SKRIPSI
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “
Hubungan Perkembangan Kognitif Anak dengan Perilaku Bullying Teman Sebaya
di SD 1 Blunyahan Bantul”.
Skripsi ini dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dan pada
kesempatan ini penulis dengan rendah mengucapkan terimakasih dengan setulus-
tulusnya kepada:.
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Ketua prodi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
3. Ida Nursanti.,MPH selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar
memberikan bimbingan, saran, pendapat selama proses penyelesaian
skripsi ini.
4. Masta Hutasoit, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji.
5. Kepala Sekolah Beserta Bapak Ibu Guru SD 1 Blunyahan Bantul yang
telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.
6. Ayah, Ibu, Adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan limpahan
cinta, do’a dan semangat kepada penulis.
7. Semua sahabatku tercinta di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan do’a, dorongan, dan
motivasi hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan dapat bermanfaat dan
mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT.
Yogyakarta, 31 Agustus 2017
iv
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
INTISARI ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian ......................................................................... 6
v
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 47
vi
DAFTAR TABEL
Hal
vii
DAFTAR GAMBAR
Hal
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
HUBUNGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DENGAN
PERILAKU BULLYING TEMAN SEBAYA DI SD 1 BLUNYAHAN
BANTUL
INTISARI
Latar Belakang : Masa anak merupakan masa dimana anak mendapatkan tempat
istimewa di lingkungan masyarakat karena mereka merupakan pengganti generasi
yang akan datang. Pada masa ini anak lebih senang bergaul dengan teman
sebayanya, tetapi banyak anak yang mempunyai perilaku menyimpang seperti
perilaku bullying oleh teman sebayanya. Pelaku perilaku bullying biasanya adalah
siswa yang cenderung mempunyai masalah, masalah disini merupakan masalah
seperti prestasi belajar yang rendah ataupun siswa yang kurang mendapatkan
perhatian sehingga siswa itu mencari perhatian dengan melakukan perilaku
bullying.
Tujuan : mengetahui hubungan perkembangan kognitif anak dengan perilaku
bullying teman sebaya di SD 1 Blunyahan Bantul.
Metode : penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental,
dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan menggunakan teknik
total sampling. Subyek penelitian ini sebanyak 62 responden. Metode
pengumpulan data menggunakan kuesioner dan melihat nilai rata-rata semester
ganjil mata pelajaran yang di ujian nasionalkan (UN) meliputi MTK, IPA , dan
Bahasa Indonesia. Analisa statistik inferensial menggunakan uji Kendall’s Tau C.
Hasil : berdasarkan penelitian diperoleh data paling banyak mengenai
perkembangan kognitif dengan melihat prestasi belajar buruk sebanyak 37
(57,7%). Perilaku bullying teman sebaya di SD 1 Blunyahan Bantul paling banyak
dengan kategori sedang sebanyak 25 (40,3%) dengan p value < 0,001 (p value <
0,05). Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara perkembangan kognitif
anak dengan perilaku bullying teman sebaya di SD 1 Blunyahan Bantul. Keeratan
sebesar 0,588 yang berarti sedang.
Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara perkembangan kognitif anak
dengan perilaku bullying teman sebaya di SD 1 Blunyahan Bantul. Saran peneliti
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan mengenai bullying agar dapat
mengendalikan dan mengontrol diri dengan baik supaya terwujud hubungan yang
harmonis dalam pergaulannya.
x
The Correlation between Children's Cognitive Development and Bullying
Behavior from Classmates in Elementary School 1 of Blunyahan,
Bantul
ABSTRACT
xi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa anak adalah masa dimana anak-anak mendapatkan tempat istimewa
di lingkungan masyarakat karena mereka merupakan pengganti generasi yang
akan datang (Santrock, 2011). Pada masa anak biasanya anak lebih senang
bermain dengan teman sebayanya, tetapi banyak anak yang mempunyai perilaku
yang menyimpang seperti membully temannya sendiri dengan alasan untuk
mencari perhatian orang lain. Kebanyakan anak yang di bully cenderung akan
menyendiri dan tidak ingin bersosialisasi dengan orang banyak bahkan akan
merasa malu. Perilaku bullying akan muncul di segala tempat baik di sekolah
maupun di lingkungan tempat tinggal. Perilaku bullying bisa terjadi pada orang
dewasa maupun anak-anak dan korbannya pun bisa laki-laki maupun perempuan
(Coloronso, 2007).
Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) perilaku bullying
pada anak atau remaja semakin meningkat. Berdasarkan data dari KPAI bullying
menduduki peringkat teratas dalam pengaduan masyarakat terkait perilaku yang
menjadi masalah pada anak. KPAI mencatat 369 pengaduan terkait bullying dari
tahun 2011 sampai 2014, dimana jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan
dibidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Fenomena pelanggaran aturan yang
dilakukan anak-anak tersebut menyita perhatian dunia pendidikan saat ini adalah
tawuran. Aksi tawuran dan perilaku bullying dilakukan oleh siswa di sekolah
semakin banyak diberitakan di media masa maupun di media cetak. Hal ini
membuktikan bahwa nilai-nilai kemanusiaan pada anak telah hilang (Wiyani,
2012).
Perilaku bullying merupakan sebuah kondisi dimana terjadinya
penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan secara berulang oleh
satu siswa atau lebih yang bersifat menyerang karena adanya ketidakseimbangan
kekuatan antara pihak yang terlibat. Pihak yang kuat tidak hanya berarti kuat
dalam segi fisik tetapi juga kuat secara mental (Astuti, 2008). Ketidakseimbangan
1
2
antara pelaku dan korban sangat jelas, sehingga pelaku bisa dengan mudah
menganiaya korban yang lebih lemah darinya. Kejadian ini bisa menjadi
penyebab perilaku bullying bertahan dalam waktu yang lama karena tidak adanya
usaha korban untuk menyelesaikan konflik dengan pelaku (Rigby, 2007).
Perilaku bullying sendiri bisa menekan atau mengintimidasi anak lain yang
mempunyai kepribadian pendiam ataupun pemalu sehingga dengan gampang
melakukan bullying baik secara fisik, psikologis maupun verbal. Tindakan
bullying dalam penelitian ini dilakukan oleh teman sebayanya yang merasa
berkuasa di kelasnya (Alika, 2012). Sedangkan perilaku bullying disekolah akan
memberikan dampak yang buruk bagi pelaku seperti prestasi yang menurun,
membolos, melanggar kedisiplinan, tidak mengerjakan tugas sekolah, bahkan ada
yang sampai depresi (Wharton, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa Amini pada 2008
tentang kekerasan bullying di tiga kota besar di Indonesai yaitu Yogyakarta,
Surabaya, dan Jakarta mencatat tingkat kekerasan sebesar 66,1% pada tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 41,2% pada tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Pada tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis
berupa pengucilan. Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan
terakhir adalah kekerasan fisik (memukul). Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) hasil
analisa yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tindakan bullying yang sering
terjadi yaitu berupa pengucilan korban secara sosial seperti tidak mengajak korban
berbicara, mengacuhkan korban atau mendiamkan korban, dan menyebarkan
gosip pada korban dan memberikan ancaman.
Maraknya kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah
sangat memprihatinkan bagi pengajar dan orang tuanya. Sekolah yang seharusnya
untuk menambah ilmu malah menjadi tempat untuk melakukan perilaku bullying.
Pelaku perilaku bullying biasanya adalah siswa yang cenderung mempunyai
masalah. Masalah disini merupakan masalah seperti prestasi belajar yang rendah
ataupun siswa yang kurang mendapatkan perhatian sehingga siswa itu mencari
perhatian dengan melakukan perilaku bullying. Perilaku bullying bisa terjadi
karena adanya perbedaan sifat atau karakter setiap siswa misalnya siswa yang
3
kemampuan kognitifnya rendah. Ada beberapa kasus yang membuat siswa lambat
untuk belajar sehingga siswa menjadi pelaku perilaku bullying kepada teman-
temannya di sekolah dengan cara menghina, mengucilkan, menyebar gosip,
mengucap kata-kata kasar bahkan bisa juga di fitnah (Latifah, 2012).
