Anda di halaman 1dari 25

KAJIAN PERUMAHAN

PROBLEMATIKA ATAU PERMASALAHAN KOTA

Perkampungan Gondolayu Lor (Kali Code) Kecamatan Jetis Kota


Yogyakarta

Disusun Oleh
ROVIKA ANNA 14512137
INA FILDZAH H 15512035
LUTFIA NURUL AINI 15512092
YOFIETA CAHYA A 16512114
MELISA AKMA S 16512146

Dosen :
Ir. Fajriyanto. M. Eng

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN


PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2018
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Kawasan Permukiman Code adalah sebuah kawasan yang terletak di sebelah
utara Jembatan Gondolayu atau sering juga disebut sebagai perkampungan
Gondolayu Lor. Permukiman ini berada di pinggiran kali Code. Kali Code adalah
sebuah nama sungai yang terletak di kawasan kota Yogyakarta yang tidak asing lagi
bagi masyarakat Yogyakarta tentunya. Disepanjang sungai tersebut banyak sekali
terdapat permukiman penduduk yang sangat padat. Pada penelitian kali ini kawasan
Permukiman kali Codelah yang akan menjadi obyek penelitian. Di lokasi tersebut
dapat dilakukan pengamatan terhadap komponen komponen lingkungan, seperti :
transportasi, air bersih, sanitasi, drainase, limbah, sampah, udara, tata hijau, jalan,
trotoar, dan lain lain.

I.2 TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kondisi fisik kawasan permukiman Code khususnya Kampung
Gondolayu Lor.
2. Mengetahui permasalahan lingkungan yang ada di daerah permukiman sepanjang
Kali Code.
3. Mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya masalah di
permukiman kali Code tersebut
4. Dapat memberikan solusi atau pemecahan untuk menghadapi masalah-masalah
tersebut.
1.3 SASARAN PEMBAHASAN
Sasaran dari pembahasan ini adalah tata ruang perkampungan Gondolayu Lor Kali
Code di Yogyakarta. Selain dilihat secara fisik, pemukiman padat juga dilihat dari
segi infrastruktur dan kehidupan masyarakatnya akibat tata ruang pemukiman padat
tersebut.

2
BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ada Beberapa Dampak Negatif Pariwisata Terhadap Lingkungan Sosial yaitu


kepadatan penduduk dan hilangnya fasilitas untuk warga, masalah dampak budaya,
terjadinya konflik, dan timbulnya masalah social (Inskeep,1991). Konsep pemukiman
kembali kawasan kumuh kampung Pangalangan Batang Arau, Kota Padang, Desy
Aryanti)
Spillane (1996) berpendapat bahwa pariwisata dapat menimbulkan problem
problem besar seperti polusi air dan udara, kekurangan air, keramaian lalu lintas dan
kerusakan dari pemandangan alam tradisional. ). (Konsep
Pemukiman Kembali Kawasan Kumuh Kampung Pangalangan Batang Arau, Kota
Padang, Desy Aryanti)

Pembentukan suatu lingkungan permukiman pada dasarnya sangat ditentukan


oleh berbagai faktor,diantaranya adalah budaya masyarakat setempat. Struktur ruang
permukiman digambarkan melalui pengidentifikasian tempat, lintasan, dan batas
sebagai komponen utama, selanjutnya diorientasikan melalui hirarki dan jaringan
atau lintasan. Yang muncul dalam lingkungan binaan mungkin secara fisik atau non
fisik. Untuk membentuk struktur ruang tidak hanya orientation yang terpenting, tetapi
juga obyek nyata dari suatu identifikasi (Norberg-Schulz, 1979: 21).
Menurut Budiharjo (1991: 61-67), masalah permukiman manusia merupakan
masalah yang pelik, karena begitu banyaknya faktor-faktor yang saling berkaitan
tumpang tindih di dalamnya. Permukiman sebagai wadah kehidupan manusia bukan
hanya menyangkut aspek fisik dan teknis saja, tetapi juga aspek aspek sosial,
ekonomi, dan budaya dari para penghuninya. (Budiharjo (1991: 61-67),
(PENATAAN PERMUKIMAN DI KAWASAN SEGIEMPAT TUNJUNGAN
KOTA SURABAYA,
Ratih Wahyu Dyah I, Eddi Basuki Kurniawan, Fadly Usman)
perbedaan yang mendasari tipologi permukiman kumuh adalah dari status
kepemilikan tanah dan Nilai Ekonomi Lokasi (NEL). (Hendrianto (1992)

