Takdir
Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang
meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya,
tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi
tentu ada takdirnya, termasuk manusia.
Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan
yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan
tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi
Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam dengan
sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah
terjadi.
Ikhtiar
Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya,
baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya
selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar juga dilakukan dengan
sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, usaha kita gagal, hendaknya
kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan
tidak berputus asa. Kegagalan dalam suatu usaha, antara lain disebabkan
keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri.
Apabila gagal dalam suatu usaha, setiap muslim dianjurkan untuk bersabar
karena orang yang sabar tidak akan gelisah dan berkeluh kesah atau berputus
asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya
melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah,
berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan
perbuatan baik, bidang usaha yang akan dilakukann harus dikuasai dengan
mengadakan penelitian atau riset, selalu berhati-hati mencari teman (mitra)
yang mendukung usaha tersebut, serta memunculkan perbaikan-perbaikan
dalam manajemen yang professional.
Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar
Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati
bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya.
Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya
sebagai berikut yang artinya :
”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari
dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi
segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh
ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya,
ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.”
(HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan
Allah sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan
nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib
tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha,
sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas
berusaha dan berbuat kejahatan. Mengenai adanya kewajiban berikhtiar ,
ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah
terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang
dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan
langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi
menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui
itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun bersabda,
”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala
sesuatu, namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak
mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus
berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya,
bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan
segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun
yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.
Sunnatullah
Menurut bahasa sunnatullah berasal dari kata sunnah yang bersinonim
dengan tariqah yang berarti jalan yang dilalui atau sirah yang berarti jalan
hidup. Kemudian, kata tersebut digabung dengan lafal Allah sehingga menjadi
kata sunatullah yang berarti ketentuan-ketentuan atau hukum Allah swt. yang
berlaku atas segenap alam dan berjalan secara tetap dan teratur.
Sunnatullah terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Sunnatullah qauliyah adalah sunnatullah yang berupa wahyu yang tertulis
dalam bentuk lembaran atau dibukukan, yaitu Al-Qur’an.
2. Sunnatullah kauniyyah adalah sunnatullah yang tidak tertulis dan berupa
kejadian atau fenomena alam. Contohnya, matahari terbit di ufuk timur dan
tenggelam di ufuk barat.
Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu :
1. Kedua-duanya berasal dari Allah swt.
2. Kedua-duanya dijamin kemutlakannya.
3. Kedua-duanya tidak dapat diubah atau diganti dengan hukum lainnya.
1. Takdir Mubram
Yaitu ketentuan Allah yang pasti terjadi terhadap segala sesuatu dan tidak
bisa diusahakan atau dielakkan oleh siapapun. Contoh : Penciptaan dan
pengaturan dan pengaturan alam semesta seperti Matahari Terbit dari
timur, datangnya hari Kiamat, Jenis kelamin anak yang dilahirkan, kematian
mahluk hidup, dan lain – lain. Dalam Q.S. An Nisa ayat 78 yang artinya:
2. Takdir Muallaq.
Contoh QADA
Bencana Alam
Contoh QADAR
Menjadi Juara Sekolah
TUGAS PABP
Disusun Oleh :
Kelompok 3
ARIF SAMSUDIN
DEDE SARMITA
M. NANDIR SAPTO
ISMI AL FAUZI
ANGGA DIKI H.
FADEL MUHAMAD
Kelas :
XII NKPI B