Anda di halaman 1dari 13

1.

Pilih lah dua tokoh filsafat ilmu yang mengembangkan pemikiran tentang positivism dan
empirisme.
a. Buat lah ringkasan latar belakang tokoh tersebut
b. Buat lah ringkasan pokok-pokok pemikirannya
c. Beri kan komentar terkait pemikiran kedua tokoh tersebut
A. positivism

Salah satu tokoh filsafat ilmu yang mengembangkan pemikiran tentang


positivism adalah Auguste Comte, lahir pada tahun 1798 di Kota Monpollier Selatan,
ia berasal dari keluarga kelas menengah, ia anak seorang pegawai kerajaan dan
penganut katolik yang taat. Ia menikahi Caroline seorang bekas pelacur yang
nampaknya dari perkawinan itu adalah satu-satunya kesalahan besar yang ada dalam
kehidupannya. Pada tahun 1914-1817, Comte belajar di Sekolah politeknik di Paris.
Pada tahun 1817, dia diangkat menjadi sekretaris Saint Simon, akan tetapi kemudian
Comte memisahkan diri ketika dia menerbitkan buku “Sistem Politik Positif”, pada
tahun 1830 buku yang berjudul “Filsafat Positif” diterbitkan dan disusul dengan
karangan-karangan selanjutnya sampai pada tahun 1842. Dari sini kemudian comte
dianggap sebagai orang pertama yang memakai istilah sosiologi meskipun ada
anggapan lain, misalnya adalah Erikson yang mengatakan bahwa yang lebig tepat
menjadi sumber awal sosiologi adalah Adam Smith atau kaum Morallis pada umumnya.

Comte (1798-1857), adalah pendiri aliran filsafat Positivisme telah menampilkan


ajaran yang sangat terkenal,yaitu apa yang disebut hukum tiga tahap (law of three
stages). Melalui hukum ini ia menyatakan bahwa sejarah manusia, baik secara
individual atau keseluruhan, telah berkembang menurut tiga tahapan yaitu, Teologi atau
fiktif, tahap metafisik atau abstrak, dan tahap positif atau ilmiah atau ril. Secara eksplisit
pula ia tekankan bahwa istilah “positif” suatu istilah yang ia jadikan nama bagian aliran
filsafat yang ia bentuk sebagai sesuatu yang nyata, pasti, jelas bermamfaat serta sebagai
lawan dari sesuatu yang negative

Dengan memahami ajaran-ajaran Auguste Comte yang tercakup dalam satu


aliran filsafat yang ia sendiri memberikan namanya yaitu filsafat positivisme.
Pandangan positivisme ini, yang secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut

a) Ketidakpuasan terhadap dominasi positivisme, terhadap latar belakangnya yang


naturalistic dan deterministic
b) Reaksi terhadap kepercayaan akan apa yang disebut sebagai kemajuan abad ke -19
M.
c) Timbul reaksi terhadap pengertian mengenai perkembangan yang telah menjadi
mitos yang mencakup segala-galanya.

Auguste Comte adalah tokoh aliran yang sangat berpengaruh dalam


perkembangan positivisme, pendapat penulis dari aliran ini adalah indera sangat
penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dengan mempertajam dengan
alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Karena kekurang inderawi dapat
dikoreksi dengan eksperimen. Melihat dari pernyataan Comte diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa comte lebih menekankan pada pengamatan indra yang telah
dimiliki dan diperjelas dengan eksperimen.

B. Empirisme
Salah satu tokoh filsafat ilmu yang mengembangkan pemikiran tentang
Empirisme adalah David Hume (1711-1776), Hume lahir pada tanggal 7 Mei 1711 di
Edinburgh Inggris dan meninggal pada tanggal 25 Agustus 1776. Empirisme
mendasarkan pengetahuan bersumber pada pengalaman, bukan rasio. Hume memilih
pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Pengalaman itu bersifat lahiriyah (yang
menyangkut dunia) dan dapat pula bersifat batiniah (yang menyangkut pribadi
manusia). Hume mengkritik tentang pengertian subtansi dan kausalitas (hubungan
sebab akibat). Ia tidak menerima subtansi, sebab yang dialami manusia hanya kesan-
kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan muncul
gagasan. Kesan adalah hasil pengindraan langsung atas realitas lahiriah, sedang
gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan.
Hume membagi kesan menjadi dua: kesan sensasi dan kesan refleksi. Kesan
sensasi adalah kesan-kesan yang masuk ke dalam jiwa yang tidak diketahui sebab-
musababnya. Misalnya (kita melihat sebuah meja kayu): benda yang saya lihat di depan
adalah meja. Kesan refleksi adalah hasil dari gagasan. Gagasan jika muncul kembali ke
dalam jiwa akan membentuk kesan-kesan baru. Kesan baru hasil pencerminan dari ide
sebelumnya inilah yang disebut dengan kesan refleksi. Misalnya, (kita melihat sebuah
meja dari besi): itu meja besi. Kita dapat menentukan bahwa itu meja walaupun terbuat
dari bahan yang berbeda, karena sebelumnya kita sudah ada kesan sensasi terhadap
meja kayu.
Sedangkan ia menolak tentang kausalitas dan menurutnya bahwa pengalaman
hanya memberi kita urutan gejala, tetapi tidak memperlihatkan kepada kita urutan
sebab-akibat. Hume lebih suka menyebut urutan kejadian. Jika kita bicara tentang
hukum alam atau sebab akibat, sebenarnya kita membicarakan apa yang kita harapkan,
yang merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte oleh kebiasaan atau perasaan kita
saja.
Komentar penulis terhadap David Hume adalah pengaruh Pengalaman lebih
memberi keyakinan dibandingkan kesimpulan logika atau kemestian sebab akibat.
Hukum sebab akibat tidak lain hanya hubungan saling berurutan saja dan secara
konstan terjadi seperti api membuat air mendidih. Dalam api tidak bisa diamati adanya
“daya aktif” yang mendidihkan air. Daya aktif yang disebut hukum kausalitas itu tidak
bisa diamati. Dengan demikian kausalitas tidak bisa digunakan untuk menetapkan suatu
peristiwa yang akan datang berdasarkan peristiwa terdahulu.
2. Jelaskan bagaimana para pemikir (filsuf) merumuskan pemikiran seputar filsafat Ilmu

Urutan perkembangan filsafat meneurut sejarahnya

A. Filsafat Klasik Pra-Socrates: Filsafat Alam

Filsafat Yunani periode awal seringkali disebut sebagai filsafat, alam.


Penyebutan tersebut didasarkan pada munculnya banyak ahli pikir alam yang
mengfokuskan pemikirannya pada apa yang diamati disekitarnya, yakni alam semesta.
Thales (624-545 SM) Thales bisa dikatakan adalah filsuf pertama. Pemikirannya yang
sangat terkenal adalah zat utama yang menjadi dasar semua kehidupan adalah air
Anaximenes (585-528 SM) Anaximenes berkeyakinan bahwa yang menjadi asal dunia
adalah udara. Sebab, udaralah yang meliputi seluruh alam dan udara pula yang menjadi
dasar hidup bagi manusia untuk bernafas.

Phytagoras (582-496 SM) Phytagoras adalah matematikawan dan filsuf yang


paling dikenal melalui teoremanya. Phytagoras percaya bahwa segala sesuatu di dunia
ini berhubungan dengan matematika.

B. ZAMAN PRA YUNANI KUNO

Pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat


suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang
mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti.
Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia:
dari mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu
terbenam lagi? Melalui mite--mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam
semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya.

C. ZAMAN YUNANI KUNO

Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada
masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.
Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa
Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga
tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude
(suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis).

D. ZAMAN KEEMASAN FILSAFAT YUNANI

Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat
berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika)
dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum
muda. Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia,
sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras, Manusia adalah ukuran untuk segala-
galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan
yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh
semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati.

Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam


filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya
terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang
pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide.

Socrates (470-399 SM) Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran


Barat ialah metode penyelidikannya yang dikenal dengan metode elenchus yang
banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok.

Plato (427-347 SM) Plato percaya bahwa ide ialah realita yang sebenarnya dari
segala sesuatu yang ada dan dapat dikenal dengan pancaindra .
Aristoteles (384-322 SM) Aristoteles dikenal sebagai Bapak Logika.
Logikanya disebut sebagai Logika Tradisional dan disebut juga sebagai Logika Formal

E. MASA HELINITIS DAN ROMAWI

Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf
yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran
berikut:
Pertama, Sinisme. Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang
disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang
tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik.
Kedua, Stoik. Menyatakan penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini
disebut juga dengan Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan
Dualismenya. Ketiga, Epikurime. Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang
senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan
tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya.

F. ZAMAN ABAD PERTENGAHAN

Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu


pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga
aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu
pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui
bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.

G. ZAMAN MODERN

Zaman modern ditandai dengan berbagai penentuan dalam bidang ilmiah.


Perkembangan ilmu pengeahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis
sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes (1596-1650), tokoh yang terkenal
sebagai bapak filsafat moden. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti.
Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis
turus X dan Y dalarn bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi.
Charles Darwin dengan teorinya strugglefor life (perjuangan untuk hidup). JJ.
Thompson dengan temuannya elektron.
H. ZAMAN RENAISSANCE

Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang


bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika
kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.
Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas.
Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas
campur tangan ilahi. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada
Zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah
bidang astronomi.

Niccolo Machiavelli (1469-1527) dari Italia. Di bidang Filsafat politik Baru


pada titik extrim, Ia dikecam sebagai guru penipuan dan penghianatan politik,
sebagaiinkarnasi dari kekuatan licik dan brutal dari dunia politik dan penggagas
totalitarianisme modern

Francis Bacon (1561-1626) dari London. Francis B. adalah peletak dasar bagi
metode induksi modern dan menjadi pelopor yang mensistematisasi secara logis
prosedur ilmiah.

Blaise Pascal(1623-1662 M) . Minat utamanya ialah fisafat dan agama,


sedangkan hobinya ialah matematika dan geometri proyektif.

I. ZAMAN KONTEMPORER (ABAD KE-20 DAN SETERUSNYA)

Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika
menempati kedudukan yang paling tiggi. Menurut Traut fisika dipandang sebagai
dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental
yang mernbentuk alam semesta juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan
antara fisika dengan flsafat terliht dalam dua cara. Pertama, persuasi filosafis mengenai
metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan subtasional tentang fisika
(misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua, ajaran filsafat
tradisional yang menjawab fenornena tentang materi, kuasa, ruang, dan waktu. Dengan
demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara filsafat dan fisika

Hingga pada akhirnya bidang ilmu filsafat dibagi menjadi beberap rumpun
ilmu yaitu Nomenklatur Rumpun Bidang Ilmu
 Ilmu agama, yang mengkaji keyakinan tentang ketuhanan atau ketauhidan serta
teks-teks suci agama;
 Ilmu Humaniora, yang mengkaji dan mendalami nilai kemanusiaan dan pemikiran
manusia;
 Ilmu sosial, yang mengkaji dan mendalami hubungan antar manusia dan berbagai
fenomena Masyarakat;
 Ilmu alam, yang mengkaji dan mendalami alam semesta selain manusia;
 Ilmu formal yang mengkaji dan mendalami sistem formal teoritis; dan
 Ilmu terapan, yang mengkaji dan mendalami aplikasi ilmu bagi kehidupan
manusia.
3. Buat lah uraian tentang fenomena relasi masyarakat, alam, dan kehidupan masa depan
yang dilihat dari sudut pandang dari filsafat ilmu
Tahun 1784, filsuf dan pionir astronomi John Michell menggagas adanya sebuah
benda yang begitu besar di alam semesta. Sekitar 200 tahun kemudian lewat teori
relativitas yang digagas Einstein, sejumlah ilmuwan menekuni gagasan itu dan
mengatakan bahwa obyek itu memang ada dan begitu misterius sehingga apa pun bisa
terisap olehnya. Selama ini, rupa obyek yang kemudian dikenal dengan nama lubang hitam
(black hole) itu selalu dicari. Pemikiran ini terus dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan
lainnya, salah satunya adalah Stephen William Hawking yang membuat istilah tersebut
semakin populer.
Terlepas dari perbedaan waktu dan perubahan dunia, Sesuatu yang tidak berubah
itulah membuat kita tetap bisa mengenali dan mengetahui bahwa pengetahuan yang kita
miliki menunjang adanya kesamaan pengalaman ataupun pengetahuan. Hal inilah yang
disebut dengan ontologi dari pemikiran masalalu. epistemologi ini adalah cara manusia
dalam memperoleh sebuah ilmu pengetahuan, bagaimana pemikiran filsuf yang terus
dikembangkan untuk menjadi ilmu.
aksiologi membahas tentang manfaat dari ilmu pengetahuan yang kita peroleh.
Ranah dari aksiologi ini sendiri adalah tentang etika dan estetika. Maka, dengan aksiologi
kita bisa memilah apakah ilmu pengetahuan yang kita peroleh tersebut bermanfaat atau
tidak bermanfaat bagi kita. Maka, jika kita masih membahas mengenai ilmu pengetahuan
tentang rumah seperti sebelumnya, maka dengan aksiologi kita mencoba untuk
mengetahui apakah Lubang hitam memberi manfaat atau tidak untuk kehidupan kita
sehari-hari.
4. Jika anda hendak menjadi seorang pemikir uraikan dan jelaskan model dan tipe pemikir
seperti apa yang anda inginkan dan harapkan, serta jelaskan pokok-pokok pemikiran yang
hendak anda sampaikan ke masyarakat.

Jika penulis hendak menjadi seorang filsuf penulis ingin menyamakan pemikiran
John Stuart Mill, dimana pemikiran Mill Didalam etika (ilmu kesusilaan) Mill menuju
kepada hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat atas dasar utilitarisme yang
berpangkal pada pertimbangan psikologis. Menurut teori Mill, manusia harus bertindak
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan akibat-akibat sebanyak mungkin dan sedapat-
dapatnya mengelakkan akibat-akibat buruk. Kebahagiaan tercapai jika memiliki
kesenangan dan bebas dari kesusahan. Suatu perbuatan dapat dinilai baik atau buruk
sejauh dapat meningkatkan kebahagiaan kepada orang lain sebanyak mungkin.

Pemikiran Mill juga menyatakan bahwa ada dua sumber pemikiran utilitarianisme.
Pertama, dasar normatif artinya suatu tindakan dianggap benar kalau bermaksud
mengusahakan kebahagiaan atau menghindari hal yang menyakitkan. Kedua, dasar
Psikologi artinya dalam hakikat manusia berasal dari keyakinannya bahwa mayoritas
orang punya keinginan dasar untuk bersatu dan hidup harmonis dengan sesama manusia

Prinsip utilitarsme berbunyi “Suatu tindakan dapat dibenarkan secara moral apabila
akibat-akibatnya menunjang kebahagiaan semua yang bersangkutan dengan sebaik
mungkin”. Kegunaan utility atau prinsip kebahagiaan terbesar merupakan dasar moralitas,
bahwa suatu tindakan harus dianggap betul jika cenderung mendukung kebahagiaan. Yang
dimaksud dengan kebahagiaan adalah kesenangan dan kebebasan dari perasaan sakit.

Pemikiran Mill juga sangat berpangaruh pada kesetaraan manusia, seperti hal yang
diungkapkan oleh prams, “berlaku adil sejak dalam pikiran”

5. Jelaskan dan uraikan hubungan pengetahuan, ilmu, dan filsafat


A. PENGERTIAN ILMU
The Liang Gie mengutip Paul Freedman dari buku The Principles Of Scientific
Research memberi batasan ilmu sebagai berikut: “ilmu adalah suatu bentuk aktiva
manusia yang dengan melakukanya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan
senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam dimasa lampau, sekarang dan
kemudian hari, serta suatu kemapuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya
pada dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri “.
Rumusan lain menurut Carles Siregar yang menyatakan: “ilmu adalah proses
membuat pengetahuan”. Rumusan lain menurut Jujun S. Suriasumantri dalam buku
ilmu dalam perspektif menulis: “....ilmu lebih bersifat merupakan kegiatan daripada
sekedar produk yang siap dikonsumsikan”. Dalam The Liang Gie, definisi ilmu
sebagai berikut: Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif
dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala
kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan.
B. PENGERTIAN PENGETAHUAN
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu
knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowlegde is justified true belief). Menurut Prof.
Amsal Bachtiar; pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Pengetahuan merupakan Hasil yang didapatkan dari proses penalaran yaitu usaha
berpikir dalam menarik suatu kesimpulan serta usahanya untuk tahu. Pengetahuan
yang benar akan didapatkan jika manusia dapat melakukan proses kegiatan berpikir
secara mendalam. Kegiatan berpikir untuk mendapatkan suatu pengetahuan
mempunyai ciri-ciri yaitu:
 Logis. Berpikir logis disini adalah suatu kegiatan berpikir menurut suatu pola
tertentu atau menurut logika tertentu.
 Sifat analitik. Kegiatan berpikir yang menyadarkan diri pada suatu analisis dan
kerangka berpikir yang dipergunakan.

Jenis pengetahuan:

 Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah
common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang
memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Common sense, semua orang
sampai pada keyakinan secara umum tentang sesuatu, dimana mereka akan
berpendapat sama semuanya. Common sense diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
Contoh: makanan dapat memuaskan rasa lapar, air dipakai untuk menyiram bunga.
 Pengetahuan ilmu, yaitu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan
common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengamatan dan pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari. Namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara
cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
 Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara lebih luas dan
mendalam serta reflektif dan kritis dalam mengkaji sesuatu. Beda dengan ilmu,
kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit.
 Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat
para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para
pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran
tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering disebut hubungan vertikal,
dan hubungan horizontal yaitu berhubungan dengan manusia.

Sumber pengetahuan

 Empirisme: Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan


didapat lewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang
konkret. Gejala-gejala alamiah adalah bersifat konkret, dapat dinyatakan lewat
tangkapan panca indera.
 Rasionalisme: Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam
menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan
dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima.
 Intuisi: Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu
masalah tiba-tiba saja menemukan jawabannya atas permasalahan tersebut, tanpa
melalui proses berliku-liku (tiba-tiba menemukan jawaban atas permasalahan
tersebut). Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.
 Wahyu: Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada
manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat Nabi- Nabi yang diutusnya sepanjang
zaman.
C. FILSAFAT
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring
perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti :
”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy”
dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa
Arab.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau
juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan.
Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf
adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Johann Gotlich Fickte ( 1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre ( ilmu
dari ilmu-ilmu ) yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan
sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Filsafat menurut para filusuf disebut sebagai induk ilmu. Karena dari filsafatlah
ilmu-ilmu modern dan kontemporer berkembang. Karakteristik berpikir filsafat yang
pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak akan merasa puas jika hanya
mengenal ilmu dari sudut pandang ilmu itu sendiri. Jika ingin mengetahui hakikat
ilmu, maka akan dikaitkan dengan ilmu lainnya. Misalnya, ingin mengetahui kaitan
ilmu dengan moral, ilmu dengan agamanya, dan ingin merasa yakin bahwa ilmu itu
akan membawa kebahagiaan terhadap kehidupan dirinya. Karakteristik atau ciri
berpikir filsafati yang ketiga adalah spekulatif. Artinya, hasil pemikiran yang didapat
dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikiran selalu dimaksudkan
sebagai dasar untuk menjelajah wilyah pengetahuan yang baru (Surajiyo, 2005: 13).
D. HUBUNGAN PENGETAHUAN, ILMU, DAN FILSAFAT
 Persamaan Antara Filsafat Dan Ilmu
Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap
lengkapnya sampai ke-akar-akarnya, Keduanya memberikan pengertian mengenai
hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan
mencoba menunjukkan sebab-akibatnya, Keduanya hendak memberikan sistesis,
yaitu suatu pandangan yang bergandengan, Keduanya mempunyai metode dan
system, Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya
timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.
 Persamaan Antara Filsafat Dan Pengetahuan
Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap -
lengkapnya sampai keakar-akarnya. Keduanya memberikan pengertian mengenai
hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan
mencoba menunjukan sebab-sebanya. Keduanya hendak memberikan sintesis,
yaitu suatu pandangan yang bergandengan. Keduanya mempunyai metode dan
sistem. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya
timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
 Persamaan Ilmu Dan Pengetahuan
Ilmu dan Pengetahuan pada dasarnya memiliki arti yang sama yaitu analisa
terhadap suatu hal berdasarkan metode ilmiah hanya saja penggunaannya
tergantung dari sifat dan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan keilmuan
tersebut. Keduanya sangat sulit untuk dipisahkan karena merupakan pengetahuan
tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial
(kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu
artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang menjadi
objek kajian dari ilmu terkait.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2003. Filsafat Umum. Rajawali Press, Jakarta.

Franz Magnis –Suseno, Tiga Belas Model Pendekatan Etika, Yogyakarta: Penerbit
Kanisius

Irham Nugroho, “positivism Auguste Comte: Analisa Epistimologis Dan Nilai Etisnya
Terhadap Sains, CAKRAWALA. Vol. XI, No. 2

Surajiyo. (2005). Ilmu Filsafat. Jakarta : Bumi Aksara

Suriasumantri, Jujun. S. (2003). Filsafat Ilmu. Jakarta : Mulia sari.

The Liang Gie. (2012). Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.

Wibisono Koento, Arti Perkembangan Menurut Filsafat Postivisme Auguste Comte,


(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1982)

Wijaya, Yoga Permana, 2014. Landasan Berfikir Filsafat Manfaat dan Penerapanya
Pembagian Filsafat Ciri Filsafat dan Landasan Filsafat.
https://yogapermanawijaya.wordpress.com.

Anda mungkin juga menyukai