Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

“Berbagai Penyakit Akibat Penyimpangan Perilaku Manusia”

Di Susun Oleh :
Kelompok 1
Andriyanto Dai (2017980060)
Asriadi (2017980063)
Bayu Dwisetyo (2017980064)

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat
serta hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah
Kesehatan dalam Perspektif Islam ini pada Program Pascasarjana Magister
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta tepat pada waktunya.

Makalah ini membahas mengenai berbagai penyakit akibat penyimpanan


perilaku manusia Dalam Perspektif Islam

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Kesehatan


dalam Perspektif Islam atas bimbingan selama perkuliahan dan seluruh pihak
yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan untuk perbaikan baik dari
segi materi maupun teknik penulisan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam bidang keperawatan khususnya bagi proses pembelajaran Kesehatan Dalam
Perspektif Islam.

Jakarta, 3 Oktober 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masalah sosial merupakan ketidak sesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial. Masalah sosial merupakan akibat interaksi sosial antara individu,
individu dengan kelompok maupun antar kelompok. Kepincangan-
kepincangan yang dianggap sebagai masalah sosial oleh masyarakat
tergantung dari system sosial masyarakat tersebut.
Generasi muda dewasa ini menghadapi problematika moral,
dikarenakan masa remaja adalah masa di mana mereka mulai ragu
terhadap kaidah-kaidah akhlak dan ketentuan agama. Dalam kehidupan
sosial dikenal bentuk tata aturan yang disebut norma. Norma dalam
kehidupan sosial merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi tolak ukur
tingkah laku sosial. Jika tingkah laku yang diperlihatkan sesuai dengan
norma yang berlaku, maka tingkah laku tersebut dinilai baik dan diterima.
Sebaliknya jika tingkah laku tersebut tidak sesuai atau bertentangan
dengan norma yang berlaku, maka tingkah laku dimaksud dinilai buruk
dan ditolak. Tingkah laku yang menyalahi norma yang berlaku disebut
dengan tingkah laku yang menyimpang. Penyimpangan tingkah laku ini
dalam kehidupan banyak terjadi, sehingga sering menimbulkan keresahan
masyarakat. Kasus-kasus penyimpangan tingkah laku tak jarang pula
berlaku pada kehidupan manusia sebagai makhluk individu maupun
sebagai kehidupan kelompok masyarakat. Dan dalam kehidupan
masyarakat bergama penyimpangan yang demikian itu sering terlihat
dalam bentuk tingkah laku keagamaan yang menyimpang. Dengan melihat
dari latar belakang diatas, maka pemakalah akan membahas tentang
tingkah laku keagamaan yang menyimpang
Kata AIDS tidaklah asing ditelinga kita, baik dari kalangan
masyarakat kecil sampai masyarakat elit. AIDS adalah penyakit ganas dan
mematikan yang belum ada obat untuk penyembuhannya sampai sekarang
ini sehingga AIDS sangat mengancam kehidupan di dunia. Penularan
AIDS sangat sederhana, bisa melalui luka, jarum suntik, serta sex bebas,
menyeramkan bukan?? Hal-hal di atas adalah pandangan AIDS secara
umum, bagaimanakah pandangan agama terhadap virus ini. AIDS adalah
suatu penyakit akibat dari perbuatan yang dibenci Allah SWT, AIDS
sendiri tidak ada hukum pasti, hanya saja perbuatanseperti prilaku seks
bebas yang menyimpang seperti homo atau lesbian, yang sering
mendatangkan virus ini, hukumnya haram. Tidak mengherankan lagi
AIDS telah menjadi berita yang menggemparkan seluruh dunia,
selain karena obat yang belum ada, tetapi juga penyebaran
virus HIV terjadi sangat cepat perihal seks bebas yang menyimpang terus
dilakukan oleh masyarakat.
Jenis narkotiaka yang paling dominan dalam penyalahgunaan dan
perdagangan gelap adalah ganja, putaw dan heroin. Sehingga barang
haram ini dapat sampai ketangan mahasiswa atau remaja yang lain. Dan
hal inilah  yang dapat merusak generasi muda bangsa terutama mahasiswa
karena didalam pergaulan mahasiswa terdapat banyak golongan dan teman
yang berdeda latar belakang yang dapat mempengaruhi hal tersebut. Dari 
data  yang  ada,  penyalahgunaan  NAPZA paling  banyak  berumur 
antara  15–24  tahun.  Tampaknya  generasi  muda  adalah  sasaran
strategis perdagangan gelap NAPZA. Tidak hanya anak muda maraknya
penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah
sampai ke kota-kota kecil  diseluruh  wilayah  Republik  Indonesia,  mulai 
dari  tingkat  sosial  ekonomi  menengah bawah  sampai  tingkat  sosial 
ekonomi  atas.  Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan 
pengaruhnya  terhadap  ancaman  kelangsungan  pembinaan  generasi 
muda.  Sektor kesehatan, maayarakat, dan mahasiswa  memegang
peranan  penting  dalam  upaya  penanggulangan  penyalahgunaan
NAPZA.
B. Rumusan masalah
Dari uraian di atas, sebenarnya banyak masalah yang berkaitan
dengan penyakit akibat penyimpangan manusia yang harus dikaji
hukumnya khususnya yang berkaitan dengan hukum Islam. Dalam tulisan
ini penyusun fokus pada :
1. Bagaimanakan maksud dari penyakit yang disebabkan oleh
penyimpangan manusia?
2. Bagaimanakah maksud dari penyakit HIV/AIDS menurut pandangan
islam?
3. Bagaiamanakah maksud dari penyakit akibat Narkoba dan Napza
menurut pandnagan islam?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengajak dan mangarahkan mahasiswa untuk lebih mengetahui
tentang penyakit akibat penyimpangan manusia dari sudut pandang
Islam dan hukum yang erat kaitannya dengan kesehatan sesuai profesi
kita.
2. Tujuan khusus
Melihat profesi kita dalam kesehatan, diharapkan nantinya tidak terjadi
kesalahan dan kesalahpahaman.
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat, khususnya
sebagai mahsiswa dan tenaga kesehatan harus mengetahui tentang
penyakit akibat penyimpangan perilaku manusia dalam perspektif Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyimpangan perilaku manusia


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang
diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang
terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma
dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Dalam kehidupan
masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma)
untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap
baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan
masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang
tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat,
misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong,
mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang
dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi :
1.  Menurut James Worker Van der Zaden.
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar
orang dianggap sebagai hal yang terceladan di luar batas toleransi.
2.  Menurut Robert Muhamad Zaenal Lawang.
Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang
dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan
menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
3. Menurut Paul Band Horton.
Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan
sebagai pelanggaran terhadap norma- norma kelompok atau
masyarakat.
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and
Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi
dua, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu
sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar
(lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti
hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan
menjadi dua, sebagai berikut:
1. Penyimpangan bersifat positif. 
Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang
mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena
mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan
memperkaya wawasan seseorang. Misalnya emansipasi wanita
dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita
karier.
2.  Penyimpangan bersifat negatif.
Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang
bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan
selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan
negatif didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar.
Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada
umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap
tata cara dan sopan santun.
B. Contoh perilaku menyimpang
1. Seks bebas
Masalah remaja terhadap soal-soal seks, disebabkan oleh
pertumbuhan jasmani mereka. Pertumbuhan jasmani ini mencakup
pertumbuhan seks, baik yang sekunder maupun primer, yang
mengubah bentuk tubuh dari anak menjadi dewasa dengan segala
ciri dan mengubah bentuk tubuh dari anak menjadi dewasa dengan
segala ciri dan tanda-tandanya. Sudah sewajarnya apabila keadaan
ini menyebabkan perhatian remaja bertambah terhadap diri mereka,
yang menyebabkan berubahnya sikap orang terhadap mereka. Seks
bebas adalah perilaku pelanggaran yang melanggar system dan
pranata hukum, pranata sosial, agama, norma, dan budaya. Seks
bebas adalah penyimpangan perilaku yang dianut oleh sebagian
kecil umat manusia yang berkeinginan atas kebebasan, di mana
mereka tidak ingin ada hukum yang mengikat ataupun aturan
apapun yang membuat mereka terhalangi untuk melakukan
penyimpangan dalam bentuk free seks. Perilaku ini ditentang,
bukan saja karena melanggar aturan agama dan bermasyarakat,
melainkan telah menimbulkan efek negative yang merugikan
banyak orang. Seks bebas telah berdampak pada penyebaran virus
HIV AIDS yang sudah tidak terhitung jumlahnya. Seks bebas
adalah pelanggaran yang harus dinafikan segera. Islam mempunyai
metode mutawatir untuk mengatasi penyimpangan perilaku seks.
Islam menganjurkan laki-laki yang memiliki kesanggupan untuk
menukah. Menikah menjamin keturunan, memelihara harta, jiwa
dan raga. Menikah menjadikan orang sehat jasmani dan rohani.
Apabila seks bebas dapat menimbulkan efek kesehatan seperti
infeksi, penularan, dan penyebaran virus HIV AIDS, maka
menikah melegalisasi seks dari perilaku haram menjadi halal dan
terhindar dari penyakit kelamin yang mendera kaum penganut seks
bebas.
Dalam psikologi agama perilaku seks bebas diketahui sebagai
perilaku orang-orang yang pada prinsipnya tidak memiliki
kesadaran, baik kesadaran beragama, bernorma, bersusila, ataupun
berbudaya. Orang yang beragama, akan merasa malu kepada
Tuhannya, malu kepada sesamanya, dan terlebih malu terhadap
dirinya sendiri. Karena itu, perspekstif psikologi agama, individu
yang melanggar rambu-rambu  agama, merasakan seks bebas
adalah perbuatan yang merugikan diri dan orang lain. Dalam
psikologi agama, pelaku seks bebas dikenali sebagai perbuatan
menyimpang yang menjadikannya hidup dalam kegalauan,
kebingungan dan gangguan mental. Perilaku seks bebas adalah
kesalahn dan penyimpangan, sementara pelakunya adalah
kumpulan orang yang hidup dalam ketidakbermaknaan, kelainan
diri, dan keterasingan dalam kelompok masyarakat. Apabila
realitas ini berlanjut, maka kesehatan mental sulit diraih, bahkan
perasaan spekulatif yang menimpa dapat menjadikannya stress,
psikoneorosis, dan psikis yang berkepanjangan.
2. Agresifitas
Robert baron menyatakan bahwa agresif adalah tingkah laku
individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakai individu
lain yang tak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.
Devinisi dari Baron ini mencakup empat masalah penting, yaitu:
a. Agresi itu perilaku. Dengan demikian, segala aspek perilaku
terdapat di dalam agresi, misalnya : emosi
b. Ada unsur kesengajaan. Peristiwa tabrakan pada umumnya
tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa agresi terlebih-lebih
apabila si pengendara sudah berusaha menghindar.
c. Sasarannya adalah makhluk hidup, misalnya manusia
d.  Ada usaha menghindar dari si korban
C. Hubungan antara agama dengan perilaku menyimpang
Setiap agama pasti memiliki aturan atau perintah masing-masing
agama yang harus di patuhi oleh segenap pengikutnya. Dan aturan-
aturan tersebut akan mempengaruhi pada tingkah laku atau prilaku dari
pengikutnya. Akan tetapi apabila dalam menjalankan perintah atau
atauran yang diberikan oleh agama dijalankan hanya karena
meggugurkan kewajiban belaka maka bisa saja prilakunya tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh agama. Salah satu contohnya adalah
ada orang yang ibadahnya rajin akan tetapi mereka juga ahli maksiat
atau ahli berbuat kemunkaran.Dewasa ini pula banyak perilaku para
pemeluk agama yang telah menyimpang jauh dari esensi ajaran agama
itu sendiri. Akibatnya, agama menjelma menjadi sosok yang seram dan
menakutkan. Padahal, esensi ajaran agama adalah cinta dan kasih
sayang. Saat ini kita tidak hidup di zaman perang dengan senjata
sebagai alat utama. Kita sekarang berpijak di era keterbukaan dan
demokrasi. Seharusnya, yang tampak adalah sikap saling membantu
dan menebar kedamaian.Dapat disaksikan perbedaan antara orang
yang  beriman dengan ornag yang tidak beriman yang hidup
menjalankan agamanya, dengan orang yang tidak menjalankan  agama
atau mejalankan agama dengan cara acuh tak acuh kepada agamanya.
Pada wajah orang yang beragama terlihat ketentraman batin, sikapnya
dan perbuatannya tidak akan menyengsarakan atau mnyusahkan orang
lain, lain halnya dengan orang yang hidupnya terlepas dari ikatan
agama atau tali agama, hidupnya akan mudah terganggu oleh
goncangan jiwa dan suasana.
D. Penyakit HIV/AIDS menurut pandangan Islam
1. Secara Umum
AIDS adalah virus ganas dan mematikan yang belum ada
obat untuk penyembuhannya sampai sekarang ini sehingga AIDS
sangat mengancam kehidupan di dunia. Penularan AIDS sangat
sederhana, bisa melalui luka, jarum suntik, serta sex bebas.
Acquired Immune Deficiency Syndrome, secara
harfiah Acquired artinya didapat bukan keturunan. Immune artinya
sistem kekebalan. Deficiency adalah kekurangan,
dan Syndrome yakni kumpulan gejala penyakit. Sedangkan secara
terminologi AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang
menyerang dan atau merusak  system kekebalan tubuh manusia
melalui HIV (Human Immune Virus).
2. Pandangan Islam Mengenai Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Seksual
Kata seks dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sering
diartikan dengan jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.
Dalam bahasa Arab, seks diartikan jins yang berarti jenis kelamin
atau setiap yang berkaitan dengan bentuk tubuh. Shahid Athar
dalam bukunya “Bimbingan Seks Bagi Remaja Muslim”
menyatakan bahwa seks merupakan proses hubungan intim antara
dua orang yang berlainan jenis kelamin atau yang memiliki jenis
kelamin yang sama (homoseksual), bermula dari kondisi berduaan,
melakukan pendahuluan (foreplay), dan melakukan hubungan seks.
Berbeda dengan pendapat Muhammad Ali yang mengartikan seks
dengan nafsu syahwat atau libido seksual.
Islam pada dasarnya mengakui bahwa kebutuhan seks
adalah kebutuhan manusiawi dan islam percaya bahwa kebutuhan
itu harus dipelihara, bukan ditindas. Firman Allah swt. Dalam Q.S.
al-Mu’minun (23): 115, menjelaskan bahwa setiap elemen dari
tubuh manusia diciptakan mempunyai fungsi dan tujuan, dan tidak
diciptakan dengan sia-sia.
Tidak ada satu nash dalam al-Qur’an atau Hadits pun yang
menyatakan bahwa menyalurkan kebutuhan seks itu sebuah
kejahatan atau dosa. Al-Qur’an berbicara mengenai seks dan tidak
dianggap sebagai permasalahan yang tabu, terbukti dengan
berbagai term (istilah) yang digunakan dalam mengilustrasikan dan
menjelaskan yang berkenaan dengan permasalahan seks, misalnya
ar-Rafats, yang berarti percumbuan, termaktub dalam Q.S. al-
Baqarah (2): 187.
Artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan
puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian
bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah
mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu.
Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi)
janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu
beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah
kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.(Q.S. al-Baqarah
(2): 187)
Islam justru mengecam kehidupan kebiaraan, kehidupan
tidak kawin (membujang), karena dianggap bertentangan dengan
fitrah manusia. Islam juga tidak menganjurkan umatnya untuk
mengumbar seks. Namun itu sangat bertentangan dengan prinsip
para masyarakat kapitalis yang beranggapan bahwa masalah
seksual adalah masalah individu, yang selama tidak menganggu
individu lain dan dilakukan suka sama suka, tidak boleh ada yang
mengintervensinya termasuk negara sekalipun. Oleh karenanya,
berganti-ganti pasangan seksual atas dasar suka sama suka,
bukanlah merupakan pelanggaran. Demikian juga anggapan bahwa
setiap orang bebas menentukan orientasi (kecenderungan) seksnya
adalah merupakan bagian dari kebebasan individu. Oleh karena itu
homoseksual dan lesbianism bukanlah sesuatu yang terlarang
dalam masyarakat kapitalisme.
Pandangan itu ditentang keras oleh tokoh agama islam
yakni Marzuki Umar Sa’abah dalam bukunya “Perilaku Seks
Menyimpang dan Seksualitas Kontemporer Umat Islam”. Marzuki
menyatakan bahwa seolah-olah munculnya gejolak nafsu syahwat
itu melulu berasal dari dalam diri seseorang dan manusia
melupakan akan kenyataan bahwa usaha membesar-besarkan seks,
itu lebih dahsyat disbanding dengan kemampuan manusia itu
sendiri. Hidup para lelaki telah dicecoki untuk selalu memenuhi
hasrat seksnya, dan para wanita untuk sealalu menonjolkan bentuk
tubuhnya. Manusia terjebak pada pemikiran bahwa tidak mungkin
hasrat seksual itu dapat dikendalikan.
AIDS adalah suatu penyakit akibat perbuatan yang dibenci
Allah SWT, AIDS sendiri tidak ada hukum pasti, hanya saja
perbuatan seperti prilaku seks bebas yang menyimpang seperti
