Lapsus Firmansyah
Lapsus Firmansyah
HIPERTENSI
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING
dr. I Nyoman Widajadnja M.Kes
PEMBIMBING LAPANGAN
dr. I Ketut Sujana
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah
suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ~140 mm Hg (tekanan
sistolik) dan/ atau ~90 mmHg (tekanan diastolik) ( Joint National Committe on
Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII,2003).1
Nilai yang lebih tinggi (sistolik ) menunjukan fase darah yang dipompa
oleh jantung, nilai yang lebih rendah ( diastolik ) menunjukan fase darah kembali
ke dalam jantung.1
B. Klasifikasi Hipertensi
Pada tahun 2003, JNC -VII membuat pembagian hipertensi. kemudian pada tahun
2017 American Heart Association membuat klasifikasi terbaru. berikut anjuran
frekuensi pemeriksaan tekanan darah sebagaimana dapat dilihat pada tabel di
bawah ini4
C. Epidemiologi
D. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner sebagai akibat dari penyakit
hipertensi yang ditangani secara baik dibedakan menjadi 2 kelompok , yaitu :4
1. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu
perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam
meter (Kaplan dan Stamler, 1991). Kaitan erat antara kelebihan berat
badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa
studi. Berat badandan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas
bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada
obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi
pada orangorang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20 -33% memiliki berat badan lebih (overweight).
Penentuan obesitas pada orang dewasa dapat dilakukan pengukuran
berat badan ideal, pengukuran persentase lemak tubuh dan
pengukuran IMT. 2
3. Merokok
4. Olah Raga
7. Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LOL
dan/atau penurunan kadar kolesterol HOL dalam darah. Kolesterol
merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang
mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah
sehingga tekanan darah meningkat. 2
Metode Pemeriksaan
Lebih 25 -27
Obesitas : > 27
F. Tatalaksana Hipertensi
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2. Anamnesis
Keluhan utama: Nyeri pada leher bagian belakang
Riwayat Pengobatan :
Pasien mengaku tidak pernah melakukan pengobatan di puskesmas
sebelumnya dikarenakan pasien tidak mempunyai biaya ataupun kartu BPJS.
Selama ini pasien hanya berobat di dukun.
Aktivitas sehari-hari :
- Aktivitas sehari-hari membersihkan rumah,mencuci,memasak
Sosial Ekonomi :
- Saat ini, pasien bekerja sebagai IRT(ibu rumah tangga). Baik keluarga
pasien, maupun pasien belum memiliki kartu BPJS. Status ekonomi
keluarga pasien tergolong dalam ekonomi kebawah, pasien dan anggota
keluarga pasien aktif dalam bersosialisasi/berinteraksi serta menjalin
hubungan yang baik dengan masyarakat lingkungan tempat tinggal.
- Suami pasien bekerja sebagai buruh di pelabuhan pantoloan yang
mempunyai penghasilan tidak tetap. Kurang lebh Rp.300.000 – Rp.
500.000 setiap bulannya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Frek. Nadi : 84 x/menit
Frek. Nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,7 º C
Umur : 68 thn
Tinggi Badan : 154 cm
Status Gizi : Baik
Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Hitam + Putih Uban, lurus,
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung (-)
Telinga : Deformitas pinna (-), serumen (-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Tenggorok : Uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T1-T1, detritus (-)
Gigi dan mulut: Karies dentis (-), sianosis (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB, Peningkatan JVP (-)
Paru
Inspeksi:
1. Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-),
pergerakan dinding dada simetris.
2. Permukaan dada: papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-), spider
naevi (-), vena kolateral (-), massa (-).
3. Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tidak tampak hipertrofi SCM,
otot bantu abdomen tidak aktif dan hipertrofi (-).
4. Iga dan sela iga: pelebaran ICS (-).
5. Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: cekung, simetris kiri dan kanan
Fossa jugularis: tak tampak deviasi
6. Tipe pernapasan: torako-abdominal.
Palpasi:
Trakea: tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea
parasternal sinistra.
Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
Gerakan dinding dada: simetris kiri dan kanan.
Fremitus vocal: simetris kiri dan kanan.
Perkusi:
Sonor seluruh lapang paru.
Batas paru-hepar Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 ICS.
Batas paru-jantung:
Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra
Kiri: ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi:
Cor: S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).
Pulmo:
Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru .
Rhonki (-/-).
Wheezing (-/-).
Abdomen
Inspeksi:
Bentuk: simetris
Umbilicus: masuk merata
Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-),
ikterik (-), massa (-), vena kolateral (-), caput meducae (-), papula (-),
petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), spider nevy (-)
Distensi (-)
Ascites (-)
Auskultasi:
Bising usus (+) normal
Metallic sound (-)
Bising aorta (-)
Perkusi:
Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
Nyeri ketok (-)
Nyeri ketok CVA (-/-)
Palpasi:
Nyeri tekan epigastrium (-)
Massa (-)
Hepar/lien/ren: tidak teraba
Tes Undulasi (-), Shifting dullness (-)
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Kerja
Hipertensi stage 2
Penatalaksanaan
MEDIKA MENTOSA
- Amlodipin tablet 5 mg 0-0-1
- Vit B Comp 1x1
NON MEDIKA MENTOSA
Konseling
1. Penyakit yang diderita adalah penyakit hipertensi yang tidak
menular dan tidak bisa sembuh dan hanya bisa dikontrol.
2. Menjelaskan kepada os tentang gejala-gejala pada penyakit
hipertensi dan resiko penyulit yang mungkin terjadi.
3. Menganjarkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan
yang asin serta mengurangi konsumsi makanan yang digoreng
dan makanan yang berlemak.
4. Menjelaskan kepada os agar tekun meminum obat dan rutin
memeriksakan dirinya di posbindu dan Puskemas, meskipun os
sudah merasa sehat.
5. Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
6. Menganjurkan pasien untuk sering menjalankan pola hidup
yang sehat seperti berolahraga setiap harinnya
Prognosis
Dubia ad bonam
KERANGKA KONSEP MASALAH PASIEN
BIOLOGIS
Usia
PERILAKU LINGKUNGAN
Diet Tinggi Garam Status ekonomi
HIPER
TENSI
PELAYANAN
KESEHATAN
1. Faktor genetic/biologis
Berdasarkan dari riwayat penyakit keluarga Tidak terdapat keluhan serupa di
lingkungan keluarga pasien beelum pernah mengalami keluhan serupa,untuk
penyakit hipertensi di dalam tubuh manusia sudah memiliki gen pdg4 yang
dapat memicu penyakit hipertensi apa bila faktor perilaku tidak terkontrol.
Menurut data serta laporan yang dimiliki oleh Puskesmas Pantoloan maupun
observasi langsung yang dilakukan saat melakukan kegiatan lapangan,
khususnya pada saat melaksanakan Posyandu Lansia, kasus-kasus hipertensi
jauh lebih banyak didapatkan pada pasien-pasien berusia > 45 tahun.
2. Faktor perilaku
Pola diet tinggi garam yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah kerja
puskesmas pantoloan, telah menunjukkan tingginya angka hipertensi, saat
melakukan observasi langsung di lapangan khususnya pada saat melaksanakan
Posyandu lansia sebagian besar masyarakat yang datang di Posyandu sering
mengkonsumsi makanan-makanan tinggi kadar garam, seperti ikan asin dan
sayur bersantan yang merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi.
Makanan yang digoreng dan bersantan mengandung kadar lemak yang tinggi
yang dapat menyebabkan tingginya kadar lemak dalam darah dan memudahkan
terbentuknya plak dalam pembuluh darah yang menyebabkan gangguan aliran
darah. Sedangkan makanan ikan asin mengandung kadar garam yang tinggi
sehingga dapat menyebabkan retensi cairan dalam darah yang menyebabkan
hipertensi.
3. Faktor lingkungan
Pasien tinggal bersama 1 orang suami dan dan tidak memililki anak ataupun
saudara. Mereka di rumah semi permanen, berdinding setengah tembok dan
setengah papan berlantai semen dan atap rumah terbuat dari atap rumbia.
Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 1 kamar tidur, 1 dapur, Jarak rumah pasien
dengan rumah tetangga sekitar 2-3 meter.Rumah pasien tidak memiliki kamar
mandi ataupun WC, kegiatan mencuci ataupun mandi dilakukan di sungai yang
jaraknya sekitar 100 meter dari belakang rumah pasien. pasien tergolong
dalam status ekonomi mengengah kebawah
4. Faktor pelayanan kesehatan
Kegiatan Pelayanan kesehatan untuk menangani hipertensi, sudah termasuk
dalam program kerja Penyakit Tidak Menular (PTM) Dari segi pelayanan
kesehatan terkait kinerja Puskesmas untuk menanggulangi penyakit hipertensi
mulai dari pelayanan di poli lansia, posyandu lansia, serta pelayanan dalam
meberikan obat telah dianggap cukup dalam penanggulangan penyakit
hipertensi. Masyarakat perlu tahu dan diberikan informasi mengenai hipertensi
karena seringkali hal seperti ini justru diabaikan oleh masyarakat. Penyakit-
penyakit tidak menular seperti hipertensi seringkali terabaikan padahal melihat
tren yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini, jumlah kasus penyakit
tidak menular seperti hipertensi justru semakin meningkat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut,
dapat ditarik kesimpulan, antara lain:
1. Hipertensi merupakan kasus tersering yang terjadi pada usia produktif dan
lansia di wilayah puskesmas Pantoloan
2. Ada 4 faktor yang bersama-sama mempengaruhi tingkat kesehatan
masyarakat penyakit Hipertensi pada kasus ini, yaitu berturut-turut: faktor
perilaku, faktor lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan.
4.2 Saran