Anda di halaman 1dari 8

KEWARISAN ISLAM

Catatan singkatan:
- AW: Ahli Waris
- ZF : Zul Faraid
- ZQ : Zul Qarabat

Pertemuan tanggal 2 September 2019


3 sistem kewarisan islam
1. Sistem Kewarisan Patrilineal (Imam Syafii)
2. Sistem Kewarisan Bilateral (Prof Hazairin)
3. Sistem Kewarisan KHI (kalau di KHI belum diatur biasanya digunakan yang imam dan
hazairin

Perbedaan Patrilineal dan Bilateral


Patrilineal Bilateral
Cucu dari anak Perempuan gabisa Cucu dari anak Perempuan boleh
mewaris mewaris
Membedakan saudara sekandung/seibu Tidak membedakan saudara
sekandung/seibu

Syarat-syarat Waris yaitu:


1. Adanya pewaris
a. Adalah orang beragama islam
b. Telah meninggal dunia
2. Adanya harta warisan
a. Dimiliki oleh si pewaris
3. Adanya ahli waris
a. Orang beragama islam
b. Punya hubungan darah atau perkawinan dengan si pewaris
c. Tidak terhalang menjadi ahli waris, sebab-sebab terhalang:
i. Si ahli waris sudah tidak lagi beragama islam
ii. Terhalang karena adanya ahli waris yang lain
iii. melakukan percobaan pembunuhan atau memfitnah pewaris (173 KHI)
Golongan Ahli Waris
Bagian-bagian ahli waris yaitu:

Mati Kalalah
Pendapat Hazairin (bilateral): Pewarisan tidak punya keturunan perempuan dan laki-laki baik
keturunan dari anaknya (cucu)
Pendapat Syafii (patrilineal): pewaris tidak meninggalkan anak laki-laki, keturunan laki-laki dari
anak laki-laki (cucu laki-laki), ayah sudah meninggal sebelum pewaris meninggal
Pendapat KHI: Pewarisan tidak punya keturunan perempuan dan laki-laki, keturunan dari anak
perempuan dan laki-laki ditambah ayah meninggal sebelum pewaris

Pertemuan tanggal 9 September 2019


Yang harus diperhatikan dalam menghitung warisan
1. Harus di tentukan ahli warisnya
o Bilateral : menggunakan kelompok keutamaan
o KHI : menggunakan kelompok derajat
o Patrilineal : tidak ada ketentuan yang sistematis (harus memahami kasus)
2. Tentukan AW Zul Faraid (mendapatkan bagian tertentu), dan dicari AW Zul Qarabat atau
Asabhat ada/tidak
3. Dihitung bagian masing-masing, dicek, dijumlahkan seluruh bagian masing-masing,
hasilny harus 1
4. kalau lebih dari 1 (kurang) maka diperhitungan dengan cara Aul, kalau kurang dari 1
(sisa) diperhitungan dengan Radd
CONTOH SOAL
Apabila ada kasus dimana pewaris meninggalkan anak dan ayah, maka ayah memiliki 2
kedudukan yaitu sebagai zul faraid dan zul qarabat. (hanya untuk Sistem Kewarisan Patrilineal)
CONTOH SOAL ayah menjadi ZF dan ZQ (hanya untuk Sistem Kewarisan Patrilineal)
CONTOH Gawarrin / Umariyatain/Tsulutsul

RADD dan AUL


1. RADD
Pengembalian sisa warisan secara berimbang kepada para ahli waris. Radd terjadi
apabila seluruh harta warisan sudah diberikan kepada ahli waris, tetapi ada sisa. Sisanya
ini harus dibagikan kepada seluruh ahli waris secara proposional dan berimbang (sesuai
haknya masing-masing), ciri-cirinya seluruh ahli warisnya adalah ZUL FARAID tidak ada
ZUL QARABAT serta HARTAnya harus ada SISA. Mengenai siapa yang berhak menerima
sisa harta warisan, ada perbedaan antara masing-masing kewarisan
o Menurut bilateral hazairin
Radd diberikan kepada seluruh zul faraid
o Menurut KHI dan Patrilineal
Radd diberikan kepada Zul faraid yang sedarah (janda/duda berarti tidak berhak
mendapat radd)

CONTOH SOAL RADD


RADD VERSI HAZAIRIN
RADD VERSI KHI DAN PATRILINEAL
PERTEMUAN SETELAH UTS TANGGAL 11 NOVEMBER 2019
Perkawinan dalam perdata memakai azas monogami (hanya satu pasangan, boleh
menikah lagi kalo pasangannya udah meninggal dunia)