Homo atau lesbian, yang sering mendatangkan virus ini, hukumnya
haram.
Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu mencegah
HIV (mungkin hanya sebatas mencegah penyebarannya melalui
ARV). Orang yang terinfeksi HIV akan menjadi karier selama
hidupnya, firman Allah SWT yang berbunyi: “dan sesungguhnya
akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit kelaparan,
ketakutan,…dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang
sabar.” (Al-Baqarah:155)
3. Tinjauan AIDS Menurut Hukum Islam
Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an : " Sesungguhnya
Allah tidak berbuat dzalim kepada manusia sedikit pun, akan
tetapi manusia itulah yang berbuat dzalim kepada diri mereka
sendiri.” (QS. Yunus: 44). Penyakit HIV-AIDS yang sangat
ditakuti oleh masyarakat, bukanlah merupakan penyakit "Kutukan
Tuhan" sebagaimana pandangan sebagaian masyarakat. Melainkan
penyakit biasa sebagaimana penyakit-penyakit lainnya.
Penyakit HIV-AIDS diatas lebih banyak di takuti oleh
masyarakat karena hingga saat  ini penyakit tersebut belum ada
obatnya. Penyakit tersebut muncul dikarenakan perbuatan manusia
yang melanggar terhadap syari'ah yang telah di tetapkan.   
4. Perilaku Masyarakat dan Hubungannya dengan AIDS
Berbagai data menjelaskan bahwa akselerasi jumlah penderita
HIV/AIDS dikarenakan tingginya prevalensi penyakit kelamin atau
IMS (Infeksi Menular Seksual) pada waria dan tuna susila.
Penyakit kelamin mempermudah penularan HIV/AIDS.
Berbagai riset menyatakan bahwa pengetahuan remaja yang
minim tentang HIV/AIDS dan interpretasi yang salah tentang
masalah seksual merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya
HIV/AIDS.
5. Titik Pandang Islam dalam Masalah HIV/AIDS
Masalah HIV/AIDS sebenarnya bukan sekadar masalah 
kesehatan (medis), namun juga masalah perilaku. Sebab telah
terbukti  penyebab terbesar penularan HIV/AIDS adalah perilaku
seks bebas, yaitu  zina dan homoseksual. (Ali As-Salus, Mausu‘ah
Al-Qadhaya al-Fiqhiyah al-Muashirah, hal. 705). Islam
memandang  HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan, karena
penyakit AIDS memang  berbahaya (dharar) lantaran
menyebabkan lumpuhnya sistem kekebalan tubuh. Berbagai
penyakit akan mudah menjangkiti penderitanya yang ujung-
ujungnya adalah kematian. Padahal Islam adalah agama yang
melarang terjadinya bahaya (dharar) pada umat manusia.
Rasulullah SAW bersabda,"Tidak  boleh menimpakan bahaya
pada diri sendiri dan juga bahaya bagi orang  lain dalam Islam
(laa dharara wa laa dhiraara fi al-islam)." (HR Ibnu Majah no
2340, Ahmad 1/133; hadits sahih).  Namun Islam juga memandang
HIV/AIDS sebagai  masalah perilaku, karena HIV/AIDS pada
sebagian besar kasusnya berawal  dan tersebar melalui perilaku
seks bebas yang menyimpang, seperti lesbianisme, gay, biseksual,
dan transgender.  Semua perilaku ini adalah perbuatan kotor dan
tercela dalam pandangan  Islam. Semuanya adalah tindakan
kriminal yang layak mendapat hukuman  yang tegas. (Imam Al-
Ajiri, Dzamm Al-Liwath, Kairo: Maktabah Al-Qur`an, 1990, hal.
22; Mahran Nuri, Fahisyah al-Liwath, hal. 2; Abdurrahman Al-
Maliki, Nizham Al-Uqubat, hal. 18-20).
Solusi Islam ini jelas berbeda berbeda dengan  solusi
model sekular-liberal selama ini. Solusi ini hanya memandang 
HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan, bukan masalah perilaku.
Maka  solusinya hanya terkait dengan persoalan kesehatan semata,
misalnya  kondomisasi, pembagian jarum suntik steril, kampanye
bahaya AIDS, dan  yang semisalnya. Sedang perilaku seks bebas
seperti lesbianisme, gay, biseksual, dan transgender dianggap tidak
ada masalah, tidak perlu dihukum, dan dianggap tak ada
hubungannya dengan penanggulangan HIV/AIDS. Jelas solusi ini
adalah solusi yang dangkal dan bodoh.
Dikatakan "dangkal" karena solusi yang ada berarti  hanya
menyentuh fenomena permukaan yang nampak secara empiris.
Tidak  menyentuh persoalan yang lebih mendalam dan hakiki,
yaitu persoalan  nilai-nilai kehidupan (morality) dan gaya hidup
(life style) yang terekspresikan lewat seks bebas.
Dan dikatakan "bodoh" karena solusi tersebut  berarti
memerosotkan derajat manusia setara dengan binatang. Karena 
perilaku yang jelas-jelas bejat seperti lesbianisme, gay, biseksual,
dan transgender  dianggap legal dan sah-sah saja dilakukan.
Padahal semua perilaku  sampah itu hakikatnya adalah
mempertuhankan hawa nafsu dan membunuh akal  sehat.
Bukankah ini suatu kebodohan? Firman Allah SWT
(artinya) : "Terangkanlah  kepadaku tentang orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.  Maka apakah
kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu 
mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami? Mereka itu  tidak lain, hanyalah seperti binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat  jalannya (daripada binatang
ternak itu). (QS Al-Furqaan : 43-44).
6. Manfaat dan Madhorot
a. Manfaat AIDS
Sebagai petunjuk agar kita tetap selalu dijalan ALLAH SWT
b. Madharat AIDS
1. Merusak generasi penerus bangsa
2. Merusak diri, moral dan agama
3. Menjauhkan dari masyarakat
4. Menyebabkan kematian
7. Penyebab dan Penularannya
Kemajuan iptek telah menimbulkan pola dan gaya hidup
baru yang bersumber pada doctrine of permissiveness yang
kemudian melahirkan permissive society, hal tersebut tercermin
pada pola dan gaya hidup semisal;
1. Perdagangan seks
2. Pengesahan perkawinan sesama jenis
3. Pameran seks
4. Pornografi
5. Legalisasi aborsi tak bertanggung jawab, dan seterusnya
Ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya penyakit
HIV-AIDS. Diantaranya adalah :
1. Penyalahgunaan Narkoba dengan menggunakan jarum suntik
Secara tekstual di dalam Al-Qur'an tidak sebutkan akan
dilarangnya penggunaan narkoba. Namun secara kontekstual,
baik Al-Qur'an maupun Hadits telah menyebutkan bahwa
Narkoba itu hukumnya adalah haram. Sebagaimana Ayat dan
Hadits di bawah ini:

‫يسالونك عن الخمروالميسرقل فيهمااثم كبيرومنافع للناس‬


‫واعهمااكبرمن نفعهما‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi.
Katakanlah: pada keduanya itu terdapat dosa besar dan
beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya.” (QS. Al-Baqarah: 219).
Dari ayat di atas jelas bahwa khamr itu memabukkan dan
hukumnya haram sedangkan narkoba lebih bahaya dari khamr
dan hukumnya lebih haram dari khamr. Narkoba tidak hanya
membuat orang menjadi mabuk tetapi dapat membuat orang
yang menyalahgunakan menjadi mati. Melihat bahanya
narkoba melebihi khamr, maka narkoba hukumnya adalah
haram.

‫كل مسكرخمروكل مسكرحرام‬

“Setiap zat yang memabukkan itu kmar dan setiap zat yang
memabukkan itu haram.” (HR. Abdullah Ibnu Umar)

         Narkoba tidak hanya sekedar membuat mabuk, tetapi


narkoba membuat syaraf yang menyalahgunakan menjadi error.
Oleh karena itu narkoba harus dijauhi dengan sejauh-jauhnya.
Melihat bahaya narkoba yang sangat besar, maka Allah SWT
memerintahkan agar sesuatu yang dapat membahayakan seperti
minuman keras, narkoba dan lain-lainnya itu supaya dijauhi.
Sebagaimana firman Allah :

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)


khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan “(QS. Al-maidah: 90).
Selain itu Khamr dan judi adalah haram, sebagaimana
firman Allah sebagai berikut :

“Mereka bertanya kepadamu tentanng khamr dan judi.


Katakanlah: pada keduuanya itu terdapat dosa besar dann
beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya”.(QS. Al-Baqarah:219)
         Laknat Allah terhadap Khamr terdapat dalam firman
Allah sebagai berikut :

‫ يامحمد ان هللا لعن الخمر وعاصيرها‬: ‫اتانيي جبريل فقال‬


 ‫ومعتصرها وشاربها والمحمول اليه وبائعها ومبتاعها وساقيها‬

Malaikat Jibril datang kepadaku lalu berkata : “ hai


Muhammad, Allah melaknat minuman keras, yang
memerasnya, yang meminumnya, orang yang menerima
penyimpanannya, orang yang menjualnya, orang yang
membelina, orang yang menyuguhkannya dan orang-orang
yang mau disuguhi”. (Riwayat Ahmad bin Hambal ibnu
Abbas)

