Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adanya pergeseran demografi, pergeseran sosial ekonomi, serta meningkat


dan bertambah rumitnya masalah kesehatan akan berdampak pada tuntutan
dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
keperawatan. Masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban untuk menuntut
tersedianya pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan mutu yang secara
profesional dapat dipertanggungjawabkan. Menghadapi globalisasi ini tiada
upaya lain yang perlu dilakukan kecuali mengadakan penyesuaian dan
perbaikan terhadap mutu layanan keperawatan. Peningkatan mutu pelayanan
keperawatan didukung oleh pengembangan teori-teori keperawatan, salah
satunya adalah teori Caring menurut Jean Watson. Caring adalah sentral
untuk praktek keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan
yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien. Kunci dari kualitas pelayanan asuhan
keperawatan adalah perhatian, empati dan kepedulian perawat. Hal ini sangat
sesuai dengan tuntutan masyarakat pada saat ini yaitu mengharapkan
pelayanan keperawatan yang berkualitas. Banyak faktor yang mempengaruhi
faktor caring, seperti umur, gender, lingkungan kerja dan kualifikasi perawat.
melihat banyak faktor yang mempengaruhi perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan yang didasari prinsip caring.
Makalah ini akan menguraikan bagaimana seorang Jean Watson
menciptakan sebuah teori dan filosofi yang terkandung dalam teorinya. Selain
itu bagaimana pandangan Jean Watson mengenai paradigma keperawatan dan
berbagai hal mengenai teori caring itu sendiri. Tentunya dengan adanya teori
ini, dapat menjadi salah satu landasan bagi perawat dalam melaksanakan
tanggung jawabnya .
B. Biografi Jean Watson

