Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

Latar belakang

Neonatus adalah bayi usia 0 hari sampai usia 28 hari (Jehan, et al., 2009). Kelahiran

neonatus merupakan puncak dari peristiwa perkembangan embriologi dari konsepsi dan

implantasi sampai organogenesis. Embrio membutuhkan sel darah merah untuk mengangkut

oksigen dari ibu ke embrio melalui plasenta. Kualitas dari proses transfer darah dari ibu ke fetus

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan embrio. Kelahiran membawa perubahan

dramatis dalam sirkulasi dan oksigenasi, yang mempengaruhi hematopoiesis. Bayi yang baru

lahir akan mengalami transisi ke eksistensi biologis yang terpisah dari tubuh ibu. Terpisahnya

fetus dari tubuh ibu dapat berpengaruh pada sistem hematologi neonatus. Peristiwa tersebut

sering menyebabkan terjadi gangguan-gangguan hematologi yang terjadi pada awal kehidupan

neonatus (Palis dan Segel, 2016).

Hampir semua neonatus memiliki resiko mengalami gangguan hematologi, namun

diketahui bahwa neonatus yang lahir premature memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan

dengan bayi aterm. Salah satu contohnya adalah terjadinya anemia yang lebih sering ditemukan

pada neonatus preterm dibandingkan dengan neonatus aterm (Diaz-Miron, et al., 2013). Selain

anemia, juga dapat ditemukan keadaan leucopenia pada neonatus preterm yang diduga

meningkatkan resiko terjadinya sepsis neonatorum (Backes, et al., 2011; de Souza Rugolo, et al.,

2011; Correa-rocha, et al, 2012). Sepsis neonatorum merupakan salah satu penyebab kematian

terbanyak kedua di dunia (WHO, 2008).

Saat ini, diketahui bahwa keadaan ibu saat hamil merupakan salah satu faktor keadaan

hematologi neonatus. Hipertensi saat hamil atau keadaan preeklamsia diketahui dapat
menyebabkan terjadinya trombositopenia pada neonatus. Trombositopenia dapat menyebabkan

pendarahan pada neonatus dan diketahui bahwa pendarahan yang paling banyak terjadi adalah

pendarahan intraventrikular yang memiliki prognosis buruk (Kalagiri, et al., 2016).

Oleh karena itu penting bagi dokter untuk mengetahui gambaran hematologi secara

umum pada neonatus preterm dan neonatus dengan ibu preeklamsi dengan harapan agar skrining

pada neonatus dengan komplikasi dapat dicegah secara dini sebelum mencapai keadaan tersebut.
Neonatus dengan preterm dan neonatus dengan riwayat ibu preeklamsi memiliki resiko untuk
mengalami gangguan hematologi. Keadaan hematologi

Neonatus preterm adalah adalah neonatus yang lahir sebelum usia kehamilan 37
minggu secara pervaginam maupun caesar. Kelahirann preterm dapat berkomplikasi pada
maternal dan fetal. Secara epidemiologi, kelahiran preterm dibedakan menjadi previable
preterm yaitu kurang dari 24 minggu, preterm ekstrem kurang dari 28 minggu, very
preterm yaitu 28 to 31 weeks dan mildly preter yaitu antara 32 sampai 36 minggu.
Jumlah neonatus preterm dibawah usia kehamilan 34 minggu mencapai 75% dari jumlah
neonatus preterm dan 50% yang bertahan memiliki gangguan neurologis pada tahap
kehidupan berikutnya (Arulkumaran dan Bennet, 2011). Neonatus preterm selalu disertai
dengan kelahiran bayi berat badan lahir rendah. Perpaduan inilah yang menjadi dasar
tingginya tingkat mortalitas dan morbiditas preterm (Carlo, 2016).
Sebuah baru lahir merupakan puncak dari peristiwa perkembangan dari konsepsi
dan implantasi melalui organogenesis. embrio membutuhkan sel darah merah
untuk mengangkut oksigen ibu untuk mengizinkan pertumbuhan dan perkembangan.
Kelahiran membawa perubahan dramatis dalam sirkulasi dan oksigenasi, yang
mempengaruhi hematopoiesis, seperti bayi yang baru lahir membuat transisi ke
eksistensi biologis yang terpisah. Bab ini membahas ontogeni hematopoiesis
dan berfokus pada hematopoiesis dari bayi baru lahir normal.

Kelainan hematologi pada neonatus merupakan kelainan yang sering dijumpai pada
neonatus. Kelainan ini dapat menyebabkan akibat yang beragam, baik dari yang tidak
membahayakan hingga akibat yang dapat mengancam kehidupan. Kelainan hematologi
secara garis besar dapat dibagi menjadi polisitemia, anemia, pansitopenia, dan perdarahan.1
Pada studi yang dilakukan di Iran, didapatkan angka kasus kelainan bawaan gastrointestinal
untuk total 1000 neonatus: anemia 1,13%; pansitopenia 0,17%; polisitemia 0,11%;
perdarahan 0,84%.2 Di Indonesia sendiri belum ada studi yang mempublikasikan mengenai
data kelainan hematologi pada neonatus.1

Jehan, I., Harris, H., Salat, S., Zeb, A., Mobeen, N., Pasha, O., McClure, EM>, Moore, J., Wright, LL.,
Goldenberg, RI. 2009. Neonatal Mortality, Risk Factors And Causes: A Prospective
Population-Based Cohort Study In Urban Pakistan. Bulletin of the World Health Organization
87:130-138

Pelis, J., Segel, GB. 2016. Hematologi of Fetus and Newborn. Dalam buku Williams Hematology. Edisi
9. New York: McGraw Hill

Anda mungkin juga menyukai