2. Hubungan seksual dengan pengidap HIV (homo atau


heteroseksual)
Kebiasaan main perempuan (berbuat zina) merupakan
salah satu dari kebiasaan pada sebagaian masyarakat. Hal ini
terbukti dengan masih eksisnya beberapa tempat pelacuran di
Negara kita yang mayoritas penduduknya memeluk agama
Islam.
Negara kita yang mayoritas penduduknya muslim ini,
merupakan salah satu negara yang memiliki tempat pelacuran
terbesar jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia
lainnya. Ini adalah merupakan prestasi yang memalukan bagi
umat Islam.
Islam telah melarang mendekati perbuatan di atas,
sebagaimana firmannya:
”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk”. ( QS. Al-Isra’: 32)
”Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu
untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini
kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi.
Dan barang siapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada
mereka) sesudah mereka dipaksa (itu)”. ( QS. An- Nur: 33).
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat.” (terj. Qs: An-Nuur; 30).
Islam melarang berdua-duaan antara seorang laki-laki
dan seorang perempuan dalam satu tempat tanpa kehadiran
seorang mahram. Nabi SAW bersabda : “Ketika seorang laki-
laki (pergi) berduaan dengan seorang wanita, maka setan
menjadi orang ketiganya di sana.” Dalam Islam, campur baur
bebas antara laki-laki dan wanita tanpa adanya keperluan dan
kepentingan syar’i adalah terlarang. Islam memandang seks
bebas sebagai sebuah malapetaka besar.
“…dan janganlah kamu datangi perbuatan keji, baik yang
nampak diantaranya maupun yang tersembunyi….” (terj.
QS :Al-An’am; 151).
Dari ayat di atas, Allah swt menjelaskan kepada
hambanya, bahwa segala bentuk perbuatan mendekati kepada
zina (main perempuan) pelacuran dan seterusnya itu dilarang.
Sebagai akibat dari perbuatan di atas adalah munculnya
penyakit HIV-AIDS yang hingga sekarang belum ditemukan
obatnya.
3. Seks bebas/ tidak sehat
Kebiasaan main perempuan (berbuat zina) merupakan
salah satu dari kebiasaan pada sebagaian masyarakat. Hal ini
terbukti dengan masih eksisnya beberapa tempat pelacuran di
Negara kita yang mayoritas penduduknya memeluk agama
Islam
Negara kita yang mayoritas penduduknya muslim ini,
merupakan salah satu negara yang memiliki tempat pelacuran
terbesar jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia
lainnya. Ini adalah merupakan prestasi yang memalukan bagi
umat Islam.
4. Musibah
Penyakit HIV-AIDS selain ditimbulkan oleh mereka
yang melanggar syari'ah agama ( menyalahgunakan narkoba
dengan menggunakan jarum suntik dan seks yang tidak sehat)
juga bisa karena factor ketidak sengajaan. Misalnya: Istri yang
baik-baik (shalihah) bisa terkena HIV jika bergaul dengan
suaminya yang suka melacur dan pelacurnya terinfeksi HIV,
atau seorang petugas kesehatan yang menggunakan jarum
suntik bekas digunakan menyuntik seseorang yang terinfeksi
HIV. Dan masih banyak factor lainnya. Oleh karena itu jalan
yang paling baik untuk mencegah tertularnya penyakit HIV-
AIDS yang sangat menakutkan tersebut adalah dengan
menjahui perbuatan zina dan tidak menggunaan narkoba.
5. Transfusi darah yang mengadung HIV
6. Alat suntik bekas pengidap HIV; tindik, tattoo, narkoba (IDU),
injeksi, dan lain-lain
7. Dari ibu hamil kepada janinnya.
Misalnya: Istri yang baik-baik (shalihah) bisa terkena HIV jika
bergaul dengan suaminya yang suka melacur dan pelacurnya
terinfeksi HIV.
8. Tawaran Solusi Islam penanganan HIV/AIDS
Dalam pandangan Islam penyebaran HIV/AIDS sudah
tergolong bahaya umum (al-Dharar al-'Am) yang dapat
mengancam siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, umur, dan
profesi. Mengingat tingkat bahaya HIV/AIDS tersebut maka wajib
bagi semua pihak untuk mengikhitiarkan pencegahan dengan
berbagai cara yang mungkin dilaksanakan secara perorangan
maupun bersama, baik dari sudut agama, budaya, sosial maupun
kesehatan.
Namun sangat disayangkan adanya kebijakan yang
dilematis dan kontradiksi dengan ajaran Islam dalam metode
penanggulangan HIV/AIDS oleh Kemenkes RI, utamanya
kebijakan kondomisasi dan upaya sosialisasinya.
Program penanggulangan HIV/AIDS melalui sosialisasi
pemakaian kondom kepada  kepada masyarakat termasuk pelajar
dan mahasiswa, secara tidak langsung maupun tidak langsung
mengajarkan kepada masyarakat umum, pelajar dan mahasiswa,
bahwa melakukan seks di luar pernikahan itu “legal asal
menggunakan kondom. Padahal, program bagi-bagi kondom gratis
akan berpotensi  memicu perilaku seks bebas yang kontraproduktif,
kondomisasi berarti liberalisasi perzinahan yang akan
mendatangkan murka Allah, dan membuat hidup tidak barokah.
Penggunaan kondom aman tidaklah benar. Kondom (yang terbuat
dari bahan latex) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron
dalam keadaan tidak meregang, sedangkan bila dalam keadaan
meregang lebarnya pori-pori tersebut mencapai 10 kali. Sementara
kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian
jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus pori-pori
kondom.(Laporan Konferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai,
Thailand,1995).
Sudah seharusnya, upaya penanggulangan HIV/AIDS akibat
seks bebas di luar pernikahan dapat dilakukan melalui revolusi
sistem dan strategi pendidikan, yaitu dengan memasukkan
pendekatan aqidah, moral (akhlaq) dan seluruh pokok pokok
keyakinan agama sesuai al qur’an dan as sunnahbi fahmis
shohabah di dalam kurikulum dan pembelajaran di semua mata
pelajaran secara komprehensif. Sehingga keagungan Allah akan
merasuk di dalam jiwa generasi penerus bangsa ini. Dari hasil
revolusi system dan strategi pendidikan tersebut diharapkan
masyarakat mau meninggalkan perbuatan seks bebas di luar
pernikahan, tidak hanya karena takut akibat virus HIV/AIDS akan
tetapi mereka menjauhinya karena takut kepada Allah dan
adzabNya di dunia dan akkhirat. Penanggulangan HIV/AIDS juga
dapat dilakukan dalam bentuk penggecaran sosialisasi tentang
bahaya seks sebelum menikah,  seks bebas atau bergonta ganti
pasangan seksual,  pelacuran,  pornografi, narkoba, bahaya
perilaku Lesbi Gay Biseksual Transgender (LGBT) melalui media
massa maupun media audio visual, yang semua itu dilakukan
dengan harapan dapat menghindarkan masyarakat dari resiko dan
bahaya penularan virus HIV/AIDS.
HIV/AIDS harus ditanggulangi bukan hanya  dengan
mencegah dan mengobati HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan, 
melainkan harus disertai pula dengan upaya menghapuskan segala
perilaku  menyimpang, seperti lesbianisme, gay, biseksual, dan
transgender (LGBT).
Selain kedua hal di atas, langkah yang semestinya diambil
oleh pemerintah Indonesia adalah dengan menerapkan syari’ah
Islam dalam menindak tegas dan memberikan keputusan hukum
bagi para pelaku zina utamanya pelaku seks bebas (LGBT).
Penutupan tempat tempat pelacuran / lokalisasi dan tempat tempat
praktik para penzina, penerapan hukuman cambuk, pengasingan
dan rajam, bukanlah sebuah tindakan melanggar HAM. Justru
dengan hal tersebut pencegahan penyebaran HIV/AIDS akan
optimal, karena ada multifier effect yang akan memberikan efek
jera bagi para pelaku atau orang yang hendak berbuat pelanggaran
terhadap hukum yang telah ditetapkan. Inilah solusi yang diserukan
oleh Islam yang sangat sesuai dengan tuntutan realita sepanjang
hayat. Semoga Indonesia bisa berubah menjadi negeri yang penuh
berkah dan lebih baik lagi dengan menerapkan Syari’ah Islam.
Aaamiin.
9. Pengobatan
Hadits Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Arba’ah:
“berobatlah hai hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan
suatu penyakit, kecuali diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit
yang satu (pikun).”
Islam memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV/AIDS
yakni secara fisik, psikis, dan social. Secara fisik melalui medis
dan sejenisnya hingga yang terbaru ARV (AntiRetroviral) secara
psikis melalui kesabaran, taubat, taqarrub ilallah (dzikrullah), dan
berdoa, sedangkan secara social melalui penerimaan dan dukungan
penuh masyarakat terutama keluarga.
E. Bahaya dari bidang agama
Didalam bidang agama hal ini dapat membuat seseorang :
1. Mengkonsumsi narkotika menghalangi zikir kepada Allah, shalat
dan amal-amal ketaatan lainnya.
2. Mewariskan segala norma dan etika rendah serta tercela.
3. Merusak anggota badan yang dapat digunakan untuk mendulang
kebaikan -kebaikan.
4. Menjadikan konsumernya sebagai budak dan tawanan hawa nafsu
5. Mendatangkan su'ul khatimah dan mati dalam kemaksiatan.
6. Menggiring kepada kriminalitas dan kejahatan yang lebih jahat lagi
seperti pembunuhan, zina, homoseksual, lesbian dan lain-lain.
7. Menjadikan para pelakunya saling tolong menolong dalam dosa
dan permusuhan serta berandil dalam pelanggaran dosa besar.
8. Memasukkan pelakunya sebagai orang yang memubazirkan harta
yang merupakan tindakan setan.
9. Membuang-buang waktu dan menyia-nyiakannya tanpa guna
bahkan dalam hal yang membahayakan.
10. Orang yang mengkonsumsinya termasuk orang yang membunuh
dirinya sendiri jika mati karenanya.
F. Hukum  mengkonsumsi NAPZA
Sejalan dengan madorot yang di timbulkan oleh barang yang
jahanam yaitu memabukkan, kehilangan kesadaran, berubahnya
perilaku, perasaan , persepsi dan kesadaran, maka para ulama
menyatakan bahwa NAPZA, atau lebih tepatnya yang disebut dalam
bahasa arap al- mukhaddirat, baik yang padat maupun yang cair
termasuk benda- benda yang diharamkan meminum oleh syarak. Dalil
yang menujukkan keharaman barang jahanam ini adalah
hadits yang dikemukakan oleh Umar bin al- khaththab yang
menyatakan : “ Khamr adalah benda yang menyebabkan hilang akal /
kesadaran.”( HR al bukhari dan muslim ) Larangan meminum khamr
telah ditegaskan dalam al- Quran dan hadist Nabi Seandaianya Napza
tidak dikategorikan kedalam khamr atau memabukkan, ia tetap haram
karena adanya unsur dapat melemahkan phisik, sebagaimana
ditegaskan dalam hadist Nabi :“ Dari Ummi Salamat, ia berkata,
Rosululloh saw melarang hal yang memabukkan dan melemahkan
( menjadikan lemah ).Menurut Ibn al- Atsir, yang dimadsudkan dengan
‘ melemahkan ‘ sebagaiamana dimadsud dalam hadist disini jika
minuman tersebut diminum, maka adan akan menjadi panas, membuat
lemas, malas, dan sedih. Sedangkana menurut al- Khaththabi, adalah
semua jenis minuman yang menjadikan badan loyo, dan lemas.
Disamping itu, Napza dapat dikategorikan ke dalam al- Khabait
dan membahayakan. Ajaran islam mengharamkan hal tersebut,
sebagaimana dinyatakan dalam surat asl – A’raf (7): 157:“...dan Allah
menghalalkan bagi mereka segala yang baiak dan mengharamkan
bagi mereka segala yang buruk... “(Q.s.al-A’raf ( 7 ): 157) Juga
disebutkan dalam hadist Nabi :“ Dari ibn’Abbas, ia berkata,
Rosulullah saw bersabda : “tidak boleh membahayakan diri sendiri
dan tidak boleh memberi bahaya ( mudarat ) kepada orang lain.” ( HR
Ibn Majah dan Ahmad ).Bila di kategorikan dalam hukum Khamr
dengan zat – zat yang memabukan yang lain dam konteks dewasa ini,
sejenis Napza, Narkotika, dan zat adiktif lainya, menurut Imam
Syafi’i, ada empat element :
1. Ash ( pokok ), yakni suatu peristiwa yang sudah ada ketentuan
hukamnya dalam nash yang dijadikan patokan dalam
mengqiyaskan hukam suatu masalah, atau bisa di
sebut maqis’alaih, yang dalam hal ini adalah Khamr.
2. Far’ ( cabang ), yakni suatu peristiwa kontemporer yang belum
ada hukmnya, atau biasa yang disebut maqis, dalam kaitan ini
segala zat adiktif seperti ekstasi dan sejenisnya.
3. Hukum ashl, yakni hukm syara’ yang ditetapkan oleh nash, yang
dalam hal ini hukum minum khamr yang jelas haram.
4. Illat, yakni kesesuaian sifat yang terdapat dalam hukum ashl itu
sama dengan sifat yang terdapat dalam peristiwa baru ( cabang ),
dalam hal ini adalah sifat yang memabukkan.

