi dan Poliuretan.

Cat Standar
Cat Modifikasi Standar Perusahaan
Metode Produk
Parameter Uji Satuan
ASTM Primer Finish
Primer Finish Primer Finish
(Epoksi) (Poliuretan)
Estetika
a. Viskositas D 1200 Poise 5,5 8,1 48,0 19,0 20 – 24 10 – 22
b. Massa Jenis D 1475 g/mL 1,48 1,26 1,72 1,25 1,60 – 1,80 1,10 – 1,30
c. Daya Kilap D 523-89 GU 7,4 91,2 10,9 93,6 2,0 – 5,0 70,0 – 100,0
d. Daya Tutup D 2805-96 % 94,38 99,89 99,44 98,00 > 80,0 > 80,0
e. Padatan Total D 2369 % 80,32 74,19 93,02 77,58 > 75,0 > 60,0
f. Waktu Kering D 1640 menit 135 219 108 290 Maks. 120 Maks. 90

Viskositas

Berdasarkan hasil uji pada Tabel 5, cat primer modifikasi memiliki nilai
viskositas sebesar 5,5 Poise dan cat primer standar produk memiliki nilai viskositas
sebesar 48,0 Poise, sedangkan cat finish modifikasi memiliki nilai viskositas
sebesar 8,1 Poise dan cat finish standar produk memiliki nilai viskositas sebesar
19,0. Dari keempat jenis cat, hanya cat finish standar produk yang nilai
viskositasnya sesuai dengan standar perusahaan, sedangkan tiga lainnya tidak. Nilai
viskositas pada kedua jenis cat modifikasi (primer daan finish) tidak sesuai dengan
standar perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa cat modifikasi yang dihasilkan
belum memenuhi standar mutu perusahaan pada parameter viskositas.

Besarnya viskositas akan mempengaruhi kualitas cat selama penyimpanan.


Viskositas yang terlalu tinggi akan menyebabkan cat lebih cepat mengeras,
sedangkan viskositas yang terlalu rendah akan menyebabkan cat lebih cepat
membentuk dua lapisan apabila disimpan terlalu lama.

Massa Jenis

Berdasarkan hasil uji pada Tabel 5, cat modifikasi primer memiliki nilai
massa jenis sebesar 1,48 g/mL dan cat modifikasi finish memiliki nilai massa jenis
sebesar 1,26 g/mL, sedangkan cat standar produk primer memiliki nilai massa jenis
sebesar 1,72 g/mL dan cat standar produk finish memiliki nilai massa jenis sebesar
1,25 g/mL. Dari keempat jenis cat hanya cat modifikasi primer yang belum
memenuhi standar perusahaan. Data lengkap hasil uji massa jenis dapat dilihat pada
Lampiran 2.

Massa jenis digunakan untuk menyatakan jumlah massa suatu komponen


per satuan volume pada temperatur tertentu. Parameter massa jenis diperlukan
sebagai konversi pada perhitungan komposisi cat pada saat cat akan diaplikasikan
dan pada penjualan hasil produksi karena pada proses pembuatan, cat dihasilkan
dalam satuan massa, sedangkan pada proses aplikasi dan penjualan dalam satuan
volume. Nilai massa jenis dipengaruhi oleh jumlah komposisi padatan yang
terkandung dalam cat. Cat primer memiliki nilai massa jenis yang lebih besar
dibandingkan cat finish karena cat primer menggunakan resin jenis epoksi yang
memiliki kandungan padatan (75-100)% sedangkan cat finish menggunakan resin
jenis poliuretan yang memiliki kandungan padatan sebesar 50%. Parameter massa
jenis berbanding lurus dengan parameter viskositas dan padatan total, dimana
semakin besar nilai massa jenis maka nilai viskositas dan padatan total juga akan
semakin besar.

Daya Kilap
Berdasarkan hasil uji daya kilap paada Tabel 5, cat primer memiliki nilai
daya kilap yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan cat finish. Nilai daya kilap
cat finish sudah memenuhi standar perusahaan namun untuk cat primer, keduanya
memiliki nilai daya kilap yang lebih besar dari standar perusahaan. Data lengkap
hasil uji daya kilap dapat dilihat pada Lampiran 3.

Nilai daya kilap dipengaruhi oleh jenis resin dan pigmen yang digunakan.
Cat finish menggunakan resin jenis poliuretan yang memang memiliki keunggulan
pada daya kilap dibandingkan cat primer yang menggunakan resin jenis epoksi.

Daya Tutup

Berdasarkan data hasil uji daya tutup pada Tabel 5, keempat jenis cat yang
diuji telah memenuhi standar perusahaan. Data lengkap uji daya tutup dapat dilihat
pada Lampiran 4. Nilai daya tutup cat digunakan untuk mengetahui kemampuan
suatu cat untuk menutupi permukaan substrat secara sempurna, semakin besar nilai
daya tutup suatu cat maka semakin tipis lapisan yang dibutuhkan cat tersebut untuk
melapisi permukaan substrat secara menyelurruh, begitu pula sebaliknya. Nilai
daya tutup berbanding lurus dengan viskositas dan padatan total cat, sehingga
semakin besar nilai daya tutup suatu cat maka akan semakin besar pula nilai
viskositas dan padatan total cat tersebut.

Padatan Total

Nilai padatan total suatu cat dipengaruhi oleh jumlah ekstender dan pigmen
yang digunakan dalam formulasi cat, semakin banyak komposisi ekstender dan
pigmen yang ditambahkan, maka akan semakin besar nilai padatan total dari suatu
cat, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan data hasil uji nilai padatan total pada Tabel
5, dapat diketahui bahwa cat standar produk memiliki nilai padatan total yang lebih
besar dibandingkan dengan cat modifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa cat standar
produk memiliki komposisi ekstender dan pigmen yang lebih banyak dari
komposisi ekstender dan pigmen yang ditambahkan pada cat modifikasi. Keempat
jenis cat yang diuji telah memenuhi standar perusahaan. Data lengkap hasil uji
padatan total dapat dilihat pada Lampiran 5. Nilai padatan total keempat jenis cat
yang diuji termasuk pada kategori high solid karena memiliki nilai padatan total
lebih dari 60%.

Waktu Kering

Berdasarkan hasil uji waktu kering pada Tabel 5, dari keempa jenis cat yang
diuji, hanya cat primer standar produk yang memenuhi standar perusahaan
sedangkan yang lainnya belum memenuhi. Berdasarkan standar perusahaan, cat
primer memiliki nilai waktu kering sentuh pada temperatur ruang maksimum 120
menit dan finish maksimum 90 menit, sementara pada data hasil uji dapat dilihat
bahwa cat primer modifikasi memiliki waktu kering selama 135 menit dan cat
primer standar produk memiliki waktu kering selama 108 menit, sedangkan cat
finish modifikasi memiliki waktu kering selama 219 menit dan cat finish standar
produk memiliki waktu kering selama 290 menit.

Waktu kering pada cat dipengaruhi oleh jenis resin yang digunakan.
Pengeringan cat dengan jenis resin epoksi dan poliuretan berlangsung secara
kimiawi antara resin dengan bahan pengeras (hardener).

Uji Aplikasi

Pegujian aplikasi dilakukan pada cat epoksi-poliuretan sebagai painy


system. Pada pengujian aplikasi, hasil pengujian tidak dibandingkan dengan standar
perusahaan maupun standar lainnya, tetapi hanya membandingkan hasil antara cat
modifikasi epoksi-poliuretan dan cat standar produk epoksi-poliuretan untuk
mengetahui cat mana yang memiliki unjuk kerja yang lebih baik.
Daya Rekat

Pengujian parmeter daya rekat paint system cat modifikasi dan cat standar
produk dilakukan dengan metode pull off. Hasil pengujian daya rekat cat modifikasi
dan standar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Daya Rekat

Nilai Daya Rekat


Sampel Tampak
(MPa)

