Anda di halaman 1dari 7

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat

Ekstrak etanol 70% Penyembuhan Luka


daun bayam merah Bakar

Gambar 7.
Kerangka Konsep

B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian diatas dapat disusun bahwa hipotesis dalam
penelitian ini antara lain :
1. Ekstrak etanol 70% daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.)
memiliki aktivitas untuk menyembuhkan luka bakar pada tikus galur
wistar.
2. Adanya gambaran fisiologis aktivitas ekstrak etanol daun bayam
merah (Amaranthus tricolor L.) terhadap penyembuhan luka bakar
pada tikus galur wistar.
3. Semakin tinggi konsentrasi optimum ekstrak daun bayam merah
(Amaranthus tricolor L.) yang diberikan, semakin efektif dalam
penyembuhan luka bakar pada tikus galur wistar.

C. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian
eksperimental. Berdasarkan kriteria WHO dalam Rasearch Guideline for
Evaluating The safety and efficacy of Herbal Medicines, yaitu sebanyak 5
ekor tiap kelompok dengan untuk antisipasi drop out sebanyak 10% (1

20
ekor), maka jumlah sampel yang diperlukan adalah 6 ekor tiap kelompok,
sehingga untuk 5 kelompok diperlukan sampel sebanyak 30 ekor tikus
jantan galur wistar. Sampel penelitian yang digunakan adalah tikus jantan
galur wistar dengan 5 kelompok yang terdiri dari P1 (kelompok positif)
yang dioleskan salep Bioplacenton, P2 (kelompok negatif) yang diberikan
aquadest, serta perlakuan P3 dengan konsentrasi ekstrak bayam merah
25%, kelompok P4 dengan konsentrasi ekstrak daun bayam merah 50%
dan P5 dengan konsentrasi ekstrak 75%.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Stikes
Cendekia Utama Kudus pada bulan Januari 2019.

E. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi merupakan sekumpulan individu yang menjadi objek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus
norvegicus strain Wistar).
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil secara
acak untuk menjawab permasalahan. Sampel dalam penelitian ini
adalah tikus jantan galur wistar sebanyak 30 ekor dimana masing-
masing kelompok terdiri dari 6 tikus jantan galur wistar.
Kriteria tikus yang digunakan adalah :
a. Tikus jantan galur wistar
Pada penelitian ini menggunakan tikus jantan galur wistar karena
tikus jantan tersebut mempunyai sistem imun yang stabil.
b. Sehat
c. Umur 8-12 minggu (dewasa)
d. Berat badan 110-300 gram

21
F. Definisi Operasional

Tabel 2.
Definisi Operasional

Variabel Definisi
Bayam merah Bayam merah merupakan tanaman berjenis sayuran yang
memiliki batang dan daun berwarna merah yang
mengandung senyawa antosianin dan antioksidan.
Ekstrak daun bayam Ekstraksi daun bayam merah menggunakan metode
merah maserasi dengan pelarut etanol 70% yang direndam selama
3-5 hari kemudian diremaserasi sampai jenuh dan
dipekatkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan
ekstrak kental.
Flavonoid Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat pada tumbuhan berpembuluh. Flavonoid berfungsi
sebagai antimikroba dengan cara mengganggu
permeabilitas membran melalui interaksi protein membran
dan dinding sel, interaksi dengan asam nukleat sehingga
menghambat replikasi dan ekspresi gen mikroba, dan
penghambatan pertumbuhan mikroba.
Saponin Saponin memiliki senyawa antiseptik yang dapat
digunakan sebagai pembersih. Saponin berfungsi
mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Saponin
bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada
membran luar dinding sel mikroba, membentuk ikatan
polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya
porin. Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa mengurangi permeabilitas membran
sel mikroba yang akan mengakibatkan sel mikroba
tersebut akan kekurangan nutrisi, sehingga pertumbuhan
bakteri terhambat atau mati.
Luka Bakar Luka bakar merupakan jenis kerusakan pada kulit yang
disebabkan oleh berbagai sumber seperti panas, zat kimia,
sinar matahari, listrik atau radiasi nuklir.

G. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data


1. Instrumen Penelitian
a. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain botol
kaca, gelas beker, cawan porselen, gelas ukur, batang pengaduk,
kandang tikus, solder dengan ujung lempeng stainless persegi 1,5
x1,5 𝑐𝑚2 , timbangan analitik, gunting, alat pencukur bulu,
penangas air, lampu spiritus, blender, penggaris, rotary evaporator,
pipet tetes, penjepit tabung reaksi, tabung reaksi, kertas saring.

22
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.), ekstrak daun bayam
merah, etanol 70%, aquadestilata, salep yang mengandung
Neomycin Sulfate (Bioplacenton), ketamin 1%, serbuk magnesium,
HCI, asam klorida pekat dan tikus putih (Rattus norvegicus strain
Wistar).

2. Teknik Pengumpulan Data


a. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman bayam merah (Amaranthus tricolor
L.) dilakukan Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan
Biologi Fakultas Sains dan Maematika Universitas Diponegoro,
Semarang.

b. Pembuatan Simplisia
Daun bayam merah yang telah dikumpulkan kemudian
disortasi basah, dicuci dan ditimbang dengan tujuan untuk
menghilangkan kotoran dan cemaran yang menempel. Daun bayam
merah dirajang lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
sampai kering dan terlindung dari sinar matahari langsung.
Simplisia yang telah kering ditimbang dan diserbuk. Simplisia
yang sudah diserbuk kemudian diayak dengan menggunakan
ayakan mesh nomor 40.

c. Pembuatan Ekstrak Daun Bayam Merah


Ekstraksi simplisia daun bayam merah dilakukan dengan
metode maserasi dengan cara memasukkan serbuk simplisia ke
dalam botol maserasi kemudian ditambahkan pelarut etanol 70%
dengan perbandingan 1:10. Simplisia direndam selama 3-5 hari dan
dilakukan pengadukan sesering mungkin. Hasil ekstrak cair

23
disaring dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan
antara filtrat dengan ampas. Filtrat ditampung dalam sebuah wadah
kaca, kemudian sisa ampasnya dilakukan remaserasi sampai jenuh
hingga tidak berwarna atau bening dengan masing-masing pelarut
etanol 70%. Semua ekstrak cair yang didapat kemudian dipekatkan
menggunakan rotary evaporator dengan suhu 40°C hingga
diperoleh ekstrak kental.
Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti.
Dalam penelitian ini objek penelitian yang digunakan yaitu ekstrak
etanol 70% daun bayam merah dengan konsentrasi 25%, 50% dan
75% untuk penyembuhan luka bakar pada tikus.
Pembuatan konsentrasi ekstrak daun bayam merah masing-
masing dilarutkan dalam 60 mL aquadest dengan perhitungan
sebagai berikut:
 Konsentrasi ekstrak 25%
Sebanyak 2,5 gram hasil ekstrak x 6 ekor tikus = 15 gram
ekstrak dilarutkan dalam 60 mL aquadest. Pengolesan
dilakukan 3 kali sehari selama 2 minggu dengan satu kali
pengolesan sebanyak 1 mL.
 Konsentrasi ekstrak 50%
Sebanyak 5 gram hasil ekstrak x 6 ekor tikus = 30 gram
ekstrak dilarutkan dalam 60 mL aquadest. Pengolesan
dilakukan 3 kali sehari selama 2 minggu dengan satu kali
pengolesan sebanyak 1 mL.
 Konsentrasi ekstrak 75%
Sebanyak 7,5 gram hasil ekstrak x 6 ekor tikus = 45 gram
ekstrak dilarutkan dalam 60 mL aquadest. Pengolesan
dilakukan 3 kali sehari selama 2 minggu dengan satu kali
pengolesan sebanyak 1 mL.

24
d. Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi ada
atau tidaknya senyawa flavonoid dan saponin yang terdapat dalam
daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.).
 Uji Flavonoid
Sebanyak 1 gr ekstrak daun bayam merah dimasukkan
kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan serbuk
magnesium secukupnya dan 10 tetes asam klorida pekat.
Keberadaan flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna
hitam kemerahan pada larutan (Wijaya et al., 2014).
 Uji Saponin
Sebanyak 1 gr ekstrak daun bayam merah ditambahkan
dengan akuades panas kemudian dikocok kuat selama kurang
lebih 1 menit. Selanjutnya didiamkan selama 10 menit dan
diamati buih atau busa yang terbentuk. Keberadaan senyawa
saponin dalam sampel ditandai dengan terbentuknya buih yang
hilang setelah ditambah 2 tetes HCl (Wijaya et al., 2014).

e. Pembuatan Luka Bakar


Bulu punggung tikus dicukur terlebih dahulu dengan alat
cukur hingga bersih. Tikus dianastesi dengan menggunakan
ketamin 1%. Luka bakar pada tikus dibuat dengan cara
menempelkan besi panas berdiameter 1,5 x 1,5 cm2 yang telah
dipanaskan diatas api bunsen. Pada bagian punggung tikus yang
bulunya telah dicukur ditempelkan selama 5 detik sehingga
terbentuk kulit yang melepuh atau mengalami luka bakar.

f. Pengujian Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar


Pengolesan semua kelompok perlakuan dilakukan secara
merata 3 kali sehari selama 2 minggu dengan pengolesan sebanyak
1 mL. Kelompok perlakuan terdiri dari :

25
Kelompok positif (P1) : dioleskan salep Bioplacenton
Kelompok negatif (P2) : diberikan aquadest
Kelompok P3 : diberikan konsentrasi ekstrak 25%
Kelompok P4 : diberikan konsentrasi ekstrak 50%
Kelompok P5 : diberikan konsentrasi ekstrak 75%
Diamati perubahan luka tersebut secara makroskopis
dengan pengukuran luas luka bakar dengan menggunakan
penggaris setiap hari. Perhitungan persentase penyembuhan luka
bakar dilakukan dengan rumus sebagai berikut (Ghofroh, 2017) :
L1−Ln
x 100%
L1

Keterangan : L1 = Luas luka bakar hari pertama


Ln = Luas luka bakar hari ke-n

H. Analisis Data
Data uji farmakologis ekstrak daun bayam merah yang diperoleh
kemudian diuji normalitas dan homogenitasnya data. Jika data tersebut
terdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan uji One Way
Anova. Apabila ada perbedaan yang bermakna maka dilakukan uji lanjutan
dengan menggunakan uji LSD (Least Significance Different) untuk
melihat ada atau tidaknya perbedaan secara signifikan antar kelompok
perlakuan.

26

Anda mungkin juga menyukai