Margareth Jean Harman Watson lahir 21 Juli 1940 di Virginia Barat


bagian selatan dan besar di sebuah Kota kecil Welch di Pegunungan
Appalachian. Watson menyelesaikan sekolah menengah atas di Virginia Barat
kemudian melanjutkan pendidikan di Lewis Gale School Of Nursing di
Roanoke, Virginia. Watson melanjutkan pendidikan keperawatannya dan
lulus dari program sarjana keperawatan di University of Colorado. Dia
memperoleh gelar sarjana pada tahun 1964 di kampus Boulder, kemudian
gelar master dari program keperawatan Jiwa pada tahun 1966 di kampus ilmu
kesehatan, dan akhirnya gelar doktor di bidang psikologi pendidikan dan
konseling pada tahun 1973 di sekolah pascasarjan, kampus Boulder. Setelah
meneyelesaikan pendidikan doktornya, dia bergabung di Fakultas
Keperawatan, Universaty Of Colorado Health Sciences Center di Denver
yaitu dengan mengabdikan diri baik di fakultas maupun dibagian
administrasi.
Pada tahun 1980, Watson dan rekan-rekannya mendirikan pusat Human
Caring di University Of Colorado, yaitu pusat kajian utama di negaranya
yang berkomitmen menerapkan ilmu tentang “Human Caring” untung
kepentingan praktik klinis, beasiswa administrasi dan kepemimpinan.
Kegiatan ini melibatkan para pakar di tingkat nasional dan internasional , juga
relasi kolega diseluruh dunia seperti Australia, Brasil, Kanada, Korea, Jepang,
Selandia Baru, Inggris, Skandinavia, Thailand dan Venezuela. Kegiatan ini
berlanjut dengan diadakan program sertifikasi internasional tentang ‘Caring
Healing’ di University of Colorado, dimana Watson menawarkan pendidikan
khusus tentang teori yang dikembangkannya kepada mahasiswa doktor.
Watson menjadi kordinator dan direktur program doctor pada tahun 1978-
1981. Pada tahun 1983-1990, Watson menjadi Dekan Universuty of Colorado
School of Nursing dan Direktur Pelayanan Keperawatan di Univesity
Hospital. Selama masa jabatannya, Watson mengembangkan kurikulum
pascasarjana terkait human caring, kesehatan dan penyembuhan yang
menjadikannya Doktor Keperawatan , gelar doktor klinis yang pada tahun
2005 dikenal sebagai gelar Doctor of Nursing Practice.
Watson aktif pada berbagai program keperawatan komunitas di sepanjang
karirnya, misalnya sebagai pendiri dan Dewan Boulder Country Hospice,
serta berbagai kolaborasi dengan area fasilitas kesehatan lainnya.
Universitas of Colorado School of Nursing menganugerahkan gelar
professor keperawatan pada Watson di tahun 1992. Selain itu ia mendapatkan
enam gelar doctor keperawatan dari tiga universitas di Amerika Serikat (AS)
dan tiga lainnya dari luar AS, termasuk dari Goteborg University di Swedia,
Luton University di London, dan University of Montreal di Quebec, Canada.
Pada tahun 1993, Watson menerima penghargaan Martha E. Rogers dari liga
nasional keperawatan/National League for Nursing (NLN) atas kontribusi
yang signifikan untuk memajukan ilmu keperawatan dan kesehatan.
Selanjutnya pada tahun 1997, NLN menganugerahkan penghargaan seumur
hidup kepada Watson sebagai perawat holistic. Di tahun 1999, Watson
menjadi ketua Ilmu Caring Murchison –Sciville yang pertama dan hingga
saat ini menjadi profesor kehormatan.
Jean Watson telah menulis 11 buku, menulis bersama dalam enam buku
dan telah menulis sejumlah besar artikel di jurnal keperawatan. Publikasi
berikut mencerminkan evolusi teori caring-nya dari gagasan awalnya
mengenai filosofi dan ilmu caring.
Buku pertamanya, Nursing: the Philosophy and Science of Caring (1979),
dikembangkan dari catatan yang diajarkannya pada mahasiswa sarjana di
University of Colorado. Karya awal Watson menggambarkan 10 faktor
karatif tersebut tetapi kemudian berkembang hingga melingkupi konsep
“caritas” yang menghubungkan Caring dan cinta secara eksplicit (Watson,
komunikasi pribadi, 2004). Buku pertamanya dicetak ulang pada tahun 1985
dan diterjemahkan ke bahasa Korea dan perancis.
Buku keduanya, Nursing: Human Science and Human Care-A Theory of
Nursing, diterbitkantahun 1985 dan dicetak ulang pada tahun 1988 dan 1999,
buku ini berisi pemikirannya mengenai masalh konseptual dan fiosofis pada
keperawatan. Buku ketiga Watson, postmodern nursing and beyond (1999)
berisikan model untuk membawa praktik keperawatan kea bad 21. Buku yang
ketiga berjudul Instruments for Assessing and Measuring Caring in Nursing
and Health Science (2002). Buku kelimanya, Caring Science as Sacred
Science (2005). Buku-buku yang terbaru diantaranya Measuring Caring:
International Research on Caritas as Healing (Nelson &Watson, 2011). Dan
Human Caring Science: A Theory of Nursing.

C. Tujuan Menganalisa Teori

Tujuan dari menganalisa teori Jean Watson:


1. Agar kita dapat mengetahui bagaimana teori konseptual dari Jean Watson
2. Agar dapat mengetahui pengembangan dari teori keperawatan Jean
Watson
3. Mengambil makna dari filosofi teori keperawatan agar dapat menerapkan
pada praktik keperawatan baik dalam pendidikan, pelayanan dan
penelitian.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep / Definisi
Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah
“Human Science and Human Care”. Watson percaya bahwa fokus utama dalam
keperawatan adalah pada faktor care/perhatian pada perawatan yang asalnya dari
humanistic perspective dan dikombinasikan dengan dasar ilmu pengetahuan.
Tolak ukur pandangan Jean Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan.
Teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang
kebutuhan yang saling berhubungan, diantaranya adalah kebutuhan biologis,
kebutuhan psikofisikal, kebutuhan psikososial, serta kebutuhan dasar
intrapersonal dan interpersonal. Berdasarkan dari empat kebutuhan tersebut, Jean
Watson memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna dan memiliki
berbagai ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia
seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial, serta spiritual.
Analisis buku Watson tahun 1985 dan 1996 dan 2001bab buku
mengungkapkan bahwa konsep Teori Caring manusia adalah transpersonal
caring, memiliki kepercayaan / caring,caring (healing) consciousness,dan proses
caritas klinik. Konsep daritranspersonal caring relationship memiliki tigadimensi
Self, Fenomenal Field, dan Intersubjectivity. Konsep caring moment /
caringkesempatan dan penghargaan (healing) consciousnessbersifat
unidimensional. Konsep klinisproses caritas memiliki 10 dimensi:

1. Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang dan kebaikan dan ketenangan
dalam konteks kesadaran terhadap caring.
2. Hadir dengan sepenuhnya dan mewujudkan serta mempertahankan sistem
kepercayaan yang dalam dan dunia kehidupan subjektif dari dirinya dan
orang dirawat.
3. Memberikan perhatian terhadap praktik-praktik spiritual dan transpersonal
diri orang lain, melebihi ego dirinya.
4. Mengembangkan dan mempertahankan suatu hubungan caring yang
sebenarnya, yang saling bantu dan saling percaya.
5. Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan posotif dan
negatif sebagai suatu hubungan dengan semangat yang dalam dari diri sendiri
dan orang yang dirawat.
6. Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara kreatif
sebagai bangian dari proses caring, untuk terlibat dalam penerapan caring-
healing yang artistic.
7. Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar yang sebenarnya yang mengakui
keutuhan diri orang lain dan berusaha untuk memahami sudut pandang orang
lain.
8. Menciptakan lingkungan healing pada seluruh tingkatan, baik fisik maupun
nonfisik, lingkungan yang kompleks dari energi dan kesadaran, yang
memiliki keholistikan, keindahan, kenyamanan, martabat, dan kedamaian.
9. Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar, dengan kesadaran caring yang
penuh, memberikan “human care essentials“, yang memunculkan
penyusuaian jiwa, raga dan pikiran, keholistikan dan kesatuan diri dalam
seluruh aspek care; dengan melibatkan jiwa dan keberadaan secara spiritual.
10. Menelaah dan menghargai misteri spiritual, dan dimensi eksistensial dari
kehidupan dan kematian seseorang, “soul care” bagi diri sendiri dan orang
yang dirawat.seluruh aspek care; dengan melibatkan jiwa dan keberadaan
secara spiritual.

Watson melandaskan teori praktik keperawatannya pada 10 faktor karatif


berikut ini. Setiap factor memiliki komponen fenomenologis yang bersifat
dinamis dan reltif bagi setiap individu yang terlibat dalam hubungan yang
tercakup dalam keperawatan. Tiga factor yang saling berhubungan berfungsi
sebagai “landasan filosofis ilmu caring” (Watson, 1979, hal. 9-10). Dengan
berkembangnya gagasan dan nilai yang ditawarkan oleh Watson, ia kemudian
menerjemahkan 10 faktor karatif ini menjadi proses caritas. Proses caritas
meliputi dimensi spiritual dan pengejawantahan yang terbuka dari konsep citra
dan caring.

1. Membentuk Sistem Nilai Humanistik Altruistik


Nilai humanistic dan atruistik dipelajari pada usia dini tetapi dapat
sangat dipengaruhi oleh perawat pendidik. Faktor ini dapat diartikan sebagai
kepuasan yang didapat dengan memberi dan memperluas dimensi diri (sense of
self) (Watson, 1979)
2. Membangkitkan Keyakinan-Harapan
Faktor ini, dipadukan dengan nilai humanistic dan altruistic, dapat
membantu mewujudakan keperawatan yang holistic dan kesehatan positif
pada populasi pasien. Faktor ini juga menggambarkan peran perawat dalam
mengembangkan hubungan perawat-pasien yang efektif dan meningkatkan
kesejahteraan pasien dengan membantunya menrapkan perilaku sehat
(Waston, 1979).
3. Menanamkan Kepekaan terhadap Diri dan Orang Lain
Menyadari perasaan diri, baik bagi perawat maupun pasien, dapat
mengarahkan seseorang menuju aktualisasi dirinya. Perawat mengakui
kepekaan dan perasaannya dapat menjadi lebih tulus, ikhlas dan peka
terhadaporang lain. (Watso, 1979)
4. Mengembangkan Hubungan Membantu Hubungan Rasa Percaya
Hubungn membantu dan rasa percaya antara perawat dan pasien
sangat penting dikembangkan untuk mewujudkan hubungan caring
transpersonal. Melalui hubungan saling percaya, perawat dan pasien dapat
mengungkapkan perasaan positif maupun negatifnya. Hubungan semacam ini
membutuhkan sikap empat, selaras, kehangatanyang tidak bersifat posesif,
dan komunikasi efektif. Sikap yang selaras yaitu sikap yang jujur, tulus, asli
dan tidak berpura-pura. Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan
memahami sudut pandang dan perasaan orang lain, serta untuk
mengungkapkanpemahaman tersebut. Kehangatan yang tidak posesif
ditunjukkan dengan: nada suara yang sedang/tidak tidak terlalu pelan atau
keras, sikap tubuh yang terbuka, dan ekspresi wajah yang sesuai. Sedangkan
komunikasi efektif memiliki komponen kognitif, afektif, dan perilaku
(Watson, 1979)
5. Meningkatkan dan Menerima Ungkapan Perasaan Positif dan Negatif
Berbagi perasaan dapat dianggap sebagai pengalaman yang beresiko bagi
perawat ataupunpasien. Perawat harus siap menghadapi perasaan yang positif
atau negatif. Peraawat harus menyadari pula bahwa pemahaman intelektual
dan emosional dari setiap situasi dapat berbeda-beda (Watson, 1979)
6. Menggunakan Metode Pemecahan Masalah Secara Sistemis untuk
Pengambilan Keputusan
Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan pemecahan
masalah secara ilmiah dalam keperawatan, memupuskan citra perawat
sebagai pembantu dokter. Proses keperawatan sama dengan proses penelitian
yang sistemis dan tertata (Watson, 1979)
7. Meningkatkan Pengajaran-Pembelajaran Interpersonal
Faktor ini merupakan konsep yang penting dalam keperawatan
karren membedakan caring dengan curing. Melalui proses pengajaran-
pembelajaran interpersonal, pasien dapat terinformasikan, sehingga dapat
bertanggung jawab untuk mencapai kesejahteraan dan kesehatan dirinya.
Perawat memfasilitasi proses ini dnegan teknik mengajar-belajar yang
dirancang untuk memampukan pasien merawat diriny, menetukan
kebutuhan dirinya, dan memberikan kesempatan bagi dirinya untuk tumbuh
(Watson, 1979).
8. Menyediakan lingkungan Psikologis, Fisik, Sosial Budaya dan Spiritual
yang Mendukung, Melindungi, dan Memperbaiki
Perawat harus menyadari adanya pengaruh lingkungan internal dan
eksternal terhadap sehat dan sakit individu. Konsep yang relevan dalam
lingkungan internal termasuk diantaranyan kesehatan jiwa dan spiritual serta
keyakinan sosil budaya seorang individu. Selain variable tersebut, variable
epidemiologi,variable eksternal lainnya meliputi kenyamanan, privacy,
keamanankebersihan dan lingkungan yang indah (Watson, 1979).
9. Membantu Pemenuhan Kebutuhan Manusia
Perawat menyadari adanya kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial,
dan interpersonal daridirinya sendiri dan juga pasien.pasien harus dapat
memenuhi kebutuhan yang lebih mendasar terlebih dahulu sebelum dapat
memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi tingkatannya.kebutuhan nutrisi,
eliminasi dan ventilasi adalah contoh kebutuhan bifisik dasa, sementara
kebutuhan aktivitas, inaktivitas, dan seksualitas termasuk kebutuhan
psikofisik dasar. Pencapaian dan afiliasi merupakan kebbutuhan psikososial
yang tingkatannya lebih tinggi. Aktualisasi dirimerupakan kebutuhan
interpersonal-interpersonal yang tingkatannya juga tinggi (Watson, 1979)
10. Mengizinkan Kekuatan Eksistensial-Fenomenologi
Fenomenologi menggambarkan data dari situasi yang membantu
untuk memahami suatu fenomena. Sedangkanpsikologi ekstensial adalah
ilmu manusia yang menggunakan analisis fenomenologi. Watson
menganggap factor ini sulit dipahami. Faktor ini diikutsertakan untuk
memberikan pengalaman yang dapat memicu pemikiran agar dapat
memahami diri sendiri dan orang lain. Watson percaya bahwa perawat
memiliki tanggung jawab untuk melakukan lebih dari 10 faktor karatif
tersebut dan membantu pasien dalam area promosi kesehatan melalui
tindakan preventif. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengajarkan pasien
perubahan diri untuk meningkatkan kesehatan, memberikan dukungan
sesuai situasi, mengajarkan cara menyelesaikan masalah, dan mengetahui
kemampuan adaptasi dan koping terhadap kehilangan (Watson, 1979)

B. Asumsi / Proposisi
Watson menggabungkan ilmu pengetahuan dengan kemanusiaan sehingga
perawat memiliki latar belakang liberal dan seni yang kuat serta dapat memahami
budaya lain sebagai persyarat untuk menerapkan ilmu Caring kerangka pikiran-
tubuh-spiritual.ia percaya bahwa studi-studi kemanusiaan memperluas wawasan dan
meningkatkan kemampuan piker dan pertumbuhan pribadi. Watson membandingkan
status keperawatan dengan mitologi Yunani Danaides, yang berusaha mengisi
bejana yang bocor dengan air, hanya untuk melihat bahwa air akan mengalir melalui
retakan bejana tersebut. Ia percaya bahwa studi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan
dibutuhkan untuk menutup retakan bejana semacam itu sebagai dasar ilmiah dari
ilmu keperawatan (Watson, 1981, 1997).
Watson menjelaskan asumsi Hubungan Caring transpersonal hingga
meliputi praktisi multidisiplin sebagai berikut:
1. Komitmen moral, niat, dan kesadaran caritas oleh perawat dapat melindungi,
meningkatkan dan memperkuat harga diri, keutuhan dan penyembuhan
seseorang hingga orang tersebut mampu menciptakan atau bersama-
samamenciptakan makna keberadaan dirinya sendiri.
2. Keinginan yang penuh kesadaran dari perawat menegaskan kemaknaan subjektif
dan spiritual pasien yang sedang mencari caring yang tepat ada ditengah-tengah
ancaman dan penderitaan secara biologis, institusional, dan sebagainya.
Dampaknya adalahpasien akan menghargai hubungan Ssaya-Engkau (I-Thou
Relationship) ketimbang hubungan Saya-Itu (I-It Relationship).
3. Perawat berusaha menyadari, mendetteksi dengan tepat dan menghubungkan
antara kondisi dalam jiwa dari orang lain dengan cara hadir secara tulus dan
memusatkan diri pada saat caring (caring moment); tindakan, kata-kata,
perilaku, kognisi, bahasa tubuh, perasaan, intuisi, pemikiran, medan energy dan
seterusnya, seluruhnya berkontribusi pada hubungan caring transpersonal.
4. Kemampuan perawat untuk terhubung dengan orang lain pada tingkat jiwa-ke-
jiwa transpersonal ini dijewantahkan dalam bentuk gerakan, sikap tubuh,
ekspresi wajah, prosedur,prosedur, informasi, sentuhan, suara, ekspresi verbal,
dan sarana komunikasi manusia lain yang bersifat ilmiah, teknis, estetis. Semua
ini diterjemahkan menjadi seni/tindakan keperawatan atau modalitas caring-
healing.
5. Modalitas caring-healing dalam konteks kesadaran caring/caritas transpersonal
memperkuat harmoni, keutuhan dan kesatuan seorang individu dengan
melepaskan ketidakharmonisan, yaitu energi yang mengganggu proses
penyembuhan alamiah. Dengan demikian, perawat membantu pasien mengakses
penyembuhan yang ada dalam dirinya, sebagaimana pandangan Nightingale
tentang keperawatan.
6. Pengembangan personal dan professional yang berkesinambungan, serta
pertumbuhan spiritual, membantu perawat untuk memasuki tingkat yang lebih
dalam tentang praktik penyembuhan secara professional. Perawat dapat
membangkitkan kondisi transpersonal dan aktualisasi penuh atas “kompetensi
ontologis” yang diperlukan pada praktik pelayanan keperawatan tingkat lanjut
ini.
7. Riwayat hidup perawat itu sendiri, serta pengalaman sebelumnya, kesempatan
untuk belajar terfokus, mengalami berbagai kondisi manusia, dan
membayangkan perasaan orang lain dalam beragam situasi merupakan guru
yang berharga bagi perawat. Perawat juga dapat mengambil ilmu dan kesadaran
yang dibutuhkan untuk menerapkan hubungan caring transpersonal dengan
bekerjasama dengan orang lain dari latar belakang budaya berbeda dan
mempelajari kemanusiaan (misalnya melalui seni; drama; sastra; cerita pribadi;
atau narasi penyakit dan perjalanannya), dengan sambil mengeksplorasi nilai diri
sendiri, kepercayaan yang dalam yang dimilinya dan hubungannya dengan diri
sendiri, orang lain, dan dunia.
8. Fasilitator lainnya adalah pengalaman pertumbuhan personal seperti psikoterapi,
psikologi, transpersonal, meditasi, pekerjaan bioenergetik, dan model lainnya
dari kebangkitan spiritual.
9. Pertumbuhan yang terus-menerus untuk mengembangkan dan mematangkan
model caring transpersonal terus berjalan. Anggapan bahwa tenaga kesehatan
adalahpenyembuh luka diakui sebagai bagian dari pertumbuhan yang penting
dalam teori/filosofi ini (Watson, 2006b).

Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari


transpersonal caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi
oleh ruang dan waktu. Watson mengatakan 7 asumsi tentang science of
caring. Asumsi dasar tersebut yaitu :
1. Caring dapat didemonstrasikan dan dipraktekkan dengan efektif hanya secara
interpersonal.
2. Caring terdiri dari carative factors yang menghasilkan kepuasan terhadap
kebutuhan manusia tertentu.
3. Efektif caring meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan
keluarga.
4. Respon caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi juga
menerima akan jadi apa dia dikemudian.
5. Lingkungan caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari
potensi yang ada, dan disaat yang sama membiarkan seseorang untuk memilih
tindakan yang terbaik bagi dirinya saat itu.
6. Caring lebih ”healthogenic” daripada curing.
7. Praktik caring merupakan sentral bagi keperawatan.

C. Konsep Metaparadigma
1. Keperawatan
Menurut Watson (1988) kata perawat adalah kata benda dan kata kerja,
baginya keprawatan terdiri dari pengetahuan, pemikiran, nilai, filosofi,
komitmendan tindakan disertai dengan gairah. Perawat tertarik memahami
kesehatan, penyakit dan pengalaman manusia. Meningkatkan dan memperbaiki
kesehatan, dan mencegah penyakit. Teori Watson mengajak perawat untuk
melakukan lebih dari prosedur, tugas dan teknik yang digunakan di lahan
praktik, menyebutnya sebagai pemangkasan keperawatan, dengan inti
keperawatan yang memaknai aspek tersebut dalam hubungan perawat-pasien
yang memberikan hasil terapeutik yang dimasukkan ke dalam proses caring
transpersonal. Menggunakan 10 faktor karatif yang awal mauoun yang telah
dikembangkan, perawat memberikan pelayanan pada berbagai pasien. Setiap
faktor karatif dan proses caritas klinis menggambarkan proses caring. Watson
kemudian menyatakan secara eksplisit bahwa manusia tidak bias diperlakukan
sebagai objek dan bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari dirinya, dari orang
lain, dari alam, dan semesta. Paradigm caring-healing terletak di dalam sebuah
kosmologi yang bersifat metafisik dan transenden dengan manusia yang terus
berkembang di alam semesta. Ia meminta untuk terbuka terhadap kemungkinan
dan menyingkirkan anggapan-anggapan terhadap diri sendiri dan orang lain,
untuk kembali belajar dan melihat menggunakan seluruh indra yang dimiliki.
2. Manusia
Watson menggunakan istilah manusia, orang, kehidupan dan diri sendiri
secara bergantian. Ia memandang seseorang sebagai suatu kesatuan dari pikiran,
tubuh, jiwa, alam. Dan ia mengatakan bahwa seseorang terikat pada pemikiran
bahwa jiwa seseorang memiliki tubuh yang tidak terikat pada ruang dan waktu
secara objektif.
3. Kesehatan
Pada awalnya, definisi Watson (1979) tentang kesehatan diturunkan dari
defenisi Word Health Organization sebagai: keadaan positif dari kesejahteraan
fisik, mental, dan sosial dengan meliputi tiga elemen:
a. Keadaan fisik, mental dan sosial berada pada tingkat tinggi.
b. Fungsi sehari-hari berada pada tingkat adaptif-pemelihraan.
c. Ketiadaan penyakit atau adanya usah untuk meniadakan penyakit.

Akan tetapi, Watson kemudian mendefinisikan sehat sebagai kesatuan dan


harmoni dalam pikiran, tubuh dan jiwa, berhubungan dengan derajat kesesuaian
antara diri sendiri yang diterima dan diri sendiri yang dialami.watson (1988)
menyatakan lebih lanjut penyakit tidaklah harus berupa penyakit melainkan
kekacauan subjektif atau ketidakharmonisan dalam area pengaruh sesorang,
misalnya dalam pikiran, tubuh dan jiwa sesorang baik secara sadar maupun tidak
sadar. Proses penyakit dapat pula berasal dari faktor genetik, kerentanan
konstitusional dan terwujud pada saat terjadi suatu kondisi ketidak harmonisan.
Penyakit pada gilirannya akan menciptakan lebih banyak ketidak harmonisan.

4. Lingkungan
Watson dan 10 faktor karatifnya menyatakan bahwa peran perawat
terhadap lingkungan adalah memberikan lingkungan mental, fisik, sosial dan
spiritual yang mendukung, melindungi dan atau memperbaiki. Dalam karyanya
kemudian ia memandang lingkungan secara lebih luas, ‘ilmu caring bukanlah
hanya untuk memelihara kemanusiaan, tetapi juga untuk memelihara planet ini.
Ia menyatakan bahwa “ruang penyembuhan yang dapat digunakan untuk
membantu orang melampaui penyakitnya, nyerinya dan penderitaanya,
menekankan pada hubungan antar lingkungan dan seseorang, ketika perawat
memasuki kamar pasien terciptalah lapang magnet pengharapan.
BAB III
ANALISIS TEORI
A. Clarity
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

B. KESIMPULAN

Konsep utama teori Jean Watson adalah “ HumanScience andHuman Care


”, yangfokus utamanya dalam keperawatan adalah careative factor, dimana dia
berasal darihumanistic perspective yang dikombinasikan dengan dasar ilmu
pengetahuan ilmiah

Hubungan teori Jean Watson ini dengan konsep utama keperawatan, yaitu
adanyaunsur teori kemanusiaan dalam pandangannya yang mengatakan bahwa
manusia adalahmakhluk yang sempurna yang memiliki berbagai ragam
perbedaan.

C. SARAN
Melihat besarnya manfaat caring, seharusnya caring tercermin dalam
setiap interaksi perawat dan klien, bukan malah dianggap sebagai sesuatu yang
sulit diwujudkan dengan dalih beban kerja yang tinggi, atau pengaturan
manajemen askep ruangan yg kurang baik. Pelaksanaan caring akan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan, memperbaiki image perawat di
masyarakat dan membuat profesi keperawatan memiliki tempat khusus di mata
para pengguna jasa pelayanan kesehatan, bukan hanya sebagai pelengkap
penderita.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raile. 2014.

Anda mungkin juga menyukai