Anda di halaman 1dari 23

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu
pengindraan terjadi melalui panca indra manusia,yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tertentu,
mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut
sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan
diakui secara universal, maka terbentuklah disiplin ilmu. Dengan
perkataan lain, pengetahuan ini dapat berkembang menjadi ilmu apabila
memenuhi kriteria mempunyai objek kajian, mempunyai metode
pendekatan, bersifat universal (mendapat pengakuan secara umum).
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara yang menanyakan tentang isi yang ingin
diukur dari subjek penelitian. Secara garis besarnya pengetahuan dibagi
menjadi 6 tingkatan sebagai berikut:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan seagai recal (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartiakan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang materi yang dikethu dan dapat
menginterprestasikan materi secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi ini diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil,
8

maaksudnya mampu menggunakan rumus-rumus metode dan prinsip


dalam aplikasi.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek dalam komponen-komponen, tapi masih dalam suatu
organisasi tersebut, dan masih ada hubungan satu dengan yang lainnya.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusuin, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evalution)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian suatu materi atau objek.
3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah :
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan luar sekolah yang berlangsung seumur
hidup.
b) Masa media / informasi
Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal dan non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate inpact)
sehingga menghasilakan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

c) Sosial budaya dan ekonomi


Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuan walaupun tidak melakukannya.
d) Lingkungan
Lingkungan sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulangi kembali
9

pengetahauan yang diperoleh dalam memecahkan masalh yang


dihadapi masa lalu.
e) Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan makin bertambah pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingganpengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.
4. Cara Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur. Guna
mengukur suatu pengetahuan dapat digunakan suatu pertanyaan. Adapun
pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan
secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan
subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif
misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul-salah dan
pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif
karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan factor subjektif dari
nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu
dibandingkan dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya.
Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan disebut pertanyaan
objektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh
penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai.
Pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran
pengetahuan secara umum yaitu pertanyaan subjektif dari peneliti.
Pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai
dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan
pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat.
Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa sebelum orang menghadapi
perilaku baru, didalam diri seseorang terjadi proses berurutan yakni:
Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari terlebih dahulu
terhadap stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap objek atau stimulus.
Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
10

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya. Pengukuran pengetahuan ada dua


kategori yaitu: menggunakan pertanyaan subjektif misalnya jenis
pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan
ganda (multiple choise), dan pertanyaan betul salah.
Rumus Pengukuran Pengetahuan:
P = f/N x 100%
Dimana:
P : adalah persentase
f : frekuensi item soal benar
N : jumlah soal
5. Hasil Ukur
Menurut Wawan (2011), pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif,yaitu :
a. Baik : Hasil
presentase 76%-100%.
b. Cukup
: Hasil presentase 56%-75%.
c. Kurang
: Hasil presentase < 56%.

B. Tumbuh Kembang Anak


1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan dalam proses besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, pon, kg), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang
dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)
(Adriana, 2011).
Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif.
Pada konteks ini berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta
jaringan intraseluler pada tubuh bayi dan balita. Dengan kata lain
11

berlangsung proses multiplikasi organ-organ tubuh bayi dan balita disertai


penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Proses pertumbuhan ditandai oleh :
a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.
b. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
c. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
d. Menguatnya tulang dan membesar otot-otot tubuh lainnya
seperti kuku, rambut dan sebagainya (Eveline dan Djmaludin, 2010).
e. Penambahan ukuran-ukuran tubuh pada balita, tentu tidak
harus drastis. Sebaiknya berlangsung perlahan, bertahap, terpola secara
proporsional pada tiap bulannya. Ketika terjadi penambahan ukuran
berat tubuhnya, artinya proses pertumbuhan berlangsung dengan baik.
Sebaliknya jika terjadi gejala penurunan ukuran, maka terjadi
gangguan atau hambatan proses pertumbuhannya (Eveline dan
Djamaludin, 2010).
Cara termudah mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan
balita adalah dengan mengamati grafik pertambahan berat badan dan
tinggi badan yang terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
f. Dengan bertambahnya usia balita harusnya bertambah pula
berat dan tinggi badan, berarti balita sehat secara fisik dan jasmani.
Pada balita yang mengalami sakit ataupun kurang gizi, urutan berat
badannya akan cenderung rendah. Hal ini dikarenakan terjadi
gangguan pada pertumbuhan (Eveline dan Djmaludin, 2010).
2. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (Adriana, 2011).
Perkembangan bayi dan balita merupakan gejala kualitatif, artinya
pada diri bayi dan balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan
(maturasi) ”kemampuan personal” dan ”kemampuan sosial”. Kemampuan
personal ditandai dengan pendayagunaan segenap fungsi alat-alat
12

pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya (Eveline dan
Djmaludin, 2010).
Kemampuan fungsi-fungsi pengindraan meliputi :
a. Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan
lain-lain.
b. Pendengaran, misalnya reaksi mendengar bunyi, menyimak
pembicaraan.
c. Penciuman, misalnya mencium bau sesuatu.
d. Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, dan
meraba benda.
e. Pengecap (perasa), misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa
makanan dan minuman.
Menurut Eveline dan Djamaludin (2010), pada kemampuan
sistem tubuh lainnya, diantaranya meliputi :
a. Tangan, misalnya menggenggam, mengangkat, melempar,
mencoret-coret dan menulis.
b. Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, dan berlari.
c. Gigi, misalnya menggigit atau mengunyah.
d. Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara, dan
menyanyi.
e. Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, marah,
bahagia, percaya diri, empati dan rasa iba.
f. Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami,
mengerti dan membandingkan.
g. Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat,
merangkai, menciptakan sebuah objek.
Sedangkan kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari
kemampuan personal yang semakin meningkat. Oleh karena itu,
dihadapkan dengan beragam aspek lingkungan sekitar, yang membuatnya
secara sadar berinteraksi dengan lingkungannya itu, yaitu antara lain :
13

a. Bayi berusia satu atau dua bulan, yang organ-organ penglihatan


dan pendengarannya berfungsi cukup baik, akan mulai mengenal orang
terdekatnya, terutama ibu dan ayahnya. Pada saat wajah ibu mendekat
pada wajah bayi sambil tersenyum dan menyebut namanya. Maka akan
tersenyum dan tertawa dengan suara yang khas. Itulah salah satu
bentuk kemampuan sosialnya yang paling awal selain ketika menangis
meminta ASI.
b. Ketika anak menginjak usia satu tahun dan telah mampu
berjalan, dia akan senang jika diajak bermain dengan anak-anak
lainnya. Meskipun belum pandai bicara, anak merasa senang
berkumpul dengan anak lainnya. Dari sinilah dunia sosialisasi pada
lingkungan yang lebih luas sedang dipupuk dengan cara berusaha
mengenal teman-temanya.
c. Ketika anak berusia dua tahun, mengajak temannya bermain ke
kamarnya hanya untuk sekedar memperlihatkan mainan
kesayangannya dan mereka bermain dengan akrabnya. Hal itu
merupakan perkembangan lebih lanjut dari kemampuan sosialnya.
Khususnya terkait belajar membina hubungan pertemanan (Eveline
dan Djamaludin,2010).
Orang tua perlu mengupayakan kemampuan personal dan
sosial bayi dan balitanya berkembang secara baik, saling menunjang
dan terinteregasi. Artinya, kemampuan personal diarahkan menopang
perkembangan kemampuan sosialnya kearah yang lebih baik. Begitu
pun kemampuan sosial mampu mendorong potensi kemampuan
personal berkembang lebih jauh lagi.
3. Pola Tumbuh Kembang Balita
Menurut Eveline dan Djamaludin (2010), meskipun tumbuh
kembang setiap bayi dan balita berbeda-beda, namun prosesnya senantiasa
melalui 3 pola yang sama, yaitu antara lain :
a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju tubuh
bagian bawah
14

Pertumbuhan dimulai dari kepala sampai ke ujung kaki.


