Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS Desember 2017

HIPERTENSI

DISUSUN OLEH:

NAMA : Firmansyah Labanu

STAMBUK : N 111 16 030

PEMBIMBING
dr. I Nyoman Widajadnja M.Kes
PEMBIMBING LAPANGAN
dr. I Ketut Sujana

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah
suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ~140 mm Hg (tekanan
sistolik) dan/ atau ~90 mmHg (tekanan diastolik) ( Joint National Committe on
Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII,2003).1
Nilai yang lebih tinggi (sistolik ) menunjukan fase darah yang dipompa
oleh jantung, nilai yang lebih rendah ( diastolik ) menunjukan fase darah kembali
ke dalam jantung.1

B. Klasifikasi Hipertensi

Pada tahun 2003, JNC -VII membuat pembagian hipertensi. kemudian pada tahun
2017 American Heart Association membuat klasifikasi terbaru. berikut anjuran
frekuensi pemeriksaan tekanan darah sebagaimana dapat dilihat pada tabel di
bawah ini4
C. Epidemiologi

Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang


cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada
manusia yang setengah umur (Iebih dari 40 tahun). Namun banyak orang tidak
menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak
nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada
kesehatannya. Boedi Darmoyo dalam penelitiannya menemukan bahwa antara
1,8% -28,6% penduduk dewasa adalah penderita hipertensi. Prevalensi hipertensi
di seluruh dunia diperkirakan antara 15-20%. Pada usia setengah baya dan muda,
hipertensi ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Pada golongan umum
55 -64 tahun, penderita hipertensi pada pria dan wanita sama banyak. Pada usia 65
tahun ke atas, penderita hipertensi wanita lebih banyak daripada pria. Penelitian
epidemiologi membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan erat
dengan kejadian penyakit jantung. Sehingga, pengamatan pada populasi
menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah dapat menurunkan terjadinya
penyakit jantung. 4

D. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner sebagai akibat dari penyakit
hipertensi yang ditangani secara baik dibedakan menjadi 2 kelompok , yaitu :4

a) Faktor risiko yang tidak dapat diubah


Faktor risiko tidak dapat diubah yang antara lain umur, jenis kelamin dan
genetik. Hipertensi adalah faktor risiko yang paling sering dijumpai.
1. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya
umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga
prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjujt cukup tinggi, yaitu
sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada usia
lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan
darah sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik
sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan
ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan
bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada
pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan
dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah
meningkatnya tekanan darah sistolik. Penelitian yang dilakukan di 6
kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar,
dan Makasar terhadap usia lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi
hipertensi sebesar 52,5%.6
2. Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita,
dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik.
Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan
tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun, setelah memasuki
menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan
setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi
dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal.
Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada
wanita. 6
3. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)
juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi
primer (esensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-
faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seorang
menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut
Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar
45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya
yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-
anaknya. 6

b) Faktor Risiko Yang Dapat Diubah

Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak


sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat,
kurang aktifitas gerak, berat badan berlebih/kegemukan, konsumsi
alkohol, Hiperlipidemia/ hiperkolesterolemia, stress dan konsumsi garam
berlebih, sangat erat berhubungan dengan hipertensi. 2

1. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu
perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam
meter (Kaplan dan Stamler, 1991). Kaitan erat antara kelebihan berat
badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa
studi. Berat badandan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas
bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada
obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi
pada orangorang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20 -33% memiliki berat badan lebih (overweight).
Penentuan obesitas pada orang dewasa dapat dilakukan pengukuran
berat badan ideal, pengukuran persentase lemak tubuh dan

pengukuran IMT. 2

2. Psikososial dan Stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa


marah,dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan
darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan
organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat
berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi
atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat
lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan
stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka.
Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi
antara individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang
untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi
dan sumber daya (biologis, psikologis, dan sosial) yang ada pada
diri seseorang (Damayanti, 2003). Peningkatan darah akan lebih
besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stress
emosional yang tinggi (Pinzon, 1999). Dalam penelitian
Framingham dalam Yusida tahun 2001 bahwa bagi wanita berusia
45-64 tahun, sejumlah faktor psikososial seperti keadaan tegangan,
ketidakcocokan perkawinan, 5

