Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA KELOMPOK MASYARAKAT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS DAU RW 03 DUSUN PRINCI DESA GADINGKULON
KABUPATEN MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Departemen Komunitas dan Keluarga


Yang dibimbing oleh Ns. Setyoadi, M.Kep., Sp.Kom.

Oleh:
KELOMPOK 1A
Hikmatul Uyun 155070200111003
Puput Novia Kumalasari 155070200111007
Ni Putu Regita Nurcahyani 155070200111009
Ilvan Nur Azis 155070200111011
Fajar Irwansyah 155070200111013
Intan Larasati 155070200111017
Yurike Olivia Sella 155070200111019
Rizky Hertika Putri 155070201111015
Made Arny Fariyanti 155070201111017
Sukmawati Arum Primadita 155070201111019
Agnes Arisca 155070201111021

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah pada diastolik dan
diastolik secara hilang timbul atau menetap. Menurut Joint National
Committee on Detection, Evaluation and Treatmentof High Blood Pressure
(2013) pengertian hipertensi merupakan tekanan yang lebih tinggi dari 140/90
mmHg. Hipertensi dapat terjadi secara esensial (primer atau idiopatik) yaitu
hipertensi yang tidak dapat diidentifikasi faktor penyebabnya. Adapun
hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
tertentu.
Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan
pola makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau
kebiasaan seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif
pada kesehatan. Banyak penyakit akibat gaya hidup yang berhubungan erat
dengan kebiasaan hidup yang salah sedangkan untuk mencapai kondisi fisik
dan psikis tetap prima dibutuhkan serangkaian kebiasaan maupun gaya
hidup yang sehat (Dewi, 2009). Hipertensi memiliki beberapa faktor pemicu,
ada yang tidak dapat dikontrol diantaranya adalah riwayat keluarga, jenis
kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol adalah seperti obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang
mengandung natrium dan lemak jenuh (Brashers, 2004).
Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi untuk
dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi
komplikasi. Upaya pencegahan terhadap pasien hipertensi bisa dilakukan
melalui mempertahankan berat badan, menurunkan kadar kolesterol,
mengurangi konsumsi garam, diet tinggi serat, mengkonsumsi buah-buahan
dan sayuran serta menjalankan hidup secara sehat (Ridwan, 2009).
Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar 972
juta orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan
perbandingan 50,54% pria dan 49,49 % wanita. Jumlah ini cenderung
meningkat tiap tahunnya (Ardiansyah, 2012). Menurut Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004, prevalensi hipertensi di Indonesia
sekitar 14% dengan kisaran 13,4- 14,6%, sedangkan pada tahun 2008
meningkat menjadi 16-18% (Kementerian Kesehatan, 2010). Penyakit
Hipertensi Primer pada tahun 2014 di Kota Malang sebanyak 58.046 kasus.
Adapun hasil pengukuran tekanan darah pada usia >18 tahun di pelayanan
kesehatan sebanyak 15.765 orang (35,92%) (Profil kesehatan kota Malang,
2014).
Dusun Princi Desa Gadingkulon Kecamatan Dau RW III merupakan
salah satu wilayah di Kabupaten Malang yang terdiri atas RT 17 - 22.
Wawancara yang dilakukan kepada Kepala Desa Gadingkulon, ketua dusun
Princi yang sekaligus menjabat sebagai ketua RW (karena dalam dusun
Princi hanya ada RW III) perawat desa, serta para kader menyatakan bahwa
penyakit terbesar adalah Hipertensi. Hal tersebut sesuai dengan hasil
kuesioner yang dilakukan pada 289 KK yang menunjukkan bahwa penyakit
tertinggi yang dialami adalah Hipertensi. Data kuesioner menunjukkan bahwa
Hipertensi sebanyak 14%.
Melihat dari data di atas, penting untuk melaksanakan pembinaan
kesehatan di wilayah tersebut untuk menurunkan tingkat kejadian Hipertensi
dengan cara yakni fokus pada pemberdayaan masyarakat dalam mengontrol
kesehatan dan pola hidup sehat. Tujuan dari melakukan kontrol tekanan
darah secara teratur merupakan suatu hal untuk mencapai dan
mempertahankan tekanan darah sistolik dibawah rentang normal 140 mmHg
dan tekanan diastolik dalam batas normal dibawah 90 mmHg serta
mengontrol faktor-faktor risiko dari hipertensi (Ekarini, 2011).
Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan asuhan keperawatan
komunitas dan keluarga. Keperawatan komunitas dan keluarga merupakan
suatu bentuk pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat. Tindakan penatalaksanaan
tersebut merupakan suatu cara untuk mengurangi angka mortalitas dan
morbiditas penyakit hipertensi, baik secara farmakologi maupun
nonfarmakologi, sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku
masyarakat menjadi lebih baik.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan komunitas pada RW III RT 17-22
Dusun Princi, Desa Gadingkulon, Kecamatan Dau dengan masalah
kesehatan Hipertensi melalui penerapan pola hidup sehat dalam
pencegahan hipertensi dengan pendekatan edukatif pada individu,
keluarga, kelompok khusus ataupun pada komunitas tertentu dalam
rangka mewujudkan tercapainya masyarakat RW III yang sehat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan asuhan keperawatan komunitas pada RW III
RT 17-22 Dusun Princi, Desa Gadingkulon, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang :
a. Mampu menerapkan cara berkomunikasi secara efektif dengan tokoh
masyarakat dan semua anggota masyarakat.
b. Mampu mengumpulkan dan menganalisa data kesehatan yang
ditemukan di masyarakat.
c. Mampu menetapkan diagnosis keperawatan komunitas.
d. Mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat.
e. Mampu memberikan promosi kesehatan kepada masyakat untuk
menurunkan tingkat kejadian dan resiko Hipertensi.
f. Mampu bekerja sama dengan masyarakat dalam melaksanakan
kegiatan sesuai dengan program yang disepakati.
g. Mampu mengevaluasi hasil dari implementasi keperawatan komunitas
yang telah dilakukan dan memberikan rencana tindak lanjut dari
masalah yang diatasi.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Mampu mengaplikasikan ilmu keperawatan komunitas secara nyata di
masyarakat.
b. Menambah wawasan dan pengalaman dalam menemukan,
menganalisa dan menyelesaikan masalah keperawatan di komunitas.
c. Mampu menerapkan proses keperawatan yang berdasarkan dengan
model konseptual pada keperawatan komunitas.
1.3.2 Bagi Puskesmas
Sebagai database tambahan terkait jumlah penderita hipertensi yang
berada di cakupan wilayah Puskesmas Dau.

1.3.3 Bagi Masyarakat


Masyarakat dapat mengenali masalah kesehatan yang dihadapi dalam
komunitas dan memberikan promosi kesehatan yang bermanfaat untuk
menambah wawasan serta ilmu pengetahuan masyarakat terkait masalah
Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).
Kelompok masyarakat tersebut dalam kesehatan dikenal kelompok ibu
hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain
sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan
yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat
secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh
melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri
dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan


keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan
klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010).

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui
upaya-upaya sebagai berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
(health general community) dengan mempertimbangkan
permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care)
b. Fungsi Keperawatan Komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan
ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam
memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta
melibatkan peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga
mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan
pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan
(Mubarak, 2006).

2.1.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi dalam pelaksanaan intervensi asuhan keperawatan
komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses Kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit,
tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga
dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat,
tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan
sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau
pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar
bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu
mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan
melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku
yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar
proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan
pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau
masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan
menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun
WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara
sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan
menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena
itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan
asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai
persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat (Wahyudi, 2010)

2.1.4 Peran Perawat Komunitas


Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dam unit
social. Peran dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun
dari luar dan bersifat stabil. Banyak peranan yang dapat dilakukan
oleh perawat kesehatan masyarakat oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah (Widyanto, 2014):
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran perawat sebagai care provider ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berupa asuhan
keperawatan masyarakat yang utuh (holistic) serta
berkesinambungan (komprehensif). Asuhan keperawatan dapat
diberikan secara langsung maupun secara tidak langsung pada
berbagai tatanan kesehatan meliputi puskesmas, ruang rawat inap
puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling sekolah,
panti, posyandu, dan keluarga
b. Peran Sebagai Pendidik
Peran sebagi pendidik (educator) menuntut perawat untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik di rumah, puskesmas dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang optimal.
Perawat bertindak sebagai pendidik kesehatan harus mampu
mengkaji kebutuhan klien yaitu kepada individu, keluarga, kelompok
masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit, menyusun
program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik sehat maupun
sakit. Misalnya penyuluhan tentang nutrisi, senam lansia,
manajemen stress, terapi relaksasi, gaya hidup bahkan penyuluhan
mengenai proses terjadinya suatu penyakit.
c. Peran Sebagai Konselor
Peran sebagai konselor melakukan konseling keperawatan
sebagai usaha memecahkan masalah secara efektif. Pemberian
konseling dapat dilakukan dengan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
d. Peran Sebagai Panutan
Peran kesehatan masyarakat harus dapat member contoh
yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tatacara hidup sehat
yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
e. Peran Sebagai Pembela
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau
tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat
menjalankan fungsinya melalui pelayanan social yang ada pada
masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak
klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang
terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan
melindungi hak-hak klien.
f. Peran Sebagai Manajer Kasus
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan
masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya.
g. Peran Sebagai Kolaborator
Peran sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerja sama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli
gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan
orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan
sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan.
h. Peran Sebagai Penemu Kasus
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
yang timbul serta berdampak terhadapat status kesehatan melalui
kunjugan rumah, pertemuan-pertemuan observasi dan
pengumpulan data.
i. Peran Sebagai Perawat Kesehatan Sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan
pada anak ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak
dengan mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah
dalam perencanaan pelayanan. Fokus utama perawat kesehatan
sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran penunjang
adalah guru dan kader.
j. Peran dalam Bidang Kesehatan Kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip
keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja
dalam segala bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja
mengaplikasikan praktik keperawatan dalam upaya memenuhi
kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat ditatanan
industry, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas dan
lain-lain.
k. Peran Dalam Perawatan Kesehatan Di Rumah
Perawatan kesehatan dirumah adalah bagian dari rangkaian
perawatan kesehatan umum yang disediakan pada individu dan
keluarga untuk meningkatkan, memelihara dan memulihkan
kesehatan guna memaksimalkan kesehatan dan meminimalkan
penyakit.