Cat Modifikasi 2

Cat Standar Produk 2

Berdasarkan Tabel 7, nilai daya rekat paint system cat modifikasi sebesar 2
MPa dan cat standar produk juga sebesar 2 MPa. Hal ini menunjukkan bahwa cat
modifikasi epoksi-poliuretan bisa mengimbangi performa dari cat standar produk
epoksi-poliuretan. Semakin tinggi nilai daya rekat suatu lapisan cat, maka kualitas
tersebut semakin baik karena tidak mudah terkelupas. Semakin lapisan cat tidak
mudah terkelupas dari substrat maka kemampuan cat tersebut melindungi substrat
yang dilapisi akan semakin baik karena mampu meminimalisir interaksi antara
substrat dengan lingkungan. Daya rekat suatu lapisan cat dipengaruhi oleh
komposisi resin yang digunakan dalam formulasi cat. Apabila komposisi resin yang
digunakan sesuai, maka komponen cat akan terdispersi secara sempurna sehingga
menghasilkan daya rekat yang baik. Pada parameter pengujian daya rekat terhadap
aplikasi cat sebagai paint system, lapisan cat primer memberikan pengaruh yang
lebih dibandingkan lapisan cat finish karena lapisan cat primer menempel langsung
pada permukaan substrat. Oleh karena itu, kesesuaian komposisi penggunaan resin
pada cat primer merupakan penentu nilai daya rekat yang diperoleh.

Kekerasan

Pengujian parameter kekerasan pada paint system cat modifikasi dan standar
produk dilakukan dengan metode pencil test. Hasil pengujian parameter kekerasan
dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji Kekerasan

Cat Modifikasi Cat Standar Produk

Berdassarkan data hasil percobaan pada Tabel 8, paint system cat modifikasi
tergores dengan pencil 2H, sedangkan paint system cat standar produk tergores
dengan pensil 4H. Hal ini menunjukkan bahwa paint system cat standar produk
memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibanding dengan paint system cat
modifikasi. Jadi dapat dikatakan bahwa paint system cat modifikasi belum mampu
mengimbangi atau bahkan melebihi tingkat kekerasan paint system cat standar
produk. Semakin tinggi tingkat kekerasan suatu lapisan cat maka kualitas cat
tersebut semakin baik karena semakin tidak mudah untuk tergores sehingga akan
semakin maksimal untuk melindungi substrat yang dilapisi. Tingkat kekerasan
lapisan cat dipengaruhi oleh pigmen dan resin yang digunakan. Penggunaan pigmen
yang sesuai akan menghasilkan lapisan cat dengan karakteristik lebih keras. Jenis
resin yang digunakan akan mempengaruhi sifat lapisan cat saat kering dan
memberikan karakteristik lapisan cat yang lebih kuat.
Kelenturan

Pengujian kelenturan paint system cat modifikasi dan standar produk


dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode bentur (impact test) dan
metode bengkok (bending test). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 9 dan
Tabel 10.

Tabel 9. Hasil Uji Kelenturan Metode Bengkok (bending test)

Sampel Tampak Panjang Retakan (cm)

Cat Modifikasi 8,6

Cat Standar Produk 2,0

Berdasarkan Tabel 9, paint system cat modifikasi mengalami retakan


sepanjang 8,6 cm sedangkan paint system cat standar produk hanya mengalami
retakan sepanjang 2 cm. Hal ini menunjukkan bahwa paint system cat modifikasi
belum mampu mengimbangi atau bahkan melebihi unjuk kerja paint system cat
standar produk pada uji kelenturan metode bengkok (bending test).

Tabel 10. Hasil Uji Kelenturan Metode Bentur (impact test)

Berat Beban
Sampel Tampak
Maksimum (kg)

Cat Modifikasi 2,5

Cat Standar Produk 2,5


Berdasarkan Tabel 10, paint system cat modifikasi memiliki kemampuan
yang sama karena mampu menahan beban bentur hingga 2,5 kg. Hal ini
menunjukkan bahwa paint system cat modifikasi mampu mengimbangi unjuk kerja
paint system cat standar produk pada parameter uji kelenturan metode bentur.

Berdasarkan hasil uji kelenturan metode bengkok (bending test) dan metode
bentur (impact test), dapat dikatakan bahwa paint system cat modifikasi masih
belum mampu mengimbangi atau melebihi unjuk kerja cat standar produk karena
memiliki kelenturan yang rendah dibanding cat standar produk. Uji kelenturan pada
lapisan cat dilakukan untuk mengetahui kemampuan lapisan cat untuk tetap
merekat pada substrat ketika mengalami perenggangan.

Ketahanan Bahan Kimia

Pengujian ketahanan bahan kimia paint system cat modifikasi dan cat
standar produk dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu solvent test dan
rub test. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.

Tabel 11. Hasil Uji Ketahanan Bahan Kimia Metode Rub Test

Jumlah Gosokan (kali)


Sampel Tampak
xylena oxitol MIBK MEK

Cat
>200 >200 >200 >200
Modifikasi

Cat Standar
>200 >200 >200 183
Produk
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode rub test pada Tabel 11,
dapat dikatakan bahwa baik paint system cat modifikasi dan cat standar produk
memiliki ketahanan yang baik terhadap bahan kimia, karena sebagian besar tidak
terkelupas sedikit pun ketika digosok dengan kain yang sudah dibasahi pelarut.
Namun, terdapat pengecualian pada paint system cat standar produk ketika digosok
dengan kain yang dibsahi pelarut MEK, karena hanya mampu menahan gesekan
sampai 183 kali gesekan. Hal ini menunjukkan bahwa paint system cat modifikasi
lebih tahan terhadap pelarut MEK dibanding paint system cat standar produk,
sedangkan pada tiga pelarut yang lain memiliki ketahanan yang sama. Suatu lapisan
cat dikatakan tahan terhadap bahan kimia dengan metode rub test jika tidak
mangalami perubahan ketika digosok dengan kain yang telah dibasahi pelarut
sebanyak 200 kali.

Tabel 12. Hasil Uji Ketahanan Bahan Kimia Metode Solvent Test

Cat Modifikasi Cat Standar Produk

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa paint system cat modifikasi dan
cat standar produk memiliki ketahanan yang baik terhadap bahan kimia. Hal itu
dibuktikan dengan tidak ada nya perubahan sedikitpun pada lapisan kedua jenis cat
ketika ditetesi bahan kimia dan didiamkan selama waktu tertentu.

Uji ketahanan bahan kimia dilakukan untuk mengetahui kemampuan cat


untuk mempertahankan bentuk lapisan (film) cat dan tidak bereaksi dengan bahan-
bahan kimia berupa pelarut. Pelarut yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
xilena, oxitol, MIBK, dan MEK. Kedua metode yang digunakan memberikan hasil
yang menunjukkan bahwa cat modifikasi dan cat standar produk yang diuji
memiliki ketahanan yang baik terhadap bahan kimia berupa xilena, oxitol, MIBK,
dan MEK. Pemilihan bahan kimia yang digunakan didasarkan pada tingkat
kepolaran dan masing-masing pelarut mewakili tingkat kepolaran tertentu, dengan
urutan MEK > MIBK > oxitol > xilena.

Durasi

Pengujian durasi paint system cat modifikasi dan cat standar produk
dilakukan dengan menggunakan metode, yaitu netode UV test dan salt spray.
Pengujian dengan metode UV test dilakukan dengan memaparkan paint system cat
modifikasi dan cat standar produk dibawah sinar UV selama 500 jam, sedangkan
metode salt spray dilakukan dengan cara memaparkan paint system kedua jenis cat
dengan kabut garam menggunakan alat salt spray chamber. Hasil uji durasi dapat
dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14.

