Revisi Bab Ii
Revisi Bab Ii
TINJAUAN PUSAKA
1
2
intensif (Neil, 2012). Menurut Nelson et al (2010) pasien sakit kritis kronis
dapat didefinisikan sebagai pasien sakit kritis yang menggunakan
ventilasi mekanik dalam waktu yang lama, atau mendapatkan terapi
intensive yang lama, pasien sakit kritis akut yang dirawat dalam waktu
yang lama atau menahun, serta riwayat penyakit kronisnya yang
menyebabkan disfungsi organ, abnormalitas kondisi fisik dan penurunan
imunologi serta neuroendokrin. Penyakit kritis kronis adalah semua
penyakit kritis baik yang diawali dengan penyakit kronis atau akut yang
mendapatkan perawatan lama di ruang intensive dalam rentang 15-25
hari dengan komplikasi atau tidak, termasuk Multiple Organ Dysfungtion
Syndrome (Wiencek dan Winkelmen, 2010).
1.1.3 Karakteristik pasien sakit kritis
1) Hemodinamik yang tidak stabil
2) Memerlukan alat bantu nafas untuk membantu mempertahankan
hidup (misalnya ventilator mekanik) sehingga memerlukan monitoring
ketat dan perawatan intensif.
3) Pasien yang mengalami dekompensasi fisiologis dan karena itu
memerlukan pemantauan konstan dan kemampuan tim intensive care
untuk melakukan intervensi segera untuk mencegah timbulnya
penyakit yang merugikan.
1.1.4 Prioritas Pasien sakit kritis
1) Pasien prioritas 1
Pasien prioritas 1 merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil, yang
memerlukan perawatan intensif, dengan bantuan alat-alat ventilasi,
monitoring dan obat-obatan vasoaktif kontinyu dan obat anti nyeri.
Pasien prioritas 1 ini meliputi pasien bedah kardiotorasik, atau pasien
shock septik. Pasien prioritas 1 ini perlu di pertimbangkan derajat
hipoksemia, hipotensi, dibawah tekanan darah tertentu.
2) Pasien prioritas 2
Pasien prioritas 2 merupakan pasien yang memerlukan pelayanan
pemantauan yang intensif (ventilator mekanik, monitor jantung, CVC,
PAC, urine output). Pasien yang tergolong prioritas 2 misalnya pada
pasien penyakit jantung, paru, ginjal, yang telah mengalami
pembedahan mayor. Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas
macam terapi yang diterimanya.
3
3) Pasien prioritas 3
Pasien prioritas 3 merupakan jenis pasien yang kritis dan tidak
stabil dari status kesehatan sebelumnya. Kondisi ini karena penyakit
yang mendasarinya atau penyakit akutnya, baik masing-masing atau
kombinasinya. Contoh – contoh pasien ini adalah pasien dengan
keganasan metastasik disertai penyulit infeksi pericardial tamponade
atau sumbatan jalan napas atau pasien menderita penyakit jantung
atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pasien-
pasien prioritas 3 kemungkinan mendapat terapi intensif untuk
mengatasi penyakit akut berat, tetapi usaha terapi mungkin tidak
sampai melakukan intubasi dan resusitasi kardio pulmoner.
1.2 SPIRITUAL CARE
1.2.1 Definisi Spiritual
Kata spiritual berasal dari bahasa Latin yaitu spiritusyang berarti
hembusan atau bernafas, kata ini memberikan makna segala sesuatu
yang penting bagi hidup manusia. Seseorang dikatakan memiliki spirit
yang baik jika orang tersebut memiliki harapan penuh, optimis dan berfikir
positif, sebaliknya jika seseorang kehilangan spiritnya maka orang
tersebut akan menunjukkan sikap putus asa, pesimis dan berfikir negatif
(Blais et al, 2002; Roper, 2002).
Terdapat berbagai defenisi spiritual menurut sudut pandang masing-
masing. Mahmoodishan (2010) dan Vlasblom (2012) mendefenisikan
spiritualitas merupakan konsep yang luas, sangat subjektif dan
individualis, diartikan dengan cara yang berbeda pada setiap orang.
