Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional psikologis, dan sosial

yang telihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping

yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (videbeck, 2008).

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan

di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35

juta orang terkena depresi, 60 juta orang tergena bipolar, serta 47,5 juta terkena

dimensia.

Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental

emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk

usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk

Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai

sekitar 400 ribu orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Sehingga kesehatan

jiwa ini sangat penting untuk diperhatikan, hal itu dikarenakan penderita gangguan

jiwa tidak mempunyai kemampuan untuk menilai realitas. Tanda dan gejala yang

ditunjukkan oleh penderita gangguan jiwa antara lain: gangguan kognitif,

gangguan kesadaran, gangguan emosi, gangguan berpikir, dan gangguan proses

pikir (Nasir, 2011).

Persepsi adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang tersebut

disadari dan dimengerti penginderaan/sensasi. Gangguan persepsi adalah


ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari

sumber internal (pikiran, perasaan) dan stimulus eksternal.

Halusinasi adalah respons yang salah terhadap rangsang dari luar yang

objeknya tidak nyata. Halusinasi dapat berupa pendengaran, penglihatan,

penciuman, perabaan dan pengecapan. Menurut Prabowo, 2014 halusinasi adalah

gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang

sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indera tanpa adanya rangsangan

dari luar, suatu penghayatan yang dialami, suatu persepsi melalui panca indera

tanpa stimulus eksteren atau persepsi palsu.

Halusinasi terjadi karena

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran penerapan pemberian asuhan

keperawatan jiwa pada pasien dengan masalah utama gangguan proses

gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran di ruang Rokan Rumah

Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah utama gangguan

sensori persepsi: halusinasi pendengaran

b. Membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah utama

gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

c. Melakukan intervensi keperawatan kepada pasien dengan masalah utama

gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran


d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah utama

gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah

utama gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah

utama gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

g. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang

didapatkan.

C. Manfaat

1. Bagi Pasien

Hasil makalah ini dapat digunakan untuk aplikasi kepada penderita

agar mempercepat penyembuhan.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Hasil makalah dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

mengambil keputusan atau kebijaksanaan untuk mengatasi masalah-masalah

yang berkaitan dengan kejiwaan khususnya dalam memberikan tindakan

pada pasien dengan masalah utama gangguan sensori persepsi: halusinasi

pendengaran.

3. Bagi Profesi Keperawatan


Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan

khususnya tentang asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan masalah

utama gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran.

4. Bagi Kelompok

Hasil makalah ini dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan

mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien

dengan masalah utama gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

Anda mungkin juga menyukai