Anda di halaman 1dari 10

SOAL

1. Buat resume tentang metode geomagnetik mulai dari sejarah, aplikasinya,


teori dasar dan akusisi data.
2. Teori dasar : Gaya couloumb, sifat kemagnetan (fero,fara,dia, dll)

JAWAB

Sejarah Metode Magnetik

Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika tertua yang


mempelajari karekteristik medan magnet bumi. Sejak lebih dari 3 abad yang lalu
telah diketahui bahwa bumi merupakan magnet yang besar. Bentuk bumu sendiri
tidak benar-benar bulat dan material penyusunnya pun tidak homogeny, hal ini
mengakibatkan perunahan-perubahan pada lintasan garis gaya magnet.
Penyimpanagan inilah yang disebut anomaly geomagnet. Metode magnetic
mendasari survey geofisika dalam pencarian jebakan mineral dan struktur bawah
permukaan bumi secara signifikan ( Ester dan Gunawan, 2012).

Sejarah perkembangan metoe magnetik telah dikenal sekitar 400 tahun


yang lalu. Orang yan gpertama kali melakukan penelitian magnetisasi bumi secara
ilmiah adalah Sir William Gilbert ( 1540-1603 ). Gilbert adalah orang yang
pertama kali melihat bahwa medan magnet bumi ekivalen dengan arah utara-
selatan sumbu rotasi bumi. Penemuan Gilbert kemudian diperdalam oleh Van
Wrede (1843) untuk melokalisir endapan bijih besi dengan mengukur variasi
magnet dipermukaan bumi. Hasil penelitiannya kemudia dibukukan oleh Thalen
(1879) dengan judul: “The Examination Of Iron Ore Deposite By Magnetic
Measurement” yang kemudian menjadi pionir bagi pengukuran magnetisasi bumi
( Geomagnet ). Metode magnet adalah salah satu metode geofisika yang
digunakan untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan
sifat kemagnetan batuan yang didentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan.
Metode ini didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetic dipermukaan
bumi yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi
dibawah permukaan bumi. Variasi intensitas medan magnet yang terukur
kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetic dibawah
permukaan, kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan geologi yang
mungin teramati. Pengukuran intensitas medan magnetic dapat dilakukan didarat,
dilaut maupun diudara. Susceptibilitas magnet batuan adalah harga magnet suatu
batuan terhadap pengaruh magnet, yang pada umunya erat kaitannya dengan
kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar kandungan mineral magnetit
didalam batuan, akan semakin besar harga susceptibilitasnya. Metoe ini sangat
cocok untuk pendugaan struktur geologi dibawah permukaan dengan tidak
mengabaikan faktor control adanya kenampakan geologi dipermukaan dan
kegiatan gunung api. Metode magnetic sering digunakan dalam eksplorasi minyak
bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian
prospeksi benda-benda arkeologi ( Anonim,2010 ).

Aplikasinya

Pengaplikasian metode geomagnetik, antara lain :

1. Aplikasinya dalam eksplorasi Minyak dan Gas bumi


Eksplorasi migas metode gravity dan magnetik memang hanya dipergunakan
untuk tahap awal, terutama guna tujuan regional untuk mengetahui konfigurasi
basement (batuan dasar). Maksud utamanya adalah untuk mengetahui ketebalan
sedimen, makin tebal makin bagus dan potensial untuk source rock.
2. Aplikasinya dalam eksplorasi panas bumi
Kondisi reservoir panas bumi dapat digambarkan menggunakan metode
magnetik. Eksplorasi panas bumi dengan metode magnetik dilakukan dengan
menafsir secara kuantitatif terhadap tubuh intrusi. Pada variasi batuan magnet
panas bumi sangat bergantung di lapangan yang terpengaruh panas. Biasanya
panas bumi terletak di daerah vulkanik. Dengan mengetahui kerentanan (k)
magnetik batuan,dapat dikettahui informasi tentang panas bumi.
3. Aplikasinya dalam eksplorasi bijih besi
Dalam magnetik eksplorasi bijih besi (iron ore) yang berasosiasi dengan granit.
Besar anomali magnetik dipengaruhi sangat kuat oleh induksi ferromagnetik bijih
besi yang terkandung pada granit. Diduga pemodelan 2D dan inversi 3D dapat
mermbawa granit bijih besi mengintrusi secara menjari (dike) dengan jenis
mineral utama adalah magnetit. Batuan granit yang mengandung bijih besi (iron
ore) berasosiasi dengan anomali magnet besar (+).
Metode magnetik berguna untuk memetakan dan menghitung potensi bijih besi
dibawah permukaan. Dilakukan interpretasi dengan pemodelan ke depan
(forward modeling) secara 2D dan 3D. Dalam interpretasi kuantitatif untuk
menggambarkan bentuk tubuh ’iron ore’ di bawah permukaan berdasarkan
anomali magnetik dan geologi.
4. Aplikasinya dalam eksplorasi air
Penyebab air tanah pada suatu endapan yang menimbulkan arus lemah (battery
action). Arus ini akan menghasilkan medan magnet. Pengukuran-pengukuran
tegangan (voltase) secara sistematis di permukaan dapat memperlihatkan suatu
perubahan yang signifikan jika terdapat mineralisasi di bawah permukaan.
5. Aplikasinya dalam eksplorasi Geothermal pada daerah jaboi
Dalam sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air dan
batuan bersama mineral ikutan, gas dan lainnya yang secara genetik semuanya
tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panasbumi dan untuk pemanfaatannya
diperlukan proses penambangan disebut panas bumi.

