BAB I Latar Belakang
BAB I Latar Belakang
PENDAHULUAN
Kanker leher rahim merupakan salah satu kanker yang paling sering
menyerang wanita di seluruh dunia. Kanker leher rahim adalah pertumbuhan dan
terutama pada organ reproduksi khususnya pada leher rahim. Kanker ini
umumnya menyerang wanita diusia yang masih produktif yaitu berusia 25-64
tahun.
kesehatan yang sangat serous karena jumlah penderitanya meningkat sekitar 20%
per tahun. Diperkirakan 445.000 kasus baru pada tahun 2012 atau sebesar 84%
dari jumlah kasus baru di seluruh dunia. Sekitar 270.000 wanita meninggal karena
kanker leher rahim dan lebih dari 85% kematian ini terjadi di negara berkembang
(Wahyuningsih, 2014).
kematian (Riskesdas, 2013). Jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap di
rumah sakit seluruh Indonesia tahun 2010 adalah kanker payudara (28,7%),
disusul kanker leher rahim (12,8%). Estimasi tahun 1985, hanya 5% perempuan di
dengan 40% perempuan di negara maju (PATH, 2000) (Kemenkes RI, 2015).
1
2
Sampai saat ini kanker leher rahim masih merupakan masalah kesehatan
akibat kanker leher rahim yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pad stadium
lanjut, keadaan umum yang lemah, status ekonomi yang rendah, keterbatasan
sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat
pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita (Rasjidi, 2008).
Tidak dapat disangkal bahwa kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan di
dunia pada masa lalu, masa sekarang, dan tidak yang akan datang. Kanker leher
rahim merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada wanita dan menjadi
2009).
karena kurangnya program skrining yang efektif dengan tujuan untuk mendeteksi
keadaan sebelum kanker maupun sesudah kanker pada stadium dini termasuk
pengobatannya sebelum proses invasif yang lebih lanjut. Estimasi tahun 1985
kasus kanker diatas pada negara berkembang 2 (dua) kali lebih besar
dibandingkan negara maju, hal ini terjadi selain karena kurangnya program
produktif. Infeksi ini dapat menetap, berkembang menjadi displasia atau sembuh
3
sempurna. Virus ini ditemukan pada 95% kasus kanker leher rahim. Proses
terjadinya kanker leher rahim sangat erat berhubungan dengan proses metaplasia.
Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara
genetik pada fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi
ganas. Sel yang mengalami mutasi disebut sel displastik dan kelainan epitelnya
ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Lesi displasia dikenal juga sebagai lesi pra kanker. Pada lesi
pra kanker derajat ringan akan mengalami regresi spontan dan menjadi normal
kembali. Tetapi pada lesi derajat sedang dan berat lebih berpotensi berubah
Tahap pra kanker pada kanker leher rahim dapat dikenali, salah satunya
Salah satu metode skrining untuk mendeteksi pra kanker adalah dengan
adalah pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka (asam
asam cuka 3-5% (KEMENKES RI No.34, 2015). WHO menyebutkan IVA dapat
(positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value)
Kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di Jawa
Tengah mulai dikembangkan sejak tahun 2007, dengan pelatihan yang terstandar
menghasilkan dokter dan bidan yang mempu melakukan deteksi dini kanker leher
rahim dengan metode IVA. Hasil pemeriksaan positif menunjukkan adanya lesi
pra kanker, yang jika tidak diobati, kemungkinan akan menjadi kanker dalam
kurun waktu 3-17 tahun yang akan datang. Apabila hasil pemeriksaan IVA positif
Presentase Wanita Usia Subur (WUS) yang dilakukan deteksi dini kanker
leher rahim dan kanker payudara menjadi salah satu indikator keberhasilan
tahun 2014-2019. Pencapaian indikator ini didukung dengan aksi nyata berupa