Yayasan Sejiwa (2008) menyebutkan bahwa banyak guru (27,5%) yang
mengungkapkan bahwa perilaku bullying adalah perilaku yang dianggap normal
atau wajar dan sebagian besar guru (73%) mengungkapkan bahwa perilaku
bullying adalah perilaku yang bisa membahayakan seseorang. Faktor terbesar
yang menyebabkan siswa melakukan perilaku bullying adalah sifat yang terbentuk
dari respon emosional. Anak yang selalu mendapatkan perilaku bullying dari
teman sebayanya akan menyebabkan dia merasa malu dengan dirinya sendiri
akibat sering di ejek oleh temannya. Selain itu anak yang sering mendapatkan
perilaku bullying suatu saat dia akan memberontak jika ingat dengan peristiwa
dimana saat temen-teman sebayanya memperlakukan yang tidak wajar terhadap
dirinya (Novianti, 2008).
Beberapa peneliti yang membahas tentang perilaku bullying menurut
Korua, Esrom, Hendro (2015) hasil penelitiannya menunjukkan terdapat
hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku bullying dengan hasil
p=0,006. Sedangkan menurut Usman (2013) hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kepribadian, komunikasi
interpersonal remaja dengan orang tua, peran kelompok teman sebaya dan iklim
sekolah terhadap perilaku bullying dengan p<0,05. Namun penelitian Sari (2014)
hasil penelitiannya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian verbal
abuse orang tua dengan perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah. Penelitian
menurut Pratama (2016) terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pola
asuh orang tua dengan perilaku bullying remaja di SMP N 4 Gamping Sleman
dengan p value 0,003 (p value < 0,05).
Menurut data kasus yang telah ditangani Yayasan Perlindungan Anak
Daerah Istimewa Yogyakarta (YLPA-DIY) dari tahun 2009-2015 terdapat kasus
perilaku bullying sebanyak 9 kasus atau 0,73%. Data perilaku bullying dilihat dari
4
data yang saya dapat antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman memiliki
data yang sama atau seimbang.
Menurut Sejiwa (2008) poster bisa digunakan untuk kegiatan antibullying
sebagai media pengingat semua pihak untuk mengatasi bullying, pembentukan
dewan pengawasan sebagai strategi untuk meningkatkan pengawasan kaitanya
dengan program antibullying yaitu dengan parents counseling, penggunaan
kurikulum untuk eksplorasi ketrampilan, pengetahuan, pemahaman dan nilai-nilai
sehingga siswa dapat menghindari bullying, perbaikan lingkungan untuk daerah-
daerah rawan terjadinya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SD 1 Blunyahan
Bantul periode tahun ajaran 2016-2017 melalui pengisian koesioner dengan 20
siswa didapatkan data bahwa dari 15 siswa sudah pernah melakukan perilaku
bullying verbal terhadap temannya dan 5 siswa pernah melakukan perilaku
bullying fisik oleh teman sekelasnya. Siswa yang pernah melakukan perilaku
bullying tersebut tidak mendapatkan peringkat di kelasnya di lihat dari nilai rata-
rata semester ganjil dengan mata pelajaran yang di ujian nasionalkan (UN)
meliputi pelajaran MTK, IPA dan Bahasa Indonesia. 10 siswa mendapatkan nilai
rata-rata 74 sedangkan 7 siswa mendapatkan nilai rata-rata 77 sedangkan 3 siswa
mendapatkan nilai rata-rata 80.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti ingin
melakukan penelitian tentang Hubungan Perkembangan Kognitif Anak dengan
Perilaku bullying teman sebaya di SD 1 Blunyahan Bantul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan
pertanyaan yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
hubungan perkembangan kognitif anak dengan perilaku bullying teman sebaya di
SD 1 Blunyahan Bantul?
