Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia selalu beresiko mengalami luka, luka yang terjadi dapat
diakibatkan dari tindakan kesengajaan seperti oprasi bedah dan dapat juga
diakibatkan dari tindakan yang tidak sengaja atau disebut kecelakaan. Kecelakaan
yang menyebabkan luka dapat berupa luka gigit, luka lecet, luka iris, luka memar,
dan luka bakar. Dalam bidang kesehatan bahan kimia lebih banyak digunakan oleh
masyarakat dibandingkan obat tradisional, karna zat kimia yang digunakan dapat
mempercepat proses penyembuhan penyakit atau luka, akan tetapi tidak ada bahan
kimia yang ideal dalam pengobatan (Chatim, 1988). Ketika zat kimia masuk
kedalam tubuh dan digunakan terus-menerus, zat kimia tersebut menjadi racun bagi
tubuh dan dapat merusak fungsi ginjal sehingga terjadi penumpukan racun dalam
tubuh. Jaringan yang terpapar zat kimia terus-menerus akan rusak, karna zat
tersebut dapat mendenaturasi protein sehingga membran-membran sel akan rusak
dan jaringan akan menghasilkan sel yang abnormal (Zaetun, 2014). Alternatif
pemecahan masalah ini adalah dengan memanfaatkan obat tradisional yang tidak
memiliki efek samping berbahaya dan bahannya bersumber dari tumbuhan, hewan,
dan mineral yang ada di sekitar tempat tinggal masyarakat. Dalam usaha untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat di bidang pengobatan, pemerintah Indonesia
berusaha untuk membudayakan penggunaan obat tradisional (Unsri, 2008).
Indonesia merupakan salah satu negara pengguna tumbuhan obat terbesar
di dunia bersama negara lain di Asia, seperti Cina dan India. Pemanfaatan tanaman
sebagai obat-obatan juga telah berlangsung ribuan tahun yang lalu, namun
penggunaannya belum terdokumentasi dengan baik (Widiaja dkk, 2014). Wilayah
Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan, 7.000 di antaranya memiliki
khasiat sebagai obat, dan sebanyak 2.500 jenis diantaranya merupakan tanaman
obat (Murdopo, 2014). Obat tradisional merupakan salah satu potensi pembangunan
dibidang kesehatan, sehingga keberadaannya perlu digali, diteliti, dikembangkan,
dan dimanfaatkan dalam rangka peningkatan pelayanan di bidang kesehatan.

1
2

Peningkatan pemanfaatan obat taradisional menyebabkan terjadinya peningkatan


kebutuhan akan bahan baku obat-obatan, sebagian besar bahan baku obat
tradisional berasal dari tumbuh-tumbuhan ( Rukmana, 2003).
Pada tumbuhan terdapat senyawa organik bahan alam yang merupakan
senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder
adalah senyawa yang terdapat pada tumbuhan, mikroba, dan hewan. Senyawa ini
terdapat secara merata dan ditemukan dalam jumlah sedikit. Metabolit sekunder ini
memiliki aktivitas farmakologi dan biologi, dibidang farmasi secara khusus zat aktif
ini dapat digunakan sebagai bahan obat (Saefudin, 2014). Berbagai jenis tumbuhan
senyawa metabolik sekunder, seperti alkaloid, flavanoid, steroid, trepenoid,
saponin, dan lain-lain. Umumnya senyawa tersebut terdapat pada semua organ
tumbuhan yang terdiri dari daun, akar, batang, kulit, buah, bunga, biji (Media, 2008)
salah satu tumbuhan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah daun
babadotan.
Babadotan yang sering disebut dengan nama ilmiah (Ageratum Conizoides
L.) berasal dari Amerika Tropis. Senyawa kimia yang terdapat pada tanaman ini
adalah asam amino, tanin, stigmasterol, friedelin, sulfur, potassium, klorida, pectic
substance, agaretochromane, β-sitoserol, flavonoid, dan polifenol (Media, 2008).
Flavonoid yang terdapat pada daun babadotan (Ageratum Conizoides L.) dapat
meningkatkan fungsi trombosit, dimana fungsi trombosit dalam tubuh dapat
menghentikan pendarahan akibat pecahnya pembuluh darah (Soegijanto, 2006).
Sedangkan tanin mampu mengendapkan protein-protein darah sekaligus
mengerutkan jaringan pada pendarahan yang sempit sehingga berfungsi sebagai
hemostatis dan pembekuan darah (Rosmiati & Vincent 1995).
Pada saat terjadi luka atau pendarahan daun babadotan dapat dimanfaatkan
untuk hemostatis. Hemostatis merupakan proses metabolisme tubuh untuk
menghentikan pendarahan. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses
hemostatis adalah pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan darah
(Setiabudy, 2012).
Pemeriksaan pembekuan darah dilakukan sebelum operasi, beberapa kasus
membutuhkan pemeriksaan pembekuan darah untuk semua penderita pre operasi,
3

tetapi ada juga membatasi hanya pada penderita dengan riwayat gangguan
pembekuan darah (Setiabudy, 2012). Mekanisme daun babadotan (Ageratum
Conyzoide L.) terhadap pemeriksaan Bleeding Time adalah dapat memperpendek
masa pendarahan, ketika zat flavonoid masuk ke dalam aliran darah yang rusak, zat
tersebut dapat mengerutkan pembuluh darah, dengan cara menyempitkan diameter
pembuluh darah sehingga dapat mengurangi aliran darah pada pemeriksaan
Bleeding Time (Sutopo, 2016).
Menurut penelitian Melisa (2017) senyawa aktif daun babadotan (Ageratum
Conyzoides L.) dapat menyembuhkan luka, diakibatkan karna aktivitas zat
flavonoid yang terkandung dalam tanaman babadotan memiliki efek antioksidan
dan aktivitas penyembuhan. Selain itu tanaman babadotan memiliki efek
antimikroba, serta dapat membuat area luka bebas dari mikroba yang akibatnya
dapat meningkatkan pula efek penyembuhan lukanya (Sukmawan, 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin melakukan penelitian yang
berjudul ” Perbandingan Hasil Pemeriksaan Bleeding Time Diberikan Perasan Daun
Babadotan (Ageratum Conyzoides L.) Dan Tidak Diberikan Perasan Daun
Babadotan (Ageratum Conyzoides L.)”.

1.2 Identifikasi Masalah


Dalam bidang kesehatan zat kimia seperti betadin lebih banyak digunakan
dibandingkan obat trasidional, ketika zat kimia digunakan terus-menerus jaringan
tersebut akan rusak, karna zat tersebut dapat mendenaturasi protein sehingga
membran-membran sel akan rusak dan jaringan akan menghasilkan sel yang
abnormal. Banyak penelitian mengembangkan obat tradisional sebagai obat
alternatif, salah satunya daun babadotan (Ageratum Conyzoides L.) yang dapat
dimanfaatkan masyarakat sebagai obat herbal, dan digunakan sebagai salah satu
obat alternatif dalam menyembuhkan luka, karna didalam tumbuhan tersebut
megandung zat aktif seperti tanin dan flavonoid.
4

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui perbandingan nilai Bleeding Time antara penambahan
perasan daun babadotan (Ageratum Conizoides L.) dan tidak ditambahkan
perasan daun babadotan terhadap Bleeding Time.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perasan daun babadotan (Ageratum
Conyzoides L.) terhadap Bleeding Time.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.2 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan nilai Bleeding Time antara penambahan
perasan daun babadotan (Ageratum Conizoides L.) dan tanpa ditambahkan perasan
daun babadotan terhadap Bleeding Time.
1.4. 2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengaruh penambahan perasan daun babadotan
(Ageratum Conizoides L. ) terhadap Bleeding Time.

1.5 Hipotesis penelitian


Terdapat perbandingan nilai yang diberikan perasan daun babadotan
(Ageratum Conyzoides L.), terhadap pemeriksaan Bleeding Time.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Memberi informasi kepada masyarakat bahwa tumbuhan babadotan
(Ageratum Conyzoides L.) ini mengandung senyawa aktif serta dapat digunakan
sebagai objek alternatif untuk mengentikan pendarahan pada luka.
1.6.2 Manfaat Praktis
Bagi mahasiswa dapat menambah referensi bahwa penambahan perasan
daun babadotan memberi pengaruh terhadap hasil pemeriksaan Bleeding Time.

Anda mungkin juga menyukai