ISTILAH DAN DASAR HUKUM YANG PENTING:


1. “Le Hag Edic Tali” = kalimat yang berasal dari codex justianus, dan dituangkan pada
Pasal 852 a KUHPerdata, yang artinya suami atau istri dari perkawinan yang kedua dan
seterusnya tidak boleh Mewaris lebih banyak daripada anak yang dilahirkan dari
perkawinan yang PERTAMA
Contoh:
A merid B (perkawinan ke 1), lahir 1 anak D, lalu B meninggal, lalu A kawin lagi
dengan C (Perkawinan ke 2), lalu si A meninggal, pewarisannya? Bagian C tidak
boleh merugikan bagian anak dari perkawinan pertama yaitu si D (bagian C tidak
boleh lebih besar daripada si D) (MAKA BAGIAN C (ISTRI KEDUA DARI
PERKAWINAN KEDUA MAKSIMAL HANYA DAPAT ¼, ATAU SAMA DENGAN
BAGIAN TERKECIL (PSL 852 A KUHPERDATA)), sisanya ¾ dibagikan ke ahli waris
yaitu anak D (jika anak lebih dari satu (ditambah E) maka dari ¾ di bagi ½ untuk E
(D 3/8, E 3/8)

(kalo contoh kasus di ubah jadi punya 4 anak dari perkawinan 1, dan 1 anak dari
perkawinan kedua (anak D E F G H) jika begitu, MAKA C MENDAPATKAN SAMA
DENGAN BAGIAN TERKECIL (dibagi enam, maka D E F G H dan C masing-masing
mendapat 1/6)

2. “Le Mort Saisit Le Vife” = dengan meninggalnya pewaris, harta peninggalan pewaris
menjadi milik ahli waris meliputi hak dan kewajiban, ahli waris yang dimaksud adalah
ahli waris menurut undang-undang dan ahli waris menurut testamen (diatur dalam
pasal 955 KUHPerdata) Commented [WU1]:
Contoh case (A dan B menikah, punya anak B C dan D)
Ahli waris ada dua macam yaitu:
o Ahli waris menurut UU : ahli waris yang diatur didalam KUHPerdata, mewaris dari
kedua orang tuanya (maka Ahli Warisnya C, D)
o Ahli waris testamen (surat wasiat) : ahli waris yang diangkat/ditunjuk menurut
wasiat (misal A mengangkat/menunjuk X menjadi ahli waris berdasarkan surat
wasiat)

Perjanjian kawin pisah harta wajib dibuat dengan akta notaris, dan didaftarkan dikantor
pencatatan nikah, baik di catatan sipil (untuk non muslim=akta perkawinan) maupun KUA (untuk
beragama muslim=buku nikah), karena pencacatan perjanjian kawin adalah perintah UU 1 /1974
Ps. 29 yang menerangkan perjanjian kawin mengikat pihak ketiga saat dicatatkan ke pejabata
yang bersangkutan (capil/KUA)
Didalam pasal 833 ayat (1) KUHPerdata mengatakan sekalian ahli waris dengan sendirinya karena
hukum memperoleh hak dari harta peninggalan pewaris termasuk piutang-piutang, ketentuan ini
dikenal dengan istilah “SAISINE”. Commented [WU2]: Seluruh harta pewaris jatoh ke ahli
waris termasuk piutang

Ketentuan adopsi bermula diatur dalam stb, 1917 nomor 129 = bagi golongan tiong hoa yang
sudah menikah, dan tidak mempunyai anak laki-laki diperbolehkan mengadopsi anak laki-laki dari
anak keluarga lain, tujuan adopsi untuk meneruskan nama marga, POSISI ANAK ADOPSI = POSISI
ANAK SAH, maka bagiannya sama dengan anak sah. Anak adopsi pada saat di adopsi, maka
hubungan hukum dengan orang tua asalnya, berakhir.
Ada istilah “Pleeg Kind” = pemeliharaan anak, anak yang diasuh, tetap memiliki hubungan hukum
dengan kedua orang tua asal dan menjadi ahli waris dari kedua orang tua asal

Dengan adanya Surat Edaran Mahkamah Agung RI nomor 6 tahun 1983 mengatakan untuk
melakukan adopsi harus melalui penetapan pengadilan negeri, timbul SEMA karena Indonesia
sudah menandatangani Konvensi Adopsi Anak di Den Haag