Teori Dasar

Paleomagnetisme adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat kemagnetan


bumi yang merekam dalam batuan pada waktu pembentukanya. Untuk batuan
beku, kemagnetan mulai terekam pada saat proses pendingin magma melewati
titik beku dimana mineral-mineral bersifat magnet terinduksi oleh medan magnet
bumi. Dalam suatu studi paleomagnet untuk mengetahui arah medan magnet bumi
pada saat batuan beku terbentuk, syaratnya adalah mengetahui terlebih dahulu
kemiringan tubuh tersebut yang terjadi setelah pembekuan. Umumnya tubuh
batuan beku mengalami perubahan kemiringan saat terjadi gaya kompresi, seperti
perlipatan. Seringkali kemiringanya ditentukan dari lapisan batuan sedimen yang
diterobosnya.

Struktur aliran lava atau lubang gas (amygdaloidal) dipakai untuk


menentukan kemiringan awal lava dimana dianggap subhorisontal. Hal ini tidak
berlaku mutlak karena lava mengalir melalui morfologi yang bervariasi. Batuan
sedimen paling ideal untuk studi paleomagnet, tidak saja karena perlapisanya
dapat diamati, tapi juga karena proses pembentukanya relative lama. Arah
kemagnetan yang diperoleh dari batuan sedimen terjadi karena butiran mineral
bersifat magnet hasil rombakan batuan mengalami penjajaran mineral saat
diendapkan (Santoso, 1998).

Pada prinsipnya, dalam penyelidikan magnet selalu dianggap bahwa


kemagnetan batuan yang memberikan respon terhadap pengukuran magnet hanya
disebabkan oleh pengaruh kemagnetan induksi. Dengan demikian, sifat
kemagnetan ini dipergunakan sebagai dasar dalam penyelidikan-penyelidikan
magnet. Sedangkan kemagnetan sisa pada umumnya seringkali diabaikan dalam
penyelidikan magnet karena disamping pengaruhnya sangat kecil, juga untuk
memperoleh besaran dan arah kemagnetannya harus dilakukan pengukuran di
laboratorium paleomagnetik dengan menggunakan alat khusus. Perubahan yang
terjadi pada kuat medan magnet bumi adalah sangat kecil dan memerlukan waktu
yang sangat lama mencapai ratusan sampai ribuan tahun. Oleh karena itu, dalam
waktu penyelidikan magnet, kuat medan magnet tersebut selalu dianggap konstan.
Dengan menganggap kuat medan magnet bumi (H) adalah konstan, maka
besarnya intensitas magnet bumi ( I) semata-mata adalah hanya tergantung pada
variasi kerentanan magnet batuan yang merefleksikan harga pengukuran magnet.
Prinsip inilah yang digunakan sebagai dasar dalam penyelidikan magnet (Telford,
1990).