Melalui pola seperi ini, seorang anak akan lebih dulu berusaha belajar
menegakkan tubuhnya. Kemudian dilanjutkan belajar menggunakan
kaki untuk berjalan.
b. Pertumbuhan dimulai dari batang tubuh kearah luar
Misalnya anak akan lebih dahulu menguasai penggunaan
telapak tangannya untuk menggenggam sebelum mampu meraih benda
dengan jarinya.
c. Anak belajar mengeksplorasi keterampilan lainnya
Seperti melempar, menendang, berlari, menulis dan sebagainya.
4. Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang
Menurut Eveline dan Djamaludin (2010), kebutuhan utama tumbuh
kembang dikenal pula dengan istilah triple A, yaitu antara lain :
a. Pemenuhan kebutuhan gizi (Asuh)
Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh
kembang fisik dan biologis balita perlu diberikan secara tepat dan
berimbang. Tepat berarti makanan yang diberikan mengandung zat-zat
gizi yang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan tingkat usia.
Berimbang berarti komposisi zat gizinya menunjang proses tumbuh
kembang sesuai usianya. Diberikan secara tepat sejak masih dalam
kandungan sampai dewasa (Eveline dan Djamaludin,2010).
Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik,
perkembangan otaknya akan berlangsung optimal. Keterampilan
fisiknya pun akan berkembang, sebagai dampak perkembangan bagian
otak yang mengatur sistem sensorik dan motoriknya (Eveline dan
Djamaludin,2010).
Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik akan
berdampak pada kesehatannya. Tubuh akan lebih mampu menolak
penyakit-penyakit tertentu yang berusaha masuk ke tubuh. Sebab
sistem kekebalan tubuh terbentuk melalui zat-zat gizi yang
15

dikonsumsinya dapat bekerja lebih optimal (Eveline dan Djamaludin,


2010).
b. Pemenuhan Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang (Asih)
Kebutuhan ini meliputi upaya orang-orang tua
mengekspresikan perhatian dan kasih sayang, serta perlindungan yang
aman dan nyaman, kepada si buah hati.
Orang tua perlu menghargai segala keunikan-keunikan, begitu
juga potensi-potensi anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan
emosi atau kasih sayang akan menjadikan anak tumbuh cerdas secara
emosi, terutama dalam kemampuannya mengelola emosi diri secara
tepat. Kemampuan membina hubungan yang hangat dengan orang lain
pun juga berjalan baik (Eveline dan Djamaludin, 2010).
Namun, sebaiknya orang tua tidak terlampau berlebihan
memberi perlindungan dan kasih sayang terhadap anak. Sebab,
dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi perkembangan emosi anak
itu sendiri. Sikap malas, terlalu manja, ridak disiplin, mudah marah
jika keinginannya tidak dituruti, dan lain-lain (Eveline dan
Djamaludin, 2010).
Sebaiknya, dalam mendidik anak, orang tua menempatkan diri
sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya. Melalui keteladanan
orang tua, anak lebih mudah meniru unsur-unsur positif. Jauhi pula
kebisaan memberi hukuman pada anak, selagi semuanya dapat
diarahkan melalui metode pendekatan berlandaskan kasih sayang
(Eveline dan Djamaludin, 2010).
c. Pemenuhan Kebutuhan Stimulasi Dini (Asah)
Stimulasi (rangsangan) dini merupakan kegiatan orang tua
memberikan rangsangan tertentu pada bayi dan balitanya sedini
mungkin. Bahkan, dianjurkan sejak masih dalam kandungan.
Rangsangan itu bertujuan ke arah tumbuh kembang bayi dan balita
secara optimal, Selain itu stimulasi dini juga mendorong munculnya
16

pikiran dan emosi-emosi positif, kemandirian, kreativitas, dan lain-lain


(Eveline dan Djamaludin, 2010).
Lakukanlah stimulasi dini setiap ada kesempatan bersama anak
anda. Jauh lebih efektif jika memberikan sambil bermain bersama anak
dalam suasana menyenangkan dan penuh balutan kasih sayang.
Misalnya, saat meberi ASI, memandikannya, mendandaninya,
menggantikan popok, menggendong, menidurkan, memberi makan,
berjalan-jalan bersama-sama, dan sebagainya. Pada bayi berusia 0-3
bulan, misalnya, anda dapat mengajaknya tersenyum, berbicara,
menggerak-gerakan benda aneka warna, dan sebagainya. Stimulasi
pada setiap tahapan usia, akan relatif berbeda.
Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar,
dapat merangsang kecerdasan majemuk (multiple intelligencese) anak.
Multiple intelligencese ini meliputi, kecerdasan linguistik, kecerdasan
logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan
musikal, kecerdasan intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan antar
pribadi (interpersonal), dan kecerdasan naturalis (Eveline dan
Djamaludin, 2010).
5. Tahap Perkembangan Balita
Masa batita dan balita merupakan periode yang penting dalam
proses tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan
dimasa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
anak diperiode selanjutnya. Masa tumbuh kembang diusia ini merupakan
masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah berulang,karena ini
sering disebut golden age atau masa keemasan (Surviana, 2010).
Menurut Adriana (2011), tahap perkembangan balita antara lain :
a. 0-4 Minggu
1) Tangan dan kaki menekuk dan agak kaku.
2) Kepala berpaling ke kiri dan ke kanan.
3) Memandangi wajah, fokus penglihatan berjarak 20-30 cm.
b. 4 Minggu
17

1) Kaki sudah lebih lurus, lebih lentur, dan rileks.


2) Kepala sudah bisa lurus kedepan.
3) Mengikuti benda yang begerak.
c. 8 Minggu
1) Dalam posisi tengkurap bisa mengangkat kepala.
2) Jika terlentang dan didudukan, kepalanya terjatuh ke
belakang.
3) Mengikuti gerak benda sampai 1800.
4) Sudah bisa melihat warna namun belum bisa
membedakan warna-warna yang serupa, seperti merah dan oranye.
d. 12 Minggu
1) Lengan dan kaki semakin lurus dan gerakannya
semakin aktif.
2) Bereaksi terhadap cahaya.
3) Mulai menyukai warna primer yang terang dan desain
yang lebih detail dan rumit.
4) Mengamati jari-jari tangan dan kakiknya.
e. 4 Bulan
1) Tidak ada lagi kepala terkulai ketika diangkat untuk
duduk dan posisi telentang.
2) Mencoba memegang objek yang besar.
3) Mulai terlihat detail objek.
4) Dapat memahami dan mulai membedakan dua objek
berbeda, misalnya wajah laki-laki dan perempuan atau gambar dua
benda dan tiga benda.
f. 5 Bulan
1) Memegang dengan kedua tangan.
2) Bisa fokus pada benda berjarak 1 meter.
3) Mulai dapat membedakan pola-pola berbeda, misalnya
wajah yang marah, senang, dan sebagainya.
g. 6 Bulan
18

1) Memegang dengan 1 tangan.


2) Berguling dari posisi terlungkup.
3) Duduk dengan bantuan.
4) Semakin memperhatikan detail di sekelilingnya, seperti
ukuran bentuk dan warna.
h. 7 Bulan
1) Menjangkau benda dan memegangnya.
2) Memindahkan benda yang dipegangnya dari tangan kiri
ke tangan kanan.
3) Duduk tanpa bantuan.
4) Memasukan benda kedalam mulut.
5) Semakin baik dan penglihatan jarak dekat masih
mendominasi.
i. 8 Bulan
1) Merangkak.
2) Berusaha untuk berdiri.
3) Menunjuk benda.
4) Menggunakan jari-jarinya untuk mengambil makanan.
5) Mengeksplorasi benda misalnya, menjatuhkan,
menggoyang-goyang, melempar.
6) Bisa melihat benda/orang dalam jarak 2-3 meter.
j. 9 Bulan
1) Berputar ketika duduk.
2) Belajar memanjat (di kursi, meja atau bantal).
3) Berdiri sambil berpegangan.
k. 10 Bulan
1) Duduk dengan baik.
2) Merangkak
3) Berdiri dengan dipegangi.
4) Menjepit dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
mengambil benda kecil.
19

