Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS KUALITAS AIR PADA AREA PENAMBANGAN

KECAMATAN KABAENA TIMUR KABUPATEN


BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PROPOSAL

HARIADIN
09320120122

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

HARIADIN
093 2012 O122

ANALISIS KUALITAS AIR PADA AREA PENAMBANGAN


KECAMATAN KABAENA TIMUR KABUPATEN
BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik (S-1)
pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia

Disetujui Oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Alfian Nawir, ST., MT., IPP. Ir. Firman Nullah Yusuf, ST., MT., IPP.
NIPS. 109 10 0891 NIPS. 109 10 1032

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan FTI UMI

Ir. Firman Nullah Yusuf, ST., MT., IPP.


NIPS. 109 10 103
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, karunia dan
nikmat yang diberikan kepada kita baik itu berupa nikmat keislaman, nikmat
kesehatan serta nikmat kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
tugas akhir yang berjudul “Analisis Kualitas Air Daerah Bekas Tambang Bijih
Besi Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan” yang
kemudian menjadi salah satu bukti telah melaksanakan penelitian tugas akhir dan
syarat kelulusan untuk mata kuliah tugas akhir serta syarat untuk menyelesaikan
program studi strata satu (S1) pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, ST., MT., IPP. selaku Ketua Program Teknik
Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
2. Ibu Ir. Nurliah Jafar, ST., MT., IPP. selaku pembimbing satu dalam penelitian
tugas akhir.
3. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, ST., MT., IPP. selaku pembimbing dua dalam
penelitian tugas akhir.
4. Dosen Program Studi Teknik Pertambangan yang telah mendampingi,
membimbing dan membantu dalam penelitian tugas akhir.
5. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan doa, materi dan moral.
6. Teman-teman Mahasiswa Teknik Pertambangan Angkatan 2015 Universitas
Muslim Indonesia yang selalu setia membantu baik dalam suka maupun duka.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari
titik kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dukungan dan
partisipasinya berupa kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.
Billahi Taufik Walhidayah, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Makassar, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
SARI .............................................................................................................. iii
ABSTRACT .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah .................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 2
1.5. Alat dan Bahan ....................................................................................... 2
1.6. Lokasi Daerah Penelitian ....................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Air ..................................................................................... 5
2.2. Kualitas Air ............................................................................................. 6
2.3. Pencemaran Air ...................................................................................... 7
2.4. Parameter Kimia Fisika Perairan ............................................................ 8
2.5 Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet ................................. 13
BAB III TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tahap Pendahuluan ................................................................................ 15
3.2. Tahap PengambilanData ......................................................................... 15
3.3. Tahap Pengolahan Data .......................................................................... 15
3.4. Tahap Penulisan Laporan Tugas Akhir .................................................. 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil ....................................................................................................... 19
4.2. Pembahasan ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 33
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 Peta lokasi peneliitian............................................................................. 4
3.1 Diagram alir metode penelitian ............................................................. 18
4.1 Grafik nilai TSS uji laboratorium sampel air 1 sampai 3................... 20
4.2 Grafik nilai TDS uji laboratorium sampel air 1 sampai 3 ................... 21
4.3 Grafik nilai pH uji laboratorium sampel air 1 sampai 3........................ 22
4.4 Grafik nilai tembaga (Cu) pada setiap sampel air ................................ 24
4.5 Grafik nilai konsentrasi seng (Zn) pada setiap sampel air .................. 25
4.6 Grafik nilai konsentrasi timbal (Pb) pada setiap sampel air ................ 26
4.7 Grafik nilai konsentrasi nikel (Ni) pada setiap sampel air ................... 27
4.8 Nilai konsentrasi krom heksavalen pada setiap sampel air ................. 28
4.9 Grafik nilai konsentrasi besi (Fe) pada setiap sampel air .................. 29
4.10 Grafik nilai konsentrasi mangan (Mn) pada setiap sampel air ........... 30
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air.................... 14
2.2. Status mutu kualitas air bagi peruntukan kelas iv ....................................... 15
4.1. Kualitas dibanding dengan baku mutu PERMEN-LH No.21/2009 ..... 19
4.2. Hasil uji laboratorium unsur logam pada sampel air 1 sampai 3 ............ 23
4.3. Penentuan skor mutu air .......................................................................... 31
4.4. Penentuan kelas mutu air berdasarkan skor ............................................ 31
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya fungsi air bagi masyarakat dan makhluk hidup lainnya
sangatlah penting, sehingga keberadaan sumber air harus tetap dijaga baik secara
kuantitas maupun kualitas. Sungai adalah salah satu sumber air baku untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Namun, berdasarkan pantauan
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (LH RI) tahun 2014, sebanyak
75% sungai di Indonesia tercemar berat akibat buangan air limbah rumah tangga. Hal
ini terjadi akibat sistem buangan air limbah yang tergolong buruk.Saluran
Pembuangan Air Limbah (SPAL), dan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL),
serta kepemilikan jamban pada masyarakat sekitar yang kurang memadai
mengakibatkan kualitas air sungai menurun. Penurunan kualitas air merupakan
akibat dan aktivitas manusia yang tidak peduli terhadap lingkungan dan tidak
mengindahkan kaidah pembangunan berkelanjutan.
Pesatnya perkembangan industri saat ini menunjukkan suatu kemajuan yang
sangat berarti bagi perkembangan perekonomian bangsa Indonesia, namun dampak
yang timbul dari aktivitas industri tersebut adalah masalah limbah. Masalah inilah
yang pada akhir-akhir ini mendapat perhatian dari pemerintah atau badan lingkungan
hidup nasional dan internasional. Oleh karena itu, usaha pencegahan dan penanganan
semestinya direncanakan secara matang sejak awal.
Pelestarian fungsi air perlu dilakukan untuk menjaga kualitas air, sehinggga perlu
adanya pengoptimalan dalam pemanfaatan terhadap air limbah bagi kegiatan
penambangan bijih besi, agar air yang ada di kolam tersebut terjaga kualitas dan
mutu baku air sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk
mengoptimalkan fungsi air perlu adanya pemantauan yang rutin dan berkelanjutan
dalam pengelolaan air yang ada di bekas penambangan serta pengendalian
pencemaran yang akan merusak kualitas air dengan memperhatikan terhadap
keseimbangan lingkungan sekitar. Pemantauan yang rutin dan berkelanjutan ini juga
sangat berperan penting dalam menjaga kualitas dan mutu air limbah sehingga
apabila ada indikasi air tercemar maka penangan untuk meningkatkatkan kembali
kualitas dan mutu air limbah dapat di lakukan dengan cepat dan tepat sebelum
mempengaruhi bahkan merusak lingkungan yang lain. Selain itu informasi mengenai
status mutu serta baku mutu air limbah bagi kegiatan penambangan bijih besi juga
sangat berperan penting untuk masyarakat di sekitaran sehingga pemanfaatan dari air
sesuai dengan sebagai mana mestinya.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah menganalisis kualitas air pada daerah bekas
tambang bijih di Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan.
1.2.2 Tujuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui status mutu kualitas air dan nilai
skor berdasarkan Metode Storet.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian yakni mengetahui seberapa besar


kerusakan lingkungan berdasarkan pengujian kualitas air di Desa Kahu kecamatan
Bontocani Kabupaten Bone Sulawesi Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:


Bahan informasi dan masukan bagi masyarakat mengenai pencemaran air
pada daerah bekas tambang bijih besi di Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone
Provinsi Sulawesi Selatan.

1.5 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah:
1. Alat tulis menulis;
2. Kamera handphone;
3. Laptop;
4. Gps (global positioning system);
5. Kompas;
6. pH meter;
7. Botol sampel;
1.6 Lokasi Dan Kesampaian Daerah

Lokasi penelitian berada di Desa Kahu Kecamatan Bontocani Kabupaten


Bone Provinsi Sulawesi Selatan,terletak pada koordinat 5˚01’23,5” LS dan
120˚04’12.0” BT ditempuh dari Kota Makassar kurang lebih selama 6 jam 30 menit
dengan jarak 260 km dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Peta tunjuk lokasi dapat dilihat pada Gambar 3.1.mmslknlklkaslkasknlkasnlka
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Air

Air merupakan sumberdaya alam yang berlimpah di muka bumi, menutupi


sekitar 71% dari permukaan bumi. Secara keseluruhan air di muka bumi, sekitar 98%
terdapat di Samudera dan laut dan hanya 2% yang merupakan air tawar yang terdapat di
sungai, danau dan bawah tanah. Diantara air tawar yang ada tersebut, 87% diantaranya
berbentuk es, 12% terdapat di dalam tanah, dan sisanya sebesar 1% terdapat di danau
dan sungai. Selain berlimpah keberadaannya di muka bumi, airpun memiliki
karakteristik yang khas (Effendi, 2003). Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0ºC (32o F) – 100ºC, air
berwujud cair. Suhu 0ºC merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100ºC
merupakan titik didih (boiling point) air.
b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpanan panas yang sangat baik. Perubahan suhu air yang lambat mencegah
terjadinya strees pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang medadak
dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga
menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.
c. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan
energi panas dalam jumlah besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi
cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini
merupakan salah satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat.
Sifat ini juga merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya
penyebaran panas secara baik di bumi.

d. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa
kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit,
sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter. Sifat
ini memungkinkan unsur hara terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk
hidup dan memungnkan bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tubuh
makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan
air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan)
yang masuk ke dalam air.
e. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu
bahan secara baik (higher wetting ability).
f. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat
membeku, air merenggang sehingga es memiliki densitas (massa/volume) yang
lebih rendah daripada air.

2.2 Kualitas Air

Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran, menyatakan bahwa untuk menjamin kualitas air yang
diinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya, maka perlu
dilakukan upaya pengelolaan kualitas air. Menurut Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang pedoman penentuan status mutu air,
kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air.

Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Kondisi fisik air
atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara langsung (visual). Adapun termasuk
dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan, kandungan partikel/padatan, warna, rasa,
bau, suhu, dan sebagainya. Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/ senyawa
kimia dalam air, seperti kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD,
COD, TOC), mineral atau logam, derajat keasaman, dan sebagainya. Parameter
mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus,
dan mikroba patogen lainnya. Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian, air dapat
dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar.

Dahuri (2005) menyatakan kondisi kualitas air di suatu perairan dapat


menggambarkan apakah perairan tersebut tercemar atau tidak. Pengukuran konsentrasi
bahan pencemar merupakan cara untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi.
Kualitas air dinyatakan dengan beberapa paramater yang meliputi parameter fisika,
kimia dan biologi. Parameter fisika antara lain suhu, kekeruhan, kecerahan. Parameter
kimia mencakup pH, DO, BOD, COD, kadar logam dan lainnya. Sedangkan parameter
biologi terutama adalah kandungan bakteri, khususnya bakteri coli.

Menurut Effendi (2003), pemantauan kualitas air pada perairan memiliki tujuan
sebagai berikut ;

1 Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia dan biologi,
2 Membandingkan nilai kualitas air dengan baku mutu sesuai dengan
peruntukannya,
3 Menilai kelayakan sumberdaya air untuk kepentingan tertentu. Penanganan
kualitas air memerlukan pemahaman mengenai karakteristik dasar dari badan
air.

2.3 Pencemaran Air

Pencemaran perairan didefinisikan sebagai dampak negatif, pengaruh yang


membahayakan terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan kenyamanan ekosistem
perairan serta kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem perairan yang
disebabkan secara langsung oleh pembuangan bahan-bahan atau limbah ke dalam
perairan yang berasal dari kegiatan manusia (GESAMP, 1990). Pencemaran air
disebabkan oleh banyak faktor, yang secara umum dapat dikelompokan ke dalam dua
kategori yakni:

1. Sumber langsung (direct contaminant sources)


Sumber langsung didefinisikan sebagai buangan yang berasal dari sumber
pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik, industri, serta limbah domestik.
2. Sumber tak langsung (indirect contaminant sources)
sumber tak langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat
adanya pencemar pada air permukaan baik dari limbah industri maupun sumber
kegiatan lainnya.

Menurut Sastrawijaya (1991), perubahan-perubahan yang terjadi di daerah perairan


sebagian besar berasal dari aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya, baik di
darat maupun di perairan itu sendiri. Masalah pencemaran tidak akan terlepas dari
kondisi ekosistem alami di wilayah tersebut, yaitu sebagai perangkap zat hara maupun
tempat buangan limbah yang mengalir masuk ke ekosistem perairan.
Suatu perairan tidak mempunyai batas fisik yang jelas dan bersifat dinamis
akibatnya pencemaran air dapat berakibat luas. Keadaan demikian juga disebabkan oleh
pergerakan massa air, angin dan arus di sepanjang perairan. Dalam batas-batas tertentu,
perairan memiliki kemampuan pulih diri (self purification). Akan tetapi bila
kemampuan pulih diri dilampaui, maka terjadinya perubahan kualitas perairan tidak
dapat dihindari. Bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan industri, perikanan
dan rumah tangga di daratan pada akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif, bukan
saja pada perairan sungai, tetapi juga terhadap perairan. Disamping itu sifat fisik
wilayah yang saling berhubungan dengan ekosistem lainnya yaitu sungai, eperairan
pantai dan lautan juga membebani pencemaran wilayah perairan (Dahuri et al., 1996).
Sumber pencemaran perairan dapat dikelompokan menjadi tujuh kelas yaitu industri,
limbah cair pemukiman, limbah cair perkotaan, pertambangan, pelayaran, pertanian dan
perikanan. Bahan pencemar utama yang terkandung dalam buangan limbah dari ke
tujuh sumber tersebut berupa sedimen, unsur hara, logam beracun, pestisida, organik
eksotik, organisme patogen, sampah dan bahan-bahan yang menyebabkan oksigen
terlarut dalam perairan berkurang (Dahuri et al., 1996).

Pencemaran perairan merupakan masalah lingkungan hidup yang perlu dipantau


sumber dan dampaknya terhadap ekosistem. Dalam memantau pencemaran air dapat
digunakan kombinasi komponen fisika, kimia dan biologi. Penggunaan salah satu
komponen saja sering tidak dapat menggambarkan keadaan yang sebenar-benarnya.

2.4 Parameter Kimia Fisika Perairan

2.4.1 Suhu

Suhu perairan merupakan parameter fisika yang mempengaruhi sebaran


organisme yang berada di dalam air dan reaksi kimia. Peningkatan suhu perairan secara
langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme suatu
perairan (Wardoyo, 1987). Suhu perairan merupakan suatu parameter yang penting,
karena suhu dapat mempengaruhi parameter fisika dan kimia yang lain. Disamping itu
suhu merupakan faktor langsung yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan derajat
kelangsungan hidup, serta meningkatnya laju metabolisme. Suhu suatu perairan
dipengaruhi oleh komposisi senyawa kimia, kekeruhan, air hujan, luas permukaan yang
langsung mendapat sinar matahari, dan air limpahan (Perkins, 1974)
2.4.2 Biochemical Oksigen Demand (BOD)

Biochemical Oksigen Demand (BOD) atau dalam alat pengukur indonesia yang
banyak disebut Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan
buangan didalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin
kecilnya sisa oksigen terlarut, berarti kandungan polutannya organiknya tinggi (Effendi
2003). BOD Atau KOB adalah analisis empiris untuk mengukur proses-proses biologis
(khususnya aktivitas mikroorganisme yang berlangsung di dalam air. Nilai KOB
merupakan suatu pendekatan umum yang menunjukkan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik terlarut dan sebagian
zat-zat organik yang tersuspensi di dalam air. Di dalam pemantauan kualitas air, KOB
merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat pencemaran
air.

2.4.3 Chemical Oksigen Demand (COD)

Chemical Oksigen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan


untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air, secara kimia. Atau
kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air.

2.4.4 Total Padatan Tersuspensi (TSS)

Total Suspended Solids (TSS) adalah adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 µm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida,
sulfide, ganggang, bakteri dan jamur (Panduan praktikum lingkungan tambang, UMI
Makassar, 2018).

Wardoyo (1981) menyatakan bahwa TSS akan berpengaruh terhadap kejernihan


air, selanjutnya berpengaruh terhadap daya penetrasi cahaya dan akhirnya akan
mempengaruhi produktivits primer. TSS yang tinggi dapat menghalangi masuknya sinar
matahari ke dalam air, sehingga akan mengganggu proses fotosintesis dan menyebabkan
turunnya oksigen terlarut yang dilepas ke dalam air oleh tanaman.
2.4.5 Total Dissolved Solids (TDS)

TDS adalah bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas
saring dengan pori 0,45 µm (Wardoyo, 1981) Padatan ini dapat berupa senyawa-
senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya.
Nilai TDS berhubungan dengan kecerahan dan kekeruhan. Kecerahan merupakan
kemampuan penetrasi cahaya matahari hingga kedalaman tertentu. Nilai ini penting
untuk mengetahui kedalaman tertentu air yang memungkinkan terjadinya proses
fotosintesis (Suin, 2002).

Air yang mengandung Total Dissolved Solids (TDS) tinggi, sangat tidak baik
untuk kesehatan manusia. Mineral dalam air tidak hilang dengan cara direbus. Bila
terlalu banyak mineral anorganik di dalam tubuh dan tidak dikeluarkan, maka seiring
berjalannya waktu akan mengendap di dalam tubuh yang berakibat tersumbatnya bagian
tubuh (Mahida, 1984).

2.4.6 Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk


menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
internasional. (Panduan Praktikum lingkungan tambang UMI Makassar, 2018).

Derajat keasaman merupakan salah satu faktor pembatas suatu perairan. Perairan
umumnya memiliki kisaran tertentu untuk hidup yaitu, netral atau berada pada keadaan
asam lemah hingga basa lemah (pH 7-8,5). Semakin rendah pH suatu perairan maka
semakin tinggi mobilitas logam berat, sedangkan semakin tinggi pH perairan
menyebabkan keseimbangan ammonium dan ammoniak dalam air terganggu (Hamzah,
2009).

2.4.7 Dissolved Oxygen (DO)


Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) dibutuhkan oleh semua mahluk hidup
untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiaakan. Disamping itu,
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam
proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut (Hamzah, 2009).

2.4.8 Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Menurut
(Purwanti, 2006), Penggolongan atau klasifikasi tingkat keasinan air tanah untuk
parameter salinitas terbagi atas air tawar dengan nilai salinitas <0,5%o, air payau dengan
salinitas berkisar antara 0,5-30%o, air asin 30-50%o dan air sangat asin atau air laut
memiliki salinitas >40%o. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam
tanah

2.4.9 Logam Berat

Logam berat umumnya didefinisikan sebagai logam dengan densitas, berat atom,
atau nomor atom tinggi. Kriteria yang digunakan, dan jika metaloid disertakan,
bervariasi tergantung pada penulis dan konteksnya. Dalam metalurgi, misalnya, logam
berat dapat didefinisikan berdasarkan kerapatan, sedangkan pada fisika, kriteria
pembeda adalah nomor atom, sementara kimiawan kemungkinan akan lebih
memperhatikan sifat kimia zatnya. Logam berat di perairan terdapat dalam bentuk
terlarut dan tersuspensi (terikat dengan zat padat tersuspensi). Sifat konservatif
menunjukan kestabilan konsentrasi suatu komponen, hal ini berarti bahwa konsentrasi
suatu komponen cenderung tetap dan tidak terpengaruh dengan proses-proses fisik dan
biologi yang ada di perairan. Pencemaran yang berbahaya antara lain adalah
pencemaran logam berat. Logam berat merupakan salah satu jenis zat polutan
lingkungan yang paling umum dijumpai dalam perairan. Logam berat ini juga dapat
berdampak negatif terhadap manusia yang menggunakan air tersebut dan organisme
yang ada di dalam sungai. Terdapatnya kandungan logam berat dalam organisme
mengindikasikan adanya sumber logam berat yang berasal dari alam atau dari aktivitas
manusia (Hamza, 2009), diantaranya
a) Besi (Fe)
Konsentrasi besi (Fe) terlarut yang terdapat dalam di perairan alami (tidak tercemar)
sekitar 0,00004 ppm. Konsentrasi besi di muara sungai tercatat lebih besar, disebabkan
adanya kontribusi unsur besi yang ditrasportasikan melalui sistem sungai yang
bermuara di teluk. Dalam tanah besi (Fe) sifatnya sukar larut. Selain penampilan tidak
menyenangkan, air yang tinggi kandungan besi (Fe) mempunyai rasa yang tidak enak.
Pada dasarnya besi dalam air dalam bentuk Ferro (Fe2+) atau Ferri (Fe3+). Hal ini
tergantung dari kondisi pH dan oksigen terlarut dalam air.

b) Seng (Zn)

Seng (Zn) termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah berlimpah di alam. Kadar
seng pada kerak bumi sekitar 70 mg/kg (Effendi 2003). Kelarutan unsur seng dan
oksida seng dalam air relatif rendah. Seng yang berikatan dengan klorida dan sulfat
mudah terlarut, sehingga kadar seng dalam air sangat dipengaruhi oleh bentuk
senyawanya. Ion seng mudah terserap ke dalam sedimen dan tanah. Silika terlarut dapat
meningkatkan kadar seng, karena silika mengikat seng. Jika perairan bersifat asam,
kelarutan seng meningkat. Kadar seng pada perairan alami < 0,05 mg/liter (Effendi
2003); pada perairan asam mencapai 50 mg/liter; dan pada perairan laut 0,01 mg/liter

c) Timbal (Pb)
Timbal pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Kelarutan
timbal cukup rendah sehingga kelarutan timbal dalam air relatif lebih sedikit. Kadar dan
toksisitas timbal dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas dan kadar oksigen. Timbal
diserap baik oleh tanah sehingga pengaruhnya terhadap tanaman relatif kecil. Kadar
timbal dikerak bumi sekitar 15 mg/kg. Timbal banyak digunakan dalam industri baterei,
kabel, cat, keramik, pestisida dan dalam penyepuhan. Penggunaan Pb terbesar adalah
dalam produksi baterey penyimpan untuk mobil, selain itu juga banyak digunakan
sebagai bahan aditif yang sering digunakan untuk meningkatkan mutu bensin (Fardiaz,
1992).

Pb masuk ke perairan melalui pengendapan dan jatuhan debu dari udara yang
mengandung Pb yaitu hasil pembakaran bensin, erosi dan limbah industri. Perairan
tawar alami biasanya memiliki kadar timbal < 0,05 mg/liter. Pada perairan laut, kadar
timbal sekitar 0,025 mg/liter (Effendi 2003).
d) Tembaga (Cu)
Logam Cu di lingkungan perairan laut dangkal bervariasi akibat dari berbagai proses
seperti pengenceran, adsorpsi oleh partikel, terakumulasi dalam biota dan mengendap di
sedimen, Tembaga adalah logam yang bersifat racun terdapat di alam bebas dalam
keadaan bebas dan juga dan bentuk senyawa, tembaga apa bila dalam jumlah yang
banyak maka akan bersifat racun terutapa pada alga, jamur, dan bakteri, konsentrasi
tembaga yang aman untuk air minum adalah tidak lebih dari 1 ppm karena dapat
mengganggu kesehatan.

e) Merkuri (Hg)
Merkuri telah lama digunakan dalam perolehan emas bebas oleh para penambang
tradisional karena ini adalah cara yang paling sederhana dan paling murah. Para
penambang menggunakan merkuri untuk memisahkan logam yang diinginkan dari
senyawa lain yang terikat dalam batuan. Sebelum logam dapat dipisahkan, berton-ton
batuan yang berasal dari dalam tanah dihancurkan kemudian dijadikan lumpur tambang.
Kemudian, lumpur batuan ini diproses lebih lanjut dengan merkuri untuk mendapatkan
mineral atau logam yang diinginkan penambang. Proses ini biasa disebut proses
amalgam.

Menurut jaringan advokasi tambang, biasanya logam atau mineral yang dihasilkan
hanya 2-5 % dari total batuan yang dihancurkan. Sementara 95-98 % sisanya adalah
lumpur batuan yang pada akhirnya dibuang dan menjadi limbah. Di antara lumpur
limbah ini terdapat berbagai macam logam berat yang beracun dan berbahaya bagi alam
maupun tubuh manusia, termasuk merkuri. Kurangnya pengetahuan dan informasi
mengenai bahaya terpaparnya merkuri telah menyebabkan para penambang tradisional
menggunakan merkuri secara tidak tepat.

Logam merkuri atau air raksa, mempunyai nama kimia hydragyrum yang berarti
perak cair. Merkuri (Hg) adalah unsur renik pada kerak bumi, yakni hanya sekitar 0,08
mg/kg (Marfai,2005).

2.5 Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet

Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi
cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan dengan baku mutu berdasarkan kelas air yang ditetapkan (PP 82/2001).
Metoda storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air
yang umum digunakan. Dengan metoda storet ini dapat diketahui parameter-parameter
yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip metode storet
adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan
dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Cara untuk menentukan status
mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari “US-EPA (Environmental
Protection Agency)” dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu
(Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003):

1. Kelas A : baik sekali, skor = 0 (memenuhi baku mutu)


2. Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 (cemar ringan)
3. Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 (cemar sedang)
4. Kelas D : buruk, skor = ≥ -31 (cemar berat)

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metoda storet dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut (Lampiran 1 Kepmen LH No. 115 tahun 2003):
1. Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik sehingga
membentuk data dari waktu ke waktu (time series data).
2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai
baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu)
maka diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku
mutu), maka diberi skor. Tabel penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu
air dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air

Jumlah*) Parameter
Nilai
Contoh Fisika Kimia Biologi
Maksimum -1 -2 -3
< 10 Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
Maksimum -2 -4 -6
≥ 10 Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Sumber : Lampiran 1 kepmen LH No. 115 tahun 2003
Catatan: *) Jumlah Parameter yang digunakan untuk Penentuan Status Mutu Air

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari
jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.

Tabel 2.2. Status Mutu Kualitas Air Bagi Peruntukan Kelas IV (PP 82/2001)

No Parameter Satuan Baku Mutu Air


Peruntukan Kelas IV
FISIKA
1 Residu Terlarut (TDS) mg/l 200
2 Residu Tersuspensi (TSS) mg/l 400
KIMIA ANORGANIK
1 Ph - 5-9
2 Ni mg/l 0,01
3 Krom (VI) mg/l 0,01
4 Tembaga mg/l 0,02
5 Fe mg/l (-)
6 Pb mg/l 1
7 Zn mg/l 2
8 Mn mg/l (-)
BAB III
TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini, persiapan awal yang dilakukan berupa kelengkapan administrasi,
studi pustaka, perlengkapan lapangan dan orientasi lapangan.
3.2 Tahap Pengambilan Data

Tahap pengambilan data merupakan tahap pelaksanaan pengambilan sampel di


lapangan dan pengujian di laboratorium.
3.2.1 Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam penulisan proposal penelitian tugas akhir ini
diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan maupun pengujian di laboratorium, juga
dari beberapa referensi lainnya.
3.2.2 Jenis Data
A. Data Primer
Data yang diambil langsung di lapangan sejumlah 3 sampel air dengan masing –
masing sampel 500 ml dan hasil analisis laboratorium atomic absorbsion
spektrophotometri (AAS). Berupa persentase nilai Ni, pH, TSS, Fe, Zn, Cu, Pb, Ni,
Cr(VI).
B. Data Sekunder
Data pendukung yang bersumber dari subtansi atau dari penelitian terdahulu.
3.3 Tahap Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh atau didapatkan baik dari lapangan maupun dari hasil
pengujian di laboratorium, kemudian diolah sebelum dilanjutkan kepada tahap
selanjutnya, yaitu tahap penulisan laporan. Pengolahan data menggunakan metode
analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan menerangkan apa yang
terjadi dengan memberikan penjelasan secukupnya berdasarkan fakta-fakta yang
diperoleh di lapangan dan hasil analisis laboratorium, sehingga diperoleh gambaran
yang nyata atas obyek yang diteliti, dan dapat dipergunakan untuk menjawab
pertanyaan dan permasalahan yang ada.
3.4 Tahap Penulisan Laporan Tugas Akhir

Tahap ini yaitu penyusunan penelitian tugas akhir yang disusun berdasarkan data
yg telah diperoleh selama kegiatan penelitian tahap ini dilakukan di laboratorium dan
akan dilanjutkan di Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia Makassar. Tahapan metodologi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
Diagram
TahapAlir
Pendahuluan
Metode Penelitian

1. Administrasi
2. Studi Pustaka
3. Penyusunan Laporan Penelitian

Tahap Pengambilan Data

Data Primer

Persentase Nilai Ni, pH,


TSS, Fe, Mn, Zn, Cu,
Pb, Cr(VI)

Tahap Pengolahan Data


Sampel air yang diambil kemudian dilakukan pengujian atomic
absorbsionspektrophotometri (AAS)

Tahap Analisis Data


Analisis unsur-unsur logam

Penyusunan laporan

Skripsi

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian

Anda mungkin juga menyukai