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon


monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran
darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri,dan
mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat tekanan ekonomi, stress
harian, mobilitas pekerjaan, gejala ansietas dankemarahan
terpendam didapatkan bahwa hal tersebut berhubungan dengan
pening-katan tekanan darah dan manifestasi klinik penyakit
kardiovaskuler apapun. Studi eksperimental pada laboratorium
animals telah membuktikan bahwa faktor psikologis stress
merupakan faktor lingkungan sosial yang penting dalam
menyebabkan tekanan darah tinggi, namun stress merupakan faktor
risiko yang sulit diukur secara kuantitatif, bersifat spekulatif dan
ini tak mengherankan karena pengelolaan stress dalam etikologi
hipertensi pada manusia sudah kontroversial. 5

3. Merokok

Ada keterkaitan antara kebiasaan merokok dengan adanya


artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk
disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan
darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada
pernbuluh darah arteri. 4

4. Olah Raga

Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan


tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan.
Pada orang tertentu dengan melakukan olah raga aerobik yang
teratur dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat
badan turun. 3

5. Konsumsi Alkohol Berlebih

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah


dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol
masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikan tekanan darah. Beberapa studi
menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan
alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan
darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3
gelas ukuran standar setiap harinya. Di negara barat seperti
Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihanberpengaruh terhadap
terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika
disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria
separuh baya. Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini
menyebabkan hipertensi sekunder di kelompok usia ini. 3

6. Konsumsi Garam Berlebihan


Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus
hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah
rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam
sekitar.7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi. 6

7. Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LOL
dan/atau penurunan kadar kolesterol HOL dalam darah. Kolesterol
merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang
mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah
sehingga tekanan darah meningkat. 2

E. Identifikasi Tanda Dan Gejala Hipertensi

Keluhan-keluhan yang tidak spesifik pada penderita hipertensi antara lain: 2


1. Sakit kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing
5. Penglihatan kabur
6. Rasa sakit didada
7. Mudah lelah, dan lain-lain.

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai sebagai berikut 1)


Gangguan Penglihatan 2) Gangguan Saraf 3) Gangguan jantung 4) Gangguan
Fungsi Ginjal 5) Gangguan Serebral ( otak ) yang mengakibatkan kejang dan
perdarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan
kesadaran hingga koma. 6

Metode Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh


Indeks massa tubuh (IMT) adalah hasil pembagian berat badan dalam
kilogram dengan tinggi badan kuadrat dalam meter ( BB kg / TB 2 m ).
Kriteria pengelompokan Indeks massa tubuh ( IMT )

Kurang : < 18,5

Normal : 18,25 -24,9

Lebih 25 -27

Obesitas : > 27

2. Pemeriksaan Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah yang umum dilakukan menggunakan


alat tensi meter yang dipasang 1dihubungkan pada lengan pasien dalam
keadaan duduk bersandar, berdiri atau tiduran. Tekanan darah diukur
dalam posisi duduk atau berdiri, penurunan lengan dari posisi hampir
mendatar ( setinggi jantung ) ke posisi hampir vertikal dapat menghasilkan
kenaikan pembacaan dari kedua tekanan darah sistolik dan diastolik. 5
Untuk mencegah penyimpangan baeaan sebaiknya pemeriksaan
tekanan darah dapat dilakukan setelah orang yang akan diperiksa
beristirahat 5 menit. Bila perlu dapat dilakukan dua kali pengukuran
selang waktu 5 sampai 20 menit pada sisi kanan dan kiri. Ukuran manset
dapat mempengaruhi hasil. 3
Sebaiknya lebar manset 2/3 kali panjang lengan atas. Manset
sedikitnya harus dapat melingkari 2/31engan dan bagian bawahnya harus 2
em di atas daerah lipatan lengan atas untuk meneegah kontak dengan
stetoskop. 3
Balon dipompa sampai di atas tekanan sistolik, kemudian dibuka
perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per denyut jantung. Tekanan
sistolik dicatat pada saat terdengar bunyi yang pertama ( Korotkoff I ),
sedangkan tekanan diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi (
Korotkoff V ). 3

F. Tatalaksana Hipertensi
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas pasien


Nama Pasien : Ny. Jr
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir :-
Alamat : Jl. Bangi
Status : Sudah menikah
Tanggal Pemeriksaan : 9 Desember 2017

2.2. Anamnesis
Keluhan utama: Nyeri pada leher bagian belakang

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien Ny. Jr berusia 68 tahun mengeluh nyeri pada tengkuk sejak tiga
hari yang lalu, keluhan kadang disertai dengan adanya nyeri kepala, pusing,
nyeri kepala terutama dirasakan pada seluruh bagian kepala. pasien
mengatakan dirinya merasakan keluhan tersebut sejak 6 bulan yang lalu dan
merasa sangat sering muncul sejak 2 bulan terakhir. pasien mengeluh sering
mengalami gangguan tidur di malam hari dan badan pegal-pegal saat pagi
hari. Keluhan yang dirasakan sangat menganggu aktivitasnya sehari-hari,
pasien tidak merasa mual atau sampai muntah. Jantung berdebar-debar (-
),tidak ada batuk, BAB dan BAK kesan normal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien menyampaikan sebelumnya pasien pernah sering mengalami hal
yang serupa
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak terdapat Tidak terdapat riwayat hipertensi pada keluarga pasien.
Orang tua pasien telah meninggal sehingga pasien tidak mengetahui apakah
orang tuanya sempat mengalami hipertensi atau tidak.

Riwayat Pengobatan :
Pasien mengaku tidak pernah melakukan pengobatan di puskesmas
sebelumnya dikarenakan pasien tidak mempunyai biaya ataupun kartu BPJS.
Selama ini pasien hanya berobat di dukun.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan


- Pasien tinggal bersama 1 orang suami dan dan tidak memililki anak
ataupun saudara. Mereka di rumah semi permanen, berdinding setengah
tembok dan setengah papan. berlantai semen dan atap rumah terbuat dari
seng. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 1 kamar tidur, 1 dapur, Jarak
rumah pasien dengan rumah tetangga sekitar 2-3 meter.
- Rumah pasien tidak memiliki kamar mandi ataupun WC, kegiatan
mencuci ataupun mandi dilakukan di sungai yang jaraknya sekitar 100
meter dari belakang rumah pasien.
- Sumber air yang digunakan untuk semua aktivitas menggunakan air sungai
yang digunakan untuk mencuci dan memasak dan mandi sedangkan untuk
diminum menggunakan air galon.
- Terdapat 1 tempat pembuangan sampah, yaitu di halaman belakang rumah
sekaligus sebagai tempat pembuangan sampah akhir yang jaraknya ± 5
meter dari rumah pasien dan sampah tersebut dibakar oleh anggota
keluarga pasien.
- Sumber listrik dari PLN,
- Pasien makan teratur. Sehari pasien makan 3 tiga kali sehari. Porsi sepiring
2-3 sendok nasi. Lauk yang sering dimakan adalah ikan goreng, ikan asin
dan sayur kelor berkuah santan serta lauk lain yang sering digoreng.
- Pasien tidak ada riwayat mengkonsumsi alkohol.
- Suami pasien merupakan perokok aktif dan basanya merokok didekat
pasien.
- Pasien sering makan makanan yang bersantan, asin , goreng-gorengan dan
daging
- Pasien jarang mengkonsumsi buah dan susu. Selain itu, pasien juga malas
minum selama sakit.

Aktivitas sehari-hari :
- Aktivitas sehari-hari membersihkan rumah,mencuci,memasak

Sosial Ekonomi :
- Saat ini, pasien bekerja sebagai IRT(ibu rumah tangga). Baik keluarga
pasien, maupun pasien belum memiliki kartu BPJS. Status ekonomi
keluarga pasien tergolong dalam ekonomi kebawah, pasien dan anggota
keluarga pasien aktif dalam bersosialisasi/berinteraksi serta menjalin
hubungan yang baik dengan masyarakat lingkungan tempat tinggal.
- Suami pasien bekerja sebagai buruh di pelabuhan pantoloan yang
mempunyai penghasilan tidak tetap. Kurang lebh Rp.300.000 – Rp.
500.000 setiap bulannya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Frek. Nadi : 84 x/menit
Frek. Nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,7 º C
Umur : 68 thn
Tinggi Badan : 154 cm
Status Gizi : Baik
Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Hitam + Putih Uban, lurus,
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung (-)
Telinga : Deformitas pinna (-), serumen (-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Tenggorok : Uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T1-T1, detritus (-)
Gigi dan mulut: Karies dentis (-), sianosis (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB, Peningkatan JVP (-)

Paru
Inspeksi:
1. Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-),
pergerakan dinding dada simetris.
2. Permukaan dada: papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-), spider
naevi (-), vena kolateral (-), massa (-).
3. Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tidak tampak hipertrofi SCM,
otot bantu abdomen tidak aktif dan hipertrofi (-).
4. Iga dan sela iga: pelebaran ICS (-).
5. Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: cekung, simetris kiri dan kanan
Fossa jugularis: tak tampak deviasi
6. Tipe pernapasan: torako-abdominal.
Palpasi:
 Trakea: tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea
parasternal sinistra.
 Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
 Gerakan dinding dada: simetris kiri dan kanan.
 Fremitus vocal: simetris kiri dan kanan.
Perkusi:
 Sonor seluruh lapang paru.
 Batas paru-hepar  Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 ICS.
 Batas paru-jantung:
 Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra
 Kiri: ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi:
 Cor: S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).
 Pulmo:
 Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru .
 Rhonki (-/-).
 Wheezing (-/-).

Abdomen
Inspeksi:
 Bentuk: simetris
 Umbilicus: masuk merata
 Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-),
ikterik (-), massa (-), vena kolateral (-), caput meducae (-), papula (-),
petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), spider nevy (-)
 Distensi (-)
 Ascites (-)
Auskultasi:
 Bising usus (+) normal
 Metallic sound (-)
 Bising aorta (-)
Perkusi:
 Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
 Nyeri ketok (-)
 Nyeri ketok CVA (-/-)
Palpasi:
 Nyeri tekan epigastrium (-)
 Massa (-)
 Hepar/lien/ren: tidak teraba
 Tes Undulasi (-), Shifting dullness (-)

Ekstremitas

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

Diagnosis Kerja
Hipertensi stage 2
Penatalaksanaan
MEDIKA MENTOSA
- Amlodipin tablet 5 mg 0-0-1
- Vit B Comp 1x1
NON MEDIKA MENTOSA
 Konseling
1. Penyakit yang diderita adalah penyakit hipertensi yang tidak
menular dan tidak bisa sembuh dan hanya bisa dikontrol.
2. Menjelaskan kepada os tentang gejala-gejala pada penyakit
hipertensi dan resiko penyulit yang mungkin terjadi.
3. Menganjarkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan
yang asin serta mengurangi konsumsi makanan yang digoreng
dan makanan yang berlemak.
4. Menjelaskan kepada os agar tekun meminum obat dan rutin
memeriksakan dirinya di posbindu dan Puskemas, meskipun os
sudah merasa sehat.
5. Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
6. Menganjurkan pasien untuk sering menjalankan pola hidup
yang sehat seperti berolahraga setiap harinnya
Prognosis
Dubia ad bonam
KERANGKA KONSEP MASALAH PASIEN

BIOLOGIS

Usia

PERILAKU LINGKUNGAN
Diet Tinggi Garam Status ekonomi

Jarang Berolah Raga

HIPER
TENSI

PELAYANAN
KESEHATAN

Tidak ada program khusus untuk menangani


penyakit hipertensi
Lampiran Dokumentasi

Gambar 1. Ruang Tamu

Gambar 2. Dapur dan Ruang Memasak


Gambar 3. Kondisi Tempat tidur Pasien
BAB III
PEMBAHASAN

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor


utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup
sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Blum mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik/biologis, faktor perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan
faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). namun yang paling
berperan dalam terjadinya hipertensi adalah faktor genetik, perilaku, serta
pelayanan kesehatan. Hipertensi menjadi masalah di mayarakat disebabkan oleh
karena faktor-faktor berikut :

1. Faktor genetic/biologis
Berdasarkan dari riwayat penyakit keluarga Tidak terdapat keluhan serupa di
lingkungan keluarga pasien beelum pernah mengalami keluhan serupa,untuk
penyakit hipertensi di dalam tubuh manusia sudah memiliki gen pdg4 yang
dapat memicu penyakit hipertensi apa bila faktor perilaku tidak terkontrol.
Menurut data serta laporan yang dimiliki oleh Puskesmas Pantoloan maupun
observasi langsung yang dilakukan saat melakukan kegiatan lapangan,
khususnya pada saat melaksanakan Posyandu Lansia, kasus-kasus hipertensi
jauh lebih banyak didapatkan pada pasien-pasien berusia > 45 tahun.
2. Faktor perilaku
Pola diet tinggi garam yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah kerja
puskesmas pantoloan, telah menunjukkan tingginya angka hipertensi, saat
melakukan observasi langsung di lapangan khususnya pada saat melaksanakan
Posyandu lansia sebagian besar masyarakat yang datang di Posyandu sering
mengkonsumsi makanan-makanan tinggi kadar garam, seperti ikan asin dan
sayur bersantan yang merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi.
Makanan yang digoreng dan bersantan mengandung kadar lemak yang tinggi
yang dapat menyebabkan tingginya kadar lemak dalam darah dan memudahkan
terbentuknya plak dalam pembuluh darah yang menyebabkan gangguan aliran
darah. Sedangkan makanan ikan asin mengandung kadar garam yang tinggi
sehingga dapat menyebabkan retensi cairan dalam darah yang menyebabkan
hipertensi.
3. Faktor lingkungan
Pasien tinggal bersama 1 orang suami dan dan tidak memililki anak ataupun
saudara. Mereka di rumah semi permanen, berdinding setengah tembok dan
setengah papan berlantai semen dan atap rumah terbuat dari atap rumbia.
Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 1 kamar tidur, 1 dapur, Jarak rumah pasien
dengan rumah tetangga sekitar 2-3 meter.Rumah pasien tidak memiliki kamar
mandi ataupun WC, kegiatan mencuci ataupun mandi dilakukan di sungai yang
jaraknya sekitar 100 meter dari belakang rumah pasien. pasien tergolong
dalam status ekonomi mengengah kebawah
4. Faktor pelayanan kesehatan
Kegiatan Pelayanan kesehatan untuk menangani hipertensi, sudah termasuk
dalam program kerja Penyakit Tidak Menular (PTM) Dari segi pelayanan
kesehatan terkait kinerja Puskesmas untuk menanggulangi penyakit hipertensi
mulai dari pelayanan di poli lansia, posyandu lansia, serta pelayanan dalam
meberikan obat telah dianggap cukup dalam penanggulangan penyakit
hipertensi. Masyarakat perlu tahu dan diberikan informasi mengenai hipertensi
karena seringkali hal seperti ini justru diabaikan oleh masyarakat. Penyakit-
penyakit tidak menular seperti hipertensi seringkali terabaikan padahal melihat
tren yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini, jumlah kasus penyakit
tidak menular seperti hipertensi justru semakin meningkat.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut,
dapat ditarik kesimpulan, antara lain:
1. Hipertensi merupakan kasus tersering yang terjadi pada usia produktif dan
lansia di wilayah puskesmas Pantoloan
2. Ada 4 faktor yang bersama-sama mempengaruhi tingkat kesehatan
masyarakat penyakit Hipertensi pada kasus ini, yaitu berturut-turut: faktor
perilaku, faktor lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan.
4.2 Saran

five level prevention


1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
- Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga pola
makan yang baik dan benar serta diet rendah garam
- Memberikan informasi kepada masyarakat di setiap lokasi
Posyandu untuk melakukan aktivitas yang cukup serta cek
maupun kontrol tekanan darah di Puskesmas secara rutin
dengan harapan untuk menurunkan jumlah kasus Hipertensi
khususnya di puskesmas Pantoloan.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu (general and specific protection)
- Mencegah timbulnya komplikasi stroke komplikasi ke
jantung
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat
dan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
- Rutin mengontrol tekanan darah setiap bulannya setiap
selesai melakukan pengobatan rutin.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
- Tidak melakukan aktivitas berat dan memicu kerja dari
jantung
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
- Selalu konsumsi obat dan rutin mengontrol tekanan darah
agar mencegah naiknya tekanan darah yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit
Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Depkes RI.
2. Kartini, apoina, lidyawati,2014.Hubungan Asupan Lemak Jenuh, Asam
Lemak Tidak Jenuh dan Natrium dengan Kejadian Hipertensi Pada Waita
Menopause di Kelurahan Bojongsalaman.Journal of Nutrion college vol 3
Nomor 4 612-619

3 Muchid et al, 2006.Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Bina


Farmasi Kemenkes. Jakarta.

4. Muhadi , 2016 , Jnc 8 Evidence Based Guideline Penanganan Pasien


Hipertensi Dewasa , Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia , Jakarta

5. Soenarta et al, 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit


Kardiovaskular. Pedoman PERKI. Jakarta.

6. Viswanathan Mohan,Yackoob K. Seedat,and Rajendra Pradeepa , 2013


The Rising Burden of Diabetes and Hypertension in Southeast Asian and
African Regions: Need for Effective Strategies for Prevention and Control
in
Primary Health Care Settings , Hindawi Publishing Corporation
International Journal of Hypertension Volume 2013, Article ID 409083, 14
pages http://dx.doi.org/10.1155/2013/409083

Anda mungkin juga menyukai