Disusun Oleh
ROVIKA ANNA 14512137
INA FILDZAH H 15512035
LUTFIA NURUL AINI 15512092
YOFIETA CAHYA A 16512114
MELISA AKMA S 16512146
Dosen :
Ir. Fajriyanto. M. Eng
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
3
BAB III METODE PENELITIAN
2.1 Lingkup pencemaran
Tata ruang perkampungan Gondolayu Lor Kali Code di Yogyakarta.
Waktu Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 sampai
dengan bulan April 2018
Tempat Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan di rumah pemukiman
perkampungan Gondolayu Lor Kali Code di Yogyakarta.
Pelaksanaan Penelitian
METODE
Metode yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah Pengumpulan Data
Lapangan berupa:
• Site Reconnaissance
Yaitu sebuah metode yang dilakukan dengan pengamatan langsung (survey lapangan)
kawasan yang menjadi objek penelitian. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran umum kawasan dan masalah yang ada didalamnya. Sehingga para peneliti
mendapatkan data kualitatif. Metode ini memberikan gambaran yang lebih luas dan
terintegrasi.
4
• Metode Field Interviews
Yaitu metode yang dilakukan dengan wawancara. Selain itu peneliti juga melakukan
kuesioner dengan pertanyaan terstruktur yang disusun sebelumnya maupun
pertanyaan terbuka. Metode ini mengandalkan kemampuan pewawancara menjalin
hubungan harmonis’ dengan yang diwawancara. Selain itu peneliti juga harus
memahami pertanyaan dengan baik dan sabar.
5
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6
B. DESKRIPSI LOKASI SURVEY
1. Kondisi Umum
2. Kondisi Jalan
(Gambaran Umum Jalan) Jalan di perkampungan ini berukuran kurang lebih 1-2
meter, berupa gang-gang kecil yang menghubungkan antar bangunan. Jalan ini
belum berupa aspal melainkan dibangun dengan paving blok. Meskipun demikian
kondisi jalan bersih karena warga rajin membersihkan lingkungannya.
7
KARAKTERISTIK FISIK JALAN
a. Morfologi
Jalan yang ada di kampung code tidak terlalu besar sekitar lebar 1,5m dan hanya
bisa dilalui pejalan kaki dan motor. Bentang jalannya mengikuti alur permukiman
warga sebagai penghubung antar bangunan. Bentuk jalan mengikuti jalan
perkampungan asli yaitu linear namun bercabang dan tidak teratur. Jalan digunakan
sebagai pekarangan warga sehingga warga harus berbagi pekarangan rumah dengan
tetangganya
b. Sirkulasi
Sirkulasi pada jalan kampung adalah dua arah namun cukup sempit karena lebar
hanya 1,5m dan motor harus bergantian melewati jalan kampung. Arah masuk ke
kampung Code berada di sebelah barat McDonald sudirman melewati beberapa kios
tambal ban, yang juga milik warga kampung tersebut. Mobil tidak dapat memasuki
wilayah perkampungan tetapi untuk mengakses menuju gerbang masuknya cukup
mudah yaitu melewati JalanFaridan M Noto
8
Tekstur jalan di kawasan perkampungan ini tidak rata dan bergelombang karena
dibangun dengan paving blok yang mengikuti ketinggian lahan yang memang tidak
9
3. Bangunan
a. Tekstur
b. Arsitektural
10
4. Kondisi Infrastruktur
1. MCK Umum
2. Pos Siskambling
3. Sanitasi
11
mereka untuk kemudian diangkut ke tempat penampungan sampah akhir oleh pekerja
yang telah ditentukan Hal ini dibiayai oleh kas RT itu sendiri yang berasal dari
pungutan setiap warga di kawasan tersebut.
Untuk pengolahan sampah-sampah padat itu sendiri di tempat pembuangan akhir,
mereka menyumbang masing masing RT sejumlah seratus ribu rupiah. Hal ini
merupakan sesuatu yang baik dimana mereka terbantu dalam
mengurusi sampah sekaligus membuka suatu lapangan pekerjaan baru bagi orang
lain.
5. Tempat ibadah
Terdapat masjid pada bagian tengah kampung, dengan kondisi yang cukup baik dan
dilengkapi tempat wudhu
5. Ruang publik
Parkampungan ini sebenarnya tidak mempunyai lahan kosong lagi yang dapat
dijadikan taman atau sejenisnya sebagai tempat bersantai di sore hari. Mereka hanya
memiliki mesjid dan satu lapangan olahraga yang dapat digunakan sebagai tempat
berkumpul. Akan tetapi terbatasnya ruang di kampung ini tidak membatasi interaksi
mereka. Suasana kekeluargaan terlihat di beberapa pekarangan rumah yang memang
terdapat kursi tempat bersantai. Selain itu, kamar mandi umum yang mereka punya
juga dapat menambah eratnya tali silaturrahmi antar penduduk kampung. Jadi pada
dasarnya fungsi ruang public sebagai tempat berkumpul sudah tergantikandi
perkampungan ini.
12
6. Tempat Pembuangan Sampah
Gondolayu Lor terdiri atas beberapa Rukun Tetangga (RT) dalam Rukun
Warga(RW) yang sama. Lahan tersebut kurang lebih dihuni oleh 200 keluarga.
Bukanlah jumlah yang sedikit untuk menghasilkan sampah dan limbah dalam
jumlah besar. Dan salah satu masalah perkotaan yang bahkan Negara-negara maju
pun masih alami adalah masalah pengelolaan sampah dan limbah tersebut. Di
beberapa Rukun warga kawasan perkampungan gondolayu lor, mereka mengatasi
masalah sampah penduduk dengan memperkerjakan beberapa orang pekerja yang
memang bertugas dalam mengangkut sampah sampah tersebut dari rumah rumah
penduduk. Tenaga kerja ini diberi upah tiap bulannya berkisar empat ratus ribu
rupiah tergantung dengan letak dan posisi rukun tetangga mereka sendiri. Jadi
penduduk hanya tinggal meletakkan sampah di tempat tempat tertentu, pada pagi
hari, yang disediakan didepan rumah mereka untuk kemudian diangkut ke tempat
penampungan sampah akhir oleh pekerja yang telah ditentukan Hal ini dibiayai oleh
kas RT itu sendiri yang berasal dari pungutan setiap warga di kawasan tersebut.
Untuk pengolahan sampah-sampah padat itu sendiri di tempat pembuangan akhir,
mereka menyumbang masing masing RT sejumlah seratus ribu rupiah. Hal ini
merupakan sesuatu yang baik dimana mereka terbantu dalam mengurusi sampah
sekaligus membuka suatu lapangan pekerjaan baru bagi orang lain.
Kampung ini yang terbilang cukup sejuk dengan banyak tanaman di pekarangan
rumah rumah penduduk yang memang minim lahan kosong tersebut. Meskipun
padat, dikampung ini tetap kita temukan kesan hijau dari bunga dan tanamaan lain
di pekarangan. Memang pada dasarnya mereka tidak punya cukup lahan untuk
ditanami pohon pohon pelindung berukuran besar. Akan tetapi, untuk mencegah
polusi, panas, dan mendapatkan udara yang segar, mereka sudah dapat menciptakan
keadaan ini sedemikian rupa.
Hal ini pada dasarnya berawal dari kebijakan pemerintah daerah setempat yang
mewajibkan tiap tiap rumah menanam bunga dan tanaman lain didepan rumahnya.
Bahkan demi tercapainya tujuan tersebut, pemerintah mengadakan bantuan
pengadaan pot dan tanaman kepada tiap-tiap kepala keluarga. Pada awal program
13
penghijauan ini dicetuskan oleh pemerintah, sebenarnya di perkampungan
Gondolayu Lor ini dapat kita temukan bukan hanya bunga, tapi juga tanaman-
tanaman apotek hidup seperti rempahrempah dan yang lainnya. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu apotek hidup ini berkurang dan akhirnya tidak ditemukan lagi di
perkampungan ini.
Sehingga hanya sedikit lahan kosong yang dapat kita jumpai kini. Lahan kosong
yang ada di kampung ini hanya berupa tanah untuk membuang sampah yang
14
D. PLOTTING TATA RUANG DAN SIRKULASI
15
16
D. PERMASALAHAN
Banyaknya papan papan ‘himbauan’ yang berisi ajakan seperti ajakan hidup
bersih, belajar dua jam sehari, dan lain-lain. Pengelolaan sampah rumah tangga yang
cukup baik. Terciptanya suasana sejuk dan hijau ditengah terbatasnya lahan.
Sumber Air
Bagi beberapa RT yang memiliki pengurus desa yang aktif, kini telah
menggunakan PDAM sebagai sumber air bagi pemenuhan kebutuhan masak dan
minum sedangkan untuk keperluan MCK(mandi, cuci, kakus) mereka menggunakan
air dari sumur-sumur umum yang digunakan bersama,Hal ini dapat diusahakan
setelah warga RT-RT tersebut berhasil mengajukan permohonan bantuan pada
pemerintah daerah.
Untuk warga yang belum mendapatkan bantuan untuk pengusahaan air dari
PDAM, mereka menggunakan sumur sebagai satu-satunya pemasok air untuk
keperluan seharihari.Kebanyakan dari warga ini menggunakan dinamo untuk
memudahkan pengambilan air dan seterusnya air akan dimasukkan kedalam
penampungan yang diletakkan di sekitar rumah seperti yang sekarang sudah banyak
digunakan di tempat-tempat lain.
17
Permasalahan : penggunaan PDAM baru dapat dinikmati oleh sebagian penduduk
saja karena bantuan dari pemerintah masih belum mencapai lingkup desa secara
keseluruhan.Bagi RT-RT yang belum mendapat bantuan ini, mereka menggunakan
sumur sebagai sumber air utama.
Sanitasi
Sistem sanitasi desa Gondolayu memiliki karakteristik yang hamper mirip degan
desa-desa disepanjang tepian sungai (dalam hal ini adalah kali code). Meskipun dari
wawancara yang kami lakukan terhadap salah seorang pengurus desa didapatkan
informasi bahwa limbah rumah tangga warga tidak ada yang dibuang ke kali code,
kami tetap menemukan ada beberapa sampah yang mengapung di kali tersebut. Selain
itu kami juga melihat adanya pipa-pipa saluran pembuangan yang memang diarahkan
langsung ke kali Code.
Sistem Drainase
18
Dilihat dari gambar diatas, dapat kita simpulkan bahwa pembangunan selokan
sebagai komponen system drainase tidakmenjadi preoritas,hal ini kebanyakan karena
area yang difungsikan sebagai jalan umum sangatlah terbatas, sehingga kemungkinan
untuk menambahkan selokan disepanjang badan jalan sangat tidak memungkinkan.
Sampah
Faktor Penyebab : Sampah yang berada di tempat umum membuat tidak ada warga
yang merasa bertanggung jawab terhadap kebersihan wilayah tersebut hingga
kebersihan tempat tempat umum ini tidak terkontrol.
Faktor Penyebab : Keterbatasan lahan akibat lahan yang ada dipenuhi oleh bangunan
terutama pemukiman tanpa mempertimbangkan keseimbangan lingkungan.
19
E. SOLUSI
1. Sumber air
Solusi :
Peningkatan kerja sama dan koordinasi antar desa serta pemerintah dalam hal
pemerataan air bersih dan sarana prasarana pendukungnya.
2. Sanitasi
Solusi :
Perlu diadakan pengawasan secara kontinyu baik oleh warga desa maupun
pemerintah disepanjang kawasan kali Code terhadap pembuangan sampah maupun
pencemaran lingkungan dalam bentuk lain.
3. Drainase
Solusi :
Pembuatan sarana pengaliran dan pengolahan lmbah yang baik demi menjaga
keseimbangan lingkungan kali Code.
4. Sampah
Solusi :
20
5. Keterbatasan Lahan
Solusi :
Pemanfaatan ruang kosong secara optimal dalam rangka pengadaan kawasan hijau
yang memadai.
21
BAB V KESIMPULAN
KESIMPULAN
Banyak sisi positif dari perkampungan Gondolayu Lor di sekitar Kali Code, terutama
kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
Perlunya perbaikan dan perhatian masyarakat terhadap permasalahan yang ada misalnya
sampah, sanitasi, drainase, ruang terbuka, sumber air, tata ruang,
22
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA
Wawancara yang dilakukan di kampung Code dengan mewawancarai 4
narasumber tentang probelmatika yang ada di sana :
1.Ibu Lastri salah satu warga kampung Code memaparkan salah satu
problematika yang ada disana adalah kurangnya kebersihan disekitar
bantaran kali code , masalah utamanya adalah sampah yang mengotori
Sungai Code yang kebanyakan merupakan limbah rumah tangga yang
berasal dari daerah hulu yang terbawa oleh arus sungai sehingga dapat
menimbulkan kemungkinan adanya bencana banjir jika musim penghujan
tiba.
2.Bapak Suparman selain sampah yang ada kaitannya dengan kebersihan
salah satunya adalah saluran pembuangan yang ada kaitannya dengan
limbah yang terkadang menimbulkan bau bagi masyarakat sekitar.
kemungkinan karena belum diolah maupun ada yang sudah diolah tetapi
karena bercampur dengan limbah dari tempat lain dan juga karena standar
pengolahannya belum memenuhi sehingga masih bau karena saluran
pembuangan berupa pipa-pipa. Akan tetapi dibeberapa RT yang memang
berbatasan langsung dengan sungai code, pembuangan akhir limbah cair
masih ke Sungai Code.
3.Pak Jumari : Problematika yang dirasakan adalah susahnya sirkulasi yang
ada didalam kampung karena kontur tanah yang cukup curam sehingga
beberapa anak tangga sangat curam juga dan cukup berbahaya bagi anak
anak atau lansia. Akses masuk juga cukup susah karena jalan hanya dapat
dilalui satu motor, sehingga ketika berpapasan dari arah yang berlawanan
harus mengalah salah satu dan cukup berbahaya bagi orang yang tidak
biasa dengan kondisi ini, terutama karena kampung berada tepat di tepi
sungai.
4.Bu Suheri : Ketika musim penghujan datang, selokan sering tersumbat dan
air sungai juga sering meluap sehingga terjadi banjir. Warga banyak yang
tidak sadar akan membuang sampah pada tempatnya.
23
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG
RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
WALIKOTA YOGYAKARTA,
24
Pasal 11
(1) Pemanfaatan RTHP dapat dilakukan oleh BLH dan Kecamatan dengan
mempertimbangkan kelestarian dan fungsi RTHP. (2) Pemanfaatan RTHP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan olah raga, kesenian,
taman bermain, pertemuan warga masyarakat, panggung terbuka dan kegiatan
masyarakat lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan norma - norma yang
berlaku di masyarakat.
Pasal 12
(1) Pemeliharaan RTHP dilakukan oleh BLH. (2) Pemeliharaan ringan/perawatan
rutin dilakukan oleh
Kecamatan atau penerima manfaat RTHP. (3) Pembayaran rekening air dan
listrik
RTHP dilakukan oleh SKPD
pengelola.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.kompasiana.com/moch.shofwan/potret-sungai-perkotaan-
kalicode-yogyakarta-antara-kini-dan-nanti_54f91ba2a33311fc078b45c9
2. http://www.avepress.com/tata-ruang-pemukiman-kali-code-
yogyakartaberdasarkan-daerah-aliran-sungai-das/
3. http://kampungnesia.org/berita-kali-code--dinamika-kampung-kota-
1.html
25