“Codicil” = ketentuan yang diatur dalam pasal 935 KUHPerdata, yaitu surat dibawah tangan yang
dibuat pewaris, isinya mengenai hal-hal yang berkaitan jika ybs meninggal dunia, harta
dimilikinya berupa perhiasan, pakaian, perabotan, termasuk penyelenggaraan penguburan,
diatur dalam surat tersebut

Pasal 831 KUHPerdata = meninggal dunia bersamaan waktu Antara beberapa orang karena satu
mala petaka yang sama, dan meninggal dunia dan tidak diketahui siapa yang meninggal terlebih
dahulu, maka dianggap meninggal pada saat detik yang sama dan tidak saling mewaris.

PERTEMUAN 18 NOVEMBER 2019

PLAATVERVULING/PENGGANTIAN : pergantian terhadap ahli waris yang meninggal terlebih


dahulu.

Penggantian terjadi jika ahli waris dari pewaris meninggal terlebih dahulu dari pewaris dan
mempunyai anak, maka anaknya menjadi pengganti dari ayahnya yang meninggal
Penggantian terjadi untuk garis lurus kebawah tanpa batas
Penggantian tidak berlangsung untuk garis kesamping

Contoh:
A menikah B (campur harta), lahir C (punya anak E) dan D, C meninggal terlebih dahulu daripada
pewaris (A)
Karena campur harta, B mendapat ½ bagian
Sisanya ½ bagian dibagi Antara B, C dan D = ½ x 1/3 = 1/6
B menerima = ½ + 1/6= 4/6
C dan D mendapat masing-masing 1/6
Karena C meninggal maka E menggantikan (jadi B = 4/6, E = 1/6, D = 1/6)

*notaris dilarang membuat akta jika untuk orang yang masih masuk derajat ketiga dari notaris)
(Derajat 1 garis notaris, derajat 2 garis sodara disamping, derajat ke3 garis ke bawah anak
sodara tadi)

PENOLAKAN SEBAGAI AHLI WARIS (PASAL 1057 BW)


Yang menolak ahli waris, bukan sebagai lagi ahli waris, maka bagian warisannya jatuh kepada
yang tidak menolak warisan.
Penolakan dilakukan dihadapan kepaniteraan pengadilan negeri

Penolakan bisa juga terjadi karena alasan yang menolak bukan lagi WNI dalam hal kepemilikan
tanah. Pasal 21 ayat (30) UU 5/60 bahwa yang hanya bisa memiliki HM adalah WNI tunggal, jadi
jika ada WNI beralih ke WNA, atau menikah dengan WNA tanpa pisah harta, dalam jangka waktu
paling lama 1 tahun sejak terjadinyap peristiwa tsbt, wajib mengalihkan ke pihak WNI, dengan
ancaman jika tidak dilakukan, haknya menjadi gugur, dan tanah akan dikuasai oleh Negara.
Ketentuan tersebut berlaku juga untuk sertifikat HGB (Ps 36 ayat (2) UUPA). Atau bisa juga buat
akta kesepakatan bersama, tanah HM itu dijual dulu, baru nanti hasilnya tetep bagi rata (ga
pakai penolakan, dengan pertimbangan biar adil).

UIT EIGEEN HOOFDE / MEWARIS UNTUK DIRI SENDIRI = jika semua AW menolak dan ada anak-
anak dari AW, maka anak-anak mewaris untuk diri sendiri.
A meninggal dunia, ada 3 anak B (anak E F dan G), C (anak H) dan D (anak I dan J), BCD menolak,
maka langsung dibagi ke EFGHIJ masing-masing 1/6

GOLONGAN KEDUA AHLI WARIS = Saudara kandung dan Ayah/Ibu


Diatur dalam pasal 855 KUHPerdata
Ayah atau ibu yang hidup terlama, mendapatkan bagian:
 1/2 bagian jika hanya 1 saudara laki-laki/perempuan
 1/3 bagian jika ada 2 saudara laki-laki/perempuan
 ¼ bagian jika ada 3 saudara atau lebih laki-laki/perempuan
Contoh : pewaris (F) meninggalkan 1 ayah (A) dan 4 saudara kandung yaitu (B C D dan E), maka:
A mendapat ¼ (LP) dan B C D dan E mendapatkan ¾ (sisa) x ¼ = 1/16

Seseorang yang telah dewasa jika berusia 21 tahun sesuai pasal 330 BW, ketentuan lain
mengatakan dewasa adalah 18 tahun diatur dalam peraturan:
a. Yurisprudensi MA tanggal 13 Oktober 1976 nomor 477
b. Pasal 50 UU nomor 1 tahun 1974 (berlaku 1 Oktober 1975)
c. Pasal 39 ayat (1) UU nomor 30 tahun 2004
d. Surat edaran Menteri Agraria nomor 4/SE/I/2015 tanggal 26 Januari 2015
Yang perlu diperhatikan jika yang menghadap belum menikah, serta usianya 18,19 dan/atau 20
tahun, maka notaris wajib meminta surat pernyataan dari kedua orang tua penghadap tersebut
yang isinya memberikan persetujuan atas tindakan hukum anaknya tersebut dan surat
pernyataan tersebut ditandatangani diatas materai oleh kedua orang tuanya.

PERTEMUAN 2 DESEMBER 2019

Di perkawinan kedua tidak dikenal istilah pemisahan harta


Strip 2 di tengah garis perkawinan = pisah harta
Tanda panah atas bawah = symbol perceraian

MENINGGAL BERSAMAAN
A nikah dengan B (pisah harta), punya anak C,D,E(anak, F). A dan E mati bersama-sama
(kecelakaan)
2 orang yang meninggal secara bersamaan tidak saling mewaris, karena E meninggal bersamaan,
maka F tidak bisa mewaris. Maka di bagi 1/3 ke B, C, D.
*bagian pengganti, jika pengganti lebih dari 1, dia dibagi rata dari bagian orang yang digantinya

BAGIAN AYAH IBU DAN SAUDARA


Pasal 854 KUHPerdata : ayah ibu mendapat masing-masing 1/3 bagian, kalau ninggalin 1 sodara
laki/perempuan, mendapatkan ¼ bagian kalau meninggalkan lebih dari satu sodara
laki/perempuan.

ANAK LUAR KAWIN


A+B merid anak C (ALK) dan D:
Bagian anak luar kawin adalah 1/3 bagian dari ahli waris pewaris, sehingga dengan demikian C
mendapat ½ (dianggap harusnya C dan D anak sah, maka dapet ½) x 1/3 = 1/6 dan 5/6 sisanya ke
D

A meninggal punya ALK B dan C


Kalau begini langsung aja dibagi kepada anak luar kawin masing-masing ½ (ALK hanya punya
hubungan hukum dengan ibunya, dengan ayahnya tidak diakui)

Soal:
- A menikah pertama dengan B (meninggal), punya anak D, menikah lagi dengan C, punya
anak E. Harta peninggalan A uang tunai 10.000.000, bagaimana harta peninggalan A
- A menikah pertama dengan B (meninggal dunia), punya 3 orang anak C,D, dan E, A nikah
lagi dengan X, dari perkawinan kedua, dilharikan 3 orang anak K L dan M. bagaimana
pembagian harta peninggalan si A, dan A tinggalin deposito 700 juta.
- A menikah dengan prtm x dengan B(+), punya anak C, A nikah lagi dengan X, bagaimana
harta peninggalan A, harta peninggalan uang tunai senilai 400 juta
- A menikah B (pisah harta), punya anak C,D,E(punya anak F), E meninggal duluan daripada
A. harta peninggalan A uang sejumlah 400 juta
- A menikah B campur harta, punya 3 orang anak C,D,E E meninggal duluan daripada A.
punya satu anak F, B C dan D menolak harta peninggalan A. uang tunai sejumlah 100 juta
rupiah
- A menikah dengan B, pisah harta punya 3 orang anak C (anak G dan H), D dan E, D menolak
harta peninggalan A, C meninggal lebih dulu daripada si A, bagaimana pembagian harta
peninggalan A, A ninggalin deposito 600 juta rupiah
- A meninggal, dengan 2 anak B dan C, C mati lebih dahulu punya 3 anak, D E dan F.
bagaiman pembagian harta peninggalan A, uang tunai 600 juta
- A meninggal, punya 1 anak B mati dluan, punya 3 orang anak, C D dan E. C mati dluan
punya 3 anak F G dan H. harta A 900 juta rupiah.
- A nikah pisah harta dengan B, anak 3 C,D dan E. E punya 2 orang anak F dan G, C menolak
warisan A. D menolak warisan A. harta A 100 juta
- A meninggal dunia, anak 1 B, B mati dluan, ninggalin 2 anak C dan D. harta A 100 juta
rupiah.

Anda mungkin juga menyukai