2.1.5 Model Konseptual dalam Keperawatan Komunitas


Teori keperawatan berkaitan dengan kesehatan masyarakat
menjadi acuan dalam mengembangkan model keperawatan komunitas
adalah teori Betty Neuman (1972) dan Model Keperawatan Comunity
as Partner (2000). Model Neuman memandang klien sebagai sistem
yang terdiri dari berbagai elemen meliputi sebuah struktur dasar, garis
kekebalan, garis pertahanan normal dan garis pertahanan fleksibel
Figure 1. Community
(Neuman, 1994). as Partner (Anderson & McFarlane,
2001) Model intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh Betty
Neuman melibatkan kemampuan masyarakat untuk bertahan atau
beradaptasi terhadap stressor yang masuk kedalam garis pertahanan
diri masyarakat. Kondisi kesehatan masyarakat ditentukan oleh
kemampuan masyarakat dalam menghadapi stressor. Intervensi
keperawatan dilakukan bila masyarakat tidak mampu beradaptasi
terhadap stressor yang masuk kedalam garis pertahanan (Clark,
1999).Dasar pemikiran dalam keperawatan komunitas adalah
komunitas adalah sebuah sistem. Anderson dan McFarlane (2000)
menggunakan “community as partner”. Model comunity as partner
mempunyai makna sesuai dengan filosofi PHC, yaitu fokus pada
pemberdayaan masyarakat. Model tersebut membuktikan ada
hubungan yang sinergi dan setara antara perawat dan klien.
Pengkajian komunitas mempunyai 2 bagian utama yaitu core dan 8
subsistem.
Pengkajian core/inti adalah core: komunitas, sejarah/riwayat,
data demografi, jenis rumah tangga, vital statistik, value, belief, religion
dan status pernikahan. Pengkajian 8 subsistem komunitas adalah
pengkajian fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan
dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan
rekreasi (Mubarak, 2009). Model comunity as partner menekankan
pada terjadinya stressor yang dapat mengganggu keseimbangan
sistem: pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Tehnik pengumpulan
data dalam model tersebut adalah melalui winshield survey
(pengamatan langsung ke masyarakat dengan berkeliling wilayah dan
menggunakan semua panca indra), hasil wawancara, kuesioner dan
data sekunder (data statistik, laporan puskesmas, laporan kelurahan
dan lain-lain).

2.1.6 Proses Asuhan Keperawatan Komunitas


Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui
beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas
dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis.
Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung
melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan
kontrak/partnership dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Widyanto, 2014).
A. Pengkajian
1. Pengkajian Inti/Core
a. Sejarah (History)
Sub variabel model keperawatan yang perlu dikaji didalam
komponen sejarah komunitas meliputi pertanyaan terkait
sejarah desa, kondisi wilayah, Seluruh jenis data yang
diperoleh dalam variabel sejarah adalah data primer yang
didapatkan melalui ketua RW dan keluarga.
b. Demografi
Data demografi kelompok atau komunitas
terdiriatasjumlah penduduk, jumlah penduduk yang
menderita hipertensi dan vital statistik terkait angka
kematian, insiden hipertensi serta prevalensi hipertensi
yang terdapat di Dusun Princi.Seluruh jenis data yang
diperolah dalam variabel ini adalah data sekunder melalui
metode literature review yang didapatkan melalui data RW
dan data perawat desa. riwayat hipertensi serta lama
menderita hipertensi pada penduduk Dusun Princi.
Pertanyaan tersebut dapat membantu dalam
penegakan masalah dalam masyarakat. Menurut Kemenkes
RI (2017),karakteristik penduduk berupa jenis kelamin dan
usia merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi.
Prevalensi terjadinya hipertensi pada wanita dan pria sama,
dimana wanita yang belum mengalami menopause akan
dilindungi oleh hormone estrogen yang mampu melindungi
pembuluh darah, hormone tersebut mampu meningkatkan
HDL dalam darah sehingga dapat mencegah proses
aterosklerosis. Namun pada usia>45 tahun hormone
tersebut akan semakin menurun sehingga dapat
meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. Sedangkat pada
laki-laki usia>30 tahun berhubungan dengan stress, dimana
stress mampu meningkatkan hormone adrenalin yang
mamapu meningkatkan pompa jantung sehingga tekanan
darah meningkat. Riwayat hipertensi dalam keluarga juga
mampu meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. Secara
genetic berhubungan dengan peningkatan kadar sodium
intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap
sodium individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga
hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi
essensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Dengan
adanya rekapan jumlah penduduk maupun vital statistic
yang menderita hipertensi serta angka kematian yang
berkaitan dengan penyakit tersebut merupan sebuah data
pendukung untuk mengambil masalah tersebut untuk
ditangani dalam meningkatkan angka kesehatan masyarakat
c. Suku Budaya
Bagian dari komponen variabel suku budaya adalah
budaya, sosial dan perilaku penduduk. Pertanyaan yang
mewakili masing masing sub variabel ditanyakan kepada
ketua RW dan keluarga melalui pedoman wawancara dan
kuisioner. Pedoman wawancara ketua RW meliputi
pertanyaan terkait ada atau tidaknya perkumpulan
masyarakat serta bagaimana kebiasaan masyarakat untuk
menyelesaikan masalah, sedangkan kuisioner yang
diberikan kepada keluarga mengenai perilaku keseharian
yang meliputi jenis makanan dan minuman apa yang sering
dikonsumsi, aktivitas fisik apa saja yang sering dilakukan
dan berapa lama aktivitas fisik dilakukan.
Menurut WHO (2015), menyatakan bahwa konsumsi
garam (sodium) > 100mmol / sekitar 2,4 gram sodium/6
gram garam per hari dapat menyebabkan konsentrasi
natrium dalam cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
cairan ekstraseluler menyebabkan volume darah meningkat
sehingga dapat memunculkan hipertensi.Konsumsi makanan
berlemak seperti gorengan/ santan berlebih dapat
menyebabkan penumpukan lemak terutama LDL,
penumpukan LDL yang lama dan mengendap dalam darah
dapat menyebabkan aterosklerosis. Aktivitas fisik teratur
dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah dan melatih otot jantung yang menyebabkan
keelastisan meningkan, sehingga lebih terbiasa untuk
mendapatkan beban yang lebih berat.
d. Nilai dan Keyakinan
Setiap komunitas bersifat unik dengan nilai,
keyakinan, dan praktik keagamaan yang mengakar pada
tradisi dan secara kontinu berkembang serta tetap eksis
karena memenuhi kebutuhan masyarakat. Semua kelompok
etnik mempunyai nilai dan keyakinan yang berinteraksi
dengan sistem komunitas untuk mempengaruhi kesehatan
warganya. Data dalam komponen ini dapat diperoleh melalui
kuisioner yang diberikan kepada keluarga.Pertanyaan yang
terdapat didalamnya meliputi bagaimana persepsi warga
tentang keharusan rutin kontrol hipertensi, keyakinan warga
terkait perilaku yang mempengaruhi gejala hipertensi dan
keyakinan yang dianut.
Pertanyaan mengenai persepsi menganai pentingnya
kontrol rutin sangat berpengaruh pada keinginan dan
kepercayaan masyarakat dalam mengontrol
hipertensi.Dimana apabila masyarakat memiliki keyakinan
atau kebiasaan yang berkaitan dengan manajemen
hipertensi seperti dengan memakan mentimun atau rebusan
daun seledri mampu untuk menurunkan tekanan darah,
maka adapun sebagian masyarakat yang lebih
mengutamakan pengobatan tradisional tersebut daripada
harus memeriksakan ke pelayanan kesehatan. Pemeriksaan
tekanan darah seharusnya rutin dilakukan bagi penderita
hipertensi, hal tersebut memiliki manfaat untuk memastikan
tekanan darah dan menetapkan terapi yang sesuai dengan
keluhan yang dialami. Hal ini dapat mengurangi terjadinya
komplikasi akibat hipertensi seperti, stroke, gagal ginjal,
retinopati dan lain sebagainya dimana akan membutuhkan
pengawasan yang lebih ketat
2. Subsistem
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan adalah salah satu subsistem yang
berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Lingkungan
yang bersih dan sehat membuat penderita hipertensi
menjadi lebih nyaman berada di rumah ataupun di
lingkungan sekitarnya.Untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan juga kebersihan
lingkungan sekitar dengan menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat. Data subsistem lingkungan yang perlu dikaji
adalah kondisi geografis, kondisi hunian, kesehatan
lingkungan dan fasilitas umum di Dusun Princi. Data terebut
dapat diperoleh melalui winshield survey dan kuisioner
keluarga.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pelayanan kesehatan dan sosial tersedia untuk
melakukan deteksi dini gangguan atau merawat dan
memantau apabila gangguan sudah terjadi. Hal yang perlu
dikaji dalam komponen pelayanan kesehatan dan sosial
adalah ketersediaan pelayanan kesehatan di daerah sekitar,
jarak faskes dengan rumah, statistik kunjungan masyarakat
ke layanan kesehatan, jam buka layanan kesehatan, nakes
yang tersedia untuk memberikan layanan, layanan yang
disediakan, ketersediaan pelayanan sosial, jenis pelayanan
sosial serta kepemilikan asuransi kesehatan.
Tersedianya pelayanan kesehatan memberikan
kemudahan penderita hipertensi untuk mengontrol tekanan
darah, mendapat pengobatan secara optimal dan dapat
berkonsultasi mengenai hipertensi. Jika terjadi kekambuhan
gejala, penderita hpertensi dapat langsung mengunjungi
pelayanan kesahatan yang ada di desa.
c. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas perlu diketahui
apakah sudah mencukupi dengan standar yang ada,
sehingga upaya pelayanan kesehatan yang diberikan dapat
efektif.Hal hal yang perlu dikaji adalah jenis pekerjaan warga
sekitar, jumlah penghasilan rata-rata keluarga tiap bulan,
ketersediaan lapangan kerja dan ada atau tidaknya industri
yang terdapat di komunitas.
Jenis pekerjaan yang berat atau membutuhkan
pemikiran yang berat dapat menyebabkan sterss sehingga
tekanan darah menjadi meningkat. Tinggi rendahnya tingkat
sosial ekonomi mempengaruhi penderita hipertensi dalam
melakukan pengobatan, sehingga pengobatan yang
dijalankan beragam dan adanya bantuan asuransi
kesehatan dapat membantu penderita hipertensi dalam
pembiayaan pengobatannya.
d. Keamanan dan Transportasi
Tersedianya transportasi dan kondisi jalan dalam
desa akan mempengaruhi mobilitas warga untuk menuju
layanan kesehatan. Dari uraian tersebut, didapatkan bahwa
perlunya untuk melakukan pengkajian terkait jenis
kendaraan yang dimiliki keluarga atau komunitas serta
bagaiamana kondisi jalan di Dusun Princi.
e. Politik dan pemerintahan
Politik dan pemerintahan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan masyarakat terutama dalam penyediaan
sarana pelayanan kesehatan untuk menunjang kesehatan
warga sekitar. Di masyarakat yang perlu dikaji adalah
bagaimana struktur pemerintahan dusun, ada atau tidaknya
proker pemerintahan terkait kesehatan dan kesejahteraan
warga serta ada atau tidaknya pengawasan
puskesmas.Kepala desa atau kepala dusun dapat
berkolaborasi dengan puskesmas setempat untuk
mengadakan POSBINDU PTM, memberikan pelatihan
kepada kader untuk membantu penderita hipertensi
mengontrol penyakitnya dan memberikan penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat desa terutama penderita
hipertensi.
f. Komunikasi
Sistem komunikasi dalam masyarakat sangatlah
penting dalam menerima informasi terutama terkait dengan
hipertensi. Sarana komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan kesehatan (misalnya: televisi,
radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas).
Dalam subsistem komunikasi yang perlu dikaji adalah
penggunaan alat komunikasi (telepon, handphone, tv, radio,
koran, surat, dll), ketersediaan papan informasi di daerah
sekitar, ada atau tidaknya pelaksanaan penyuluhan
hipertensi sebelumnya, media yang digunakan dalam
penyuluhan, tempat dilaksanakannya penyuluhan dan
berapa kali sudah terpapar penyuluhan.Sarana komunikasi
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai hipertensi. Penderita hipertensi hanya perlu
telepon pelayanan kesehatan atau petugas kesehatan untuk
berkonsultasi mengenai penyakitnya. Ketersediaan papan
informasi tentang hipertensi di daerah sekitar dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya
penderita hipertensi.
g. Pendidikan
Pendidikan atau tingkat pengetahuan penting dalam
pengkajian karena untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan warga sekitar tentang penyakit hipertensi.
Yang perlu dikaji dalam subsistem pendidikan atau tingkat
pengetahuan yaitu statistik tingkat pendidikan masyarakat,
jenis pendidikan masing masing anggota keluarga dan
ketersediaan fasilitas kesehatan di masing masing
sekolah.Tinggi rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi
penerimaan informasi yang diberikan oleh petugas
kesehatan, sehingga informasi yang didapat bervariasi
tergantung tingkat pendidikan masyarakat atau penderita
hipertensi.
h. Rekreasi
Hal hal yang perlu dikaji dalam subsistem rekreasi
adalah ketersediaan fasilitas rekreasi yang ada di komunitas,
kualitas sarana rekreasi, keterjangkauan tempat rekreasi
oleh warga dan siapa saja yang berkunjung.Data tersebut
diperoleh dari hasil winshield survey dan kuisioner
keluarga.Rekreasi atau kegiatan bersantai dapat
menurunkan stress. Diketahui stress sendiri merupakan
salah satu penyebab hipertensi, karena pikiran yang terlalu
tegang dan banyak masalah menyebabkan tekanan darah
tinggi, sehingga rekreasi diperlukan bagi penderita
hipertensi untuk menenangkan pikiran terkait penyakitnya
ataupun masalah yang dihadapi dan mencegah
kekambuhan.
B. Analisa dan Diagnosa Keperawatan Komunitas
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian
dianalisaseberapa besar stresor yang mengancam masyarakat
dan seberapa berat reaksi yang timbul dalam masyarakat tersebut.
Kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan diagnosa atau
masalah keperawatan. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah
kesehatan, karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat
bersifat aktual, ancaman dan potensial.Diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul berdasarkan pengkajian komunitas di
Dusun Princi adalah defisiensi kesehatan komunitas, hal tersebut
berhubungan dengan kurangnya persebaran atau minimnya akses
warga untuk memperoleh informasi terkait kesehatan. Disamping
itu, diagnosa lain yang mungkin muncul pada komunitas adalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan yang berkaitan dengan
masih banyaknya warga yang mengkonsumsi makanan atau
minuman yang seharusnya dihindari oleh penderita hipertensi,
kurangnya kesadaran warga untuk melakukan kontrol hipertensi
dan masih banyaknya warga yang tidak memiliki asuransi
kesehatan.
C. Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer,
sekunder, tersier yang cocok dengan kondisi klien (keluarga,
masyarakat) yang sesuai dengan diagnosa yang telah ditetapkan.
Proses didalam tahap perencanaan ini meliputi penyusunan,
pengurutan masalah berdasarkan diagnosa komunitas sesuai
dengan prioritas (penapisan masalah), penetapan tujuan dan
sasaran, menetapkan strategi intervensi dan rencana evaluasi.
D. Implementasi (Pelaksanaan)
Menurut Widyanto (2014).Pelaksanaan kegiatan komunitas
berfokus pada tiga tingkat pencegahan yaitu:

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit
atau disfungsi dan diaplikasikan ke populasi sehat pada
umumnya, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum
dan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit. Contoh
pencegahan primer yang dapat dilakukan misalnya kegiatan
penyuluhan kesehatan terkait penyakit yang meliputi faktor
resiko, penyebab, tanda gejala dan proses terjadinya suatu
penyakit. Contoh lain pencegahan primer yang dapat dilakukan
yaitu dengan pelatihan kader kesehatan dan pengusulan
pengadaan posyandu PTM.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan
pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat
dan ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder
ini menekankan pada diagnosa dini dan inervensi yang tepat
untuk menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga
memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya
mengkaji dan memberi intervensi berupa pemeriksaan
kesehatan keluarga maupun komunitas serta penyuluhan
kesehatan terkait manajemen pegobatan, tatalaksana dan diet
yang dianjurkan.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan
pada pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara
optimal dari ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai
ketika terjadinya kecacatan atau ketidakmampuan yang
menetap bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi semula dan
menghambat proses penyakit.Contoh pencegahan tersier yang
dapat dilakukan adalah senam hipertensi, penyuluhan
kesehatan terkait pencegahan komplikasi serta konseling.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses perbandingan antara status
kesehatan klien dengan hasil yang diharapkan.Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai
keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada
kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali,
2009)
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan
hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan
dan pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2011)
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana:
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara
subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan
objektif
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
(Suprajitno dalam Wardani, 2013)
Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
1. Evaluasi Berjalan (Sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisan format
catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah
yang dialami oleh keluarga. Format yang dipakai adalah format
SOAP.
2. Evaluasi Akhir (Formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan
antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangaan
diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses
keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data,
masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi. Instrumen yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi secara formatif adalah
lembar pre dan post test.

2.2 Evidence Based Practice Penanganan Hipertensi


Penanganan penyakit hipertensi dilakukan berdasarkan evidence based
berikut ini:
2.2.1 Senam Hipertensi
Cara pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari
penyakit hipertensi dengan semboyan SEHAT yaitu seimbangkan gizi,
enyahkan rokok, hindari stress, awasi tekanan darah dan teratur
berolahraga. Teratur berolahraga dapat dilakukan dengan cara latihan
fisik yang sesuai diantaranya berjalan-jalan, bersepeda, berenang,
melakukan pekerjaan rumah dan senam hipertensi (Maryam
dkk,2008).
Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya
bertujuan untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen
kedalam otot-otot dan rangka yang aktif khususnya terhadap otot
jantung. Mahardani (2010) mengatakan dengan senam atau berolah
raga kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat untuk proses
pembentukan energi dan terjadi peningkatan denyut jantung, sehingga
curah jantung dan isi sekuncup bertambah. Setelah berisitirahat
pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang, dan aliran darah
akan turun sementara waktu, sekitar 30-120 menit kemudian akan
kembali pada tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan
olahraga secara rutin dan terus menerus, maka penurunan tekanan
darah akan berlangsung lebih lama dan pembuluh darah akan lebih
elastis. Mekanisnme penurunan tekanan darah setelah berolah raga
adalah karena olahraga dapat merilekskan pembuluhpembuluh darah,
sehingga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan darah akan
turun.
Senam hipertensi juga bermanfaat dalam meningkatkan daya
tahan jantung dan paru-paru serta membakar lemak yang berlebihan
ditubuh karena aktifitas gerak untuk menguatkan dan membentuk otot
dan beberapa bagian tubuh lainya seperti pinggang, paha, pinggul,
perut dan lain lain serta meningkatkan kelenturan, keseimbangan
koordinasi, kelincahan, daya tahan dan sanggup melakukan kegiatan-
kegiatan dan olahraga lainnya. Gerakan yang terkandung dalam
senam hipertensi adalah gerakan yang sangat efektif, efisien, dan
logis, sehingga senam dapat langsung membuka, membersihkan, dan
mengaktifkan sistem-sistem tubuh(Wratsongko, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni (2015) didapatkan bahwa
tekanan darah sebelum dilakukan senam hipertensi diperoleh nilai
rata-rata sebesar 158/96 mmHg (hipertensi ringan) dan tekanan darah
setelah dilakukan senam hipertensi diperoleh nilai rata-rata sebesar
146,88/88,75 mmHg (hipertensi ringan). Dari pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh senam hipertensi
terhadap penurunan tekanan darah.
2.2.2 Diet Hipertensi dan Konsumsi Semangka untuk Terapi Penurunan
Tekanan Darah
Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya
(Vitahealth,2006). Penderita hipertensi dapat dicegah dan diobati
dengan cara terapi medis secara farmakologis dan non farmakologis.
Terapi non farmakologis yang dapat diberikan pada penderita
hipertensi adalah terapi nutrisi dilakukan dengan manajemen diet
hipertensi.Intervensi nutrisi seperti Dietary Approaches to Stop
Hypertension (DASH) sebagai bagian dari program modifikasi gaya
hidup direkomendasikan sebagai intervensi utama dalam pedoman
pengobatan hipertensi untuk meningkatkan hasil klinis.Fokus pada diet
ini adalah untuk mengurangi asupan garam dimana asupan yang
disarankan per hari adalah kurang dari 1500 mg. Beberapa contoh
makanan yang dapat dikonsumsi pada diet ini seperti buah-buahan,
sayuran, gandum, daging tanpa lemak dan makanan olahan susu
rendah lemak.
Menurut Houston, Harper & PharmD (2008), konsumsi diet
tinggi buah-buahan dan sayuran serta pengurangan asupan natrium
dan peningkatan asupan kalium dalam makanan dapat mengurangi
kejadian hipertensi. Sumber utama kalium salah satunya terdapat
pada buah-buahan.Buah semangka merupakan salah satu buah yang
mengandung kalium cukup tinggi, air dan serat.Kandungan mineral
dari semangka yaitu kalium, magnesium, kalsium dan fosfor yang
cukup tinggi.Buah semangka mudah diperoleh dan harga terjangkau
untuk semua kalangan masyarakat maka dapat dianjurkan pada
penderita hipertensi dengan mengkonsumsi buah semangka sebagai
alternatif untuk menurunkan tekanan darah.
Kandungan kalium pada semangka mampu menurunkan efek
natrium sehingga tekanan darah menurun, menjaga kekentalan dan
menstabilkan darah.Kalium berfungsi sebagai natriuretik dan diuretik
akibat tingginya kandungan air dalam semangka yang dapat
menyebabkan peningkatan pengeluaran natrium dan cairan dengan
membawa hasil metabolisme tubuh sehingga natrium dapat
dikeluarkan melalui urin (Manurung & Wibowo, 2016).Pada Pesan
Umum Gizi Seimbang (PUGS) dianjurkan untuk mengkonsumsi
sayuran dan buah-buahan. Secara umum Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menganjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk
hidup sehat sejumlah 400 gram perorang perhari yang terdiri dari 250
gram sayur dan 150 gram buah sedangkan orang Indonesia 400-600
gram perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa (Depkes RI,
2014).
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Manno, Soputri &
Simbolon, (2016) menunjukan bahwa terdapat penurunan tekanan
darah sistolik dan diastolik sebesar 17 mmHg dan 13,2 mmHg setelah
mengkonsumsi semangka sebanyak 250 gram selama 4 hari.
Penelitian tersebut juga sejalan dengan Batin, Tina & Saptaputra,
(2017) yang menjelaskan bahwa ada penurunan tekanan darah
setelah diberikan intervensi secara signifikan (p=0,000) yaitu
penurunan tekanan darah sistolik sebesar 4,67 mmHg dan tekanan
darah diastolik sebesar 5,93 mmHg.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan komunitas dilaksanakan oleh mahasiswa jurusan