Akusisi data

Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka


dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada
setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF
dan topografi.
a. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai
medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari
dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan
waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran)
yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian
dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu
tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila
variasi harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara
mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data
medan magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan

ΔH = Htotal ± ΔHharian

b. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah
konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan
magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah
niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian,
maka kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF.
Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap
nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik
pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah
dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut :

ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0

Dimana H0 = IGRF
c. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
megnetik sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei magnetikik tidak
mempunyai aturan yang jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai
koreksinya adalah dengan membangun suatu model topografi menggunakan
pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan
pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus diketahui,
sehingga model topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan
magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya
(setelah dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai

ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 – ΔHtop

Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang


terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di
topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan
sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang
mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta
kontur terdiri dari garis-garis kontur yang menghubungkan titik-titik yang
memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.

Teori Dasar Kemagnetan

Gaya magnet yang ditimbulkan oleh dua buah kutub yang terpisah pada
jarak r dan memiliki muatan masing-masing p1 dan p2 , diberikan oleh (Telford,
1990).

⃗ ̂

Dimana:

⃗ gaya Coulomb (N)

r = jarak antara kutub p1 dan p2 (m)

̂ = vector satuan
p1 dan p2 adalah kuat kutub yaitu banyaknya muatan magnet ( C)

permeabilitas medium sekitar ( dalam ruang hampa = 1)

Jika m1 dan m2 berbeda tanda kutub maka gaya F akan tarik menarik dan
sebaliknya apabila sama akan tolak menolak.

Sifat-Sifat Kemagnetan Batuan

Batuan atau mineral dapat dibedakan menjadi beberapa bagian berdasarkan


perilaku atom-atom penyusunnya jika mendapat medan magnet luar ⃗, yaitu :
diamagnetik, paramagnetik, ferromagnetik, ferrimagnetik dan antifferomagnetik.
Berikut penjelasan masing-masing bagian:

a. Diamagnetik
Batuan diamagnetik mempunyai harga suseptibilitas k negatif, sehingga
intensitas imbasan dalam batuan atau mineral tersebut mengarah berlawanan
dengan gaya medan magnet, seperti yang terlihat pada Gambar . Contoh batuan
diamagnetik antara lain : marmer, bismuth dan kuarsa.

Gambar 1. Spin Elektron Bahan Diamagnetik

b. Paramagnetik
Batuan atau mineral paramagnetik mempunyai kerentanan magnet positif
dan akan mengecil sesuai dengan menurunnya suhu, seperti yang terlihat pada
Gambar 2. Sifat-sifat paramagnetik akan timbul bila atom atau molekul suatu
batuan atau mineral memiliki momen magnet pada waktu tidak terdapat medan
luar dan interaksi antara atom lemah. Contoh batuan paramagnetik antara lain :
piroksen, olivine, garnet dan biotit.

Gambar 2. Spin Elektron Bahan Paramagnetik

c. Ferromagnetik
Atom-atom dalam bahan ferromagnetik memiliki momen magnet dan
interaksi antara atom-atom tetangganya begitu kuat sehingga momen semua atom
dalam suatu daerah mengarah sesuai dengan medan magnet luar yang diimbaskan,
seperti yang terlihat pada Gambar 3. Contohnya : besi, cobalt dan nikel.

Gambar 3. Spin Elektron Bahan Ferromagnetik

d. Antifferomagnetik
Suatu bahan atau material akan bersifat antifferomagnetik pada saat
kemagnetan benda ferromagnetik naik sesuai dengan kenaikan temperature yang
kemudian hilang setelah temperatur mencapai titik Curie, seperti yang terlihat
pada Gambar 4. Contohnya hematite.
Gambar 4. Spin Elektron Bahan Antiferromagnetik

e. Ferrimagnetik
Bahan-bahan dikatakan ferrimagnetik bila momen magnet pada dua daerah
magnet saling berlawanan arah satu terhadap lainnya, seperti yang terlihat pada
Gambar 11. Harga k cukup tinggi dan bergantung pada temperatur. Contohnya
adalah titanium.

Gambar 5. Spin Elektron Bahan Ferrimagnetik


TUGAS PRAKTIKUM
TeknikGeofisika, Universitas Halu Oleo

LABORATORIUM TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

PRAKTIKUM GFS65042 METODE MAGNETIK

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

ARMAN
R1A116046
TEKNIK GEOFISIKA

METODE GEOMAGNETIK

TANGGAL PRAKTIKUM
JUM’AT, 1 NOVEMBER 2019
KENDARI – INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai