Anda di halaman 1dari 10

TINEA KAPITIS

PENDAHULUAN
Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans. adalah infeksi
dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata karena spesies Microsporum dan Trichophyton.

Penyakitnya bervariasi dari kolonisasi subklinis non inflamasi berskuama ringan sampai penyakit
yang beradang ditandai dengan produksi lesi kemerahan berskuama dan alopesia (kebotakan)
yang mungkin menjadi beradang berat dengan pembentukan erupsi kerion ulseratif dalam. Ini
sering menyebabkan pembentukan keloid dan skar dengan alopesia permanen. Tipe timbulnya
penyakit tergantung pada interaksi pejamu dan jamur penyebab.

EPIDEMIOLOGI

Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada anak-anak 3-14
tahun jarang pada dewasa, kasus pada dewasa karena infeksi T. tonsurans dapat dijumpai
misalkan pada pasien AIDS dewasa. Transmisi meningkat dengan berkurangnya higiene
sanitasi individu, padatnya penduduk, dan status ekonomi rendah.

Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya dibandingkan kasus
baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo antara
0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak pada masa anak-anak < 14 tahun 93,33% anak
laki-laki lebih banyak (54,5%) dibanding anak perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering tipe
kerion (62,5%) daripada tipe Gray Patch (37,5%).

Tipe Black dot tidak diketemukan. Spesies penyebab Microsporum gypseum (geofilik),
Microsporum ferrugineum (antropofilik) dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang
dijumpai pada hewan kucing, anjing, sapi, kambing, babi, kuda, binatang pengerat dan kera.
ETIOLOGI
Spesies dermatofit umumnya dapat sebagai penyebab, kecuali E. floccosum, T. concentricum
dan T. mentagrophytes var. interdigitale (T. interdigitale) yang semuanya jamur antropofilik
tidak menyebabkan tinea kapitis dan T. rubrum jarang. Tiap negara dan daerah berbeda-beda
untuk spesies penyebab tinea kapitis, juga perubahan waktu dapat ada spesies baru karena
penduduk migrasi. Spesies antropofilik (yang hidup di manusia) sebagai penyebab yang
predominan

PATOGENESIS

Dermatofit ektotrik (diluar rambut) infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar
sekitar batang rambut dan dibatang rambut bawak kutikula1 dari pertengahan sampai akhir
anagen saja3 sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa
intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan
dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada
daerah batas ini disebut Adamson’s fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan membagi
menjadi artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut.
Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang menjadi
sangat rapuh sekali.

Secara mikroskop hanya artrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah, walaupun
hifa intrapilari ada juga.

Patogenesis infeksi endotrik (didalam rambut) sama kecuali kutikula tidak terkena1 dan
artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari dan
meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah pada permukaan
kepala dimana penyanggah dan dinding folikuler hilang meninggalkan titik hitam kecil (black
dot).

Infeksi endotrik juga lebih kronis karena kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke
fase telogen.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis tergantung etiologinya.

1. Bentuk non inflamasi, manusia atau epidemik


Umumnya karena jamur ektotriks antropofilik, M. audouinii di Amerika dan Eropa namun
sekarang jarang atau M. ferrugineum di Asia.
Lesi mula-mula berupa papula kecil yang eritematus, mengelilingi satu batang rambut yang
meluas sentrifugal mengelilingi rambut-rambut sekitarnya. Biasanya ada skuama, tetapi
keradangan minimal. Rambut-rambut pada daerah yang terkena berubah menjadi abu-abu dan
kusam sekunder dibungkus artrokonidia dan patah beberapa milimeter diatas kepala1,3.
Seringkali lesinya tampak satu atau beberapa daerah yang berbatas jelas pada daerah oksiput
atau leher belakang.
Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum.1 Ini berhubungan dengan
mulainya masa puber yang terjadi perubahan komposisi sebum dengan meningkatnya asam
lemak-lemak yang fungistatik, bahkan asam lemak yang berantai medium mempunyai efek
fungistatik yang terbesar. Juga bahan wetting (pembasah) pada shampo merugikan jamur
seperti M. audouinii.

2. Bentuk inflamasi
Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (M. canis) atau geofilik (M. gypseum).
Keradangannya mulai dari folikulitis pustula sampai kerion yaitu pembengkakan yang dipenuhi
dengan rambut-rambut yang patah-patah dan lubang-lubang folikular yang mengandung pus3.
Inflamasi seperti ini sering menimbulkan alopesia yang sikatrik. Lesi keradangan biasanya
gatal dan dapat nyeri, limfadenopati servikal, panas badan dan lesi tambahan pada kulit halus.

3. Tinea Kapitis black dot


Bentuk ini disebabkan karena jamur endotrik antropofilik, yaitu T. tonsurans atau T.
violaceum. Rontok rambut dapat ada atau tidak. Bila ada kerontokan rambut maka rambut-
rambut patah pada permukaan kepala hingga membentuk gambaran kelompok black dot.
Biasanya disertai skuama yang difus; tetapi keradangannya bervariasi dari minimal sampai
folikulitis pustula atau lesi seperti furunkel sampai kerion. Daerah yang terkena biasanya
banyak atau poligonal dengan batas yang tidak bagus, tepi seperti jari-jari yang membuka.
Rambut-rambut normal biasanya masih ada dalam alopesianya.

DIAGNOSIS BANDING

1. Diagnosis banding tinea kapitis berskuama dan keradangan minimal3 :

1.1. Dermatitis seborhoik

Keradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau sesudah
pubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasia. Tampak
eritema dengan skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang terkena
biasanya difus, tidak setempat1. Rambut tidak patah. Distribusi umumnya di
kepala, leher dan daerah-daerah pelipatan. Alopesia sementara dapat terjadi
dengan penipisan rambut daerah kepala, alis mata, bulu mata atau belakang
telinga. Sering tampak pada pasien penyakit syaraf atau immunodefisiensi.

1.2. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala dengan skuama
kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan kerontokan rambut, bila
ada biasanya karena trauma sekunder karena garukan kepala yang gatal. Disertai
lesi dermatitis atopik di daerah lain.

1.3. Psoriasis

Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos berbatas jelas
dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, dan rambut-rambut tidak
patah. Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis juga meningkatnya
menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan kecepatan rontoknya rambut telogen.
10% psoriasis terjadi pada anak kurang 10 tahun dan 50% mengenai kepala, dan
sering lesi psoriasis anak terjadi pada kepala saja, maka kelainan kuku dapat
membantu diagnosis psoriasis.

1.4. Pitiriasis amiantasea (Pitiriasis asbestos)

Adalah tumpukan skuama dalam masa yang kusut. Dermatitis kepala lokalisata
yang non infeksius yang tidak diketahui sebabnya. Skuama yang putih tebal
melekat sering dijumpai mengikat batang rambut proksimal. Kepala dapat
tampak beradang. Rontok rambut sementara dapat terjadi dengan pelepasan
manual skuama yang melekat. Kelainan kulit dilain tempat yang menyertai
biasanya tidak ada, namun dapat mempunyai penyakit yang menyertai, yaitu
Dermatitis atopik atau keradangan kulit lainnya. Ada yang menganggap sebagai
psoriasis dini.

2. Diagnosis banding tinea kapitis yang alopesia jelas :

2.1. Alopesia areata

Alopesia areata mempunyai tepi yang eritematus pada stadium permulaan,


tetapi dapat berubah kembali ke kulit normal. Juga jarang ada skuama dan
rambut-rambut pada tepinya tidak patah tetapi mudah dicabut.

2.2. Trikotilomania

Khas adanya alopesia yang tidak sikatrik berbatas tidak jelas karena pencabutan
rambut oleh pasien sendiri. Umumnya panjang rambut berukuran macam-
macam pada daerah yang terkena. Tersering di kepala atas, daerah oksipital dan
parietal yang kontra lateral dengan tangan dominannya. Kadang-kadang ada
gambaran lain dari kelainan obsesif-kompulsif misalnya menggigit-gigit kuku,
menghisap ibu jari atau ada depresi atau kecemasan. Dapat disertai efek
efluvium telogen yaitu berupa tumbuhnya kembali rambut yang terlambat atau
rontoknya rambut meningkat sebelum tumbuh kembali.

2.3. Pseudopelade

Dari kata Pelade yang artinya alopesia areata. Pseudopelade adalah alopesia
sikatrik progresif yang pelan-pelan, umumnya sebagai sindroma klinis sebagai
hasil akhir dari satu dari banyak proses patologis yang berbeda (yang diketahui
maupun yang tidak diketahui), walaupun klinis spesifik jenis tidak beradang
selalu dijumpai misalkan karena likhen planus, lupus eritematus stadium lanjut.

3. Diagnosis banding tinea kapitis yang inflamasi:

3.1. Pioderma bakteri

Infeksi kulit karena bakteri Staphylococcus aerius atau Streptococcus pyogenes,


misalkan folikulitis, furunkel atau karbunkel.

3.2. Folliculitis decalvans

Adalah sindroma yang klinis berupa folikulitis kronis sampai sikatrik progresif.
Folikulitis atrofik pada dermatitis seboroik.

4. Diagnosis banding alopesia sikatrik :

4.1. Diskoid Lupus eritematosus

Diskoid LE di kepala tampak alopesia dan biasanya permanent khas ada


foliculler plugging. Tampak pada 1/3 pasien DLE.9

4.2. Liken planopilaris


Lesi folikular disertai skuama yang kemudian menjadi alopesia sikatrik.
4.3. Pseudopelade
4.4. Dermatitis radiasi

DIAGNOSIS

1. Gejala Klinis
Dipertimbangkan diagnosis tinea kapitis bila :

Pada anak-anak dengan kepala berskuama, alopesia, limfadenopati servikal posterior atau
limfadenopati aurikuler posterior atau kerion. Juga termasuk pustul atau abses, dissecting
cellulitis atau black dot.