3
BAB III METODE PENELITIAN
2.1 Lingkup pencemaran
Tata ruang perkampungan Gondolayu Lor Kali Code di Yogyakarta.
Waktu Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 sampai
dengan bulan April 2018
Tempat Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan di rumah pemukiman
perkampungan Gondolayu Lor Kali Code di Yogyakarta.

Pelaksanaan Penelitian

Secara umum pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

• Persiapan, dilakukan dengan menyediakan alat penelitian berupa perangkat lunak


dan perangkat keras penunjang penelitian serta perijinan untuk perolehan bahan
utama dan data pendukung.
• Pengumpulan Data, dilakukan dengan cara mendatangi kawasan yang terkait
untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian.
• Pengolahan Data, pengolahan data diawali dengan pengolahan data hasil penetian
wilayah yang kemudian dilengkapi oleh data dari perangkat lunak untuk
memperoleh gambaran umum kawasan secara luas dan lebih spasial.'
• Analisis Hasil Penelitian, dilakukan dengan mengumpulkan hasil penelitian dan
dianalisis permasalahan yang ada untuk mendapatkan solusi yang baik guna
meminimalkan konversi lahan besar-besaran untuk perumahan serta masalah-
masalah permukiman padat.

METODE
Metode yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah Pengumpulan Data
Lapangan berupa:
• Site Reconnaissance
Yaitu sebuah metode yang dilakukan dengan pengamatan langsung (survey lapangan)
kawasan yang menjadi objek penelitian. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran umum kawasan dan masalah yang ada didalamnya. Sehingga para peneliti
mendapatkan data kualitatif. Metode ini memberikan gambaran yang lebih luas dan
terintegrasi.

4
• Metode Field Interviews
Yaitu metode yang dilakukan dengan wawancara. Selain itu peneliti juga melakukan
kuesioner dengan pertanyaan terstruktur yang disusun sebelumnya maupun
pertanyaan terbuka. Metode ini mengandalkan kemampuan pewawancara menjalin
hubungan harmonis’ dengan yang diwawancara. Selain itu peneliti juga harus
memahami pertanyaan dengan baik dan sabar.

5
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK FISIK DAN LINGKUNGAN

LOKASI : Kampung Code Gondolayu


Lor, Kelurahan Kotabaru, Kecamatan
Gondokusumo Kota Yogyakarta

LUAS: 4.572 m2 dengan 200 kepala


keluarga

6
B. DESKRIPSI LOKASI SURVEY

KONDISI FISIK KAWASAN

1. Kondisi Umum

Perkampungan Gondolayu Lor terletak di kelurahan Cokrodiningratan


kecamatan Jetis Kota Yogyakarta. Kawasan ini berada di daerah pinggiran Kali
Code. Karena berada di daerah bantaran sungai, pola permukiman yang terbentuk
adalah permukiman padat dan sederhana. Walaupun demikian, perkampungan ini
memiliki infrastruktur yang cukup lengkap, seperti jalan sebagai prasarana
transportasi, bangunan yang layak huni, MCK umum, pos siskambling, penerangan,
sarana kebersihan, dll

2. Kondisi Jalan

(Gambaran Umum Jalan) Jalan di perkampungan ini berukuran kurang lebih 1-2
meter, berupa gang-gang kecil yang menghubungkan antar bangunan. Jalan ini
belum berupa aspal melainkan dibangun dengan paving blok. Meskipun demikian
kondisi jalan bersih karena warga rajin membersihkan lingkungannya.