keperawatan FKUB melalui praktek keperawatan di masyarakat yang dimulai
pada tanggal 1 Juli 2019 hingga 17 Agustus 2019. Kelompok mendapatkan
tempat praktek RT 17, 18, 19, 20, 21 dan 22 RW 03 Dusun Princi, Desa
Gadingkulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

3.1 Tahap Persiapan


Keperawatan komunitas merupakan salah satu departemen dalam
pendidikan profesi keperawatan dengan kegiatan yang difokuskan pada
praktek lapangan, namun tidak mengesampingkan tugas jaga mahasiswa di
Puskesmas Dau, Kabupaten Malang. Kelompok melakukan pengkajian pada
daerah binaan didasarkan pada penemuan masalah kesehatan di wilayah
RT 17, 18, 19, 20, 21 dan 22 RW 03 Dusun Princi, Desa Gadingkulon,
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Kelompok dalam melakukan
pengkajian di daerah binaan berkoordinasi dengan pembimbing lahan dan
pembimbing akademik terkait masalah di lingkungan komunitas tersebut.
Pada minggu pertama tanggal 1 Juli 2019, setelah mendapatkan
pengarahan dari pembimbing akademik dan lahan, agregat yang dijadikan
sasaran adalah seluruh Kepala keluarga (KK) di RT 17, 18, 19, 20, 21 dan
22 RW 03 Dusun Princi, Desa Gadingkulon, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang. Mahasiswa memberikan surat pengantar kepada Desa
Gadingkulon, kemudian mahasiswa meminta izin kepada kepala Dusun
Princi untuk melakukan pengkajian ke masyarakat. Mahasiswa menyiapkan
instrument pengkajian berupa form KS (Keluarga Sehat) dan instrumen yang
disesuaikan dengan kisi kisi yang telah dipersiapkan. Dalam melakukan
pengkajian, mahasiswa menggunakan kuisioner yang akan ditanyakan
kepada Kepala Keluarga (KK) di RT 17, 18, 19, 20, 21 dan 22 serta
membuat pedoman wawancara untuk memperoleh data sekunder dari
stakeholder seperti dari kades, kasun, tenaga kesehatan desa, kader
kesehatan, dan puskesmas di wilayah tersebut .Setelah itu kelompok
menentukan jumlah sampel yang akan dilakukan intervensi. Jumlah seluruh
KK di RT 17, 18, 19, 20, 21 dan 22 sebesar 289 KK. Dari hasil survei yang
telah dilakukan terdapat sejumlah 75 orang yang menderita hipertensi.
Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Sehingga didapatkan
sampel sejumlah 75 orang.
Pada minggu ke-2, dimulai sejak tanggal 8 Juli 2018 sampai 14 Juli
2018, kami melanjutkan pengkajian Keluarga Sehat dan pengkajian
komunitas dengan metode wawancara, observasi, dan survei. Pengkajian
didasarkan pada kuisioner dengan model Anderson yaitu dengan
menggunakan core dan subsistem yang fokus pada pengkajian mengenai
Keluarga Sehat dan pengkajian komunitas, yang meliputi pengkajian
mengenai masalah kesehatan. Setelah data terkumpul, dilakukan
pengolahan data melalui editing, coding, data entry, dan tabulasi. Data yang
telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk diagram pie. Dari data yang
ada kemudian dibuat bagan permasalahan (web of causation) yang akhirnya
ditemukan beberapa masalah keperawatan. Pengkajian didasarkan pada
model pengkajian Anderson yang meliputi pengkajian terhadap core problem
dan 8 subsistem.

3.2.1 Jadwal kegiatan


No Tanggal Kegiatan Keterangan
1 1-2 Juli 2019 - Penerimaan profesi di Perizinan di puskesmas Dau,
Puskesmas Dau desa Gadingkulon , dusun
- Pengurusan izin praktik
Princi
profesi di desa Gadingkulon,
kepala dusun Princi, bidan
desa dan kader PKK dusun
Princi.
2 2-3 Juli 2019 Pembuatan kisi-kisi pengkajian - Kisi-Kisi Pengkajian
- Kuesioner
komunitas dan Penyusunan
- Panduan wawancara
Instrumen pengkajian - Panduan observasi
3 5-8 Juli 2019 Pembentukan tim dan jadwal Pembagian tugas untuk
pengkajian di dusun Princi pengkajian data di dusun
Princi.
- 5 Juli: RT 17, 18
- 6 Juli: RT 19, 20
- 7 Juli: RT 21, 22
Pembagian Tim untuk:
Wawancara Kader, Key
Informan dan Observasi
3.2 Hasil Pengkajian
3.2.1 Gambaran Wilayah Binaan
Wilayah Binaan terletak di RW 3 Dusun Princi, Desa
Gadingkulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Dusun Princi
memiliki 6 RT yaitu RT 17, 18, 19, 20, 21 dan 22. Secara geografis
Desa Gadingkulon terletak pada lereng kaki Gunung Kawi bagian utara
dan lereng kaki Gunung Pandernan bagian selatan, yang memiliki
topografi berupa daratan dan sebagian besar adalah perbukitan
dengan ketinggian + 670 meter diatas permukaan laut dan mempunyai
suhu rata-rata berkisar 20 º C – 27 º C dengan curah hujan rata-rata
mencapai 2.400 mm/ tahun.
Wisata yang terdapat di Gading kulon yaitu wisata holtikultura
yang meliputi pengelolaan lahan jeruk, pengelolaan air terjun di tengah
hutan negara, sistem terasering, pembibitan bermacam jenis tanaman,
tanaman toga dan warung organik dari sumber lokal langsung dari
lahan warga sekitar. Lahan tanaman jeruk di Desa Gading Kulon yaitu
lahan yang terluas di kawasan kecamatan Dau. Gading Kulon juga
memliki air terjun yang disahkan oleh Bapak Bupati H. Sujud Pribadi
pada bulan Agustus 2005 yang diberi nama “Air Terjun Parang Tejo”
yang terletak di dusun Princi dan berbatasan dengan Desa Tlekung
Kecamatan Junrejo Kota Batu dan Kabupaten Blitar. Air Terjun tersebut
terletak di Lereng Gunung Batok dengan ketinggian air terjun 100 m.
Sistem terasering yang ada di Desa Gading Kulon berperan penting
dalam bidang pertanian. Pembibitan bermacam jenis tanaman di Desa
Gading Kulon berfungsi sebagai pelestarian hutan yang berfungsi
untuk munutupi permukaan kulit bumi. dalam rangka pelestarian
sumber daya alam, lingkungan hidup dan pola hidup sehat, yang dapat
menjamin kebutuhan masyarakat desa Gadingkulon.
3.2.2 Batas Administratif
Secara administratif Desa Gadingkulon terletak di wilayah
Kecamatan Dau Kabupaten Malang dengan dibatasi oleh wilayah
Desa-desa :
a. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sumbersekar,
Kecamatan Dau
b. Di sebelah Barat berbatasan dengan Hutan
c. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Selorejo, Kecamatan
Dau
d. Di sebelah timur berbatasan dengan Desa Mulyoagung, Kecamatan
Dau
3.2.3 Core
3.2.3.1. Sejarah
a. Sejarah Terbentuknya Wilayah
Dusun Princi tidak lepas dari sejarah Mbah Raden Juned
Zaenudin yang juga punggawa dari Kerajaan Banten yang
membuka wilayah ini, konon salah satu anak nya yang bernama
Kinabulan Angsal Kaliman yang terkenal dengan nama Mbah Kabul
waktu membuka wilayah ini menemukan sebongkah batu yang
bertuliskan ”marinci ” yang akhirnya dikenal dengan dusun Princi.
Dan berdasarkan cerita sejarah Mbah Kabul mempunyai tongkat
yang sakti, dengan tongkatnya beliau membuat sungai yang sampai
sekarang dinamakan Dauwan Kabul dan sampai sekarang makam
nya sangat dikeramatkan terutama warga dusun Princi.
b. Demografi
 Survei
Berdasarkan hasil survei dapat diketahui bahwa dari 289 KK
terdiri dari 933 jiwa, jenis kelamin perempuan sebanyak 478 orang
(51%) dan laki-laki 453 orang (48,5%).

Berdasarkan hasil survei dapat diketahui bahwa dari 289 KK,


warga RW 03 berusia balita 58 orang (6,2%), anak-anak 75 orang
(8%), remaja 195 orang (20,9%), dewasa 531 orang (56,8%), lansia
78 orang (8,3%). Penduduk terbanyak adalah usia dewasa.
c. Value
 Survei

Hasil studi literatur dapat diketahui bahwa dari 933 warga


RW 03 Dusun Princi memiliki total keyakinan agama islam
sebanyak 924 warga (99%) dan beragama lain seperti nasrani,
hindu, Buddha dan konghucu sebanyak 6 warga (0,6%).