l. 11 Bulan
1) Dapat berjalan dengan berpegangan.
2) Dapat melengkungkan ibu jari saat memegang benda.
m. 12 bulan
1) Bangkit sendiri dari duduknya.
2) Berjalan dengan bantuan.
3) Berjalan 2-3 langkah tanpa bantuan.
4) Membalik halaman buku.
5) Dapat melihat benda begerak secara jelas.
n. 12-15 Bulan.
1) Berjalan tanpa bantuan.
2) Memanjat tangga.
3) Berlutut tanpa sokongan.
4) Senang menjatuhkan benda ke lantai.
5) Dapat membangun menara dari dua kotak.
6) Melepaskan butir-butir ke dalam leher botol yang
sempit.
7) Mencorat-coret dengan spontan.
8) Menggunakan cangkir dengan baik.
o. 16-18 Bulan.
1) Berlari kikuk dan sering jatuh.
2) Berkalan naik tangga dengan satu tangan berpegangan.
3) Menarik dan menggendong mainan.
4) Melompat dengan kedua kaki.
5) Duduk sendiri di kursi.
6) Melempar bola dari satu tangan ke tangan yang lain
tanpa jatuh.
7) Membangun menara dengan tiga sampai empat kotak.
8) Membalik halaman buku dua atau tiga lembar
sekaligus.
9) Dalam menggambar membuat tekanan sesuai tiruan.
20

p. 19-24 Bulan
1) Naik turun tangga sendiri dengan dua kaki pada setiap
langkah.
2) Berlari seimbang dengan langkah lebar.
3) Menangkap objek tanpa jatuh.
4) Menendang bola dengan baik.
5) Membangun menara dengan 6-7 kotak.
6) Menyusun 2 atau lebih kotak menyerupai kereta.
7) Membalik satu halaman buku.
8) Menggambar meniru gerakan vertikal dan melingkar.
9) Memencet bel pintu dan membuka gerendel.
q. 24- 30 Bulan
1) Melompat dengan kedua kaki.
2) Melompat atau melangkah dari kursi.
3) Berdiri sebentar pada satu kaki.
4) Mengambil dua langkah pada ujung ibu jari kaki.
5) Membangun menara dengan delapan kotak.
6) Koordinasi jari baik, memegang krayon dengan jari
bukan menggenggam.
7) Menggerakan jari secara mandiri.
8) Menggambar, meniru gerakan vertikal dan horizontal,
serta menyilang.
r. 30-36 Bulan.
1) Mencoba menjaga keseimbangan diri dengan berjalan
diatas balok atau jembatan kayu.
2) Mulai dapat memainkan papan luncur.
3) Mulai mencoba mengayuh sepeda roda tiga.
4) Dapat menyusun menara dengan delapan kotak.
5) Dapat menggunting dengan gunting yang besarnya
sesuai dengan telapak tangannya.
s. 3 Tahun.
21

1) Mengendarain sepeda roda tiga.


2) Berdiri pada satu kaki dalam beberapa detik.
3) Naik dan turun tangga dengan kaki bergantian.
4) Melompat jauh.
5) Mencoba berdansa, mungkin belum seimbang.
6) Membangun menara dari 9-10 kotak.
7) Membangun jembatan dengan tiga kotak.
8) Secara benar memasukan biji-bijian ke dalam botol
berleher sempit.
9) Menggambar menara lingkaran, silang, dan lingkaran
dengan gambar wajah.
t. 4 Tahun.
1) melompat dengan satu kaki.
2) Menangkap bola dengan tepat.
3) Melempar bola bergantian tangan.
4) Menggunakan gunting dengan baik untuk memotong
gambar mengikuti garis.
5) Dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu mengikat
talinya.
6) Dapat menggambar menyalin bentuk kotak, garis
silang, dan segitiga.
u. 5 Tahun.
1) Melompat dengan kaki bergantian.
2) Melempar dan menangkap bola dengan baik.
3) Melompat ke atas.
4) Bermain skate dengan keseimbangan yang baik.
5) Berjalan mundur dengan tumit dan jari kaki.
6) Keseimbangan pada kaki bergantian dengan mata
tertutup.
7) Mengikat tali sepatu.
22

8) Menggunakan gunting, alat sederhana, atau pensil


dengan baik.
9) Menggambar meniru gambar permata dan segitiga,
menambahkan 7-9 bagian dari gambar garis, mencetak beberapa
huruf, angka atau kata, seperti nama panggilan.
6. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Balita
Setiap individu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
semasa hidupnya mulai dari janin sampai dewasa. Proses pertumbuhan dan
perkembangan individu yang satu dengan yang lainnya tidak sama
(bervariasi), tergantung dari faktor-faktor yang mendukungnya.
Menurut Eveline dan Djamaludin, ada 2 faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang balita yaitu :
a. Faktor internal
1) Ras (Suku Bangsa)
Anak dari suku bangsa tertentu akan berbeda tumbuh
kembangnya dibandingkan dengan anak yang berasal dari ras
lainnya. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya Indonesia, tentu
berbeda dengan anak dari suku bangsa Eropa atau Amerika.
2) Keluarga
Setiap anak yang lahir membawa kecenderungan fisik yang
terdapat pada silsilah keluarganya, baik yang berasal silsilah
keluarga ibu maupun silsilah keluarga ayahnya.
3) Kelainan kromosom
Jika terjadi kelainan kromosom pada anak, akan
berpengaruh kepada tumbuh kembang anak.
4) Jenis kelamin
Tumbuh kembang fungsi reproduksi anak perempuan
berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki.
Namun, ketika melewati masa pubertas menjadi sebaliknya.
5) Usia
23

Usia anak punya pengaruh signifikan pada proses tumbuh


kembangnya. Umumnya pada masa prenatalk (sebelum kelahiran)
pertumbuhan berlangsung cepat dan ketika anak memasuki tahun
pertama kehidupannya. Begitu juga ketika anak menginjak masa
remaja.
b. Faktor eksternal
Secara umum faktor eksternal terkait tiga periode yang dilalui
bayi dan balita, yaitu antara lain :

1) Periode prenatal, meliputi :


a). Asupan zat gizi ibu hamil
Zat gizi yang dikonsumsi ibu hamil, akan
mempengaruhi tumbuh kembang janin. Terutama saat
menginjak trimester ketiga kehamilan.
b). Psikologi ibu
Ibu hamil yang dilanda depresi akan berdampak buruk
bagi tumbuh kembang janinnya. Depresi dapat muncul
misalnya karena kehamilannya tidak dikhendaki dan bisa pula
pada saat hamil seorang ibu mengalami perlakuan buruk,
kekerasan fisik dan mental.
c). Posisi janin
Tidak normalnya posisi janin dan dapat menyebabkan
kelainan bawaan pada bayi yang akan dilahirkan.
d). Terganggunya fungsi plasenta
Terganggunya fungsi plasenta mengakibatkan anoksia
embrio dan mengakibatkan gangguan pertumbuhan (Eveline
dan Djamaludin, 2010).
Konsumsi zat kimia berbahaya atau yang mengandung
toksin (racun) Mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat
24

menyebabkan kelainan bawaan seperti labio palatoskisis (bibir


sumbing) (Eveline dan Djamaludin, 2010).
e). Gangguan endokrin
Misalnya pada kasus diabetes mellitus, dapat
mengakibatkan makrosomia, dan hyperplasia adrenal (Eveline
dan Djamaludin, 2010).
f). Terkena infeksi
Ibu hamil yang pada trimester pertama dan kedua
terkena infeksi toksoplasma dan rubella, dapat mengakibatkan
kelainan pada janinnya. Misalnya kelainan jantung congenital,
retardasi (keterbelakangan) mental, bisu, tuli dan katarak
(Eveline dan Djamaludin, 2010).
g). Terkena radiasi
Ibu hamil yang terkena paparan radium dan sinar
rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin. Seperti
spina bilfida, kelainan jantung, retardasi mental, dan
pertumbuhan yang menyimpang (Eveline dan Djamaludin,
2010).
h). Kelainan imunologi
Perbedaan golongan darah antara janin dan ibu dapat
menimbulkan eritobaltosis fetalis, karena ibu membentuk
antibodi terhadap sel darah merah janin. Prosesnya melalui
plasenta masuk kedalam peredaran janin yang akan
mengakibatkan hemolisis. Selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kejang otak. Hal ini dapat memicu
kerusakan jaringan otak (Eveline dan Djamaludin, 2010).
2) Periode saat persalinan
Jika saat berlangsungnya persalinan terjadi komplikasi pada
bayi, seperti trauma kepala, dan asfiksia yang mengakibatkan
kerusakan jaringan otak bayi.
3) Periode setelah persalinan, yaitu meliputi :
25

a). Asupan gizi pada bayi dan balita


Untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, diperlukan
zat makanan yang kaya gizi.
b). Penyakit kronis atau kelainan congenital
pada bayi
Bayi yang menderita penyakit anemia, tuberculosis,
kelainan jantung bawaan dapat mengakibatkan keterlambatan
tumbuh kembangnya.
c). Kondisi lingkungan pada bayi dan balita
Lingkungan berfungsi menyediakan kebutuhan dasar
bagi tumbuh kembang anak. Lingkungan bersanitasi buruk,
paparan sinar matahari yang kurang, sirkulasi udara yang tidak
lancer akan berdampak buruk bagi proses tumbuh kembang
anak. Apabila lingkungan sangat “kaya” dengan kandungan
zat-zat kimia berbahaya seperti merkuri, asap rokok, maupun
sinar radioaktif.
d). Kondisi psikologis bayi dan balita
Anak yang secara psikologis selalu tertekan dan mau
melakukan sesuatu yang dilarang akan mengalami hambatan
tumbuh kembangnya. Apalagi pada kasus anak yang sering
mengalami penyiksaan fisik dan mental.
e). Gangguan endokrin pada bayi dan balita
Pada kasus anak yang mengalami gangguan fungsi
hormonalnya, seperti pada penyakit hipertiroid juga
mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi dan balita.
f). Kondisi sosio-ekonomi keluarga bayi dan
balita
Kondisi sosio-ekonomi keluarga punya kaitannya
dengan proses tumbuh kembang anak.
g). Pengasuhan orang tua
26

Orang tua yang mengasuh anaknya secara berkualitas,


tentu kualitas tumbuh kembang anak akan berjalan baik.
h). Stimulasi yang diberikan pada bayi
Stimulasi yang diberikan secara baik, dan dengan
segenap perasaan kasih sayang, tentunya akan mempengaruhi
optimalisasi tumbuh kembang anak.
i). Pemakaian obat-obatan tertentu pada bayi
dan balita
Pemberian obat-obatan tertentu yang mempunyai efek
membahayakan bagi tumbuh kembang anak, sebaiknya
dihindari. Misalnya pada kasus pemakaian kortikosteroid dalam
jangka waktu lama, karena dapat menghambat pertumbuhan
anak. Begitu juga pamakaian obat perangsang susunan saraf.
Hal ini dapat menghambat produksi hormone pertumbuhan
anak. Untuk itu, sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dari
dokter (Eveline dan Djamaludin, 2010).
7. Perkembangan Motorik Kasar
Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan
keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan
otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh (Septiari, 2012).
Berikut ini merupakan tahapan perkembangan motorik pada anak
sesuai usianya :
a. Anak usia 6-9 bulan
1) Mampu duduk sendiri tanpa bantuan.
2) Mulai belajar merangkak,
3) Mampu menggulingkan tubuhnya untuk berpindah
tempat.
4) Belajar berjalan.
b. Anak usia 9-12 bulan
1) Merangkak kesana kemari
27

2) Semakin giat dan menunjukkan semangat belajar


berjalan.
3) Sudah bisa berpegangan pada meja atau tepi sofa.
4) Diakhir tahun pertamnya dia akan menunjukkan
kemampuannya menggerakkan kaki dan melangkah sendiri untuk
pertama kalinya.
c. Anak Usia 1-2 tahun
Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan
motorik kasar secara signifikan. Pada masa ini anak sudah mampu
melangkah dan berjalan dengan tegak. Sekitar usia 18 bulan anak
mampu menaiki rangga dengan cara satu tangan dipegang. Pada akhir
tahun kedua sudah mampu berlari-lari kecil, menendang bola dan
mulai mencoba melompat (Hidayat, 2013).
d. Anak usia 3 tahun
1) Berbalik atau berhenti secara tiba-tiba atau cepat.
2) Melompat dengan lompatan kurang lebih 37-60 cm.
3) Naik tangga tanpa bantuan.
4) Meloncat dengan tambahan beberapa variasi lompatan.
e. Anak usia 4 tahun
1) Sangat aktif, mampu meniru, mengikuti dan menikmati
berbagai gerakan yang dicontohkan.
2) Mampu mengontrol gerakan dan memberikan respon
bila diberik petunjuk orang dewasa seperti berhenti, memulai atau
berputar yang lebih efektif.
3) Naik turun tangga dengan langkah kaki yang saling
bergantian.
f. Anak usia 5 tahun
1) Mampu melakukan gerakan dengan konstan dan waktu
istirahat yang pendek.
2) Mampu mengikuti permainan fisik yang bersifat sosial.
28

3) Mampu menaiki sepeda tiga roda. Berjalan di garis


lurus ke depan atau ke belakang.
4) Lompat di tempat dengan 1 kaki.
5) Berjalan diatas papan keseimbangan.

C. Kerangka Teori
Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Menurut Notoatmdjo (2010), perilaku kesehatan adalah suatu respon
seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2010).
Lewrence Green menjelaskan bahwa perilaku di latar belakangi atau
dipengaruhi oleh 3 faktor pokok:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors)
Terwujud dalam pengetahuan, kepercayaan, pendidikan, sikap, dan
motivasi.
2. Faktor-faktor pendukung (Reinforsing factor)
Terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan.
Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Pengetahuan
Sikap 3. Faktor-faktor pendorong (Enabling factor)
Motivasi
Terwujud dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan atau petugas
Keyakinan
Nilai lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat
(Notoadmodjo, 2010).
Kerangka teori yang digunakan adalah teori Green (1980) yang dapat
Faktor Pendukung (Enabling factors)
digambarkan
Tersedianya sebagai berikut :
sarana kesehatan
Akses sarana kesehatan Bagan 2.1 Perilaku
Prioritas dan komitmen masyarakat atau
Kerangka Teori Kesehatan
pemerintah terhadap kesehatan

Faktor pendorong (Renforcing Factors)


Peran Keluarga
Teman sebaya
Pengalaman
Petugas kesehatan
29

1
6
5

3
4

Sumber :Teori Green Dalam Notoatmodjo (2010)


Keterangan :
Garis Utuh : Menunjukkan pengaruh langsung
Garis Putus-Putus : Menunjukkan pengaruh tidak langsung
Huruf Bold : Variabel yang diteliti
Nomor : Menunjukkan kira-kira urutan terjadinya tindakan

Anda mungkin juga menyukai