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan perkembangan kognitif anak dengan perilaku
bullying teman sebaya di SD 1 Blunyahan Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui perkembangan kognitif anak Sekolah Dasar di SD 1 Blunyahan
Bantul.
b. Diketahui perilaku bullying teman sebaya di SD 1 Blunyahan Bantul.
c. Diketahui keeratan hubungan perkembangan kognitif anak Sekolah Dasar
dengan perilaku bullying teman sebaya di SD 1 Blunyahan Bantul.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teori
Penelitian ini dapat memperkaya dan menambah ilmu pengetahuan
tentang perkembangan kognitif terkait dengan perilaku bullying dan dapat
menjadikan kajian ilmu keperawatan anak.
2. Manfaat secara praktis
a. Manfaat bagi siswa
Penelitian ini memberikan informasi kepada para siswa mengenai
perilaku bullying dan dampaknya sehingga siswa dapat mengendalikan
diri dengan baik dan menghindari perilaku bullying.
b. Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai data dasar untuk melakukan
penelitian selanjutnya. Penelitian yang berkesinambungan serta
berkelanjutan sangat diperlukan di bidang keperawatan, agar dapat
memberikan intervensi yang tepat untuk mengatasi permasalahan sesuai
dengan fenomena yang terjadi, terutama perkembangan kognitif anak dan
perilaku bullying.
c. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini memberikan informasi kepada sekolah dan guru tentang
perilaku bullying.
6
E. Keaslian Penelitian
1. Korua, Esron, Hendro (2015). Hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku
bullying pada Remaja SMK Negri 1 Manado”. Tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasi pola asuh orang tua dan perilaku bullying pada remaja SMK
Negeri 1 Manado dan untuk menganalisis hubungan pola asuh orang tua
dengan perilaku bullying pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian cross-sectional dan teknik pengambilan sampel dengan cara
purposive sampling sebanyak 48 responden. Data dikumpulkan menggunakan
lembar kuisioner pola asuh orang tua dan perilaku bullying. Hasil penelitian
ini menunjukkan terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan
perilaku bullying dengan hasil p= 0,006.
Persamaan dari penelitian ini adalah variabel terikat yaitu perilaku bullying
teman sebaya. Desain penelitiannya juga menggunakan cross sectional.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel bebasnya yaitu pola asuh
orang tua sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah perkembangan
kognitif anak. Perbedaan lainnya adalah teknik pengambilan sampel dan
subjek penelitian. Pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling dan subjeknya adalah pada siswa SMK N 1 Manado sedangkan
penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik Total Populasi dengan
subjek siswa kelas 5 di SD 1 Blunyahan Bantul.
2. Usman (2013). Kepribadian, komunikasi, kelompok teman sebaya, iklim
sekolah & perilaku bullying. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peranan
kepribadian, komunikasi, kelompok teman sebaya dari iklim sekolah terhadap
perilaku bullying pada siswa SMA di kota Gorontalo. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian pendekatan kuantitatif dengan responden
sebanyak 103 siwa. Data di kumpulkan melalui skala kepribadian, skala
komunikasi, skala pengaruh teman sebaya, skala perilaku bullying. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara
kepribadian, komunikasi interpersonal remaja dengan orang tua, peran
kelompok teman sebaya dan iklim sekolah terhadap perilaku bullying dengan
p<0,05
7
Persamaan dari penelitian ini adalah variabel terikat yaitu perilaku bullying
teman sebaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan
penelitian yang akan dilakukan menggunakan cross sectional.
Perbedaan dari penelitian ini adalah variabel bebas yaitu kepribadian,
komunikasi, kelompok teman sebaya, iklim sekolah sedangkan variabel
penelitian yang akan digunakan adalah perkembangan kognitif anak.
Perbedaan lainnya adalah teknik pengambilan sampel dan subjek pada
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan subjeknya adalah
siswa SMA di Kota Gorontalo sedangkan penelitian yang akan dilakukan
menggunakan total populasi dengan subjek siswa kelas 5 di SD 1 Blunyahan
Bantul.
3. Sari (2014). Hubungan kejadian verbal abuse orang tua terhadap anak dengan
perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah di kelurahan Tatok Dipo
Wilayah kerja puskesmas Guguk Panjang Bukittinggi. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan kejadian verbal abuse orang tua terhadap anak
dengan perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian cross sectional dengan responden sebanyak
67. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan menggunakan
kuesioner. Hasil penelitian ini p Value > 0,05 adalah p= 0,710 yaitu tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian verbal abuse orang tua
dengan perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah
Persamaan dari penelitian ini adalah variabel bebas yaitu perkembangan
kogntif anak. Desain penelitian juga menggunkan desain cross sectional.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel terikat yaitu kejadian verbal
abuse orang tua terhadap anak usia pra-sekolah sedangkan variabel penelitian
yang akan digunakan adalah perilaku bullying teman sebaya. Teknik
pengambilan sampel dan subjek pada penelitian ini menggunakan teknik
random sampling dan subjeknya adalah anak pra-sekolah sedangkan teknik
pengambilan sampel yang akan digunakan adalah total populasi dan subjek
penelitian yang akan digunakan adalah siswa kelas 5 di SD 1 Blunyahan
Bantul.
8
4. Pratama (2016). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying
Remaja Di SMP N 4 Gamping Sleman. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying remaja di
SMP N 4 Gamping Sleman. Penelitian ini menggunakan desain cross
sectional dengan menggunakan teknik simple random sampling dengan
jumlah 65 responden. Data dikumpulkan menggunakan lembar kuesioner
pola asuh orang tua dan perilaku bullying. Hasil penelitian ini menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku
bullying remaja di SMP N 4 Gamping Sleman.
Persamaan dari penelitian ini adalah variabel terikat yaitu perilaku bullying
remaja.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel bebasnya yaitu pola asuh
orang tua sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah perkembangan
kognitif anak. Perbedaan lainya yaitu pengambilan sampel dan subjek
penelitian. Pada penelitian ini menggunakan simpel random sampling dan
subjeknya adalah pada siswa SMP N 4 Gamping Sleman sedangkan
penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik total populasi dengan
subjek siswa kelas 5 di SD 1 Blunyahan Bantul.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SD 1 Blunyahan Bantul berdiri pada tanggal 01 Juli 1992, sekolah ini
terletak di Babadan, Pendowoharjo, Sewon, Bantul dengan luas tanah 132
m2. Sekolah ini berstatus negeri dengan jumlah guru adalah 16 guru,
sedangkan jumlah murid adalah 355 siswa yang terdiri dari 180 siswa laki-
laki dan 175 siswa perempuan. SD 1 Blunyahan Bantul mempunyai 11 ruang
kelas dengan fasilitas 1 ruang Laboratorium,1 ruang perpustakaan, lapangan
olah raga dan parkiran.
SD 1 Blunyahan sendiri memiliki tata tertib baik untuk siswa maupun
untuk guru. Setiap pelanggaran terhadap tata tertib yang ada akan dikenakan
sanksi sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Siswa yang bermasalah
akan ditangani oleh pihak-pihak yang telah ditentukan, antara lain oleh guru
wali kelasnya. Orangtua siswa setiap satu tahun sekali yaitu saat penerimaan
raport kenaikan kelas bertemu dengan pihak sekolah untuk membahas
masalah-masalah yang dihadapi siswa selama satu tahun dan menentukan
jalan keluar yang sesuai atau tepat. Siswa yang bermasalah dengan kasus
berat akan di panggil orangtuanya untuk bertemu dengan pihak sekolah
sedangkan untuk kasus yang ringan atau sedang akan diberi teguran lisan atau
surat peringatan.
Untuk denah lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai
berikut:
39
40
3. Perkembangan Kognitif
Hasil penelitian terhadap perkembangan kognitif dengan melihat
prestasi belajar nilai asli rata rata semester ganjil dengan mata pelajaran yang
di ujian nasionalkan (UN) meliputi IPA, MTK dan Bahasa Indonesia.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perkembangan Kognitif siswa di
SD 1 Blunyahan Bantul
Pada Bulan Juni 2017
Prestasi Belajar Frekuensi (n) Presentase (%)
Baik ≥ 75 25 40,3
Kurang < 75 37 59,7
Total 62 100,0
Sumber : data primer 2017
41
4. Perilaku Bullying
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui frekuensi
perilaku bullying pada siswa SD 1 Blunyahan Bantul adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 distribusi frekuensi perilaku bullying siswa SD 1
Blunyahan Bantul pada bulan Juni 2017
Perilaku Bullying Frekuensi (n) Presentase (%)
Bullying Rendah 21 33,9
Bullying Sedang 25 40,3
Bullying Tinggi 16 25,8
Total 62 100,0
Sumber : Data Primer 2017
B. PEMBAHASAN
1. Perkembangan kognitif anak di SD 1 Blunyahan Bantul
Hasil penelitian perkembangan kognitif anak di SD 1 Blunyahan
Bantul dengan melihat nilai rata-rata semester ganjil dengan mata pelajaran
yang di ujian nasionalkan (UN) meliputi MTK, IPA, dan Bahasa Indonesia.
Dari data karakteristik responden menunjukkan sebagian besar adalah
prestasi belajar dalam kategori buruk sebesar (59,7%). Penelitian ini sejalan
dengan Sukandar dan Solihin (2013) yaitu presentase yang paling banyak
adalah perkembangan kognitif dalam kategori kurang sebesar (76,8%) yang
ditunjukkan dengan z-score 45,01±13,2. Adapun faktor utama dalam
perkembangan kognitif ini berupa stimulasi/ asah karena tanpa stimulasi
anak tidak bisa berkembang dengan baik. Pada anak usia ini perlu banyak
pengetahuan dan pendidikan untuk mengasah daya pikir dan daya ingat.
Berdasarkan penelitian di SD 1 Blunyahan Bantul presentase anak paling
banyak yaitu berusia 11 tahun sebesar (66,1%). Sedangkan anak yang
berusia 10 tahun sebanyak (11,3%). Menurut teori Piaget (1981) bahwa
perkembangan kognitif pada tahap ini adalah tahap operasi kongkret usia 8-
11 tahun dimana pada tahap ini anak sudah dapat berfikir lebih luas atau
lebih menyeluruh dengan melihat unsur dalam waktu yang bersamaan dan
sudah dapat berfikir dengan baik. Pada tahap ini anak akan lebih terlihat
pada kemampuan kognitifnya di sekolahnya dengan melihat prestasi
belajarnya di kelas.
4. Keeratan Hubungan
Untuk mengetahui keeratan hubungan tersebut dilakukan dengan
melihat nilai koefisien korelasi. Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai
koefisien korelasi 0,588 menunjukkan keeratan hubungan antara
perkembangan kognitif anak dengan perilaku bullying teman sebaya siswa
SD 1 Blunyahan Bantul adalah sedang karena terletak pada rentang
koefisien korelasi 0,400-0,599. Nilai koefisien korelasi ini sejalan dengan
47
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mengalami berbagai keterbatasan dan kendala dalam
penelitian antara lain :
1. Dalam penelitian ini, menggunakan nilai murni rata-rata semester
ganjil siswa, sehingga tidak dapat mencerminkan prestasi belajar nilai
semester keseluruhan.
2. Penelitian ini memiliki kelemahan yaitu tidak meneliti faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku bullying meliputi pola asuh,
keharmonisan keluarga, faktor individu, dan lingkungan pergaulan.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan Hipotesa di terima yaitu ada
hubungan perkembangan kognitif anak dengan perilaku bullying teman
sebaya di SD 1 Blunyahan Bantul dengan (p-value < 0,001) .
1. Sebagian besar siswa di SD 1 Blunyahan Bantul mempunyai
perkembangan kognitif dengan melihat prestasi belajar di kelas yaitu
prestasi belajar kurang sebesar 59,7%.
2. Sebagian besar perilaku bullying dari siswa di SD 1 Blunyahan Bantul
termasuk perilaku bullying dengan intensitas sedang sebesar 40,3%.