Indonesia yang telah dirancangkan oleh Ibu Negara pada tanggal 21 April 2015
yang lalu. Gerakan ini akan berlangsung selama 5 tahun. Diharapkan pada tahun
2019 jumlah WUS yang dilakukan deteksi dini mencapai 50 persen (Dinkes
kanker serviks menunjukkan angka yang cukup tinggi dan meningkat setiap
tahunnya. Proporsi penyakit kanker serviks meningkat dari tahun 2012 dan 2013,
5
Tengah, 2014). Jumlah WUS yang melakukan pemeriksaan untuk deteksi dini
kanker leher rahim dan kanker payudara di Jawa Tengah pada tahun 2016 yang
dilaporkan sebanyak 56.337 WUS atau 1.27 persen dari perempuan usia 30-50
tahun. Presentase WUS ini masih sangat jauh dari target yang ditetapkan sebesar
tertinggi adalah Kota Semarang sebesar 11.31 persen, diikuti Kebumen 6 persen,
dan Cilacap 4,25 persen. Dari 56.337 WUS yang dilakukan pemeriksaan IVA,
ditemukan IVA positif pada 3.948 WUS atau 7.01 persen, angka ini lebih tinggi
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, jumlah
pemeriksaan Lesi Pra Kanker Leher Rahim dengan jumlah pemeriksaan IVA
positif pada tahun 2015 sebanyak 55 kasus dari 475 wanita yang diperiksa, pada
tahun 2016 sebanyak 32 kasus dari 489 wanita yang diperiksa dan pada tahun
2017 sebanyak 43 kasus dari 952 wanita yang diperiksa. Mengingat adanya kasus
Lesi Pra Kanker Leher Rahim dengan hasil pemeriksaan IVA positif selama 3
tahun terakhir dan perlu diketahui apa saja yang menjadi faktor risiko dari
kejadian Lesi Pra Kanker Leher Rahim. Berdasarkan uraian masalah tersebut,
kejadian lesi pra kanker leher rahim (studi kasus pada wanita dengan hasil
Dari urian di atas, maka dirumuskan permasalahan faktor risiko apa sajakah
yang berhubungan dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim (studi kasus pada
wanita dengan hasil pemeriksaan inpeksi visual asam asetat (IVA) positif di Kota
Semarang)?
1.2.2.1 Adakah hubungan antara usia responden dengan kejadian lesi pra kanker
leher rahim?
1.2.2.3 Adakah hubungan antara jumlah kelahiran responden dengan kejadian lesi
1.2.2.4 Adakah hubungan antara paparan asap rokok responden dengan kejadian
1.2.2.7 Adakah hubungan antara riwayat keluarga kanker leher rahim responden
1.2.2.8 Adakah hubungan antara vaksinasi HPV responden dengan kejadian lesi
1.2.2.9 Adakah hubungan antara riwayat abortus responden dengan kejadian lesi
1.2.2.10 Adakah hubungan antara riwayat obesitas responden dengan kejadian lesi
1.2.2.12 Adakah hubungan antara usia pertama kali menikah responden dengan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor
risiko yang berhubungan dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim (studi kasus
pada wanita dengan hasil pemeriksaan inpeksi visual asam asetat (IVA) positif di
Kota Semarang).
8
1.3.2.1 Mengetahui hubungan antara usia responden dengan kejadian lesi pra
berhubungan dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim dan memberikan
pemikiran yang mengenai pentingnya melakukan deteksi dini kanker leher rahim
secara jelas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian lesi pra
1,16-7,84).
Riwayat IMS juga
meningkatkan
risiko lesi pra
kanker leher rahim
dengan OR=9,7
(95%CI:3,83-
24,18).
berhubungan
dengan kejadian
kanker leher rahim
yaitu usia p-
value=0,000.
positif
antiseptik.
Penelitian ini dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Juni tahun
2018.
khususnya dalam bidang ilmu epidemiologi tentang faktor risiko kejadian lesi pra
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2014). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
2008–2010.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
http://peraturan.go.id/permen/kemenkes-nomor-34-tahun-2015.html
Melalui Deteksi Dini dengan Metode Iva. Forum Ilmiah, 11, 192–209.