2. Pemeriksaan penunjang

2.1. Pemeriksaan Lampu Wood

Rambut yang tampak dengan jamur M. canis, M. Audouinii dan M. ferrugineum memberikan
fluoresen warna hijau terang oleh karena adanya bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea
kapitis pada manusia memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu yaitu M. gypsium
dan spesies Trichophyton (kecuali T. schoenleinii penyebab tinea favosa memberi fluoresen hijau
gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif di rambut yang terinfeksi.

2.2. Pemeriksaan sediaan KOH

Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Juga kasa basah digunakan untuk
mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan rambut atau pangkal rambut dicabut yang
ditaruh di objek glas selain skuama, KOH 20% ditambahkan dan ditutup kaca penutup. Hanya
potongan rambut pada kepala harus termasuk akar rambut, folikel rambut dan skuama kulit.
Skuama kulit akan terisi hifa dan artrokonidia. Yang menunjukkan elemen jamur adalah
artrokonidia oleh karena rambut-rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur.
Pada pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu pecahan miselium
menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat dibawah kutikula rambut dengan kerusakan
kutikula. Pada infeksi endotrik, bentukan artrokonidia yang terbentuk karena pecahan miselium
didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula rambut.

2.3. Kultur

Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan diatas kepala yang
berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk menggosok rambut-rambut dan skuama
dari daerah luar di kepala, atau pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur.
Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic (Sabourraud dextrose agar
+ khloramfenikol + sikloheksimid) atau Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari
untuk mulai tumbuh jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh
karena ada bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit
positif.

KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder
2. Alopesia sikatrik permanen
3. Kambuh
4. Reaksi Id, pada tinea kapitis biasanya reaksi Id-nya lebih mengenai badan.

PENATALAKSANAAN

1. PENATALAKSANAAN UMUM

1.1. Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah infeksi pada
anak-anak lain.

1.2. Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur
1.3. Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk,
sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.
1.4. Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter/ rumah sakit
bila anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai skuama. Dapat diperiksa dengan
lampu Wood.
1.5. Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 3-6 bulan.
Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia permanen.
1.6. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan pakaian
pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun14 atau lebik baik dibuang.
1.7. Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo, pasien dapat pergi
ke sekolah.
1.8. Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup kepala13.

2. TERAPI MEDIS

2.1. Terapi Utama


Pengobatan yang ideal dan cocok untuk anak-anak adalah sediaan bentuk likuid, terasa enak,
terapi singkat, keamanan yang baik dan sedikit interaksi antar obat14.
2.1.1. Tablet Griseofulvin
Sebagai Gold Standard
Dosis : 14, 15, 16
a. Tablet microsize (125, 250, 500mg)
20 mg / Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu
b. Tablet ultramicrosize (330mg)
15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu
Diminum bersama susu atau es krim oleh karena absorbsinya dipercepat dengan makanan
berlemak.
Semua baik untuk karena Microsporum maupun Trichophyton. Pemberian pertama untuk 2
minggu kemudian dilakukan pemeriksaan lampu Wood, KOH dan kultur. Bila masih ada yang
positif maka
sebaiknya dosis dinaikkan. Bila hasil negatif maka obat diteruskan sampai 6 minggu13. Bila
hasil kultur negatif terbaik diteruskan 4-6 minggu. Pemeriksaan laboratorioum rutin tidak
diperlukan.
Kegagalan pengobatan tinea kapitis dengan griseofuvin dapat disebabkan karena :
 dosis tidak adekwat (sebab tersering) maka sebaiknya dosis dinaikkan dapat sampai 25
mg/Kg BB/ hari terutama untuk kasus sulit sembuh.
 pasien tidak patuh
 gangguan absorbsi pencernaan
 Interaksi obat,
 bersamaan phenobarbital mengurangi absorbsi griseofuvin menyebabkan
kegagalan terapi.
 jenis dermatofit yang resisten terhadap griseofuvin
 Terjadi reinfeksi terutama dari anggota keluarga atau teman bermain.

PROGNOSIS
Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya permulaan dewasa.
Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya penyakit, yaitu yang zoofilik (M. canis,
T. mentagrophytes dan T. verrucosum). Infeksi ektotrik sembuh selama perjalanan normal
penyakit tanpa pengobatan. Namun pasien menyebarkan jamur penyebab kelain anak selama
waktu infeksi. Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa.
T. violacaum, T. tonsurans menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vektor untuk
menyebarkan penyakit dalam keluarga dan masyarakat, pasien seharusnya cepat diobati secara
aktif untuk mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya.

Anda mungkin juga menyukai