3. Keeratan hubungan antara perkembangan kognitif anak dengan
perilaku bullying teman sebaya di SD 1 Blunyahan Bantul adalah
0,588 berarti memiliki hubungan yang sedang yaitu (0,400-0,599).
B. SARAN
1. Bagi siswa
Hendaknya bagi siswa meningkatkan pengetahuan mengenai bullying
bahwa bullying itu tidak hanya berupa penyerangan secara fisik, tetapi
juga secara lisan seperti mengejek sehingga dengan pengetahuan yang
dimiliki siswa dapat mengendalikan dan mengontrol diri dengan baik
dari perilaku bullying agar terwujud hubungan yang harmonis dalam
pergaulannya.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain
yang merupakan penyebab dari perilaku bullying sehingga dapat
digunakan sebagai data yang berkesinambungan serta berkelanjutan
agar dapat memberikan intervensi yang tepat untuk mengatasi
permasalahan sesuai dengan fenomena yang terjadi. Peneliti lain juga
dapat meneliti apakah perilaku bullying mempengaruhi proses tumbuh
kembang anak.
49
3. Bagi Sekolah
Pihak sekolah diharapkan dapat lebih meningkatkan pendidikan
tentang perilaku bullying yang akhir-akhir ini menjadi masalah serius
di bidang pendidikan. Pihak sekolah juga harus senantiasa memantau
dan mengontrol setiap perilaku negatif siswa agar tidak memberikan
dampak yang lebih buruk di kemudian hari dengan lebih mempertegas
peraturan-peraturan sekolah khususnya yang mengatur tentang
perilaku kekerasan di lingkungan sekolah.
50
DAFTAR PUSTAKA
Duffy. (2005), Stop Bullying: Memutus Rantai Kekerasan Anak Dan Prasekolah
Hingga SMU, Jakarta : Ikrar Mandiri Abdi.
Korua, Esron, Hendro. (2015), Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku
Bulliyng Pada Remaja SMK Negeri 1 Manado, E-journal Keperawatan,
Volume 3, No. 2, Hal 1-7.
Kusumawati, A. (2012). Kepemimpinan Dalam Perspektif Gender: Adakah
Perbedaan?, Jurnal Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya.
Marimbi, H. (2010), Tumbuh Kembang, Status Gizi, & Imunisasi Dasar Balita,
Yogyakarta : Nuha Medika.
Rigby,K. (2007), Bullying In Schools And What To Do About It, Acer Press,
Australia.
Sampson. (2012), Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengam Perilaku Bullying
Remaja, E-journal Keperawatan, Volume 5. No 2, Hal 1-12.
Santrock, J. (2011), Masa Perkembangan Anak. Edisi II Jilid 2, Hal 1-12, Jakarta :
Salemba Humanika, Jakarta.
Sari, K.(2014), Hubungan Kejadian Verbal Abuse Orang Tua Terhadap Anak
Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah Di Kelurahan
Tarok Di Wilayah Kerja Puskesmas Gumuk Panjang Bukittinggi, E
journal Keperawatan, Volume 5, No 2, Hal 1-12.
Setyawati Vilda. (2012), Peran Status Gizi Terhadap Kecerdasan Kognitif Pada
Masa Golden Age Period, E-journal Keperawatan.
Soetjiningsih. (2010), Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya, Jakarta :
Sagung Seto.
Wharton. (2005) , Bullying In Schools And What To Do About It, Acer Press,
Australia.
Wiyani, N.A. (2012), Save Our Chilldren From School Bullying, Jakarta :
Yogyakarta Ar-rus Media.
Wong. (2009), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1, Alih Bahasa Agus
Sutarna dkk, Jakarta : EGC.
53
LAMPIRAN
58
Dalam angket ini tidak ada jawaban yang benar atau salah sehingga bebas
memberikan jawaban sesuai dengan diri anda :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Jumlah Saudara :
Keterangan jawaban :
No Pernyataan SS S TS STS
membuatnya takut