Di samping itu, setiap umat muslim tidak diperkenankan


mengkonsumsi atau meminum minuman yang dapat mengakibatkan
mati, lambat atau cepat. Sebab, seorang muslim bukan menjadi milik
dirinya sendiri, tetapi dia milik agam dan umat, seperti terkansung
dalam kandungan ayat yang umum surat An – Nisa’ ( 4 ): 29 :
“... Dana jaganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu. “ ( Q. S. An- Nisa’ (4 ) : 29 )
Dalam ayat ini disebutkan dalam surat al- Baqarah ( 2 ) : 195
dinyatakan “... dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke
dalam kebinasaan,... ( Q. s. Al- Baqarah ( 2 ): 195 ) Juga dalam hadist
Rosulullah saw juga dinyatakan :“ Siapa yang meminum racun yang
mengakibatkan ia mati, maka dia akam meminumnya pula di dalam
neraka kekal selamanya. ( HR al- Bukhari, al- Nasai, Abu Dawud, Ibn
Majah, dan Ahmad ). Dari hadist yang disebutkan di atas bahwa
pengkonsumsian Napza atau sejenisnya adalah haram.

G. Pendapat Ulama tentang pengkonsumsian NAPZA


Sebagaimana yang dijelaskan, bahwa NAPZA dan sejenisnya
baik yang cair dan yang bentuk padat, yang dapat menyebabkan
seseorang kehilangan akal, kesadaran, dan bahkan dapat merugikan
orang lain, maka setiap ulama memiliki pandangan yang berbeda
tentang hal tesebut yang mewakili pendapat ulama – ulama yang lain
yaitu
1 Syaikul Islam Ibnu Taimuiyah mennrturkan bahwa NAPZA dan
sejenisnya adalah haram baik memabukkan atau tidak. Beliau
menambahkan, bahkan lebih haram dari khamer, karena kadar
bahayanya jauh lebih hebat dari pada khamer yaitu yang dapat
merugikan orang laian atau dirinya sendiri
2 Syeikh M. Bin Ibrahim Al-Syeikh menukil dari Ibnu Hajar Al-
Haitami tentang haramnya barang tersebut dari 4 imam mazhab.
Demikian pula, seluruh ulama kerajaan Saudi sepakat haramnya
barang tersebut.
3 Mufti Mesir Syeikh Jaadul haq Ali Jaadul haq menuturkan: Para
ulama mazhab telah sepakat, bahwa haram hukumnya dalam
menghasilkan, menanam, berdagang dan mengkonsumsinya. Baik
itu alami atau ciptaan dan orang yang melakukan hal-hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mudjiran, dkk. 2008. Buku Ajar: Perkembangan Peserta Didik. Padang:


UNP Press
2. Hamid Hasan, Said, Dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan
Karakter Bangsa. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional.
3. Mohammmad Surya, 2003, Psikologi konseling, Bandung: Pustaka Bani
Quraisy.
4. Direktorat jenderal peningkatan mutu pendidikan dan tenaga
kependidikandepaartemen pendidikan nasional, rambu-rambu
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal.
2007
5. Anonymous, http://agusria.wordpress.com/2011/03/07/perilaku-kasar-dan-
melawan-agresif/, diakses tanggal 8 Desember 2013.
6. Anonymous, http://hadiatihadit.blogspot.com/2011/02/pengertian-
perilaku-menyimpang.html, diakses tanggal 10 Desember 2013
Anonymous, http://id.wikipedia.org/wiki/Agama, diakses tanggal 10
Desember 2013.
7. Daradjat,Zakiyah,Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta: PT.
Gunung Aung, 1970.
Dayakisni Hudaniah,Tri,PsikologiSosial, Malang: UMM Press, 2009.
8. Mahmudah,Siti,Psikologi social: Teori dan Model Penelitian, Malang:
UIN Malik Press, 2011.
9. Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Psikoseksual Dalam Pendekatan Konsep &
Proses Keperawatan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
10. Luk, Zuyina Lukaningsih. (2011). Anatomi dan Fisiologi
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
11. Mahfiana, Layyin SH., M.Hum., Elfi Yuliani Rohmah, M.Pd. & Retno
Widyaningrum, M.Pd. (2009). Remaja dan Kesehatan Reproduksi.
Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.
12. Maryani, Lidya, & Rizki Muliani. (2010). Epidemiologi Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
13. Siti, Nina Mulyani, SST. (2013). Kanker Payudara dan PMS pada
Kehamilan.Yogyakarta: Nuha Medika.
14. White, Kevin. (2011). Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai