Pilih lah dua tokoh filsafat ilmu yang mengembangkan pemikiran tentang positivism dan
empirisme.
a. Buat lah ringkasan latar belakang tokoh tersebut
b. Buat lah ringkasan pokok-pokok pemikirannya
c. Beri kan komentar terkait pemikiran kedua tokoh tersebut
A. positivism
B. Empirisme
Salah satu tokoh filsafat ilmu yang mengembangkan pemikiran tentang
Empirisme adalah David Hume (1711-1776), Hume lahir pada tanggal 7 Mei 1711 di
Edinburgh Inggris dan meninggal pada tanggal 25 Agustus 1776. Empirisme
mendasarkan pengetahuan bersumber pada pengalaman, bukan rasio. Hume memilih
pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Pengalaman itu bersifat lahiriyah (yang
menyangkut dunia) dan dapat pula bersifat batiniah (yang menyangkut pribadi
manusia). Hume mengkritik tentang pengertian subtansi dan kausalitas (hubungan
sebab akibat). Ia tidak menerima subtansi, sebab yang dialami manusia hanya kesan-
kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan muncul
gagasan. Kesan adalah hasil pengindraan langsung atas realitas lahiriah, sedang
gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan.
Hume membagi kesan menjadi dua: kesan sensasi dan kesan refleksi. Kesan
sensasi adalah kesan-kesan yang masuk ke dalam jiwa yang tidak diketahui sebab-
musababnya. Misalnya (kita melihat sebuah meja kayu): benda yang saya lihat di depan
adalah meja. Kesan refleksi adalah hasil dari gagasan. Gagasan jika muncul kembali ke
dalam jiwa akan membentuk kesan-kesan baru. Kesan baru hasil pencerminan dari ide
sebelumnya inilah yang disebut dengan kesan refleksi. Misalnya, (kita melihat sebuah
meja dari besi): itu meja besi. Kita dapat menentukan bahwa itu meja walaupun terbuat
dari bahan yang berbeda, karena sebelumnya kita sudah ada kesan sensasi terhadap
meja kayu.
Sedangkan ia menolak tentang kausalitas dan menurutnya bahwa pengalaman
hanya memberi kita urutan gejala, tetapi tidak memperlihatkan kepada kita urutan
sebab-akibat. Hume lebih suka menyebut urutan kejadian. Jika kita bicara tentang
hukum alam atau sebab akibat, sebenarnya kita membicarakan apa yang kita harapkan,
yang merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte oleh kebiasaan atau perasaan kita
saja.
Komentar penulis terhadap David Hume adalah pengaruh Pengalaman lebih
memberi keyakinan dibandingkan kesimpulan logika atau kemestian sebab akibat.
Hukum sebab akibat tidak lain hanya hubungan saling berurutan saja dan secara
konstan terjadi seperti api membuat air mendidih. Dalam api tidak bisa diamati adanya
“daya aktif” yang mendidihkan air. Daya aktif yang disebut hukum kausalitas itu tidak
bisa diamati. Dengan demikian kausalitas tidak bisa digunakan untuk menetapkan suatu
peristiwa yang akan datang berdasarkan peristiwa terdahulu.
2. Jelaskan bagaimana para pemikir (filsuf) merumuskan pemikiran seputar filsafat Ilmu
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada
masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.
Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa
Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga
tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude
(suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis).
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat
berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika)
dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum
muda. Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia,
sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras, Manusia adalah ukuran untuk segala-
galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan
yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh
semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati.
Plato (427-347 SM) Plato percaya bahwa ide ialah realita yang sebenarnya dari
segala sesuatu yang ada dan dapat dikenal dengan pancaindra .
Aristoteles (384-322 SM) Aristoteles dikenal sebagai Bapak Logika.
Logikanya disebut sebagai Logika Tradisional dan disebut juga sebagai Logika Formal
Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf
yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran
berikut:
Pertama, Sinisme. Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang
disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang
tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik.
Kedua, Stoik. Menyatakan penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini
disebut juga dengan Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan
Dualismenya. Ketiga, Epikurime. Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang
senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan
tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya.
G. ZAMAN MODERN
Francis Bacon (1561-1626) dari London. Francis B. adalah peletak dasar bagi
metode induksi modern dan menjadi pelopor yang mensistematisasi secara logis
prosedur ilmiah.
Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika
menempati kedudukan yang paling tiggi. Menurut Traut fisika dipandang sebagai
dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental
yang mernbentuk alam semesta juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan
antara fisika dengan flsafat terliht dalam dua cara. Pertama, persuasi filosafis mengenai
metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan subtasional tentang fisika
(misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua, ajaran filsafat
tradisional yang menjawab fenornena tentang materi, kuasa, ruang, dan waktu. Dengan
demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara filsafat dan fisika
Hingga pada akhirnya bidang ilmu filsafat dibagi menjadi beberap rumpun
ilmu yaitu Nomenklatur Rumpun Bidang Ilmu
Ilmu agama, yang mengkaji keyakinan tentang ketuhanan atau ketauhidan serta
teks-teks suci agama;
Ilmu Humaniora, yang mengkaji dan mendalami nilai kemanusiaan dan pemikiran
manusia;
Ilmu sosial, yang mengkaji dan mendalami hubungan antar manusia dan berbagai
fenomena Masyarakat;
Ilmu alam, yang mengkaji dan mendalami alam semesta selain manusia;
Ilmu formal yang mengkaji dan mendalami sistem formal teoritis; dan
Ilmu terapan, yang mengkaji dan mendalami aplikasi ilmu bagi kehidupan
manusia.
3. Buat lah uraian tentang fenomena relasi masyarakat, alam, dan kehidupan masa depan
yang dilihat dari sudut pandang dari filsafat ilmu
Tahun 1784, filsuf dan pionir astronomi John Michell menggagas adanya sebuah
benda yang begitu besar di alam semesta. Sekitar 200 tahun kemudian lewat teori
relativitas yang digagas Einstein, sejumlah ilmuwan menekuni gagasan itu dan
mengatakan bahwa obyek itu memang ada dan begitu misterius sehingga apa pun bisa
terisap olehnya. Selama ini, rupa obyek yang kemudian dikenal dengan nama lubang hitam
(black hole) itu selalu dicari. Pemikiran ini terus dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan
lainnya, salah satunya adalah Stephen William Hawking yang membuat istilah tersebut
semakin populer.
Terlepas dari perbedaan waktu dan perubahan dunia, Sesuatu yang tidak berubah
itulah membuat kita tetap bisa mengenali dan mengetahui bahwa pengetahuan yang kita
miliki menunjang adanya kesamaan pengalaman ataupun pengetahuan. Hal inilah yang
disebut dengan ontologi dari pemikiran masalalu. epistemologi ini adalah cara manusia
dalam memperoleh sebuah ilmu pengetahuan, bagaimana pemikiran filsuf yang terus
dikembangkan untuk menjadi ilmu.
aksiologi membahas tentang manfaat dari ilmu pengetahuan yang kita peroleh.
Ranah dari aksiologi ini sendiri adalah tentang etika dan estetika. Maka, dengan aksiologi
kita bisa memilah apakah ilmu pengetahuan yang kita peroleh tersebut bermanfaat atau
tidak bermanfaat bagi kita. Maka, jika kita masih membahas mengenai ilmu pengetahuan
tentang rumah seperti sebelumnya, maka dengan aksiologi kita mencoba untuk
mengetahui apakah Lubang hitam memberi manfaat atau tidak untuk kehidupan kita
sehari-hari.
4. Jika anda hendak menjadi seorang pemikir uraikan dan jelaskan model dan tipe pemikir
seperti apa yang anda inginkan dan harapkan, serta jelaskan pokok-pokok pemikiran yang
hendak anda sampaikan ke masyarakat.
Jika penulis hendak menjadi seorang filsuf penulis ingin menyamakan pemikiran
John Stuart Mill, dimana pemikiran Mill Didalam etika (ilmu kesusilaan) Mill menuju
kepada hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat atas dasar utilitarisme yang
berpangkal pada pertimbangan psikologis. Menurut teori Mill, manusia harus bertindak
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan akibat-akibat sebanyak mungkin dan sedapat-
dapatnya mengelakkan akibat-akibat buruk. Kebahagiaan tercapai jika memiliki
kesenangan dan bebas dari kesusahan. Suatu perbuatan dapat dinilai baik atau buruk
sejauh dapat meningkatkan kebahagiaan kepada orang lain sebanyak mungkin.
Pemikiran Mill juga menyatakan bahwa ada dua sumber pemikiran utilitarianisme.
Pertama, dasar normatif artinya suatu tindakan dianggap benar kalau bermaksud
mengusahakan kebahagiaan atau menghindari hal yang menyakitkan. Kedua, dasar
Psikologi artinya dalam hakikat manusia berasal dari keyakinannya bahwa mayoritas
orang punya keinginan dasar untuk bersatu dan hidup harmonis dengan sesama manusia
Prinsip utilitarsme berbunyi “Suatu tindakan dapat dibenarkan secara moral apabila
akibat-akibatnya menunjang kebahagiaan semua yang bersangkutan dengan sebaik
mungkin”. Kegunaan utility atau prinsip kebahagiaan terbesar merupakan dasar moralitas,
bahwa suatu tindakan harus dianggap betul jika cenderung mendukung kebahagiaan. Yang
dimaksud dengan kebahagiaan adalah kesenangan dan kebebasan dari perasaan sakit.
Pemikiran Mill juga sangat berpangaruh pada kesetaraan manusia, seperti hal yang
diungkapkan oleh prams, “berlaku adil sejak dalam pikiran”
Jenis pengetahuan:
Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah
common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang
memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Common sense, semua orang
sampai pada keyakinan secara umum tentang sesuatu, dimana mereka akan
berpendapat sama semuanya. Common sense diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
Contoh: makanan dapat memuaskan rasa lapar, air dipakai untuk menyiram bunga.
Pengetahuan ilmu, yaitu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan
common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengamatan dan pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari. Namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara
cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara lebih luas dan
mendalam serta reflektif dan kritis dalam mengkaji sesuatu. Beda dengan ilmu,
kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit.
Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat
para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para
pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran
tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering disebut hubungan vertikal,
dan hubungan horizontal yaitu berhubungan dengan manusia.
Sumber pengetahuan
Franz Magnis –Suseno, Tiga Belas Model Pendekatan Etika, Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Irham Nugroho, “positivism Auguste Comte: Analisa Epistimologis Dan Nilai Etisnya
Terhadap Sains, CAKRAWALA. Vol. XI, No. 2
Wijaya, Yoga Permana, 2014. Landasan Berfikir Filsafat Manfaat dan Penerapanya
Pembagian Filsafat Ciri Filsafat dan Landasan Filsafat.
https://yogapermanawijaya.wordpress.com.