 Survei

Berdasarkan hasil kuesioner dapat diketahui bahwa dari 75


warga penderita hipertensi, sebanyak 64 warga (85,3 %) memiliki
keyakinan untuk kontrol hipertensi saat ada keluhan saja.
Sedangkan 11 warga (14,7%) melakukan kontrol hipertensi saat
ada keluhan karena diminta oleh keluara atau orang lain.
d. Karakteristik Penduduk
 Survei
Riwayat Hipertensi

Berdasarkan hasil survei d setiap rumah warga di Dusun


Princi Desa Gadingkulon didapatkan bahwa sebanyak 75 warga
kategori dewasa (usia 20-60 tahun) menderita hipertensi yang
terdiri dari 67 warga (89%) yang menderita hipertensi merupakan
suami/ istri dan hanya 8 warga (11%) merupakan orang tua yang
menderita hipertensi. Dari 75 warga penderita hipertensi, berikut
hasil tekanan darah berdasarkan hasil survei yang sudah
diklasifikasikan berdasarkan jenis/ klasifikasi hipertensi menurut
JNC (2013) yaitu:

Hasil Tekanan Darah


a. Terdapat 19 warga yang (25%) mempunyai hipertensi
stage 2 (TD>160/100)
b. Terdapat 37 warga (50%) mempunyai hipertensi stage
1 (TD=140-159/90-99)
c. Terdapat 19 warga (25%) mempunyai pre-hipertensi
(TD=120-139/80-99).

Pengontrolan Tekanan Darah

Dalam upaya mengontrol tekanan darah, para warga


melakukan pengontrolan dalam beberapa waktu tertentu, namun
masih sebagian besar warga kurang memiliki kesadaran akan
hal tersebut. Berdasarkan hasil survei didapatkan 31 warga
(41%) yang tidak pernah mengotrol tekanan darahnya (kontrol
hanya saat merasa ada keluhan). Terdapat 28 warga (38%)
mengontrol tekanan darah selama 1 bulan sekali dan sisanya
(21%) melakukan pengontrolan setiap 3-6 bulan sekali.
Penyebab Hipertensi yang Diderita

Hasil survei yang dilakukan pada 75 responden sebagai


penderita hipertensi didapatkan bahwa ada beberapa penyebab
responden menderita hipertensi. Sebanyak 4 warga (5%)
menderita hipertensi karena terlalu lelah akibat aktivitas fisik, 47
warga (62,6%) menderita hipertensi karena makanan yang
dikonsumsi tidak sehat, 1 warga (1%) menderita hipertensi
karena merokok, 15 warga (20%) menderita hipertensi karena
stress, 8 warga (11%) yang lain sudah menderita hipertensi
kemudian tidak teratur dalam mengkonsumsi obat yang dapat
menambah resiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi.

Lama Menderita Hipertensi


Dari seluruh 75 responden yang dberikan kuesioner,
sebanyak 61 warga (81%) menderita hipetensi lebih dari 3 bulan,
dan sebanyak 14 warga (19%) menderita hipertensi kurang dari
3 bulan.

Hipertensi Saat Kehamilan

Hasil survei pada 75 responden sebaga penderita


hipertensi, didapatkan sebanyak 6 warga (8%) pernah
mengalami hipertensi saat kehamilan, dan sebagian besar warga
yaitu 69 warga (92%) tidak pernah mengalami hipertensi pada
saat kehamilan. 6 responden yang mengalami hipertensi pada
saat kehamilan terdiri dari 4 responden (5%) dengan tekanan
darah saat kehamilan 140-159 / 90-99, dan 2 responden (3%)
dengan tekanan darah saat kehamilan ≥160/100.

Jenis Makanan yang Sering Dikonsumsi

Warga RW 03 rata – rata mengkonsumsi buah dan sayur.


Namun selain itu ada beberapa makanan yang beresiko
menyebabkan tekanan darah tinggi. Hasil survei seluruh 75
responden, sebanyak 12 warga (16%) menyatakan sering
mengkonsumsi buah dan sayur, 18 warga (24%) sering
mengkonsumsi ikan asin, 6 warga (8%) sering mengkonsumsi
jeroan, 21 warga (28%) sering mengkonsumsi gorengan, dan 18
warga (24%) sering mengkonsumsi santan.

Jenis Minuman yang Sering Dikonsumsi


Hasil survei yang dilakukan pada 75 responden terkait
minuman yang sering dikonsumsi didapatkan sebanyak 30 warga
(40%) sering mengkonsumsi air putih, sebanyak 45 warga (60%)
menyatakan sering mengkonsumsi kopi / teh.

e. Suku dan Budaya


 Observasi / Winshield Survei
Hasil observasi / Winshield survei menujukkan bahwa
bahasa yang biasa digunakan oleh warga Dusun Princi di RW 03
adalah Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia.
 Wawancara
Hasil wawancara dengan ketua RW 03 mengatakan bahwa
awalnya hanya terdiri dari beberapa orang yang masih
merupakan saudara. Kemudian beberapa orang tersebut
memiliki keturunan yang terdiri dari anak dan cucu yang
kemudan menjadi penduduk Dusun Princi. Jadi, rata – rata
penduduk masih merupakan saudara dan bertetangga dengan
saudaranya. Karena semakin banyak penduduk yang menempati
Dusun Princi, sekarang Dusun Princi terdiri dari 6 RT yaitu RT
17-22.

f. Vital Statistik
 Literatur Review
Berdasarkan hasil dengan key informan yaitu Sekretaris
Desa didapatkan bahwa angka kematian 11 orang pada 6 bulan
terakhir yaitu Januari - Juni 2019 sebanyak 6 orang.
Selain itu, diperolah data umum 10 penyakit terbanyak
yang diderta oleh warga Desa Gadingkulon tahun 2018, yaitu:
- ISPA sebanyak 95 orang
- Myalgia sebanyak 82 orang
- Gastritis sebanyak 49 orang
- Hipertensi sebanyak 40 orang
- Diabetes Melitus sebanyak 25 orang
- Diare sebanyak 35 orang
- Hipotensi sebanyak 25 orang
- Dermatitis sebanyak 20 orang
- Karies Gigi sebanyak 15 orang
- Asma sebanyak 10 orang

3.2.4 SUB SISTEM PENGKAJIAN


a. Lingkungan Fisik
 Survei
Jamban

Dari total 289 KK sebagian besar rumah RW 03 sudah memiliki


jamban, hanya satu rumah yang belum memiliki jamban dan biasa
BAB di sungai.

Sumber Air
Dari total 289 KK sudah seluruh rumah memakai sumber air yang
berasal dari mata air pegunungan (100%).

Pengolahan Sampah

Dari 75 warga sebagai responden penderita hipertensi, sebanyak


30 warga (40%) mengolah sampah dengan cara di bakar, 18 warga
(24%) membuang sampah disungai, dan 27 warga (36%) membuang
ke tempat sampah yang lebih besar.

 Observasi
 Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa sebagian besar
bangunan perumahan warga tidak terlalu saling berdempetan,
beberapa rumah warga memiliki halaman yang ditanami
tanaman hijau, buah dan sayur, sebagian besar terdapat got
(saluran air limbah) di depan rumah.
 Berdasarkan observasi lingkungan, seluruh RT yang ada di RW
03 sudah bersih dari sampah. Kondisi sungai kotor, banyak
sampah, berbau dan airnya keruh.
 Sebagian besar akses jalan di RT 11 menggunakan aspal dan
sebagian kecil makadam. Jalan setapak hanya berada pada
wilayah perkebunan
b. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
 Winsheld Survey
Pelayanan kesehatan yang terdekat dan mudah dijangkau oleh
warga RW 03 adalah praktik perawat dan praktik bidan, serta
posyandu yang dilaksanakan dibalai dusun.
 Wawancara Key Informan
Berdasarkan hasil wawancara oleh kader RW 03 didapatkan
bahwa hanya ada kegiatan posyandu sebagai tempat pelayanan
kesehatan yang ada di daerah RW 03. Warga biasa berobat ke
praktik perawat, praktik bidan yang berada di dusun lain, yaitu
Krajan. Posyandu yang ada posyandu balita dan posyandu lansia.
Posyandu balita memberikan layanan berupa pengukuran BB, TB,
imunisasi dan KIE, sedangkan pada posyandu lansia memberikan
layanan berupa pengukuran tekanan darah dan KIE. Posyandu
dilaksanakan 1 bulan sekali pada minggu pertama. Meskipun
banyak yang menderita hipertensi dan myalgia, tidak terdapat
Posyandu untuk penyakit tidak menular (PTM) di Dusun Princi.
 Survei

Berdasarkan diagram diatas, dari total 933 warga RW 03 hanya


sebanyak 252 warga (27%) memiliki asuransi jaminan kesehatan
negeri, selain itu warga tidak memiliki asuransi kesehatan.
Berdasarkan diagram dari total 75 responden penderita hipertensi,
sebanyak 43 warga (58%) menggunakan pelayanan kesehatan di
praktik bidan, sebanyak 13 warga (17%) menggunakan pelayanan
kesehatan di praktik mantri, 7 warga (9%) menggunakan
pelayanan kesehatan di praktik perawat, sebanyak 7 warga (9%)
menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas, dan 5 warga
(7%) menggunakan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

c. Ekonomi
 Survei
Jenis Pekerjaan

Hasil survei pada 933 warga Dusun Princi terkait jenis pekerjaan,
didapatkan sebanyak 431 warga (46%) bekerja sebagai petani, 34
warga (4%) bekerja sebagai wiraswasta, 19 warga (2%) bekerja
sebagai pegawai swasta, 11 warga (1%) bekerja sebagai buruh, 1
warga (0%) bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), 166
warga (18%) bekerja sebagai ibu rumah tangga, 165 warga (18%)
sebagai pelajar, dan 105 warga (11%) tidak bekerja.
 Observasi dan Windshield Survey
Berdasarkan hasil windshield survei dan observasi kelompok
bahwa di RW 03 tidak terdapat pasar, namun ada beberapa warga
yang secara pribadi menjual sayuran keliling dan sembako. Di
setiap RT terdapat beberapa toko, minimal 1 toko yang menjual
sembako dan kebutuhan harian lengkap. Belum terdapat pusat
perbelanjaan di RW 03, pusat perbelanjaan terdekat berada di
Batu. Serta terdapat industri rumahan di RW 03 yaitu singkong
dan susu.

d. Keamanan dan Transportasi


 Survei

Berdasarkan hasil pengkajian dengan menggunakan


kuesioner didapatkan data bahwa dari 75 responden, sebanyak
73 responden (97%) bepergian dengan menggunakan sepeda
motor dan sebanyak 2 responden (2,6%) bepergian dengan
mobil.
 Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua RW didapatkan
data bahwa tidak terdapat Pos Siskamling yang ada di RW 03
Dusun Princi.

 Observasi dan Windshield Survey


Hasil observasi dan windshield survey hanya terdapat balai
dusun yang digunakan sebagai tempat kegiatan posyandu
dilakukan, dimana posyandu tersebut merupakan satu satunya
temoat pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan oleh warga.
Kondisi jalan dari rumah warga menuju pertokoan dan juga
menuju pelayanan kesehatan seperti tempat praktik mandiri
dokter, bidan dan posyandu sudah aspal dan baik.

e. Politik dan Pemerintah


 Literatur review

 Key Informant
Berdasarkan hasil wawancara dengan kader RW 03, pernah
diadakan pemeriksaan gratis oleh mahasiswa dalam kegaitan
Kuliah Kerja Nyata. Serta pernah juga dilakukan penyuluhan
kesehatan terkait beberapa penyakit terkait Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat. Sedangkan dari pihak pemerintahan melalui jaminan
kesehatan berupa KIS.

f. Komunikasi
 Survei

Berdasarkan hasil survei kuesioner yang dilakukan pada 75


responden didapatkan bahwa 66 warga (88%) melakukan
komunikasi menggunakan media HP / telepon. Sedangkan yang
lain tidak memiliki media dalam menyampaikan komunikasi jarak
jauh.

 Key Informant
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW 03
komunikasi warga RW 03 mayoritas menggunakan bahasa Jawa
dan Indonesia. Alur pencapaian berita melalui RW lalu pihak RW
mengirim pesan melalui SMS ke ketua RT untuk pertemuan.
Selanjutnya pihak RT menyebar ke warga-warganya. Menurut
Ketua Dusun Princi, terdapat papan informasi yang diletakkan di
Balai Dusun, namun hanya memuat pengumuman – pengumuman
untuk warga saja, dan tidak ada poster atau leaflet terkait
informasi kesehatan yang dapat diakses oleh warga.
g. Pendidikan
 Tingkat Pendidikan Akhir
Survei

Hasil dari survei didapatkan pendidikan akhir pada 933 warga


RW 03 Dusun Princi, sebanyak 99 warga (11%) tidak/belum
sekolah, 106 warga (11%) belum tamat SD/sederajat, 564 warga
(61%) tamat SD/sederajat, 122 warga (13%) pada jenjang
pendidikan terakhir SLTP/sederajat, 37 warga (4%) pada jenjang
pendidikan terakhir SLTA/sederajat, 2 warga (0,2%) pada jenjang
pendidikan terakhir Diploma 3, 1 warga (0,1%) pada jenjang
pendidikan terakhir Strata 1.

 Pengetahuan Tentang GERMAS


Survei
Berdasarkan hasil survei pada 75 responden, didapatkan
bahwa hanya 19 warga (25,3%) yang pernah mendengar informasi
terkait GERMAS, sedangkan sebagian besar warga yaitu 56
warga (74,6%) belum pernah mendengar terkait GERMAS.

 Pengetahuan Tentang Hipertensi


Survei

Berdasarkan kuesioner yang diberikan pada 75 responden


penderita hipertensi, diperoleh data sebagian besar warga masih
berada pada tingkat pengetahuan penderita terkait hipertensi
yang kurang yaitu sebanyak 47 warga (63%). Sebanyak 22
warga (29%) berada pada tingkat pengetahuan tentang
hipertensi yang cukup, dan hanya 6 warga (8%) yang sudah
memiliki pengetahuan terkait hipertensi yang baik.

 Fasilitas Pendidikan
Observasi
Di wilayah RW XI terdapat1 PAUD, 1 TK, DAN 1 SDN yaitu SDN
Gadingkulon 2.

h. Rekreasi
 Observasi
Hasil observasi didapatkan bahwa di RW 03 Dusun Princi tidak
terdapat tempat untuk rekreasi seperti taman maupun tempat
hiburan lainnya.
 Key informant
Hasil wawancara dengan ketua RW 03 menyatakan bahwa di
wilayah RW 03 ini tidak terdapat tempat hiburan atau rekreasi
seperti taman maupun tempat hiburan lainnya. Sehingga warga
RW XI bila ingin rekreasi, mereka harus pergi keluar wilayah RW
03.
 Survei

Hasil pengkajian dengan kuesioner didapatkan sebanyak


64 warga (85,3%) mengatakan jarak rumah dan tempat rekreasi
yang biasa dikunjungi mudah terjangkau, dan 11 warga (14,6%)
mengatakan jarak rumah dan tempat rekreasi yang biasa
dikunjungi cukup terjangkau oleh keluarga.
3.3 Analisa Data dan Prioritas
3.3.1 Analisis Indikator

Kategori Data Indikator Kesimpulan


Karakteristik - Riwayat penyakit - Penyakit Hipertensi Primer Masalah:
Penduduk hipertensi yang diderita pada tahun 2014 di Kota Aktual
oleh warga Dusun Malang sebanyak 58.046
Princi Desa kasus. Adapun hasil
Gadingkulon yaitu pengukuran tekanan darah
sebanyak 75 warga. pada usia >18 tahun di
- Sebanyak 50% pelayanan kesehatan
penderita hipertensi sebanyak 15.765 orang
berada di hipertensi (35,92%) (Profil kesehatan
stage 1 yaitu 140-159/ Kota Malang, 2014)
90-99.

- Sebanyak 41% - Dari 50 juta populasi Masalah:


penderita hanya hipertensi, yang melakukan Aktual
mengontrol tekanan kontrol rutin hanya sekitar
darahnya sebanyak 1 27%, mereka rutin kontrol 1
tahun sekali. bulan sekali dan sekitar
13% tidak mengetahui jika
mereka menderita
hipertensi (Baharudin,
2013)
- Sebanyak 62.6% - Menurut Depkes RI (2017) Masalah:
menderita hipertensi penderita hipertensi Aktual
yang diakibatkan dari dilarang memakan
konsumsi makanan makanan yang tinggi
yang tidak sehat garam, jeroan, semua
seperti jeroan, ikan kacang – kacangan,
asin, santan, gorengan, sayuran dan uah yang
dan kopi. diawetkan, margarin dan
mentega.
- Sebanyak 60% - Menurut Depkes RI (2017) Masalah:
menyatakan sering penderita hipertensi Aktual
mengkonsumsi kopi. dilarang sering
mengkonsumsi minuman
berupa teh dan kopi
Vital Statisik - Hasil literature review - Penyakit Hipertensi Primer
menunjukkan bahwa pada tahun 2014 di Kota
hipertensi merupakan Malang sebanyak 58.046
penyakit terbanyak kasus. Adapun hasil
nomer 4 yang diderita pengukuran tekanan darah
oleh warga Desa pada usia >18 tahun di
Gadingkulon tahun pelayanan kesehatan
2018, yaitu sebanyak sebanyak 15.765 orang
40 orang (35,92%) (Profil kesehatan
Kota Malang, 2014)
Pelayanan - Dari total 933 warga - Jumlah peserta BPJS di Masalah:
Kesehatan RW 03 hanya kota Malang pada tahun Aktual
dan Sosial sebanyak 252 warga 2017 di semester satu
(27%) yang memiliki pertengahan sebanyak
asuransi jaminan 1.834.972 orang dari
kesehatan. 3.819.927 penduduk
(Republika, 2017).
- Total peserta BPJS
Kesehatan sebanyak 1.057
juta jiwa (70%) dari < 4 juta
penduduk (Malang kota,
2015).
- Meskipun banyak yang - Posbindu PTM merupakan Masalah:
menderita hipertensi salah satu upaya Aktual
dan myalgia, tidak kesehatan masyarakat
terdapat Posyandu untuk menindaklanjuti
untuk penyakit tidak secara dini faktor resiko
menular (PTM) di yang ditemukan terkait
Dusun Princi. PTM, sehingga dalam
suatu desa harus memiliki
setidaknya satu Posbindu
PTM (Kemenkes, 2012)
Komunikasi - Menurut Ketua Dusun - Papan informasi Masalah:
Princi, terdapat papan merupakan media untuk Aktual
informasi yang membangun proses
diletakkan di Balai konsultasi publik sehingga
Dusun, namun hanya transparansi, partisipasi,
memuat pengumuman dan desentralisasi dapat
– pengumuman untuk dilaksanakan. Pemasangan
warga saja, dan tidak papan informasi biasanya
ada poster atau leaflet di kantor desa atau tempat
terkait informasi lain yang dianggap
kesehatan yang dapat strategis agar mudah
diakses oleh warga. diketahui dan dibaca oleh
masyarakat. Biasanya
papan informasi berisi
program desa yang akan
dilaksanakan, masalah
aktual yang relevan dengan
program dan kehidupan
masyarakat (kesehatan,
penddikan, dll.)
(kotaku.pu.go.id)
Pendidikan - Sebanyak 564 warga - Menurut UU nomor 20 Masalah:
(60%) tamat SD/ tahun 2003 pasal 6 tentang Aktual
sederajat. sistem pendidikan nasional
dijelaskan bahwa setiap
warga negara yang berusia
7-15 tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar.
- Pendidikan kesehatan
adalah proses perubahan
sikap dan peilaku
seseorang atau individu
yang dinamis dimana
perubahan tersebut tidak
hanya dipengaruhi oleh
transfer materi dari
seseorang ke orang lain,
namun perubahannya
tersebut bisa terjadi karena
adanya kesadaan dalam
diri individu, kelompok dan
masyarakat (Mubarak,
2009).
3.3.2 Analisa data

Data Masalah Keperawatan


Data Subjektif : Defisiensi Kesehatan
- Hasil wawancara dengan Ketua Dusun Princi, terdapat Komunitas
papan informasi yang diletakkan di Balai Dusun, namun
hanya memuat pengumuman – pengumuman untuk warga
saja, dan tidak ada poster atau leaflet terkait informasi
kesehatan yang dapat diakses oleh warga.
- Hasil wawancara dengan kader RW 03 didapatkan bahwa di
Dusun Princi hanya terdapat posyandu balita dan lansia
yang dilakukan sebulan sekali dan tidak terdapat Posyandu
untuk penyakit tidak menular (PTM)

Data Objektif : -
Data Subjektif : - Ketidakefektifan
Data Objektif : Manajemen Kesehatan
- Riwayat penyakit hipertensi yang diderita oleh warga Dusun
Princi Desa Gadingkulon yaitu sebanyak 75 warga.
- Sebanyak 50% penderita hipertensi berada di hipertensi
stage 1 yaitu 140-159/ 90-99.
- Sebanyak 62.6% menderita hipertensi yang diakibatkan dari
konsumsi makanan yang tidak sehat seperti jeroan, ikan
asin, santan, gorengan.
- Sebanyak 45 warga (60%) menyatakan sering
mengkonsumsi kopi
- Sebanyak 41% penderita hanya mengontrol tekanan
darahnya saat ada keluhan.
- Dari total 933 warga RW 03 hanya sebanyak 252 warga
(27%) yang memiliki asuransi jaminan kesehatan.
- Hasil literature review menunjukkan bahwa hipertensi
merupakan penyakit terbanyak nomer 4 yang diderita oleh
warga Desa Gadingkulon tahun 2018 yaitu sebanyak 40
orang.
3.3.3 WOC
Ekonomi Pendidikan

46% Pekerjaan petani dan peternak


Tingkat pendidikan rendah
61% tamat SD
Pemasukan rendah

74.6% Ketidaktahuan germas


Kurangnya 47% Pengetahuan kurang
pemenuhan tentang hipertensi Ketidakefektifan
kebutuhan sehari-hari Manajemen
Hipertensi
Ketidakpatuhan pengobatan Kesehatan
(14%)
(41% kontrol saat sakit)
20% Tingkat
stress tinggi Hipertensi tidak terkontol
Kurangnya (14%)
deteksi dini
Ketidakefektifan
21% Makanan
Manajemen Informasi terkait
jeroan Tidak ada posyandu PTM
Kesehatan kesehatan tidak
ditampilkan di papan
24% Makanan Pelayanan Kesehatan
60% Minuman pengumuman
asin kopi/ teh
Kurangnya paparan
Makanan dan informasi terkait
minuman 1% merokok hipertensi

Gaya Hidup Informasi

Defisiensi Kesehatan
Komunitas
3.4 Rencana Intervensi
3.4.1 Rencana Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Umum Tujuan Khusus NOC NIC
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan  Peningkatan Preventif Primer Preventif Primer
NOC : Pengetahuan : NIC : Pengajaran : Proses
Manajemen tindakan Kognitif (target
Manajemen Hipertensi Penyakit
Kesehatan keperawatan selama pengetahuan 1. Memahami terkait konsep 1. Pendidikan Kesehatan
Pengelolaan 7 minggu, 80%) peningkatan hipertensi ( faktor Keluarga dan Komunitas
Hipertensi pengetahuan skor dari pre ke  Mengkaji
penyebab dan faktor
penderita Hipertensi post test 20% pengetahuan klien
resiko, tanda dan gejala,
maupun masyarakat tentang konsep
manajemen pengobatan
umum mengenai hipertensi, meliputi
farmakologi dan non
penyakit hipertensi, faktor penyebab dan
farmakologi, komplikasi,
manajemen faktor resiko HT,tanda
pencegahan dan senam
pencegahan resiko dan gejala HT,
hipertensi) (target
maupun komplikasi komplikasi HT,
peningkatan pengetahuan
hipertensi meningkat manajemen
80%)
pengobatan
farmakologi dan non
farmakologi
HT,komplikasi HT,
pencegahan HT,
senam hipertensi
 Berikan informasi
mengenai HT
 Lakukan evaluasi
terhadap
pengetahuan klien
tentang konsep HT
 Peningkatan Preventif Sekunder Preventif Sekunder
NOC : Kontrol Risiko NIC : Identifikasi Risiko
Afektif (target 1. Pemeriksaan
Penderita HT
peningkatan sikap 1. Setuju untuk Kesehatan Keluarga
80%) berpartisipasi dalam (Skrining dan
pemeriksaan tekanan Konseling
2. Lakukan
darah (target sikap
pemeriksaan
sebesar 80%)
2. Mengikuti kesehatan keluarga
pemeriksaan tekanan (pengukuran IMT,
darah rutin untuk Tekanan darah).
3. Lakukan konseling
monitoring kesehatan
mengenai hasil
( target perilaku
pemeriksaan
kehadiran sebesar
kesehatan.
60%)
4. Monitoring hasil
NOC : Perilaku Patuh : pengukuran IMT dan
Manajemen Hipertensi TD tiap kunjungan ke
1. Keteraturan
keluarga.
menggunakan 5. Menganjurkan untuk
manajemen melakukan
pengobatan pemeriksaan rutin ke
farmakologi dan non tenaga kesehatan
farmakologi (target (TD)
perilaku 60%).
2. Melaporkan gejala NIC: Dukungan
yang dialami dan Pengambilan Keputusan
melaporkan obat habis  Tentukan apakah ada
kepada tenaga perbedaan pendapat
kesehatan (target atau pandangan dari
perilaku sebesar 60%) masyarakat dengan
penyedia perawatan
kesehatan
 Membantu
masyarakat
mengklarifikasi nilai
dan harapan yang
mungkin akan
membantu dalam
membuat pilihan
 Membantu
masyarakat
mengidentifikasi
keuntungan untuk
mengikuti skrining
dan konseling
tekanan darah
maupun manajemen
hipertensi
 Memberikan
informasi sesuai
dengan permintaan
masyarakat terkait
skrining dan
konseling tekanan
darah ataupun
manajemen
hipertensi
NIC : Pengajaran :
Peresepan Obat-Obatan
1. Pengajaran
Manajemen
Hipertensi
Farmakologi (Obat
antihipertensi ) dan
non Farmakologi
(Konsumsi
Semangka Untuk
terapi penurunan TD)
• Mengkaji
pengetahuan
masyarakat
mengenai
manajemen
Hipertensi
Pengobatan
Farmakologi (Obat
antihipertensi )
manajemen
Pengobatan non
Farmakologi
(Konsumsi
Semangka Untuk
terapi penurunan
TD) memberikan
informasi mengenai
manajemen
hipertensi
Farmakologi (Obat
antihipertensi ) dan
non Farmakologi
(Konsumsi
Semangka Untuk
terapi penurunan
TD)
• Memberikan terapi
konsumsi semangka
untuk menurunkan
TD
• Melakukan evaluasi
mengenai kepatuhan
mengikuti
manajemen
hipertensi
Farmakologi (Obat
antihipertensi ) dan
non Farmakologi
(Konsumsi
Semangka Untuk
terapi penurunan
TD)
• Memonitor TD
maupun pada klien
yang tidak teratur
dalam pengobatan.
• Menganjurkan klien
ke Rumah Sakit
apabila obat habis
atau terjadi gejala-
gejala yang lain dari
hipertensi

NIC: Pengajaran: Peresepan


Diet
1. Pengajaran Diet
DASH
 Mengkaji
pengetahuan
masyarakat terkait
diet DASH
 Memberikan
informasi terkait diet
DASH
 Melakukan evaluasi
terkait kepatuhan
diet DASH
 Memonitor tekanan
darah peserta yang
tertatur maupun tidak
teratur mengikuti diet
DASH

 Peningkatan Preventif Tersier Preventif Tersier


Psikomotor (target NOC : Perilaku Patuh : NIC : Pengajaran :
peningkatan Aktivitas yang Disarankan Peresepan Latihan
1. Berpartisipasi dalam 1. Senam hipertensi
perilaku 60%)
aktivitas fisik yang • Mengajarkan praktek
ditentukan (target senam hipertensi
perilaku sebesar 60%) • Mengevaluasi
2. Melaporkan gejala kemampuan dan
yang dialami selama kemandirian senam
aktivitas kepada hipertensi.
professional • Berdiskusi dengan
kesehatan (target keluarga untuk
perilaku sebesar 60%) membuat jadwal
pelaksanaan senam
hipertensi
2. Defisiensi Setelah dilakukan  Peningkatan Preventif Primer Preventif Primer
Kesehatan tindakan Kognitif (target NOC: Kompetensi Komunitas NIC : Pengembangan
Komuniitas keperawatan selama pengetahuan 1. Kolaborasi antar Program
7 minggu,diharapkan 80%) peningkatan kelompok komunitas dan 1. Pengusulan Pengadaan
masyarakat mampu skor dari pre ke lintas sektpr untuk Posyandu PTM
membuat dan post test 20% menyelesaikan masalah  Bantu masyarakat
menjalankan hipertensi di masyarakat dan lintas sector
program dengan pembuatan untuk
pengendalian program pengendalian mengidentifikasi
penyakit tidak penyakit tidak menular masalah kesehatan
menular (PTM) (PTM) (target perilaku yaitu HT di Dusun
dimana 60%) Princi
berkolaborasi  Berikan pengusulan
dengan lintas sektor Program Posyandu
lainnya serta PTM sebagai
meningkatkan status alternatif dalam
kesehatan komunitas mengatasi
dengan prevalensi penderita
pemberdayaan kader HT di Dusun Princi
dan pendidikan  Jelaskan tujuan,
kesehatan manfaat, sasaran,
dan identifikasi
sumber daya yang
dapat terlibat dalam
memfasilitasi
terlaksananya
program Posyandu
PTM
a. Preventif Sekunder
NIC: Pengembangan
Kesehatan Komunitas
1. Pelatihan
Pengukuran
Tekanan Darah
kepada Kader
 Menjelaskan tujuan
dan manfaat kepada
kader mengenai
program pelatihan
pengukuran tekanan
darah
 Berikan kesempatan
kader untuk
berpartisipasi dalam
program pelatihan
kader
 Melatih kader untuk
melakukan
pengukuran tekanan
darah
 Kembangkan
kemampuan kader
untuk mengukur
tekanan darah
secara mandiri yang
selanjutnya akan
dievaluasi

 Peningkatan Preventif Sekunder Preventif Sekunder


Afektif (target NOC : Status Kesehatan NIC : Dukungan
peningkatan sikap Komunitas Pengambilan Keputusan
80%) 1. Peningkatan prevalensi  Tentukan apakah ada
kesehatan dengan perbedaan pendapat
mengembangkan atau pandangan dari
kemampuan kader dalam kader dengan
pengukuran tekanan penyedia perawatan
darah kepada masyarakat kesehatan
melalui pelatihan (target  Membantu kader

perilaku skill kader 60%) mengklarifikasi nilai


2. Kader setuju untuk dan harapan yang
berpartisipasi dalam mungkin akan
pelatihan pengukuran membantu dalam
tekanan darah sebagai membuat pilihan
 Membantu kader
pengembangan program
mengidentifikasi
di masyarakat (target
sikap 80%) keuntungan untuk
3. Peningkatan partisipasi mengikuti pelatihan
kader untuk mengikuti pengukuran tekanan
pelatihan pengukuran darah
tekanan darah (target  Memberikan

perilaku kehadiran 60%) informasi sesuai


dengan permintaan
kader terkait
pelatihan pengukuran
tekanan darah

 Peningkatan Preventif Tersier Preventif Tersier


Psikomotor (target NOC : Kontrol Resiko NIC : Pendidikan Kesehatan
peningkatan Komunitas : Penyakit 1. Penyuluhan Pencegahan
perilaku 60%) Kronik Komplikasi dan
1. Penyediaan program Kekambuhan Hipertensi
 Mengkaji
pendidikan publik tentang
pengetahuan klien
pencegahan komplikasi
dan kekambuhan penyakit tentang, meliputi:
hipertensi kepada komplikasi HT,
masyarakat khusus pencegahan
penderita HT (target komplikasi HT, strategi
pengetahuan 80%) pencegahan
kekambuhan HT
 Berikan informasi
mengenai
pencegahan
komplikasi dan
kekambuhan penyakit
hipertensi
 Lakukan evaluasi
terhadap
pengetahuan klien
tentang pencegahan
komplikasi dan
kekambuhan penyakit
hipertensi
3.4.2 Plan of Action (POA)
No Intervensi Tujuan Umum Sasaran Bentuk Kegiatan Waktu dan Tempat Media PJ Kegiatan Dana
Primer
1. Penyuluhan Setelah dilakukan Keluarga Edukasi dan tanya Minggu ke-4 profesi Leaflet 1. Hikmatul
Kesehatan tindakan binaan jawab (22 Juli-28Juli 2019) Uyun
Topik: keperawatan 2. Puput
- Definisi Novia
selama 7 minggu,
Hipertnsi 3. Ni Putu
pengetahuan
- Faktor Regita
penderita
penyebab 4. Ilvan Nur
Hipertensi
dan faktor Aziz
maupun 5. Fajar
resiko
masyarakat Irwanyah
hipertensi
- Tanda dan umum mengenai 6. Intan

gejala penyakit Larasati


hipertensi, 7. Yurike
hipertensi
- Manajemen manajemen Olivia

pengobatan 8. Rizky
pencegahan
Hertika
farmakologi resiko maupun
9. Made
dan non- komplikasi
Arny
farmakologi hipertensi
10. Sukmawa
hipertensi meningkat ti Arum
- Komplikasi
11. Agnes
hipertensi
- Pencegahan Arisca
hipertensi

2. Penyuluhan Setelah dilakukan Warga Dsun Ceramah dan tanya Waktu : 25 Juli 2019 Power Rizky
Kesehatan tindakan Princi jawab Tempat : Rumah Point &
Topik: keperawatan (Jamaah Warga Leaflet
- Definisi tahlil) +
selama 7 minggu,
Hipertnsi Kader Dusun
pengetahuan
- Faktor Princi
penderita
penyebab
Hipertensi
dan faktor
maupun
resiko
masyarakat
hipertensi
- Tanda dan umum mengenai

gejala penyakit

hipertensi hipertensi,
- Manajemen manajemen
pengobatan pencegahan
farmakologi resiko maupun
dan non- komplikasi
farmakologi hipertensi
hipertensi meningkat
- Komplikasi
hipertensi
- Pencegahan
hipertensi

3 Pengusulan Setelah dilakukan Tokoh Diskusi Minggu ke-3 profesi Proposal Ilvan
pengadaan tindakan Masyarakat (15 Juli- 21 Juli perencana
Posyandu PTM keperawatan dan Warga 2019) an
Dusun Princi
selama 7 minggu,
diharapkan
masyarakat
mampu membuat
dan menjalankan
program
pengendalian
penyakit tidak
menular (PTM)
dimana
berkolaborasi
dengan lintas
sektor yang
lainnya.
4. Pelatihan Kader Setelah dilakukan Kader Demo Minggu ke-4 dan ke- Tensi, Fajar
tindakan Kesehatan 5 profesi Stetoskop,

keperawatan Dusun Princi (15 Juli- 21 Juli Termometer


2019) , Stopwatch
selama 7 minggu,
/ Jam
diharapkan kader
Tangan
kesehatan
mengetahui,
memahami dan
mampu
melakukan
ketrampilan
kesehatan yang
diajarkan
(Pengukuran TTV)
Sekunder

1 Pemeriksaan Setelah dilakukan Keluarga Pemeriksaan Minggu ke-4 profesi Tensi dan 1. Hikmatul
Kesehatan tindakan binaan tekanan darah dan (22 Juli-28Juli 2019) stetoskop,a Uyun

Keluarga keperawatan konsultasi kesehatan ntropometri 2. Puput


Novia
selama 7 minggu,
3. Ni Putu
diharapkan Regita
masyarakat 4. Ilvan Nur

mengerti akan Aziz


5. Fajar
kondsi
Irwanyah
kesehatannya
6. Intan
(terutama tekanan
Larasati
darah) sebagai
7. Yurike
upaya dalam Olivia
pengendalian 8. Rizky
resiko penderita Hertika
hipertensi 9. Made
Arny
10. Sukmawa
ti Arum
11. Agnes
Arisca

2 Pemeriksaan Setelah dilakukan Warga RW Pemeriksaan Minggu ke-4 profesi Leafleat, Arny
Kesehatan tindakan 03 Dusun tekanan darah dan (22 Juli-28Juli 2019) tensi dan

Komunitas keperawatan Princi konsultasi kesehatan stetoskop,


antropomet
 Pemeriksaan selama 7 minggu,
ri
tekanan diharapkan
darah masyarakat
 Pemeriksaan mengerti akan
antropometri kondsi
 Konseling
kesehatannya
kesehatan
(terutama tekanan
darah) sebagai
upaya dalam
pengendalian
resiko penderita
hipertensi
3 Penyuluhan Setelah dilakukan Warga RW Ceramah dan Tanya 28 Juli 2019 Power Puput
Kesehatan tindakan 03 yang Jawab Balai Dusun Princi Point &

Hipertensi keperawatan menderita Leaflet

Topik : selama 7 minggu, hipertensi

 Manajemen pengetahuan
penderita
pengobatan
hipertensi
farmakologis
mengenai
(obat) dan
manajemen
non-
pengobatan
farmakologis
hipertensi
(DASH)
meningkat

Tersier

1 Senam Setelah dilakukan Keluarga Demo praktik senam Minggu ke-5 profesi speaker, 1. Hikmatul
Hipertensi asuhan Binaan hipetensi (23-29 Juli 2018) Laptop, Uyun

keperawatan kabel, 2. Puput


video Novia
selama 1 hari,
senam 3. Ni Putu
keluarga mengerti
Regita
dan mampu
4. Ilvan Nur
melakukan secara
Aziz
mandiri terkait 5. Fajar
aktivitas fisik yang Irwanyah
dapat dilakukan 6. Intan
untuk mencegah Larasati
hipertensi 7. Yurike
Olivia
8. Rizky
Hertika
9. Made
Arny
10. Sukmawa
ti Arum
11. Agnes
Arisca

2 Senam Setelah dilakukan Warga Demo praktik senam Waktu : 28 Juli 2019 Speaker, Sukma
Hipertensi asuhan Dusun Princi hipetensi Tempat : Balai Dusun Laptop,

keperawatan yang Princi kabel,


menderita video
selama 7 minggu,
hipertensi senam
masyarakat
mengerti dan
mampu
melakukan secara
mandiri terkait
aktivitas fisik yang
dapat dilakukan
untuk mencegah
hipertensi
3 Konseling Setelah dilakukan Warga RW Konseling Minggu ke-4 profesi Leaflet dan Intan
manajemen asuhan 03 yang pengobatan (22 Juli-28Juli 2019) semangka

farmakologi keperawatan menderita farmakologi (obat


anti hipertensi) dan
(obat anti selama 7 minggu, hipertensi
non-farmakologi
hipertensi) masyarakat
(diet hipertensi dan
dan non- memahami terkait
farmakologi manajemen konsumsi semangka)
(diet hipertensi pengobatan serta
dan konsumsi mengatakan ingin
semangka lebih rutin
untuk terapi dilakukan sehari –
penurunan hari.
tekanan
darah) bagi
penderita
hipertensi

4 Penyuluhan Setelah dilakukan Warga RW Ceramah dan Tanya Waktu : 1 Agustus Power Intan
Kesehatan : tindakan 03 yang Jawab 2019 Point &
Tempat : Balai Dusun Leaflet
 Pencegaha keperawatan menderita
Princi
selama 7 minggu, hipertensi
n
pengetahuan
Hipertensi
 Komplikasi penderita

Hipertensi hipertensi terkait


pencegahan dan
komplikasi
hipertensi
meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Mc Farlane. 2000. Community As Partner Theory And Practice In


Nursing. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.
Batin, W. O. S., Tina, L., & Saptaputra, S. K. (2017), Pengaruh Pemberian Jus
Mentimun + Pepaya + Semangka Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Sistolik dan Diastolik Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Liya Kabupaten Wakatobi Tahun 2017, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, Volume 2 nomor 6 tahun 2017, Kabupaten Wakatobi. Hal. 8
Clark. 1999. Nursing In The Community Dimensionsof Community Health
Nursing. Stamford: Appleton & Lange
Depkes, RI. (2014), Pedoman Umum Gizi Seimbang, Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI. hal.13-14
Friedman, Marilyn. M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan
Praktek Edisi 5. EGC. Jakarta
Houston, M. C., Harper, K. J., & PharmD . (2008), Potassium, Magnesium, and
Calcium: Their Role in Both the Cause and Treatment of Hypertension, The
Journal Of Clinical Hypertension, Volume 10 nomor 7 tahun 2008, Hal. 7
Mahardani, N.M.A.F., 2010, Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di klub Jantung
Sehat Klinik Kardiovaskuler Rumah Sakit Hospital Cinere tahun 2010.
Manno, F. A., Soputri, N., & Simbolon, I. (2016), Efektivitas Buah Semangka
Merah (Citrullus Vulgaris Schard) Terhadap Tekanan Darah, Jurnal
Skolastik Keperawatan, Volume 2 nomor 2 tahun 2016, Bandung. Hal.184.
Manurung, W. P., & Wibowo, A. (2016), Pengaruh Konsumsi Semangka (Citrullus
vulgaris) untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi,
Majority, Volume 5 nomor 5 tahun 2016, Lampung. Hal.105
Mubarak W.I. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta :CV Sagung
Seto.
Noorfatmah Siti. 2012. Kepatuhan Pasien yang Menderita Penyakit Kronis
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka
Cipta. Jakarta
Palmer, Anna dan Williams, Bryan. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Erlangga.
Jakarta
PERKI. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular,
edisi pertama. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Jakarta.
Vitahealth. (2006) Hipertensi, Jakarta : Gramedia Pustaka Umum. hal.8-12.
Wahyudi I., 2010. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. Yogyakarta:
Nuha Medika
Wahyuni, S., 2015, Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Tekanan Darah Lansia
di Posyandu Lansia Desa Krandegan Kabupaten Wonogiri, Skripsi,
Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta,
Surakarta.
WHO. 2002. Education For Health: Manual Of Health Care. Penerjemah: Ida
Bagus Tjitsara. ITB. Bandung
Widyanto, F.C. 2014. Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai