Anda di halaman 1dari 2

Mekanisme Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular)

1. Pengertian
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan wujud peran
serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko
penyakit tidak menular secara mandiri dan berkesinambungan. Faktor resiko penyakit tidak
menular meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang
aktivitas fisik, obesitas, stress, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol, serta menindaklanjuti
secara dini faktor resiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke
fasiitas pelayanan kesehatan dasar (Azwar, 2010). Masyarakat diperankan sebagai sasaran
kegiatan, target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai sumber daya. Dalam pelaksanaan
selanjutnya kegiatan posbindu menjadi Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM), dimana kegiatan ini diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya,
kemampuan, dan kebutuhan masyarakat (Kemenkes, 2012).
2. Tujuan
Meningkatkan peran serta masyarakat sehat, berisiko dan penyandang penyakit tidak menular
berusia 15 tahun ke atas (Rahajeng, 2012).
3. Sasaran Kegiatan
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang penyakit tidak
menular berusia 15 tahun ke atas (Rahajeng, 2012).
4. Wadah Kegiatan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) dapat dilaksanakan di
tempat dimana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin,
misalnya balai dusun.
5. Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) dilakukan oleh
kader kesehatan yang telah ada di masyarakat yang dilatih secara khusus, dibina atau
difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular.
6. Bentuk Kegiatan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) meliputi kegiatan :
 Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat
penyakit tidak menular pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang
makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan rumah tangga, serta
informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan
terjadinya penyakit tidak menular. Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan
berkala sebulan sekali.
 Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT) , dan tekanan
darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat
dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan
ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
 Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan posbindu. Hal ini
penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat
tidak tahu cara mengendalikannya.
 Kegiatan aktifitas fisik atau olahraga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan jika ada
penyelenggaraan posbindu namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.
 Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan pemanfaatan
sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam penanganan pra
rujukan.
7. Waktu Penyelenggaraan
Posbindu PTM dapat diselenggarkan dalam sebulan sekali, bila diperlukan dapat lebih dari 1
kali dalam sebulan untuk kegiatan pengendalian faktor risiko PTM lainnya, misalnya olahraga
bersama, sarasehan dan lainnya. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan kesepakatan serta
dapat saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi di masyarakat (Pudiastuti, 2011).

Anda mungkin juga menyukai