Gang kecil yang masuk ke Jalan yang berada di depan


kampung code dengan gang kampung code
jalan kecil berukuran 1-2 meter merupakan jalan utama yaitu
JL.Faridan M Noto.

7
KARAKTERISTIK FISIK JALAN

a. Morfologi

Jalan yang ada di kampung code tidak terlalu besar sekitar lebar 1,5m dan hanya
bisa dilalui pejalan kaki dan motor. Bentang jalannya mengikuti alur permukiman
warga sebagai penghubung antar bangunan. Bentuk jalan mengikuti jalan
perkampungan asli yaitu linear namun bercabang dan tidak teratur. Jalan digunakan
sebagai pekarangan warga sehingga warga harus berbagi pekarangan rumah dengan
tetangganya

b. Sirkulasi

Sirkulasi pada jalan kampung adalah dua arah namun cukup sempit karena lebar
hanya 1,5m dan motor harus bergantian melewati jalan kampung. Arah masuk ke
kampung Code berada di sebelah barat McDonald sudirman melewati beberapa kios
tambal ban, yang juga milik warga kampung tersebut. Mobil tidak dapat memasuki
wilayah perkampungan tetapi untuk mengakses menuju gerbang masuknya cukup
mudah yaitu melewati JalanFaridan M Noto

Jln. Jendral Sudirman Jln. Faridan M Noto

c. Tata Guna jalan


Jalan-jalan di perkampungan ini berada di ketinggian sekitar 100 meter dari
permukaan laut dan terbilang sangat sempit hingga hanya dapat digunakan para
pejalan kaki dan pengemudi sepeda motor. Bentang jalannya mengikuti alur
permukiman warga sebagai penghubung antar bangunan. d. Tekstur

8
Tekstur jalan di kawasan perkampungan ini tidak rata dan bergelombang karena

dibangun dengan paving blok yang mengikuti ketinggian lahan yang memang tidak

merata. Dibangun dengan sederhana tanpa infrastruktur jalan lainnya seperti

pedestrian. e. Tata Guna Jalan

Jalan-jalan di perkampungan ini digunakan sebagai prasarana transportasi.


Namun selain itu, jalan-jalan disini juga sekaligus sebagai pekarangan rumah warga.
Karena tanah yang terbatas, jalan disini menjadi multifungsi untuk kegiatan lain,
seperti tempat reklame, papan pengumuman, parkir, dll.

9
3. Bangunan

Gambaran Umum Bangunan

Bangunan yang ada di perkampungan ini mayoritas adalah bangunan sederhana.


Kawasan ini termasuk kawasan padat bangunan terutama perumahan. Bahkan jarak
antar bangunan belum memenuhi standar karena bangunannya saling berhimpitan.
Karena itu kawasan ini terlihat sebagai kawasan permukiman padat dengan
bangunan yang tidak tertata.

Karakteristik Fisik Bangunan

a. Tekstur

Kondisi bangunan di perkampungan ini adalah bangunan permanen maupun


bangunan semi permanen. Dibangun menggunakan batu bata dan sebagian lainnya
dari kayu. Di daerah ini ada beberapa bangunan bertingkat walaupun sederhana dan
tanpa konstruksi bangunan yang baik. Hali ini mungkin disebabkan karena lahan
yang terbatas.

b. Arsitektural

Dari segi arsitektur, bangunan-bangunan yang ada di perkampungan ini masih


sederhana dan tidak mementingkan segi arsitektur. Umumnya hanya dibuat sebagai
bangunan yang cukup layak huni. Arsitektur dengan berbagai simbolisme dan estetika
didesain setelahnya oleh Romo Mangunwijaya dan menambahkan warna-warna yang
sekilas terlihat tidak simetris namun ketika dilihat pada angle lain, akan terlihat
simetris. Kemudian setelah gerakan kampung pelangi yang dilakukan oleh Romo
Mangunwijaya, beberapa rumah kemudian mengikuti gaya arsitektur dari sang arsitek
dengan menambahkan simbol-simbol dan atribut-atribut seperti ban bekas, maupun
bonekaboneka kayu pada rumah mereka. Rumah di kampung ini kemudian menjadi
unik satu sama lain.

10
4. Kondisi Infrastruktur

1. MCK Umum

Untuk kepentingan mandi, cuci, kakus, di perkampungan ini telah membangun


SANIMAS berupa WC umum, bak mandi, dan tempat penampungan air bersih.
Kondisinya bagus, dibangun dengan keramik, modern, dan bersih. SANIMAS ini
diresmikan pada 4 Juni 2008 oleh Walikota Kota Yogyakarta.

2. Pos Siskambling

Pos siskambling dibangun di perkampungan ini untuk menunjang keamanan.


System yang digunakan adalah sistem ronda malam dengan jadwal penggiliran
warga yang bertugas. Kondisi pos siskamblingnya bagus dan memadai berupa gardu

3. Sanitasi

Saluran-saluran air bersih di perkampungan ini sudah menggunakan jaringan pipa


untuk menyalurkan ke seluruh warganya. Saluran pembuangan limbahnya berupa
pipa-pipa jaringan. Namun sayangnya, dibeberapa RT yang memang berbatasan
langsung dengan sungai code, pembuangan akhir limbah cair masih ke Sungai Code.
Hal ini mengakibatkan percemaran air di Sungai Code dan kerusakan fungsi Sungai
Code sebagai penjaga keseimbangan lingkungan terutama ekosistem perairan.

4. Tempat Pembuangan Sampah


Gondolayu Lor terdiri atas beberapa Rukun Tetangga (RT) dalam Rukun Warga(RW)
yang sama. Lahan tersebut kurang lebih dihuni oleh 200 keluarga. Bukanlah jumlah
yang sedikit untuk menghasilkan sampah dan limbah dalam jumlah besar. Dan salah
satu masalah perkotaan yang bahkan Negara-negara maju pun masih alami adalah
masalah pengelolaan sampah dan limbah tersebut. Di beberapa Rukun warga
kawasan perkampungan gondolayu lor, mereka mengatasi masalah sampah penduduk
dengan memperkerjakan beberapa orang pekerja yang memang bertugas dalam
mengangkut sampah sampah tersebut dari rumah rumah penduduk. Tenaga kerja ini
diberi upah tiap bulannya berkisar empat ratus ribu rupiah tergantung dengan letak
dan posisi rukun tetangga mereka sendiri. Jadi penduduk hanya tinggal meletakkan
sampah di tempat tempat tertentu, pada pagi hari, yang disediakan didepan rumah

11
mereka untuk kemudian diangkut ke tempat penampungan sampah akhir oleh pekerja
yang telah ditentukan Hal ini dibiayai oleh kas RT itu sendiri yang berasal dari
pungutan setiap warga di kawasan tersebut.
Untuk pengolahan sampah-sampah padat itu sendiri di tempat pembuangan akhir,
mereka menyumbang masing masing RT sejumlah seratus ribu rupiah. Hal ini
merupakan sesuatu yang baik dimana mereka terbantu dalam
mengurusi sampah sekaligus membuka suatu lapangan pekerjaan baru bagi orang
lain.

5. Tempat ibadah
Terdapat masjid pada bagian tengah kampung, dengan kondisi yang cukup baik dan
dilengkapi tempat wudhu

5. Ruang publik

Parkampungan ini sebenarnya tidak mempunyai lahan kosong lagi yang dapat
dijadikan taman atau sejenisnya sebagai tempat bersantai di sore hari. Mereka hanya
memiliki mesjid dan satu lapangan olahraga yang dapat digunakan sebagai tempat
berkumpul. Akan tetapi terbatasnya ruang di kampung ini tidak membatasi interaksi
mereka. Suasana kekeluargaan terlihat di beberapa pekarangan rumah yang memang
terdapat kursi tempat bersantai. Selain itu, kamar mandi umum yang mereka punya
juga dapat menambah eratnya tali silaturrahmi antar penduduk kampung. Jadi pada
dasarnya fungsi ruang public sebagai tempat berkumpul sudah tergantikandi
perkampungan ini.

12
6. Tempat Pembuangan Sampah

Gondolayu Lor terdiri atas beberapa Rukun Tetangga (RT) dalam Rukun
Warga(RW) yang sama. Lahan tersebut kurang lebih dihuni oleh 200 keluarga.
Bukanlah jumlah yang sedikit untuk menghasilkan sampah dan limbah dalam
jumlah besar. Dan salah satu masalah perkotaan yang bahkan Negara-negara maju
pun masih alami adalah masalah pengelolaan sampah dan limbah tersebut. Di
beberapa Rukun warga kawasan perkampungan gondolayu lor, mereka mengatasi
masalah sampah penduduk dengan memperkerjakan beberapa orang pekerja yang
memang bertugas dalam mengangkut sampah sampah tersebut dari rumah rumah
penduduk. Tenaga kerja ini diberi upah tiap bulannya berkisar empat ratus ribu
rupiah tergantung dengan letak dan posisi rukun tetangga mereka sendiri. Jadi
penduduk hanya tinggal meletakkan sampah di tempat tempat tertentu, pada pagi
hari, yang disediakan didepan rumah mereka untuk kemudian diangkut ke tempat
penampungan sampah akhir oleh pekerja yang telah ditentukan Hal ini dibiayai oleh
kas RT itu sendiri yang berasal dari pungutan setiap warga di kawasan tersebut.
Untuk pengolahan sampah-sampah padat itu sendiri di tempat pembuangan akhir,
mereka menyumbang masing masing RT sejumlah seratus ribu rupiah. Hal ini
merupakan sesuatu yang baik dimana mereka terbantu dalam mengurusi sampah
sekaligus membuka suatu lapangan pekerjaan baru bagi orang lain.

7. Open Space dan Lahan Terbuka Hijau

Kampung ini yang terbilang cukup sejuk dengan banyak tanaman di pekarangan
rumah rumah penduduk yang memang minim lahan kosong tersebut. Meskipun
padat, dikampung ini tetap kita temukan kesan hijau dari bunga dan tanamaan lain
di pekarangan. Memang pada dasarnya mereka tidak punya cukup lahan untuk
ditanami pohon pohon pelindung berukuran besar. Akan tetapi, untuk mencegah
polusi, panas, dan mendapatkan udara yang segar, mereka sudah dapat menciptakan
keadaan ini sedemikian rupa.

Hal ini pada dasarnya berawal dari kebijakan pemerintah daerah setempat yang
mewajibkan tiap tiap rumah menanam bunga dan tanaman lain didepan rumahnya.
Bahkan demi tercapainya tujuan tersebut, pemerintah mengadakan bantuan
pengadaan pot dan tanaman kepada tiap-tiap kepala keluarga. Pada awal program

13
penghijauan ini dicetuskan oleh pemerintah, sebenarnya di perkampungan
Gondolayu Lor ini dapat kita temukan bukan hanya bunga, tapi juga tanaman-
tanaman apotek hidup seperti rempahrempah dan yang lainnya. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu apotek hidup ini berkurang dan akhirnya tidak ditemukan lagi di
perkampungan ini.

Sehingga hanya sedikit lahan kosong yang dapat kita jumpai kini. Lahan kosong
yang ada di kampung ini hanya berupa tanah untuk membuang sampah yang

ada di pinggir sungai.

14
D. PLOTTING TATA RUANG DAN SIRKULASI

15
16
D. PERMASALAHAN

1. Kelebihan Kampung Gondolayu Lor

Kampung ini terbilang mempunyai kondisi yang cukup kondusif untuk


pendidikan. Hal ini dapat di lihat dari katersediaan sarana umum berupa Koran
umum. Hal ini tentunya membantu masyarakan mempunyai akses terhadap
perkembangan dunia luar, kondisi pemerintahan, dan menambah pengetahuan
penduduk.

Banyaknya papan papan ‘himbauan’ yang berisi ajakan seperti ajakan hidup
bersih, belajar dua jam sehari, dan lain-lain. Pengelolaan sampah rumah tangga yang
cukup baik. Terciptanya suasana sejuk dan hijau ditengah terbatasnya lahan.

2. Permasalahan Yang Timbul

Sumber Air

Air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga desa Gondolayu


diperoleh dari beberapa sumber, antara lain air PDAM dan air sumur, hal ini
tergantung dengan kebijakan masing-masing pengurus rukun warga maupun rukun
tetangga masyarakat setempat.

Bagi beberapa RT yang memiliki pengurus desa yang aktif, kini telah
menggunakan PDAM sebagai sumber air bagi pemenuhan kebutuhan masak dan
minum sedangkan untuk keperluan MCK(mandi, cuci, kakus) mereka menggunakan
air dari sumur-sumur umum yang digunakan bersama,Hal ini dapat diusahakan
setelah warga RT-RT tersebut berhasil mengajukan permohonan bantuan pada
pemerintah daerah.

Untuk warga yang belum mendapatkan bantuan untuk pengusahaan air dari
PDAM, mereka menggunakan sumur sebagai satu-satunya pemasok air untuk
keperluan seharihari.Kebanyakan dari warga ini menggunakan dinamo untuk
memudahkan pengambilan air dan seterusnya air akan dimasukkan kedalam
penampungan yang diletakkan di sekitar rumah seperti yang sekarang sudah banyak
digunakan di tempat-tempat lain.

17
Permasalahan : penggunaan PDAM baru dapat dinikmati oleh sebagian penduduk
saja karena bantuan dari pemerintah masih belum mencapai lingkup desa secara
keseluruhan.Bagi RT-RT yang belum mendapat bantuan ini, mereka menggunakan
sumur sebagai sumber air utama.

Faktor penyebab : adanya kesenjangan tingkat keaktifan maupun tingkat kesadaran


dari warga tiap-tiap RT serta kurang adanya koordinasi dari kepala desa sehingga
penerimaan bantuan belum merata.

Sanitasi

Sistem sanitasi desa Gondolayu memiliki karakteristik yang hamper mirip degan
desa-desa disepanjang tepian sungai (dalam hal ini adalah kali code). Meskipun dari
wawancara yang kami lakukan terhadap salah seorang pengurus desa didapatkan
informasi bahwa limbah rumah tangga warga tidak ada yang dibuang ke kali code,
kami tetap menemukan ada beberapa sampah yang mengapung di kali tersebut. Selain
itu kami juga melihat adanya pipa-pipa saluran pembuangan yang memang diarahkan
langsung ke kali Code.

Permasalahan : sampah yang mengotori kali code yang kebanyakan merupakan


limbah rumah tangga dapat menimbulkan kemungkinan adanya bencana banjir jika
musim penghujan tiba.

Faktor penyebab : Belum adanya kesadaran dari masyarakat tentang bahayanya


membuang sampah di sungai serta kurangnya pengawasan dari pihak pemda yang
mengakibatkan warga mengotori sungai dengan sesukanya.

Sistem Drainase

Sistem Drainase desa Gondolayu terhitung belum cukup baik.akses-akses untuk


tempat saluran aliran air hujan bias dikatakan belum dibangun secara serius.Hal ini
dapat dilihat dari sempitnya selokan-selokan yang berada di tepian jalan, bahkan ada
beberapa jalan yang tidakmemiliki selokan sebagai sarana aliran air hujan menuju
sungai

18
Dilihat dari gambar diatas, dapat kita simpulkan bahwa pembangunan selokan
sebagai komponen system drainase tidakmenjadi preoritas,hal ini kebanyakan karena
area yang difungsikan sebagai jalan umum sangatlah terbatas, sehingga kemungkinan
untuk menambahkan selokan disepanjang badan jalan sangat tidak memungkinkan.

Permasalahan : kurangnya selokan-selokan yang difungsikan sebagai akses air hujan


yang akan dialirkan ke sungai code.

Faktor penyebab : kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengadaan


system drainase pemukiman mengakibatkan pembangunan selokan-selokan sangat
minim dilakukan.

Sampah

Permasalahan : Selain untuk pengelolaan sampah rumah tangga yang sudah


cukup baik,, di _ampong ini juga terdapat tempat pembuangan sampah umum di
tempat tempat yang strategis seperti lapangan dan di dekat mesjid. Akan tetapi,
pengelolaan sampah yang sedemikian rupa ini hanya dapat menciptakan kawasan
bersih di sekitar perumahan penduduk sedangkan di tempat sampah umum seperti di
mesjid, sampah masih menjadi suatu masalah yang belum dapat dikelola dengan
baik.seperti yang dapat kita lihat pada gambar:

Faktor Penyebab : Sampah yang berada di tempat umum membuat tidak ada warga
yang merasa bertanggung jawab terhadap kebersihan wilayah tersebut hingga
kebersihan tempat tempat umum ini tidak terkontrol.

Tata Guna Lahan

Permasalahan : minimnya tempat parkir hingga banyak warga yang memarkir


kendaraannya pada malam hari sebatas jalan utama saja yang sebagiannya harus
berada di pekarangan rumah agar tidak memenuhi badan jalan.

Faktor Penyebab : Keterbatasan lahan akibat lahan yang ada dipenuhi oleh bangunan
terutama pemukiman tanpa mempertimbangkan keseimbangan lingkungan.

19
E. SOLUSI

1. Sumber air

Solusi :

Perlu diadakan sosialisasi mengenai pentingnya air bersih.

Peningkatan kerja sama dan koordinasi antar desa serta pemerintah dalam hal
pemerataan air bersih dan sarana prasarana pendukungnya.

2. Sanitasi

Solusi :

Perlu diadakan pengawasan secara kontinyu baik oleh warga desa maupun
pemerintah disepanjang kawasan kali Code terhadap pembuangan sampah maupun
pencemaran lingkungan dalam bentuk lain.

Perlunya dibentuk peraturan pemerintah yang jelas mengenai perlindungan Sungai


serta pelestarian lingkungan kawasan sepanjang aliran sungai.

3. Drainase

Solusi :

Pengoptimalan fungsi selokan dalam mengalirkan limbah rumah tangga.

Pembuatan sarana pengaliran dan pengolahan lmbah yang baik demi menjaga
keseimbangan lingkungan kali Code.

4. Sampah

Solusi :

Pembentukan pengurus dan petugas pembuangan sampah umum harian.

20
5. Keterbatasan Lahan

Solusi :

Pembuatan parkir umum bertingkat dalam rangka meminimalkan penggunaan lahan.

Pemanfaatan ruang kosong secara optimal dalam rangka pengadaan kawasan hijau
yang memadai.

21
BAB V KESIMPULAN

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian terhadap perkampungan penduduk


Gondolayu Lor di Yogyakarta adalah sebagai berikut :

Banyak sisi positif dari perkampungan Gondolayu Lor di sekitar Kali Code, terutama
kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

Perlunya perbaikan dan perhatian masyarakat terhadap permasalahan yang ada misalnya
sampah, sanitasi, drainase, ruang terbuka, sumber air, tata ruang,

22
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA
Wawancara yang dilakukan di kampung Code dengan mewawancarai 4
narasumber tentang probelmatika yang ada di sana :
1.Ibu Lastri salah satu warga kampung Code memaparkan salah satu
problematika yang ada disana adalah kurangnya kebersihan disekitar
bantaran kali code , masalah utamanya adalah sampah yang mengotori
Sungai Code yang kebanyakan merupakan limbah rumah tangga yang
berasal dari daerah hulu yang terbawa oleh arus sungai sehingga dapat
menimbulkan kemungkinan adanya bencana banjir jika musim penghujan
tiba.
2.Bapak Suparman selain sampah yang ada kaitannya dengan kebersihan
salah satunya adalah saluran pembuangan yang ada kaitannya dengan
limbah yang terkadang menimbulkan bau bagi masyarakat sekitar.
kemungkinan karena belum diolah maupun ada yang sudah diolah tetapi
karena bercampur dengan limbah dari tempat lain dan juga karena standar
pengolahannya belum memenuhi sehingga masih bau karena saluran
pembuangan berupa pipa-pipa. Akan tetapi dibeberapa RT yang memang
berbatasan langsung dengan sungai code, pembuangan akhir limbah cair
masih ke Sungai Code.
3.Pak Jumari : Problematika yang dirasakan adalah susahnya sirkulasi yang
ada didalam kampung karena kontur tanah yang cukup curam sehingga
beberapa anak tangga sangat curam juga dan cukup berbahaya bagi anak
anak atau lansia. Akses masuk juga cukup susah karena jalan hanya dapat
dilalui satu motor, sehingga ketika berpapasan dari arah yang berlawanan
harus mengalah salah satu dan cukup berbahaya bagi orang yang tidak
biasa dengan kondisi ini, terutama karena kampung berada tepat di tepi
sungai.
4.Bu Suheri : Ketika musim penghujan datang, selokan sering tersumbat dan
air sungai juga sering meluap sehingga terjadi banjir. Warga banyak yang
tidak sadar akan membuang sampah pada tempatnya.

23
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG
RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA
WALIKOTA YOGYAKARTA,

[BAB III PEMBANGUNAN RTHP]


Pasal 9
(1) Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan RTHP dilakukan oleh BLH
dengan melibatkan SKPD terkait dan masyarakat. (2) Bidang tanah terbuka
untuk tanaman penghijauan dalam bentuk taman maupun pohon perindang
paling sedikit 60% (enam puluh persen) dari luas masing-masing RTHP.
[BAB IV PENGELOLAAN RTHP]
Pasal 10
(1) Pengelolaan RTHP dilakukan oleh BLH dan Kecamatan (2) RTHP yang
dikelola BLH dan Kecamatan dapat dimanfaatkan/dilimpahkan pemanfaatannya
kepada masyarakat.
(3) Pelimpahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam izin
pemanfaatan yang dikeluarkan oleh BLH atau Kecamatan. (4) RTHP yang
dikelola oleh Kecamatan dapat dilimpahkan pemanfaatannya kepada
masyarakat / LPMK.

24
Pasal 11
(1) Pemanfaatan RTHP dapat dilakukan oleh BLH dan Kecamatan dengan
mempertimbangkan kelestarian dan fungsi RTHP. (2) Pemanfaatan RTHP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan olah raga, kesenian,
taman bermain, pertemuan warga masyarakat, panggung terbuka dan kegiatan
masyarakat lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan norma - norma yang
berlaku di masyarakat.
Pasal 12
(1) Pemeliharaan RTHP dilakukan oleh BLH. (2) Pemeliharaan ringan/perawatan
rutin dilakukan oleh
Kecamatan atau penerima manfaat RTHP. (3) Pembayaran rekening air dan
listrik
RTHP dilakukan oleh SKPD
pengelola.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.kompasiana.com/moch.shofwan/potret-sungai-perkotaan-
kalicode-yogyakarta-antara-kini-dan-nanti_54f91ba2a33311fc078b45c9
2. http://www.avepress.com/tata-ruang-pemukiman-kali-code-
yogyakartaberdasarkan-daerah-aliran-sungai-das/
3. http://kampungnesia.org/berita-kali-code--dinamika-kampung-kota-
1.html

25

Anda mungkin juga menyukai