Tabel 13. Hasil Uji Durasi Metode UV Test

Tampak Perubahan Penurunan


Paint
Warna Kilap
System Sebelum Sesudah ΔE (Gloss Unit)

Cat
0,37 17,0
Modifikasi

Cat
Standar 3,02 14,7
Produk

Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa pergeseran warna yang terjadi
pada cat modifikasi sebesar 0,37 sedangkan pada cat standar produk sebesar 3,02.
Pada nilai penurunan kilap, cat midifikasi mengalami penurunan kilap sebsar 17,0
GU, sedangkan cta standar produk mengalami penurunan kilap sebesar 14,7 GU.

Tabel 14. Hasil Uji Durasi Metode Salt Spray

Tampak Permukaan
Paint
Terkorosi Grade
System Sebelum Sesudah (%)

Cat
23,09 4
Modifikasi
Cat
Standar 37,58 3
Produk

Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa paint system cat modifikasi
mengalami korosi sebesar 23,09% dari total permukaan lapisan cat yang tergores
sehingga termasuk dalam grade 4, sedangkan paint system cat standar produk
mengalami korosi sebesar 37,58% dari total permukaan lapisan cat yag tergores
sehingga termasuk dalam grade 3. Hal ini menunjukkan bahwa paint system cat
modifikasi mampu mengungguli unjuk kerja paint system cat standar produk,
karena cat modifikasi mampu menahan perluasan laju korosi pada substrat lebih
baik dibanding cat standar produk.
KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada cat modifikasi epoksi-


poliuretan dibandingkan dengan cat standar produk sebagai paint system, diperoleh
hasil bahwa paint system cat modifikasi epoksi-poliuretan memiliki keunggulan
pada parameter uji ketahanan bahan kimia dan uji durasi metode salt spray
dibanding paint system cat standar produk, serta mampu mengimbangi unjuk kerja
cat standar produk pada parameter uji daya rekat. Sementara pada parameter uji
kekerasan dan kelenturan, paint system cat modifikasi epoksi-poliuretan belum
mampu mengimbangi ataupun melebihi unjuk kerja paint system cat standar
produk. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa cat modifikasi epok-
poliuretan sebagai paint system memiliki kualitas yang baik, namun masih perlu
beberapa pengembangan agar dapat menghasilkan cat dengan kualitas dan performa
yang lebih baik.

Saran

Formulasi cat modifikasi masih perlu dilakukan koreksi, terutama pada


komposisi resin serta jenis dan komposisi pigmen dan ekstender yang digunakan,
agar cat modifikasi yang dihasilkan memiliki kelenturan dan kekerasan yang lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIALS (ASTM). 1991.


Annual Books of ASTM Standards. Philadelphia.

BUILDING CONSTRUCTION AUTHORITY. 2008. Sustainable


Construction a Guide on Corrosion Protection for Steel Structures. BCA.
Singapore.

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. 1995. Penelitian Pengolahan Kaolin


sebagai Bahan Pengisi Cat Tembok. Balai Penelitian dan Pengembangan
Industri. Banjar Baru.

KURNIAWAN, B. 2013. Pengaruh Penggunaan Binder Akrilik dan Poliester


terhadap Kualitas Cat Tembok sesuai SNI. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA
UNS. Semarang.

HAN, X. X. & J. V. KOLESKE. 2012. Polyurethane Coatings. Joseph V.

Koleske, editor. Paint and Coating Testing Manual : 15th Edition of the

Gardner-Sward Handbook. ASTM Internasioanl. USA.

MORGANS, W. M. 1990. Outlines of Paint Technology, Third Edition. Charles


Griffin Publishing Company. United Kingdom of England.

PUTRAMATARAM COATING INTERNATIONAL. 2010. Heavy Duty


Coating and Protective Coating. Putramataram CI. Jakarta.

PT SIGMA UTAMA. 1990. Pengetahuan Umum Mengenai Cat. PT Sigma


Utama. Bogor.

TANK, G. F. 1991. Industrial Paint Finishing Techniques and Processes. Ellis


Horwood Limited. England.
WATKINS, M. J. 2012. Epoxy Resin in Coatings. Joseph V. Koleske, editor.

Paint and Coating Testing Manual : 15th Edition of the Gardner-Sward

Handbook. ASTM Internasioanl. USA.

Anda mungkin juga menyukai