Anda di halaman 1dari 16

PRE PLANNING PERLOMBAAN RT BERSIH DAN RUMAH SEHAT

DI RW 02 KELURAHAN TOBEK GODANG KECAMATAN TAMPAN


PEKANBARU

OLEH:
KELOMPOK II

Annisa Fauziah, S.Kep


Ayu Restu Amalia, S,Kep
Arif Wira Dinata, S.Kep
Dessy Dwiyani, S.Kep
Eka Tiara Sakina, S.Kep
Emmelia Christin, S.Kep
M. Agung Handalan, S.Kep
M . Fadil , S.Kep
May Ave Maria Tobing, S.Kep
Mia Mildani Jamil, S.Kep
M . Fauzan Azima, S.Kep
Nisa Marini Nabila, S.Kep
Padillah Ramadhan, S.Kep
Pegi Melati, S.Kep
Pratiwi Afriani Hamid, S.Kep
Sekarlia Alpriani, S.Kep
Tirta Mulyana, S.Kep
Tri Mai Rizki, S.Kep
Wantric Anggraini, S.Kep

PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS KELUARGA DAN GERONTIK


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
PRE PLANNING PERLOMBAAN RT BERSIH DAN RUMAH SEHAT
DI RW 02 KELURAHAN TOBEK GODANG
KECAMATAN TAMPAN
PEKANBARU
2019

