Chapter II Perilaku Caring PDF
Chapter II Perilaku Caring PDF
TINJAUAN PUSTAKA
yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Menurut Carruth et all (1999 dalam
asuhan fisik dan memperhatikan emosi serta meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien.
Watson (1988 dalam Swanson 1991) mengatakan bahwa caring adalah ideal
moral dari keperawatan yang lebih dari sebuah exisestensial philosophy yang
dipandang sebagai dasar spiritual. Caring sebagai esensi dari keperawatan yang
meningkatkan kesehatan.
(1989 dalam Dwidiyanti 2010) perawat harus memiliki keahlian khusus dan
mempunyai respons terhadap apa yang dilakukannya, apakah baik atau tidak baik
secara moral.
Caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien (Potter
& Perry, 2009). Kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih
sayang. Selain itu Mayehoff (dalam Dwiyanti 2010) memandang caring sebagai
suatu proses yang tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan
diri. Mayehoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah
hati.
Caring didefinisikan sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang
dalam Dwiyanti 2010) caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral)
sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki
Caring digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati
bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat
dalam Priambodo 2013) caring dianggap sebagai sebuah struktur yang mempunyai
masalah klien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Selain itu, caring juga
membantu perawat mengenali intervensi yang baik dan kemudian menjadi perhatian
kedalam dua domain utama. Salah satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan
emosi perawat, sementara konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang
Swanson (1991 dalam Potter & Perry 2009) mendefinisikan caring sebagai
suatu cara pemeliharaan hubungan dengan saling menghargai orang lain, disertai
perasaan memiliki dan tanggung jawab. Caring merupakan proses yang terus ada
dalam dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai
yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu klien
Benner (2004 dalam Potter & Perry 2009) mengatakan bahwa hubungan
pemberi layanan dapat bersifat terbuka dan tertutup. Peran sebagai perawat dalam
pemberi layanan kepada klien bukan hanya sekedar untuk melakukan tugasnya. Ada
terbentuk sejak awal mulai dari saling mengenal sampai timbulnya rasa kepedulian
antara perawat dan klien. Empati dan rasa kasihan perawat merupakan bagian alami
dari proses setiap pertemuan dengan klien. Akan tetapi hal ini tidak akan terjadi jika
di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang
lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan
Sikap pelayanan yang dinilai klien terdiri dari bagaimana perawat menjadikan
membentuk stategi caring yang berguna dan efektif. Setiap proses caring memiliki
Menurut Swanson (1991) ada lima dimensi yang mendasari konsep caring
yaitu :
1. Maintaining Belief
kehidupan dan masa saat transisi dalam hidupnya untuk menghadapi masa depan
mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam
situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk membantu orang lain dalam batas-batas
dirasakan pasien yang mungkin terjadi pada semua orang yang mengalami masa
transisi.
pehatian dan kepedulian/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh,
masalah yang menimpa klien secara realistis serta mendorong dan meningkatkan
Membantu klien memaknai hal yang sedang dialami klien sehingga secara
perlahan klien dapat memahami dan menerima bahwa setiap orang dapat
sebagai antara perawat dan klien sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan klien
terhadap perawat dan tanggung jawab serta caring secara menyeluruh oleh perawat
kepada klien.
2. Knowing
verbal, memfokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang
memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyatukan persepsi antara
d. Centering On The One Cared For (Fokus Pada Pelayanan Satu Orang)
Menjalankan fungsi sebagai perawat secara utuh dan saling bekerja sama
3. Being with
Bukan hanya hadir secara menyeluruh tetapi juga saling berkomunikasi yang
bertujuan untuk berbagi apa yang dirasakan klien dan secara emosional memberikan
dukungan dan kenyamanan serta memantau klien baik fisik maupun emosional.
kesehatan klien.
kesehatan klien.
dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki
sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu
4. Doing For
d. Anticipating ( Mengatisipasi )
keluarga.
e. Protecting (melindungi)
5. Enablings
dapat melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam
mendukung dengan fokus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan
klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara
balik/feedback.
a.Validating (Memvalidasi)
c. Supporting (Mendukung)
Memberikan umpan balik atau reward terhadap apa yang dilakukan oleh klien
Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan
kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis (Potter & Perry,
2009)
memperhatikan emosi sambil yang bertujuan untuk meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien. Selain itu caring juga memperhatikan harga diri individu, artinya
pelayanan kesehatan yang tepat. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat
Teori caring Swanson (1991 dalam Potter & Perry 2009) menjelaskan tentang
proses caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di
dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang
lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan
keperawatan yaitu:
1. Kehadiran (Presence)
keluarga klien yang merupakan upaya untuk lebih mendekatkan dan menyampaikan
manfaat caring. Menurut Fredrikson (1999 dalam Potter & Perry 2009) kehadiran
dapat diartikan dalam “ada di” dan “ada dengan”. Makna “ada di” merupakan
Sedangkan Pederson (1993 dalam Potter & Perry 2009) berpendapat bahwa “ada
bersedia atau ada di samping klien saat klien membutuhkan. Selalu hadir disaat klien
klien, serta adanya dukungan yang diberikan perawat akan membantu klien untuk
2. Sentuhan (Contact)
dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien dalam memberikan perhatian
memberikan sentuhan untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada klien,
sebagai contoh pada saat pemasangan selang naso gaster atau NGT.
Menurut Boyek & Watson (1994 dalam Potter & Perry 2009) sentuhan juga
dianggap sebagai bentuk komunikasi non verbal yang dapat mempengaruhi rasa
keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri dan membantu klien
menerima keadaannya. Selain itu sentuhan juga memberikan banyak makna, oleh
sebab itu sentuhan harus digunakan dengan bijaksana. Salah satu bentuk masalah
yang sering timbul dalam perilaku sentuhan yaitu adanya perbedaan budaya antara
Mendengarkan merupakan salah satu perilaku caring yang dapat menjadi awal
ataupun perasaan klien. Selain itu dengan mendengarkan juga menunjukkan bahwa
perawat memiliki ketertarikan dan perhatian penuh kepada klien. Pada saat
mendengarkan juga perawat harus dapat memahami apa yang disampaikan klien,
mengerti maksud klien dan memberikan respon terhadap apa yang disampaikan klien.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring yang dapat dilakukan oleh perawat adalah
memahami klien (Swanson, 1991). Menurut Bulfin (2005 dalam Potter & Perry 2009)
membantu perawat dalam merespon apa yang menjadi persoalan klien. Memahami
klien maka perawat akan terhindar dari asumsi, berfokus pada klien, dan ikut serta
dalam hubungan caring dengan klien yang memberikan informasi dan petunjuk untuk
mengambil keputusan klinis. Hal terpenting bagi perawat pemula adalah pemahaman
klien bukan hanya sekedar mengumpulkan data kondisi klien dan gejala klinis yang
fenomena yang ada secara sistematis (Steubert & Carpenter, 2003). Metode ini
fenomenologi berusaha untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu hal
fenomena, ataupun kejadian yang khusus, misalnya pengalaman hidup. Fokus utama
fenomenologi adalah pengalaman nyata. Hal ini yang dikaji adalah deskriptif
mengenai bagaimana pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka.
situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai suatu fenomena yang
pengalaman hidup dari suatu fenomena dalam mencari kesatuan makna dengan
hidup sehari-hari (Steubert & Carpenter, 2003). Terdapat dua macam penelitian
pengalaman yang seperti apakah yang terlihat dalam fenomena (fenomena deskriptif)
fenomenologi interpretif.
analyzing dan describing. (1) bracketing mengacu pada proses mengidentifikasi dan
menahan atau menunda prasangka dan pendapat tentang fenomena yang diteliti.
Peneliti berusaha keluar dari berbagai opini peneliti dalam upaya mendapatkan data
yang murni. (2) intuiting, terjadi ketika peneliti tetap terbuka untuk memaknai setiap
fenomena yang dialami mereka. (3) analisa data, misalnya menyaring percakapan
penting, mengkatagorikan dan menbuat arti tentang hal-hal baru dari fenomena. (4)
penelitian fenomenologi sumber data utama adalah data percakapan yang mendalam,
dengan peneliti dan informan sebagai partisipan. Peneliti membantu partisipan untuk
mendapatkan kemudahan untuk memaknai pengalaman hidup mereka (Polit, Beck, &
Hungler, 2001).
penelitian yang telah diperoleh akan divalidasi dengan beberapa kriteria yaitu (1)
dimana sampel tersebut diambil, (3) dependabilitas, yaitu proses validasi data yang
penelitian, dan (4) komfirmabilitas, yaitu proses validasi data dengan menguji
keobyektivitas peneliti.