Spiritualitas adalah kepercayaan seseorang akan adanya Tuhan, dan
kepercayaan ini menjadi sumber kekuatan pada saat sakit sehingga akan
mempengaruhi keyakinannya tentang penyebab penyakit, proses
penyembuhan penyakit dan memilih orang yang akan merawatnya (Blais
et al, 2002; Hamid, 2008).
1.2.2 Definisi Spiritual Care
Spiritual Care adalah praktek dan prosedur yang dilakukan oleh
perawat terhadap pasien untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien
(Cavendish et al, 2003). Menurut Meehan (2012) spiritual care adalah
kegiatan dalam keperawatan untuk membantu pasien yang dilakukan
melalui sikap dan tindakan praktek keperawatan berdasarkan nilai-nilai
4
menonjol, dalam hal ini perawat berperan untuk memberikan spiritual care
(Cavendish, 2003)
1.2.6.1 Panduan penerapan spiritual Care
Penelitian Baldacchino (2006) dan Cavendish et al (2003)
menemukan jika perawat melakukan kegiatan spiritual care, jenis dan
frekwensi dari intervensi tidak diketahui karena spiritual care jarang
bahkan tidak pernah didokumentasikan. Menurut Broten (1997 dalam
Cavendish et al (2003) mengatakan beberapa perawat tidak
mendokumentasikan kegiatan spiritual care karena tidak ada petunjuk
pelaksanaan. Cavendish et al (2003) mengungkapkan bahwa dalam
memberikan spiritual care pada pasien, perawat dapat menggunakan
petunjuk pelaksanaan Nursing Interventions Classification (NIC) Labels.
Kegiatan perawat dalam memberikan spiritual care dikategorikan menjadi
10 kategori yaitu: fasilitasi pertumbuhan spiritual, dukungan spiritual,
kehadiran, mendengarkan dengan aktif, humor, sentuhan, terapi
sentuhan, peningkatan kesadaran diri, rujukan, dan terapi musik. Sepuluh
kategori tersebut akan diuraikan pada tabel2.1.
Tabel 2.1. Standar Operasional Prosedur Spiritual Care berdasarkan
6 Menciptakan 8 Menyediakan
lingkungan yang lingkungan
nyaman yangnyaman
9 Merujuk kepemuka
agama
10 Menyediakan
tempat berdoa
pasien dengan
pemuka agama
Dukung 1. Mendorong pasien 1. Mengingatkan
an melakukan kegiatan pasien untuk ibadah
spiritual keagamaan, jika 2. Mengantar
diinginkan pasienibadah
2. Mendorong pasien 3. Menawarkan
menggunakan spiritualcare
sumber daya spiritual 4. Menanyakan apakah
jika diinginkan pasien dan keluarga
3. Menyediakan artikel butuh pemukaagama
keagamaan 5. Menyediakanartikel
4. Menfasilitasi pasien keagamaan
menggunakan 6. Mengijinkan pasien
meditasi, doa, ritual untuk meditasi,
dan tradisi agama berdoa, dan
lainnya rituallainnya
5. Mendengarkan 7. Mendengarkan
dengan aktif dengan aktif
6. Meyakinkan pasien ungkapan pasien
bahwa perawat tentangperasaannya
mendukung pasien 8. Menghiburpasien
9. Mendiskusikan tentang
penyakit dan kematian
Kehadiran 1. Menunjukkan sikap 1. Mengakui pasien
menerima sebagai individu
2. Mengungkapkan yangunik
secara verbal 2. Berbicara dengan
bahwa perawat keluarga pasien
empati terhadap 3. Menawarkan
pengalaman pasien dukungan emosional
3. Membangun kepada pasien
kepercayaan dan dankeluarga
hal positif 4. Penguatan melalui
4. Mendengarkan sentuhan:memeluk,m
keprihatinan pasien embelai,
5. Menyentuh pasien berpegangan tangan
untuk menunjukkan 5. Bertindak sebagai
keprihatinan advokat:
6. Perawat hadir secara
fisik untuk membantu
keluarga dan pasien.
Mendenga 1. Menetapkan tujuan 1. Membiarkan pasien
rkan untukberinteraksi bercerita tentang
dengan 2. Menunjukkan pasien sendiri
10
1.3 HEMODINAMIK
Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik
melalui sirkulasi sistemik (sirkulasi besar) maupun sirkulasi pulmonal
(sirkulasi dalam paru paru). Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu
dipertahankan dalam kondisi yang fisiologis dengan kontrol neurohormonal.
Namun, pada pasien-pasien sakit kritis mekanisme kontrol tidak melakukan
fungsinya secara normal sehingga status hemodinamik tidak akan stabil.
Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang sangat penting dalam
14
otak yang berkaitan dengan emosi positif dan menurunkan EEG yang
berhubungan dengan afek dan mood negative (Fried, et al., 1996).
Hasiil studi pendahuluan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo
Purwokerto, belum ada prosedur tetap untuk membantu memperbaiki
hemodinamik pasien dengan metode alternatif, oleh karena itu, berbekal
latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui pengaruh light massage
dan terapi murottal terhadap perubahan hemodinamik pasien gagal
jantung di RSUD Prof. DR. Margono Soekardjo Purwokerto.
1.5.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh light
massage dan murottal terhadap perubahan hemodinamik pada pasien
dengan gagal jantung di RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Tujuan umum adalah menjelaskan pengaruh light massage dan
murottal terhadap perubahan hemodinamik pada pasien dengan gagal
jantung di RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Tujuan khusus: 1) menganalisis perbedaan hemodinamik (tekanan
darah, pernafasan, denyut jantung, SpO2 dan EKG) pada pasien dengan
gagal jantung setelah dilakukan tindakan light massage; 2) menganalisis
perbedaan hemodinamik (tekanan darah, pernafasan, denyut jantung,
SpO2 dan EKG) pada pasien dengan gagal jantung setelah dilakukan
tindakan murottal; 3) menganalisis perbedaan hemodinamik (tekanan
darah, pernafasan, denyut jantung, SpO2 dan EKG) pada pasien dengan
gagal jantung setelah dilakukan tindakan light massage dan murottal; 4)
menganalisis perbedaan hemodinamik (tekanan darah, pernafasan,
denyut jantung, SpO2 dan EKG) antara kelompok dengan murottal dan
light massage pada pasien dengan gagal jantung; 5) menganalisis
efektifitas tingkat kecemasan pada pasien dengan gagal jantung sebelum
dan setelah pemberian murottal.
1.5.5 Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental, yaitu
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan kelompok
kontrol dan kelompok eksperimental. Variabel independent adalah terapi
light massage dan murottal. Variabel dependent adalah peruahan
hemodinamik (tekanan darah, pernafasan, denyut jantung, SpO2 dan
EKG). Populasi penelitian adalah pasien gagal jantung yang dirawat di
21
Keterangan:
O1: penilaian hemodinamik pada kelompok intervensi sebelum perlakuan
O2: penilaian hemodinamik pada kelompok intervensi setelah perlakuan
O3: penilaian hemodinamik pada kelompok intervensi sebelum perlakuan
O4: penilaian hemodinamik pada kelompok intervensi setelah perlakuan
O5: penilaian hemodinamik pada kelompok intervensi sebelum perlakuan
O6: penilaian hemodinamik pada kelompok intervensi setelah perlakua
O7: penilaian hemodinamik awal pada kelompok kontrol
O8: penilaian hemodinamik akhir pada kelompok kontrol
X1: Perbedaan rata-rata perubahan hemodinamik sebelum dan setelah
perlakuan pada kelompok intervensi
X2: Perbedaan rata-rata perubahan hemodinamik sebelum dan setelah
perlakuan pada kelompok kontrol
Y1: Perbedaan rata-rata perubahan hemodinamik sebelum perlakuan
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Y2: Perbedaan rata-rata perubahan hemodinamik setelah perlakuan
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
1.5.6 Hasil Jurnal
Hasil uji statistic didapatkan terdapat pengaruh light massage dan
murottal terhadap perubahan hemodinamik P <0,05, terdapat perbedaan
perubahan elektrokardiografi (EKG) pre dan post dengan p value 0,000
(p<0,05), dan perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan setelah
diperdengarkan murottal dengan p value 0,000 (P<0,05), sedangkan
pada uji Manova didapatkan p < α 0,05. Kesimpulan hasil penelitian
adalah light massage dan murottal meningkatkan status hemodinamik
pada pasien gagal jantung di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo
Purwokerto. Light massage memberikan pengaruh terhadap kestabilan
hemodinamik pasien gagal jantung pada variabel tekanan darah,
pernafasan, denyut jantung, dan SpO2. Pemberian murottal dapat
mengurangi kecemasan pasien gagal jantung.
1.5.7 Aplikasi jurnal di Setting Keperaatan Indonesia
Light massage dan terapi murottal dapat diterapkan di Rumah Sakit
Saiful Anwar Malang untuk meningkatkan hemodinamik dan menurunkan
kecemasan pasien rawat inap, khususnya pasien dengan kebutuhan
monitoring hemodinamik secara intensif karena terapi tersebut mudah
24
pada pasien. Terapi ini murotal (membaca Al-qur ’an) terbukti berguna dalam
proses penyembuhan karena dapat menurunkan rasa nyeri dan dapat
membuat perasaan klien rileks (Hamel, 2001; Mottaghi, Esmaili, & Rohani,
2011). Spiritual dan keyakinan. Beragama sangat penting dalam kehidupan
manusia karena hal tersebut dapat mempengaruhi gaya hidup, kebiasaan
dan perasaan terhadap kesakitan. Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri
mempengaruhi seseorang, energi orang tersebut menipis, dan spirit orang
tersebut dipengaruhi (Potter & Perry, 2006).
Bacaan Al Quran dengan murottal dapat memberikan rangsangan suara
yang kontinue. Thompson (2011) mengungkapkan bahwa stimulasi suara
dapat mempengaruhi sistem fisiologis yang meliputi: denyut nadi, respirasi,
EEG, EKG dan lainnya. Mendengarkan bacaan Al Quran dapat
meningnkatkan dukungan spiritual pada pasien. Dukungan spiritual sangat
dibutuhkan pada pasien kritis karena dapat meningkatkan harapan,
semangat, kepercayaan diri, kenyamanan psikologis serta merupakan doa
yang membawa kekuatan (The Joanna Briggs Institute, 2010). Kebiasaan
spiritual dibutuhkan untuk pemulihan pasien kritis (Lamb, et al, 2008). Terapi
music adalah kombinasi dari irama, harmoni, melodi dan nada yang dapat
memberikan sensasi rileks dan mengurangi kecemasan. Murottal merupakan
salah satu music denga intensitas 50 desibel yang membawa pengaruh
positif bagi pendengarnya (Wijaya, 2009). Terapi murottal dapat mengurangi
kecemasan pasien, selain itu juga terbukti dapat menurunkan rasa nyeri dan
dapat membuat perasaan menjadi rileks (Hamel, 2001; Mottaghi, Esmaili &
Rohani, 2011).
Bacaan Al-Quran yang diperdengarkan dapat memperbaiki fungsi
jantung. Elzaky (2011) menjelaskan bahwa pasien yang menderita penyakit
jantung menunjukkan peningkatan sistem imunitas, perbaikan fungsi jantung
dan mampu menurunkan kekambuhan serangan jantung setelah
diperdengarkan suara Al quran. Perawatan monitoring yang dilakukan oleh
perawat terhadap pemantauan tekanan darah, denyut jantung menjadi kunci
dalam mempertahankan sirkulasi darah agar tetap baik sehingga kehidupan
pasien dapat dipertahankan (Potter & Perry, 2005).
Penelitian kedokteran Amerika Utara menunjukan bahwa dengan
membaca Al-Quran atau memperdengarkan dapat mengurangi ketegangan
susunan saraf secara spontan, sehingga lambat laun akan menjadi rileks,
26