A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan
makhluk hidup lainnya, serta pengembangan kehidupan keluarga (Vinna, 2010).
Lingkungan hidup nyaman serta kebersihan lingkungan merupakan hal teramat sangat
penting karena ini adalah salah satu cara untuk sehat maka perlu dijaga sebaik
mungkin.
Saat ini kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sudah mulai
berkurang. Terbukti dengan maraknya budaya membuang sampah sembarangan yang
dilakukan oleh sebagian besar masyarakat khususnya masyarakat di RW 02 Kelurahan
Tobekgodang. Lingkungan bersih ini dapat diartikan sebagai kondisi dari kawasan
bersih sehingga kawasan tersebut terbebas dari berbagai penyakit dan nyaman untuk
dihuni (Andini, 2011). Agar lingkungan di sekitar tempat tinggal bersih maka perlu
usaha bersama dalam mewujudkannya.
Lingkungan yang bersih tentunya akan menciptakan tempat tinggal yang nyaman
bagi setiap warga masyarakat, khususnya RW 02 Kelurahan Tobekgodang. Lomba RT
bersih dan rumah sehat akan memicu masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan
antar sesama masyarakat.
Lomba RT bersih merupakan perlombaan dari masing masing RT dari lingkungan
RW tersebut untuk bersama-sama membersihkan serta menciptakan lingkungan yang
nyaman bagi masyarakat khsususnya RW 02 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan
Tampan tersebut. Lomba RT bersih tersebut nantinya setelah diumumkan tentunya
akan diperlombakan kembali ditingkat lomba RW sehat dan perlombaan tersebut bisa
mencapai ditingkat nasional. Sedangkan untuk perlombaan rumah sehat dimana selama
perlombaan yang diadakan dari tanggal 16 Desember – 29 Desember rumah sehat
tersebut akan dilakukan pembinaan oleh mahasiswa profesi ners UNRI 2019 setiap 1
kali seminggu dimana perlombaan tersebut masing-masing RT terdapat 3 rumah sehat
dan semuanya berjumlah 18 rumah sehat. Perlombaan rumah sehat tersebut bertujuan
untuk menjadikan rumah sehat yang terpilih akan menjadikan contoh bagi rumah
lainnya di lingkungan masyarakat RW 02 Kelurahan Tobekgodang Kecamatan
Tampan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan perlombaan RT Bersih dan Rumah Sehat diharapkan masyarakat
RW 02 meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan lingkungan dan
mewujudkan rumah masyarakat menjadi rumah sehat.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan perlombaan diharapkan:
a. Masyarakat RW 02 menyadari akan pentingnya lingkungan yang bersih dan
rumah yang sehat
b. Masyarakat RW 02 mengetahui kriteria lingkungan yang bersih dan rumah
yang sehat
c. Meningkatkan kekompakan dan kerukunan antara RW, RT dengan warganya
dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mempraktikkan perilaku hidup sehat
dan bersih.
C. Rancangan Kegiatan.
1. Topik : Lomba RT Bersih dan Rumah Sehat
2. Peserta : Semua RT di RW 02 dan untuk rumah sehat 3
rumah di masing-masing RT
3. Metode : Pembinaan dan Observasi
4. Media dan alat :
 Pulpen
 Format Penilaian RT Bersih dan Rumah Sehat
5. Waktu dan Tempat : 16-29 Desember 2019
Waktu : kondisional
Tempat : Lingkungan RW 02 Kelurahan Tobekgodang
A. Konsep Lingkungan Bersih dan Sehat
1. Definisi
Lingkungan sehat adalah lingkungan yang mendukung terciptanya individu
warga yang sehat serta masyarakat yang sehat. Dalam kalimat lain, pengertian
lingkungan sehat adalah lingkungan yang terhindar dari hal – hal yang
menyebabkan gangguan kesehatan seperti limbah cair, limbah padat dan limbah
gas. Juga terhindar dari binatang – binatang pembawa bibit penyakit, zat kimia
berbahaya, polusi suara berlebihan serta hal – hal lain. Untuk mendapatkan dan
menerapkan pengertian lingkungan sehat, ada banyak aspek yang harus dipenuhi
dan selalu diperhatikan. Linkungan bersih merupakan dambaan semua orang.
Namun tidak mudah untuk menciptakan lingkungan kita bisa terlihat bersih dan
rapi sehingga nyaman untuk dilihat. Tidak jarang karena kesibukan dan berbagai
alasan lain, kita kurang memperhatikan masalah kebersihan lingkungan di sekitar
kita, terutama lingkungan rumah.
2. Manfaat Lingkungan Bersih
Ada banyak manfaat yang bisa dirasakan seseorang dengan menjaga
lingkungan mereka tetap terlihat bersih dan rapi. Lingkungan yang bersih akan
menjauhkan sumber-sumber penyakit untuk berkembang di sekitar kita. Hal itu
tentu berkaitan dengan kesehatan. Selain itu, dengan lingkungan yang bersih pula,
kita akan merasa nyaman dan betah untuk berada di rumah.
Sebenarnya bukan hanya terbatas pada lingkungan rumah, tapi juga
lingkungan sekitar tempatnya berada. Rumah memang menjadi bagian paling dekat
dari kehidupan manusia. Segala rencana serta persiapan hidup untuk masa depan,
senantiasa direncanakan di rumah secara persentase yang besar oleh manusia di
dunia ini.
Jadi, sudah selayaknya menjaga kebersihan serta kesehatan lingkungan
rumah menjadi tanggungjawab masing-masing individu. Meski faktor lain di luar
lingkungan rumah juga mempengaruhi kondisi kebersihan maupun kesehatan
tubuh, tapi lingkungan rumah termasuk paling inti dan pertama harus dijaga lebih
dulu. Lingkungan dengan kondisi bersih yang bebas dari timbunan sampah,juga
akan terhindar dari bencana seperti banjir pada musim hujan. Salah satu penyebab
banjir di berbagai wilayah adalah karena banyaknya sampah yang berserakan
sehingga menghambat aliran air. Hal ini merupakan salah satu perilaku buruk
seakan sudah menjadi budaya masyarakat lndonesia, khususnya di wilayah
perkotaan.
3. Aspek Lingkungan Bersih
a. Ketersediaan air minum yang bersih
Tidak bisa dipungkiri bahwa minum adalah kebutuhan paling pokok bagi
kita. Banyak cara dilakukan untuk mendapatkannya sekalipun harus ditebus
dengan berbagai cara.
Namun bukan sembarang air yang dibutuhkan untuk menunjang kesehatan.
Air yang diminum harus dipastikan terhindar dari hal – hal yang menyebabkan
penyakit. Air kotor, air terkontaminasi limbah, air tercampur zat kimia atau
pewarna, air yang tidak dimasak adalah contoh-contoh air yang tidak layak
untuk diminum karena dapat menjadi sebab timbulnya penyakit.

b. Makanan dan minuman yang menyehatkan


Salah satu faktor lingkungan sehat yang mendukung kesehatan individu
adalah ketersediaan makanan dan minuman yang menyehatkan. Pastikan
makanan dan minuman yang kita konsumsi bersama keluarga penuh nutrisi dan
terhindar dari penyebab penyakit. Tidak perlu mewah yang penting bersih dan
steril. Jangan jajan sembarangan di pinggir jalan. Jangan konsumsi makanan dan
minuman yang sudah basi atau sudah kedaluwarsa. Jangan konsumsi makanan
dan minuman yang tubuh kita tak bisa menerima karena alergi atau lainnya.

c. Pengelolaan air buangan


Sehari-hari kita tidak bisa terlepas dari kebutuhan air. Tidak hanya untuk
minum, air juga kita gunakan untuk kebutuhan mandi, cuci muka, cuci tangan,
bersih – bersih setelah buang hajat, mencuci peralatan dapur, mencuci pakaian,
mencuci kendaraan, menyiram tanaman. Selain itu ada lagi air yang tidak kita
sediakan di rumah tapi, selalu ada bila musim hujan datang yaitu air hujan yang
menyirami rumah kita.
Adanya berbagai aktifitas di atas yang tidak lepas dari air mengharuskan
kita memikirkan kemana air itu akan terbuang. Jika air buangan ini dibiarkan
menggenang di sekitar rumah, tentu sangat tidak bagus. Selain mengganggu
pemandangan, aroma tak sedap dari air buangan juga menjadi polusi tersendiri.
Belum lagi nanti menjadi sarang nyamuk dan penyakit. Usahakan air buangan
ini dialirkan ke tempat yang semestinya agar tidak menimbulkan berbagai
gangguan.

d. Pembuangan sampah padat


Sampah padat meliputi dua jenis sampah yaitu sampah organik dan non
organik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari alam seperti sayuran,
dedaunan, buah-buahan, sisa makan atau sisa-sisa makhluk hidup seperti kotoran
hewan, bangkai binatang dan sebagainya. Sampah organik, baik diolah atau
tidak akan terurai dan kembali ke alam karena sampah ini bisa membusuk.
Sampah non organik adalah sampah yang tidak bisa atau tidak mudah
membusuk seperti plastik, kaleng, kayu, batu dan sebagainya.
Karena perbedaan sifat antara keduanya, maka pengelolaan dan
pembuangannya pun berbeda. Sampah organik langsung bisa ditanam di dalam
tanah sehingga menjadi kompos. Untuk sampah non organik, jangan ditaman
begitu saja dalam tanah. Lebih baik dikumpulkan dalam wadah tersendiri,
kemudian dijual kalau memungkinkan. Kalau sudah tak punya nilai jual, lebih
baik dibakar sehingga yang tinggal hanyalah sisa-sisa pembakaran, bukan
sampah yang menumpuk.
e. Mengendalikan vektor atau serangga pengganggu
Vektor adalah istilah untuk serangga pengganggu atau serangga penular
penyakit. Ada banyak serangga yang dapat ditemukan di dalam rumah dan di
luar rumah kita seperti semut, lalat, nyamuk, kecoa, laba-laba dan sebagainya.
Kebanyakan dari mereka adalah penggangu bahkan membawa bibit penyakit.
Karena itu, perlu dilakukan upaya pengendalian. Jangan biarkan sisa – sisa
makanan bertebaran karena dapat mengundang semut – semut berdatangan.
Jangan biarkan air menggenang dalam waktu lama karena bisa jadi sarang
nyamuk. Jangan lupa bersihkan sudut – sudut ruangan agar tak dibangun sarang
laba-laba.
f. Hindarkan pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
Tak urung jika manusia makan dan minum, maka ada sisa olahan dalam
tubuh yang harus dikeluarkan yang disebut ekskreta. Ekskreta ini biasanya
berupa feses dan urine. Ekskreta manusia harus diatur sedemikian rupa
pembuangannya agar tidak menimbulkan pencemaran baik pencemaran tanah,
air tanah maupun udara.
g. Ketersediaan fasilitas MCK yang layak
Kebutuhan mandi, cuci dan buang air adalah suatu keharusan bagi
manusia. Dalam suatu lingkungan sehat, ketersediaan fasilitas yang layak untuk
ketiga hal tersebut merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Sekalipun tidak tiap
rumah memiliki fasilitas Mandi, Cuci, dan Kakus atau MCK, adanya MCK
umum bagi warga dirasa sudah cukup, apalagi jika masing – masing warga
memiliki fasilitas MCK di rumahnya, tentu saja lebih baik.
Fasilitas MCK yang layak meliputi bangunan yang layak dan tertutup, ada
air jernih yang selalu berganti baik itu berupa kran atau berupa bak, serta
pembuangan yang baik.
h. Menghindari pencemaran udara
Lingkungan sehat dan bersih selalu ditandai dengan kualitas udara yang
ada. Jika udara penuh polusi, itu menandakan bahwa kondisi lingkungan tidak
sehat. Kondisi udara rentan menimbulkan berbagai penyakit yang berhubungan
dengan pernafasan seperti influenza, bronkitis, ispa, paru – paru dan sebagainya.
Hindarkan juga lingkungan kita dari asap rokok karena barang yang satu
ini sudah terkenal sebagai penyebab berbagai macam penyakit. Terlebih jika
asap rokok terhirup oleh anak-anak dan balita. Salah satu hal yang bisa kita
lakukan untuk menjaga kualitas udara adalah menjaga agar lingkungan kita tetap
hijau oleh pepohonan dan tanaman. Biarkan mereka tumbuh rimbun dan
mengayomi. Jangan hanya karena ada pembangunan semua pepohonan dibabat
hingga habis tanpa ada penanaman baru.
i. Hindarkan lingkungan dari kebisingan
Bagaimanapun asri dan sejuknya lingkungan, kalau masih sering terdengar
suara bising bahkan memekakkan membuat lingkungan tidak lagi dikatakan
lingkungan sehat. Warga menjadi tidak nyaman dan tidak bisa konsentrasi
menjalani aktifitas sehari – hari. Upayakan tidak ada kesempatan buat hal – hal
yang menimbulkan kebisingan seperti membuat polisi tidur di jalanan agar tidak
dibuat kebut – kebutan pengendara motor.
Itulah pengertian lingkungan sehat serta beberapa aspek yang harus
diperhatikan dan dipenuhi. Bagaimanapun yang namanya lingkungan sehat tidak
terbentuk dengan sendirinya, harus ada upaya dari warga sendiri untuk
menjadikan lingkungannya menjadi lingkungan yang sehat.
B. Kriteria Rumah Sehat
Persyaratan kesehatan rumah tinggal telah ditentukan oleh Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor: 1077/Menkes/Per/V/2011. Sebaiknya, untuk menentukan sehat
tidaknya tempat tinggalmu, bisa melihat dari daftar persyaratan berikut ini.
1. Pengertian Rumah Sehat
Rumah merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan juga sebagai sarana pembinaan keluarga (Peraturan Menteri Kesehatan
RI No.1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam
Ruang). Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung/bernaung dan
tempat untuk beristirahat, sehingga dapat menumbuhkan kehidupan yang sempurna
baik fisik, rohani, maupun sosial.
2. Persyaratan Rumah Sehat
Menurut Kasjono (2011) rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis terdiri dari kecukupan cahaya yang masuk ke dalam
ruangan, ventilasi atau penghawaan yang baik, tidak adanya kebisingan yang
berlebihan, dan terdapat ruang bermain yang cukup bagi anak-anak.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis
Kebutuhan psikologis dari penghuni rumah yaitu rasa nyaman dan rasa
aman dari penghuni rumah.
c. Mencegah penularan penyakit
Pembangunan rumah harus memperhatikan faktor yang dapat menjadi
sumber penularan penyakit. Faktor tersebut meliputi penyediaan air bersih,
bebas dari serangga dan tikus, pengelolaan sampah yang benar, pengelolaan
limbah dan tinja yang benar.
d. Mencegah terjadinya kecelakaan
Rumah sehat harus dapat mencegah atau mengurangi risiko terjadinya
kecelakaan seperti jatuh, terkena benda tajam, keracunan, bahaya kebakaran, dan
lain-lain.
C. Persyaratan kesehatan rumah tinggal telah ditentukan oleh PERMENKES
No.1077/Menkes/Per/V/2011 
1. Bahan Bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan bangunan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut:
1) Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3
2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam
3) Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:
a.  Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b.  Dinding:
1) Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk
pengaturan sirkulasi udara
2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir
e.  Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain
anak
f.  Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan yang langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux, dan tidak menyilaukan.
4. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut:
a) Suhu udara nyaman berkisar 18°C sampai dengan 30°C
b) Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
c) Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d) Pertukaran udara ("air exchange rate") 5 kaki kubik per menit per penghuni
e) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
f) Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas
lantai.
6. Binatang Penular Penyakit
Tidak ada tikus bersarang di dalam rumah.
7. Air
a) Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang
b) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air
minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman
9. Limbah
a) Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan bumi
b) Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap
permukaan tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
 Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang
tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
C. Aspek Fisologis Rumah
1. Kondisi Lantai
Lantai adalah penutup permukaan tanah dalam ruangan dan sekitar rumah.
Sifat dan jenis bahan serta teknik pemasangan yang kurang baik menyebabkan lantai
tidak berfungsi dengan maksimal sesuai dengan kebutuhan ruang. Lantai yang tidak
sesuai dengan kebutuhan ruangannya dapat menimbulkan kecelakaan kerja
(Surowiyono, 2004). Lantai yang baik berasal dari ubin maupun semen, namun untuk
masyarakat ekonomi menengah ke bawah cukup tanah yang dipadatkan, dengan
syarat tidak berdebu pada saat musim kemarau dan tidak basah pada saat musim
hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat dan basah dapat ditempuh dengan
menyiramkan air kemudian dipadatkan dengan benda-benda berat dan dilakukan
berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang dari penyakit
(Notoatmodjo, 2007).
2. Kondisi Dinding
Dinding merupakan penyekat atau pembatas ruang, selain sebagai penyekat
ruang dinding dapat berfungsi juga sebagai komponen kontruksi yang disebut
dinding kontruksi. Dinding kontruksi tidak hanya berfungsi sebagai penyekat ruang
namun juga sebagai tumpuan bahan konstruksi yang ada di atasnya (Surowiyono,
2004).
Tembok merupakan salah satu dinding yang baik namun untuk daerah topis
sebenarnya kurang cocok karena apabila ventilasinya tidak cukup akan membuat
pertukaran udara tidak optimal. Untuk masyarakat desa sebaiknya membangun
rumah dari dinding papan sehingga meskipun tidak terdapat jendela udara dapat
bertukar melalui celah-celah papan, selain itu celah tersebut dapat membantu
penerangan alami (Notoatmodjo, 2007).
3. Kondisi Atap
Genteng adalah atap rumah yang cocok digunakan untuk daerah tropis namun
dapat juga menggunakan atap rumbai ataupun daun kelapa. Atap seng ataupun asbes
tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu panas
di dalam rumah (Notoatmodjo, 2007).
Pada bagian atap biasanya terpasang langit-langit rumah. Langit-langit atau
plafon merupakan penutup atau penyekat bagian atas ruang. Langit-langit dapat
berfungsi sebagai penyekat panas dan bagian atas bangunan agar tidak masuk ke
dalam ruangan. Fungsi lain dari langit-langit adalah untuk mengatur pencahayaan di
dalam ruangan, mengatur tata suara, dan menjadi elemen dekorasi ruangan
(Surowiyono, 2004).
4. Pencahayaan
Menurut Permenkes RI No.1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman
Penyehatan Udara dalam Ruang, pencahayaan alami dan buatan langsung maupun
tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas minimal 60 lux.
Sinar matahari sangat dibutuhkan agar kamar tidur tidak menjadi lembab, dan
dinding kamar tidur menjadi tidak berjamur akibat bakteri atau kuman yang masuk
ke dalam kamar. Semakin banyak sinar matahari yang masuk semakin baik.
Sebaiknya jendela ruangan dibuka pada pagi hari antara jam 6 dan jam 8 (Don, WS,
2004).
Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari
dapat memicu berkembangnya bibit-bibit penyakit, namun bila cahaya yang masuk
ke dalam rumah terlalu banyak dapat menyebabkan silau dan merusak mata
(Notoatmodjo, 2007). Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
a. Cahaya alamiah
Cahaya alamiah berasal dari cahaya matahari. Cahaya ini sangat penting
karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah. Rumah yang sehat
harus mempunyai jalan masuk cahaya (jendela) luas sekurang-kurangnya 15%
hingga 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam rumah tersebut. Usahakan
cahaya yang masuk tidak terhalang oleh bangunan maupun benda lainnya.
b. Cahaya buatan
Cahaya buatan didapatkan dengan menggunakan sumber cahaya bukan
alami, seperti lampu minyak, listrik, dan sebagainya.
5. Suhu
Suhu ruangan sangat dipengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan udara,
kelembaban udara, suhu benda-benda yang ada di sekitarnya (Chandra, 2007).
Menurut Permenkes RI No. 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan
Udara dalam Ruang, menyebutkan suhu ruang yang nyaman berkisar antara 18-
300C. Sebaiknya suhu udara dalam ruang lebih rendah 4 0C dari suhu udara luar
untuk daerah tropis (Kasjono, 2011). Sebagian besar bakteri akan mati pada suhu
pemanasan 80-90 0C kecuali bakteri yang memiliki spora. Pada suhu 40-50 0C atau
10-20 0C bakteri hanya akan mengalami perlambatan pertumbuhan. Pertumbuhan
optimal bakteri pada suhu 20-400C (Widoyono, 2008).
6. Kelembaban
Kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan
pertumbuhan mikroorganisme yang mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan
manusia. aliran udara yang lancar dapat mengurangi kelembaban dalam ruangan
(Macfoedz, 2008). Kelembaban yang tinggi merupakan media yang baik untuk
bakteri-bakteri patogen penyebab penyakit (Notoatmodjo, 2007). Menurut
Permenkes RI No. 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara
dalam Ruang menyebutkan kelembaban ruang yang nyaman berkisar antara 40-
60%.
7. Ventilasi
Ventilasi rumah memiliki banyak fungsi. Fungsi pertama untuk menjaga agar
aliran udara dalam rumah tetap segar sehingga keseimbangan Oksigen (O 2) yang
diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya ventilasi ruangan akan
menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah dan kadar Karbon dioksida (CO 2) yang
bersifat racun bagi penghuni menjadi meningkat. Fungsi kedua untuk membebaskan
udara ruang dari bakteri patogen karena akan terjadi aliran udara yang terus
menerus. Fungsi ketiga untuk menjaga kelembaban udara tetap optimum
(Notoatmodjo, 2007).
Aliran udara di dalam ruangan dapat membawa keluar kotoran dan debu-debu
yang bisa ditempeli penyakit (Machfoedz, 2008). Menurut Permenkes RI No.
1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang
menyebutkan rumah harus dilengkapi dengan ventilasi minimal 10% luas lantai
dengan sistem ventilasi silang.
8. Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian dalam rumah menurut Kasjono (2011) satu orang minimal
menempati luas rumah 9 m2 agar dapat mencegah penularan penyakit termasuk
penularan penyakit ISPA dan juga dapat melancarkan aktivitas di dalamnya.
Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi udara di
dalam rumah (Maryunani, 2010).
Luas lantai bangunan rumah yang sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya dapat
menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini menjadikan rumah tidak sehat,
selain menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu keluarga terkena
penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain
(Notoatmodjo, 2007).
Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akan
mempunyai dampak kurangnya oksigen dalam ruangan sehingga daya tahan tubuh
penghuninya menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit saluran pernafasan
seperti ISPA. Ruangan yang sempit akan membuat sesak nafas dan mudah tertular
penyakit oleh anggota keluarga yang lain. Kepadatan hunian akan meningkatkan
suhu ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang akan
meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernafasan (Isnaeni, 2013).
INSTRUMENT PENILAIAN RT SEHAT
KELURAHAN TOBEKGODANG RW 02
TAHUN 2019
INSTRUMEN PENILAIAN NILAI Kriteria Penilaian NILAI
Baik : Baik :
60 -100 Kondisi Jalan sudah Semenisasi

1. Jalan Kurang Kurang Baik :


baik: Kondisi Jalan Pengerasan / jalan setapak
10 - 50 tanah

Baik : Baik :
60 -100 Terdapat Lampu Jalan dan dalam kondisi
Baik / Menyala serta jumlahnya mencukupi
kebutuhan
2. Peneranngan Lampu
Jalan
Kurang Kurang Baik :
baik: Tidak terdapat Lampu Jalan , ada lampu jalan
10 - 50 namun dalam kondisi Mati serta jumlahnya
tidak mencukupi kebutuhan
Baik : Baik :
60 -100 Bersih, Air tidak berasa, Tidak berbau dan
tidak keruh, PDAM
3. Sumber Air
Kurang baik Kurang Baik :
: Kotor, berasa dan berbau
10 - 50 Sumur Bor, Kolam, air Hujan

Baik : Baik :
60 -100 Terdapat fasilitas MCK yang BAIK di setiap
rumah
Kurang baik
4. MCK
: Kurang baik :
10 - 50 Tidak ada fasilitas MCK yang BAIK di setiap
rumah / masih menggunakan MCK secara
Tradisional
Baik : Baik :
60 -100 Ada tanaman peneduh di sekitar
Rumah/lingkungan, Halaman Bersih
5. Pemanfaatan
Halaman Kurang baik Kurang Baik :
: Tidak ada atau kurang tanaman peneduh di
10 - 50 sekitar Rumah/lingkungan, halaman dalam
kondisi kotor
6. Kebersihan Baik : Baik :
60 -100 Bebas dari kotoran, termasuk di antaranya
debu, sampah, dan bau.

Kurang baik Kurang Baik :


: Kotor, berdebu dan banyak sampah
10 - 50
Baik : Baik :
60 -100 Terdapat tempat pembuangan sampah,
Dibuang di tempat yang telah disediakan
(TPS, Lubang pembuangan, dll)
7. Pembuangan Sampah
Kurang Kurang Baik :
baik: Tidak terdapat tempat pembuangan sampah,
10 - 50 Dibuang disembarangan tempat (di sungai, di
rawa, dibakar, Dll)
Baik : Baik :
60 -100 Bersih, saluran air lancar, dan tidak bau
8. Drainase (SPAL)
Kurang Kurang Baik :
baik: Tidak bersih saluran air mampet dan bau
10 – 50
Baik : Baik :
60 – 100 Terdapat Pos Ronda beserta fasilitasnya dan
9. Pos Ronda dalam keadaan terawat

Kurang Baik Kurang Baik :


: Tidak ada Pos Ronda beserta fasilitasnya,
10 - 50 Ada tapi tidak terawatt fasilitasnya.

JUMLAH

DAFTAR PUSTAKA

Diah Nur. 2013. Hubungan Kepadatan Penghuni, Luas Ventilasi, dan Intensitas Cahaya
dengan Kejadian Penyakit ISPA pada Rumah Warga di Kelurahan
Pringgokusuman Gedongtengen Yogyakarta Tahun 2013. Yogyakarta : KTI JKL
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Tidak diterbitkan.
Kasjono, Heru Subaris. 2011. Penyehatan Pemukiman. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Machfoedz, Ircham. 2008. Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit. Yogyakarta:
Fitramaya.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
Surowiyono, Tutu TW. 2004. Merawat dan Memperbaiki Rumah Anda. Jakarta: Restu
Agung.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
WS, Don. 2004. Kamar Tidur Sehat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai