Anda di halaman 1dari 46

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan asuhan

keperawatan anak dengan demam typhoid. Konsep penyakit yang akan diuraikan definisi,

etiologi dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah –

masalah yang muncul pada penyakit demam typhoid dengan melakukan asuhan keperawatan

yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Pengertian typhoid

Demam Tifoid adalah infeksi sistemik akut pada saluran pencernaan yang

disebabkan oleh salmonella typhi. (Widoyono, 2008).

Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada

aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella Thyposa atau Salmonella

paratyphi A, B, C. Pada penyakit demam tifoid ini masa inkubasi dihitung mulai saat

pertama kali kuman ini masuk kemudian ‘tidur’ sebentar untuk kemudian menyerang

tubuh kita, masa ini berlangsung 7-12 hari. pada awal penyakit ini penderita

mengalami keluhan berupa anoreksia, rasa malas, sakit kepala bagian depan, nyeri

otot, lidah kotor, gangguan perut mulas dan sakit (Akhsin, 2011).

2.1.2 Etiologi

Menurut Widoyono (2008)

Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Salmonela adalah bakteri

gram negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagela, dan tidak membentuk spora.

Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium,

yaitu:

1) Antigen O (somatik)
2) Antigen H (flagela). Dan

3) Antigen K (selaput)

Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57oC selama beberapa menit

Gambar : 2.1 Salmonella Typhi (http://salmonellatyphi.org/)

Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisan

luar dinding sel yang dinamakan endotoksin. Bakteri ini akan mati pada pemanasan

570C selama beberapa menit

2.1.3 Manifestasi Klinik

Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang timbul

sangat bervariasi dari ringan sampai dengan yang berat, dari asimtomatik hingga

gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian (Widodo, 2010).

Menurut Zulkoni (2011)

1. Minggu Pertama (awal terinfeksi)

Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit ini pada awalnya sama

dengan penyakit infeksi akut yang lain seperti demam tinggi yang berpanjangan

yaitu setinggi 39℃ hingga 40℃, sakit kepala, pusing, pegel-pegel, anoreksia,

mual muntah, perut kembung, dan merasa tidak enak, sedangkan diare dan

sembelit silih berganti.


Pada akhir minggu pertama diare lebih sering terjadi. Lidah pada penderita adalah

kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor, tenggorokan

terasa kering dan beradang.

2. Minggu Kedua

Jika pada minggu pertama suhu tubuh berangsur meningkat setiap hari yang

biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari.

Pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi

(demam). Lidah tampak kering merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan

tekanan darah menurun dan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang

berwarna gelap akibat terjadi perdarahan.

3. Minggu Ketiga

Suhu tubuh berangsur-angsur turun dan kembali normal diakhir minggu. Hal ini

terjadi bila tanpa kompikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik gejala-

gejala akan berkurang dan temperature mulai turun. Meskipun demikian justru

pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi akibat

lepasnya kerak dari ulkus.

2.1.4 Tanda dan Gejala

Menurut Deden dan Tutik (2010) tanda gejala demam thypoid yaitu:

1. Tanda

a. Demam : khas demam 3 minggu, sifat febris remitent dan suhu tidak seberapa

tinggi. Minggu I : suhu meningkat setiap hari, menurun pada pagi hari dan

meningkat lagi pada sore dan malam hari. Minggu II : pasien terus dalam

berada dalam keadaan demam. Minggu III : suhu tubuh berangsur turun dan

normal pada minggu ketiga.


b. Gangguan saluran penceranaan : mulut ; nafas berbau tidak sedap, bibir

kering dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepi

kemerahan, jarang di sertai tremor, anoreksia, mual dan perasaan tidak enak

diperut. Abdomen kembung, hepatomegali, dan splenomegali disertai nyeri

tekan perabaan. Bisa disertai konstipasi, kadang normal, dapat terjadi diare

c. Nyeri otot dan kepala

d. Bintik merah pada kulit (roseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit.

e. Epistaksis

2. Gejala

Prodormal : tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, tidak bersemangat

2.1.5 Anatomi Fisiologi

Menurut Setiadi (2007) anatomi dari usus.

1. Usus halus adalah saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar, yang

merupakan tuba terlilit yang merentang dari sfingter pylorus sampai katup ileosekal,

tempatnya menyatu dengan usus besar.

2. Susunan usus halus

a. Duodenum disebut juga usus 12 jari panjangnya 25-30 cm, berbentuk sepatu kuda

melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pancreas yang menghasilkan

amylase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida. Duodenum

merupakan bagian yang terpendek dari usus halus.

b. Yeyenum adalah kelanjutan dari duodenum yang panjangnya kurang lebih 1-1,5 m.

c. Ileum merentang sampai menyatu dengan usus besar dengan panjang 2-2,5 m.

lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan

perantaraan lipatan peritorium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.

Ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang yang
bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini diperkuat oleh sfingter, ileoseikalis dan

pada bagian ini terdapat katub valvula seikalis atau valvula baukini yang berfungsi

untuk mencegah cairan dalam kolon asendens tidak masuk kembali ke ileum.

Gambar 2.2 saluran gastrointestinal


Gambar : 2.3 anatomi dan fisiologi usus halus

Mukosa usus halus, yaitu permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan

mukosa dan mikrovilli memudahkan pencernaan dan absorpsi, lipatan ini dibentuk

oleh mukosa dan sub mukosa yang memperbesar permukaan usus. Pada

penampang melintang villi dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan

bermacam-macam hormone jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif

dalam pencernaan.

1. Gerakan usus halus

Pergerakan usus halus dipicu oleh peregangan dan secara reflek dikendalikan oleh

system saraf otak. Gerakan usus antara lain adalah :

a. Segmentasi irama, yaitu pergerakan percampuran utama dengan mencapur

kimus dengan cairan pencernaan dan memaparkannya kepermukaan absorbs.

Gerakan ini berupa gerakan kontriksi dan relaksasi yang bergantian dari

cincin-cincin otot dinding usus yang membagi isi menjadi segmen-segmen dan

mendorong kimus bergerak maju mundur dari satu segmen yang relaks ke
segmen lain. Gerakan segmental memisahkan beberapa segmen usus dari yang

lain, hal ini memungkinkan isi lumen yang cair bersentuhan dengan dinding

usus dan akhirnya siap diabsorbsi.

b. Peristaltic, yaitu kontraksi ritmis otot polos longitudinal dan sirkuler yang

mendorong dan menggerakan kimus kearah bawah disepanjang saluran.

c. Gerakan pendulum/ayunan, menyebabkan isi usus bercampur.

2. Fungsi usus halus

a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-

kapiler darah dan saluran-saluran limfe dengan proses sebagai berikut :

1) Menyerap protein dalam bentuk asam amino

2) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida

b. Secara selektif mengabsorbsi produk digesti dan juga air, garam dan vitamin.

3. Kelenjar yang dihasilkan usus halus

Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang

menyempurnakan makanan yaitu :

a. Enterokinase, mengaktifkan enzim tripsinogen pancreas menjadi tripsin yang

kemudian mengurai protein dan peptide yang lebih kecil

b. Aminopeptidase, tetrapeptidase dan dipeptidase yang mengurai peptida

menjadi asam amino bebas

c. Amylase usus yang menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida (maltose,

sukrosa dan laktosa)

d. Maltase, isomaltase, lactase dan sukrase yang memecah disakarida maltosa,

laktosa, dan sukrosa menjadi monosakarida

e. Lipase usus yang memecah monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol

f. Erepsin, menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino


g. Lactase, mengubah lactase menjadi monosakarida

h. Maltosa, mengubah maltosa menjadi monosakarida

i. Sukrosa, mengubah sukrosa menjadi monosakarida

4. Absorbsi Makanan

Makanan yang telah dicerna oleh berbagai getah pencerna yaitu ludah, getah

lambung, getah pancreas, dan sukus enterikus menjadi bentuk yang sederhana

(protein menjadi asam amino, lemak menjadi gliserol dan asam lemak,

karbohidrat menjadi monosakarida). Akhirnya siap untuk diabsorbsi didalam usus

halus melalui dua saluran yaitu pembuluh kapiler darah dan saluran limfe di vili

usus halus, dan oleh vena porta di bawa kehati untuk mengalami beberapa

perubahan.

Absorbsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung didalam

usus halus melalui 2 (dua) saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan

saluran limfe yang berada disebelah dalam permukaan vili usus. Sebuah vilus

berisi lacteal, pembuluh darah epithelium dan jaringan otot yang diikat bersama

oleh jaringan limfoid seluruhnya diliputi membrane dasar dan ditutup oleh

epithelium.

Jalur dalam absorbsi, diusus halus melalui jalur absorbtif, yaitu produk-produk

seperti monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserol, juga air, elektrolit,

vitamin dan cairan pencernaan diabsorbsi menembus membran sel epitel

duodenum dan yeyenum. Hanya sedikit yang berlangsung diileum kecuali garam-

garam empedu dan vitamin B12.

2.1.6 Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat di tularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5F yaitu: food (makanan), finger (jari tangan/kuku), fomitus (muntah),
fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan muntah pada penderita thypoid dapat

menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat

ditularkan melalui perantara lalat dimana lalat akan hinggap di makanan yang

dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan

kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman

salmonella thypi masuk ke tubuh orangyang sehat melalui mulut. (Deden dan Tutik,

2010)

Salmonella typhi dari mulut manusia yang terinfeksi selanjutnya menuju

lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung (HCL) dan sebagian

lagi lolos masuk ke usus halus bagian distal (usus bisa terjadi iritasi) dan

mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan darah mengandung bakteri

(bakterimia) primer. Selanjutnya melalui aliran darah dan jaringan limpoid menuju

limfa dan hati. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, yang

menyebabkan hepatomegali dan splenomegali. lalu masuk ke aliran darah dan

mencapai organ lain terutama usus halus sehingga terjadi peradangan yang

menyebabkan malabsorbsi nutrien dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare.

Semula disangka munculnya demam dan gejala toksemia (darah yang beracun) pada

penderita tipes disebabkan oleh endotoksemia, tetapi berdasarkan penelitian

eksperimental disimpulkan bahwa endoteksemia bukan merupakan penyebab utama

demam pada thypoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis thypoid, karenan

membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena

salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen

oleh leukosit pada jaringan yang meradang (Zulkoni, 2011)


Patogenesis (tata cara masuknya kuman Thypoid ke dalam tubuh) pada penyakit

Thypoid menurut Andra dan Yessie (2013) ini di bagi atas 2 bagian, yaitu :

a. Menembus dinding usus masuk ke dalam darah. Diphagosititis oleh kuman RES

(Reticule Endothelil System) dalam hepar dan lien disini kuman berkembangbiak

dan masuk kedalam darah lagi dan menimbulkan infeksi di usus lagi.

b. Bacil melalui toncil secara Lymphogen dan Haemophogen masuk kedalam hepar

dan lien, bacil mengeluarkan toxin, toxin inilah yang menimbulkan gejala klinis

2.1.7 Diagnosa Banding

Menurut Arita (2011) diagnosa banding demam thyphoid yaitu:

1. Typhus Abdominalis

2. DHF

3. Malaria

4. TBC

5. Pneumonia

2.1.8 Komplikasi

Menurut Deden dan Tutik (2010) komplikasi yang dapat terjadi :

1. Pada usus halus

a. Perdarahan usus : diketahui dengan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Dapat

terjadi melena, disertai nyeri perut dengan tanda renjatan

b. Perforasi usus : biasa terjadi pada minggu ketiga bagian distal illeum.

Perforasi yang tidak disertai peritonitis terjadi bila ada udara di rongga

peritonium dengan tanda pekak hati menghilang, terdapat udara dihati dan

diafragma pada foto RO abdomen posisi tegak

c. Peritonitis : gejala akut abdoomen yang ditemui nyeri perut hebat, dinding

abdomen tegang dan nyeri tegang


2. Luar usus halus

Terdapat lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterenimia) seperti meningitis,

kolestitis, ensefalopati dll. Infeksi sekunder : bronkopneumonia.

Masukan nutrisi kurang : dehidrasi dan asidosis, dan perspirasi : suhu tubuh

tinggi.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Deden dan Tutik (2010)

Pemeriksaan laboraturium :

1. Pemeriksaan darah tepi : terdapat gambaran leukopenia, limpositosis relatif dan

eosinifilia pada awal penyakit, anemia, trombositopenia ringan dan pemeriksaan

SGOT serta SGPT, pada keadaan demam thypoid biasanya meningkat dan akan

kembali normal setelah sembuh.

2. Pemeriksaan sumsung tulang : gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES

dengan adanya sel makrofag dan sistem eritropoeses, granulopoeses dan

trombopoeses berkurang.

3. Biakan/kultur empedu : basil salmonella typosa ditemukan pada darah (minggu I),

faeses dan urin. Hasil (+) untuk menegakkan diagnosa, hasil (-) menentukan

penderita sembuh dan tidak menjadi karier.

4. Pemeriksaan widal

a. Dasar pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi antara serum pasien (antibodi)

dengan suspensi antigen salmonela typosa. Hasil positif bila terjadi reaksi

aglutinasi.

b. Cara dengan mengencerkan serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan,

dengan pengenceran tertinggi yang masih dapat menimbulkan reaksi

aglutinasi.
c. Untuk mendiagnosa diperlukan titer zat anti terhadap antigen O yang bernilai

1/200/ lebih atau menunjukkan kenaikan yang proresif, sedangkan titer zat anti

terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna karena titer H

akan tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi, mencapai puncaknya bersamaan

dengan penyembuhan pasien.

d. Pemeriksaan wodal tidak selalu positif walau pasien menderita Thipoid

Abdominalis (negatif semu). Sebaliknya titer dapat positif semu karena

keadaan sebagai berikut :

1) Titer O dan H tinggi karena terdapat aglutinin normal karena infeksi

Basil Coli patogen pada usus

2) Neonatus : zat anti diperoleh dari ibu lewat tali pusat

3) Terdapat infeksi silang dengan Rikettsia (well felix)

4) Imunisasi alamiah karena masuknya basil per oral pada keadaan

infeksi subklinis.

2.1.10 Pencegahan

Menurut Zulkoni (2011) bila seseorang menderita penyakit ini kemungkinan besar

makanan atau minuman yang dikonsumsi tercemar bakteri. Hindari jajanan di pinggir

jalan yang sanitasinya kurang bersih atau telur ayam yang dimasak setengah matang

pada kulitnya tercemar kotoran ayam yang mengandung bakteri salmonella thyposa,

kotoran, atau air kencing dari penderita tipes. Usaha yang bisa dilakukan untuk

mencegah penyakit ini adalah :

1. Dari sisi manusia

a. Vaksinasi untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini

dilakukan vaksinasi, kini sudah ada vaksin tipes atau tifoid yang disuntikkan

atau diminum dan dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun.


b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene, sanitasi, personal hygiene.

2. Dari sisi lingkungan hidup :

a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan .

b. Pembuangan kotoran manusia yang hygienis.

c. Pemberantasan lalat.

d. Pengawasan terhadap masakan dirumah dan penyajian penjual makanan.

3. Pada penderita thypoid

Perawatan khusus :

a. Ruang khusus tidak diperlukan lagi

b. Tirah baring “absolut”, diet ksusus

c. Hati-hati dengan air seni, tinja, dan bahan muntahan penderita

d. Sterilisasi pakaian, bahan, dan alat yang digunakan penderita

e. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

4. Pada penderita thypoid Carrier

a. Tidak boleh menjadi juru masak

b. Pendidikan : kesadaran untuk tidak mnulari orang lain

2.1.11 Penatalaksanaan

Menurut Deden dan Tutik (2010) penatalaksanaan Demam Thypoid meliputi:

1. Medik

a. Isolasi pasien, disinfeksi pakaian.

b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang

lama, lemah anoreksia dll.

c. Istirahat selama demam s/d 2 minggu (7-14 hari) mencegah perdarahan usus,

setelah suhu normal kembali (bed rest total), boleh duduk ,bila tidak panas

boleh berdiri dan berjalan di ruangan.


d. Diit : TKTP (tinggi kalori tinggi protein), tidak mengandung banyak serat,

tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2x satu gelas. Diit typhoid

akut : “bubur saring”,setelah demam turun diberi bubur kasar 2 hari, kemudian

nasi tim dan nasi biasa (setelah bebas dari demam 7 hari).

Untuk penderita dengan kesadaran menurun : makanan cair lewat NGT,

bila kesadaran baik diberikan makanan lunak.

e. Terapi obat pilihan:

1) Kloramfenikol dosis tinggi yaitu 100 mg/kgBB/hari oral atau IM/IV bila

di anjurkan

2) Tiamfenikol

3) Kotrimoxazol

4) Amoxillin dan Ampixillin

2.1.12 Dampak Masalah

Menurut Deden dan Tutik (2010) masalah keperawatan yang perlu diperhatikan

adalah:

a. Kebutuhan nutrisi / cairan dan elektrolit..

1) Kesadaran baik : makanan lunak dengan lauk pauk dicincang (hati,daging),

sayuran, labu siam / wortel dimasak lunak sekali. Tahu, telur setengah

matang / matang, susu 2x1 gelas / lebih.

2) Kesadaran menurun : makanan cair per sonde, kaloro disesuaikan

kebutuhan. Diberikan setiap 3 jam termasuk ekstra sari uah, bubur kacang

hijau dihaluskan.

3) Pasien payah (delirium) : infuse dengan cairan glukosa dan NaCl

b. Gangguan suhu tubuh


Penyebab demam infeksi basil Salmonella Typhosa. Panas bisa sampai 3

minggu menyebabkan kondisi melemah dan mengakbatkan kekurangan cairan

karena perspirasi. Pasien menjadi gelisah, selaput lender mulut dan bibir kering

dan pecah-pecah. Untuk menurunkan suhu dengan terapi obat, istirahat mutlak

(bed rest), mobilisasi bertahap dan pengaturan ruangan yang cukup ventilasi.

c. Gangguan rasa aman dan nyaman.

1. Pasien dengan bibir kering lidah kotor : perawatan mulut 2x sehari, oleskan

krim dan sering minum.

2. Pasien apatis : lebih diperhatikan dan diajak berkomunikasi.

3. Pasien dengan sonde : perawatan mulut dan diberikan minum agar selaput

lendir dan tenggorokan tidak kering.

d. Resiko terjadi komplikasi

1. Pengaturan jadwal pemberian terapi obat.

2. Latihan ambulasi setelah bed rest : duduk di tempat tidur, berjalan

mengelilingi tempat tidur.

2.2 Konsep Dasar Cairan dan Elektrolit

Menurut Alimul (2006)

2.2.1 Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal,

kulit, paru dan gastrointestinal.

1. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam

mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal,

yaisebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur


keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan

garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air diawali oleh

kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-

rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui

glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring kemudian

mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang

dibutuhkan. Jumlah urin yang diproduksi ginjal rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

2. Kulit

Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan

proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang

disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan

dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Pada proses pelepasan panas dapat

dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan

tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah

dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya dapat dilakukan melalui cara

pemancaran panas ke udara sekirar, konduksi (pengalihan panas ke benda

yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang

lebih dingin).

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah

pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat

diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah

liter sehari. Perangsangan kelenjar keringan yang dihasilkan dapat diperoleh

melalui aktivitas otot, suhu lingkungan, dan kondisi suhu tubuh yang panas.
3. Paru

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan

insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan

terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam

mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam

kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100 – 200 ml/hari.

2.2.2 Kebutuhan Cairan Tubuh bagi Manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis,

yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hamper 90% dari total berat badan

tubuh. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan,

kategori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari

total berat bada, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total

berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan tubuh

bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh, dan jenis kelamin. Jika

lemak tubuh sedikit, maka cairan dalam tubuh lebih besar. Wanita dewasa

mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria karena pada wanita

dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada pria (Alimul, 2006).

Tabel 1.1 kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan


Kebutuhan Air
Umur
Jumlah air dalam 24 jam ml/kg berat badan

3 hari 250-300 80-100

1 tahun 1150-1300 120-135

2 tahun 1350-1500 115-125

4 tahun 1600-1800 100-110

10 tahun 2000-2500 70-85

14 tahun 2200-2700 50-60

18 tahun 2200-2700 40-50

Dewasa 2400-2600 20-30

Sumber : Hidayat Aziz, 2006

2.2.3 Pengaturan Volume Cairan Tubuh

Menurut Alimul (2006)

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara

jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.

1. Asupan cairan

Asupan cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ±2500 cc

per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari

makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan

mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus adalam hipotalamus. Apabila


terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh maka curah jantung menurun,

menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.

2. Pengeluaran cairan

Pengeluaran cairan dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. jumlah air

yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urin), sebanyak

±1500 cc per hari pada orang dewasa. Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan

melalui kulit (keringat) dan saluran pencernaan (feses).

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Menurut Alimul (2006) kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh

faktor-faktor :

1. Usia.

Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ,

sehingga dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.

2. Temperatur.

Temperatur yang tinggi yang menyebabkan proses pengeluaran cairan

melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.

3. Diet.

Apabila kekurangan nutrien, tubuh akan memecah cadangan makanan

yang tersimpan di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan cairan

dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah

pemenuhan kebutuhan cairan.

4. Stres.

Stres dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit

melalui proses peningkatan produksi ADH, karrena proses ini dapat


meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot

yang dapat menimbulkan retensi sodium dan air.

5. Sakit.

Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk

memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan

kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan

sistem dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan hormonal, yang dapat

mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.

2.3 Konsep Dasar Nutrisi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2005)

2.3.1 Pengertian Nutrisi

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh

yang bertujuan menghasilkan energy dan digunakan dalam aktivitas tubuh.

Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem

pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran

pencernaan dimulai dari mulut sampai usu halus bagian distal, sedangkan organ

asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pancreas. Ketiga organ ini

membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara kimiawi. Nutrient

merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan.

2.3.2 Macam-macam Nutrien

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada

umumnya dalam bentuk amilum. Pembentukan amilum terjadi dalam mulut

melalui enzim ptyalin yang ada dalam air ludah. Amilum diubah menjadi

maltosa, kemudian diteruskan ke dalam lambung. Dari lambung hidrat arang


dikirim terus ke usus dua belas jari. Getah pancreas yang dialirkan ke usus dua

belas jari mengandung amilase. Dengan demikian, sisa amilum yang belum

diubah menjadi maltose oleh amilase pankreas diubah seluruhnya menjadi

maltosa. Maltosa ini kemudian diteruskan ke dalam usus halus. Usus halus

mengeluarkan getah pankreas hidrat arang, yaitu maltose yang bertugas

mengubah maltosa menjadi dua molekul glukosa sakarosa, fruktosa dan

glukosa. Laktose bertugas mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

Setelah berada dalam usus halus, seluruhnya diubah menjadi monosakarida oleh

enzim-enzim tadi.

Penyerapan karbohidrat yang dikonsumsi/ dimakan masih dapat

ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu polisakarida, disakarida, dan monosakarida.

Disakarida dan monosakarida mempunyai sifat mdah larut dalam air sehingga

dapat diserap melewati dinding usus/ mukosa usus mengikuti hokum difusi

osmose dan tidak memerlukan tenaga serta langsung memasuki pembuluh

darah. Proses penyerapan yang tidak memerlukan tenaga dan mengikuti hokum

difusi osmose dikenal sebagai penyerapan pasif.

2. Lemak

Pencernaan lemak dimulai dalam lambung, karena dalam mulut tidak ada

enzim pemecah lemak. Lambung mengeluarkan enzim lipase untuk mengubah

sebagian kecil lemak menjadi asam lemak dan gliserin, kemudian diangkut

melalui getah bening dan selanjutnya masuk ke dalam peredaran darah untuk

kemudian tiba di hati. Sintesis kembali terjadi dalam saluran getah bening,

mengubah lemak gliserin menjadi lemak seperti aslinya.

Penyerapan lemak dilakukan secara pasif setelah lemak diubah menjadi

gliserol asam lemak. Asam lemak mempunyai sifat empedu, asam lemak yang
teremulsi ini mampu diserap melewati dinding usus halus. Penyerapan

membutuhkan tenaga, tidak semua lemak dapat diserap, maka penyerapan

lemak dikatakan dengan cara aktif selektif.

3. Protein

Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease. Enzim

protease baru terdapat dalam lambung, yaitu pepsin, yang mengubah protein

menjadi albuminosa dan pepton.

Kemudian, tripsin dalam usus dua belas jari yang berasal dari pankreas

mengubah sisa protein yang belum sempurna menjadi albuminosa dan pepton.

Dalam usus halus, albuminosa dan pepton seluruhnya diubah oleh enzim pepsin

menjadi asam amino yang siap untuk diserap.

Protein yang telah diubah ke dalam bentuk asam amino mempunyai sifat

larut dalam air. Seperti halnya hidrat arang, asam amino yang mudah larut

dalam air juga dapat diserap secara pasif dan langsung memasuki pembuluh

darah.

4. Mineral

Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Mineral hadir dalam bentuk

tertentu sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya. Umumnya, mineral

diserap dengan mdah melalui dinding usus halus secara difusi pasif maupun

transportasi aktif.

Mekanisme transportasi aktif penting jika kebutuhan tubuh meningkat

atau adanya diet rendah kadar mineral. Hormone adalah zat yang memegang

peranan penting dalam mengatur mekanisme aktif ini. Penyerapan dapat lebih

jauh dipengaruhi oleh isi sistem pencernaan.


Beberapa senyama organik tertentu, seperti asam axalit, akan menghambat

penyerapan kalsium. Mineral dipakai dalam berbagai hal. Beberapa dari mineral

adalah komponan esensial dari jaringan tubuh, sedang yang lainnya esensial

pada proses kimia tertentu.

5. Vitamin

Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya menjadi molekul yang

lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa penyerapan vitamin

dilakukan dengan difusi sederhana, tetapi sistem transportasi aktif sangat

penting untuk memastikan pemasukan yang cukup.

Vitamin yang larut dalam lemak diserap oleh sistem transportasi aktif

yang juga membawa lemak ke seluruh tubuh, sedang vitamin yang larut dalam

air mempunyai beberapa variasi mekanisme transportasi aktif.

Tabel 1.2 Jenis Vitamin, Sumber, dan Fungsi

Jenis vitamin Sumber Fungsi

Lemak hewani, Membantu pertumbuhan


Vitamin A
mentega, keju, susu sel tubuh dan

lengkap, minyak penglihatan,

ikan, sayuran hijau, menyehatkan rambut dan

buah yang kuning, kulit, integritas

dan sayuran. membrane epitel, dan

mencegah xerophtalmia.

Ikan, daging ayam Metabolism karbohidrat,


Vitamin B1
tanpa lemak, kacang- membantu kelancaran
(thiamin) larut
kacangan, dan susu. sistem persyarafan, dan
dalam air.
mencegah beri-beri atau
penyakit yang ditandai

neuritis.

Telur, sayuran hijau, Membantu pembentukan


Vitamin B2
daging tanpa lemak, enzim, pertumbuhan, dan
(riboflavin) larut
susu, dan biji-bijian. membantu adaptasi
dalam air.
cahaya dalam mata.

Daging tanpa lemak, Metabolism karbohidrat,


Vitamin B3
hati, ikan, kacang- lemak, protein, dan
(niacin)
kacangan, biji-bijian, komponen enzim serta

telur, dan hati. mencegah menurunnya

nafsu makan.

Biji-bijian, sayuran, Membantu kesehatan


Vitamin B6
daging, pisang. gusi dan gigi,
(pirodoksin)
pembentukan sel darah

merah, serta metabolism

karbohidrat, lemak, dan

protein.

Hati, susu, daging Metabolism protein,


Vitamin B12
tanpa lemak, ikan, membantu pembentukan
(sianokobalamin)
dan kerang laut. sel darah merah,

kesehatan jaringan, dan

mencegah anemia.

Jeruk, tomat, kubis, Menjaga kesehatan


Vitamin C
sayuran hijau, dan tulang, gigi, dan gusi,
(askorbat acid)
kentang. membantu pembentukan
dinding pembuluh darah

dan pembuluh kapiler,

kesembuhan jaringan

dan tulang, serta

memudahkan

penyerapan zat besi dan

asam folat.

Minyak ikan, kuning Membantu penyerapan


Vitamin D
telur, mentega, hati, kalsium dan fosfor serta

kerang, atau mencegah rakhitis.

terbentuk dikulit

akibat pemanasan

sinar matahari.

Sayuran hijau. Membantu pembentukan


Vitamin E
sel darah merah dan

melindungi asam amino

utama.

Kuning telur, Membantu kegiatan


Vitamin (biotin)
sayuran hijau, susu, enzim serta metabolisme

dan hati. karbohidrat, lemak dan

protein.

Hati, telur, dan Membantu produksi


Vitamin K
sayuran hijau. protrombin.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi


1. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat

memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami

kebutuhan gizi.

2. Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat

memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe yang

merupakan sumber protein yang paling murah, tiak dijadikan bahan makanan

yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa

mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.

3. Kebiasaan

Adanya kebiasaan merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga

dapat memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah, terdapat larangan

makan pisang dan papaya bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut

merupakan sumber vitamin yang sangat baik. Ada pula larangan makan ikan

bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal

ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.

4. Kesukaan

Kesukaan yang belebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan

kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang

dibutuhkan secara cukup.


5. Ekonomi

Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan

makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu,

masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu

mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan

kondisi perekonomian rendah.

2.3.4 Diit pada penderita typhoid

Menurut Deden & Tutik (2010)

Diit TKTP (tinggi kalori tinggi protein), tidak mengandung banyak serat, tidak

merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2x satu gelas. Diit typhoid akut :

“bubur saring”,setelah demam turun diberi bubur kasar 2 hari, kemudian nasi

tim dan nasi biasa (setelah bebas dari demam 7 hari). Pemberian bubur saring

tersebut ditujukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau

perfurasi usus. Untuk penderita dengan kesadaran menurun : makanan cair lewat

NGT, bila kesadaran baik diberikan makanan lunak.

2.4 Konsep Dasar Pengaturan Suhu Tubuh

Menurut Asmadi (2008)

2.4.1 Pendahuluan

Suhu tubuh relatif konstan. Hal ini diperlukan untuk se-sel tubuh agar

dapat berfungsi secara efektif. Normalnya suhu tubuh berkisar 36-37 ⁰C. Suhu

tubuh dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan

panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung

jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme

tertentu.
Panas diproduksi tubuh melalui proses metabolisme, aktivitas otot, dan

sekresi kelenjar. Produksi panas dapat meningkat atau menurun dipengaruhi oleh

suatu sebab, misalnya karena penyakit ataupun stres. Suhu tubuh terlalu ekstrim,

baik panas atau dingin yang ekstrim, dapat menyebabkan kematian. Oleh karena

itu, perawat perlu membantu klien apabila mekanisme homeostasis tubuh, untuk

mengontrol suhu tubuhnya, tidak mampu menanggulangi perubahan suhu tubuh

tersebut secara efektif.

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Produksi Panas

Menurut Asmadi (2008)

Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan atau penurunan produksi panas

tubuh, antara lain :

1. Basal metabolisme rate (BMR).

BMR merupakan pemanfaatan energi di dalam tubuh guna memelihara

aktivitas pokok seperti bernafas. Besarnya BMR bervariasi sesuai dengan

umur danjenis kelamin. Banyak faktor yang menyebabkan BMR meningkat di

antaranya adalah karena cedera, demam, dan infeksi. Meningkatnya BMR ini

menunjukkan tingginya metabolisme yang dialami klien. Peningkatan

metabolisme akan menghasilkan peningkatan produksi panas dalam tubuh,

sehingga suhu tubuh klien menjadi naik.

2. Aktivitas otot.

Aktivitas otot, termasuk menggigil, dapat memproduksi panas tubuh

sebanyak lima kali.

3. Peningkatan produksi tiroksin.

Hipotalamus merespons terhadap dingin dengan melepas faktor

releasing . faktor inimerangsang tirotropin pada adenohipofise untuk


merangsang pengeluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid. Efek tiroksin

meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh tubuh dan memproduksi panas.

4. Termogenesis kimia.

Termogenesis kimia adalah perangsangan produksi panas melalui

sirkulasi norepineprin dan epineprin atau melalui perangsangan saraf simpatis.

Hormon-hormon ini segera meningkatkan nilai metabolisme sel di jaringan

tubuh. Secara langsung, norepineprin dan epineprin mempengaruhi hati dan

sel-sel otot sehingga meningkatkan aktvitas otot. Selain itu, produksi sejumlah

panas juga dapat diperoleh melalui rangsangan saraf simpatis terhadap lemak

coklat.

5. Demam.

Demam meningkatkan metabolisme sel. Reaksi-reaksi kimia meningkat

rata-rata 120 % untuk setiap peningkatan suhu 10 ⁰C. Hal tersebut berarti

setiap peningkatan 1 ⁰C suhu tubuh menyebabkan 12 % reaksi kimia akan

terjadi.

2.4.3 Pengaturan Suhu Tubuh

Menurut Asmadi (2008)

Tubuh yang sehat mampu memelihara suhu tubuh secara konstan

walaupun pada kodisi lingkungan yang berubah-ubah. Sistem pengatur suhu

tubuh terdiri atas tiga bagian yaitu reseptor yang terdapat pada kulit dan bagian

tubh lainnya, integrator di dalam hipotalamus, dan efektor sistem yang mengatur

produksi panas dengan kehilangan panas.

Reseptor sensori yang paling banyak terdapat pada kulit. Kulit

mempunyai lenih banyak reseptor untuk dingin dan hangat dibanding reseptor

yang terdapat pda organ lain seperti lidah, saluran pernapasan, maupun organ
visera lainnya. Bila kulit menjadi dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga

proses yang perlu dilakukan untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses

tersebut yaitu menggigil untuk meningkatkan produksi panas, berkeringat untuk

menghalangi kehilangan panas, dan vasokontriksi untuk menurunkan kehilangan

panas.

2.4.4 Tindakan Pemeliharaan Suhu Tubuh : Kompres

Menurut Asmadi (2008)

1. Pengertian

kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan

atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang

memerlukan.

2. Jenis

a. Kompres hangat

b. Kompres dingin

3. Tujuan Kompres Dingin dan Hangat :

a. Menurunkan suhu tubuh

b. Mencegah peradangan meluas

c. Mengurangi kongesti

d. Mengurangi perdarahan setempat

e. Mengurangi rasa sakit pada suatu daerah setempat

4. Indikasi Kompres Dingin dan Hangat :

a. Klien dengan suhu tubuh yang tinggi

b. Klien dengan batuk atau muntah darah

c. Pascatonsillectomy

d. Radang, memar
5. Cara pemberian kompres hangat :

a. Kompres hangat basah dengan larutan obat antiseptic

b. Kompres hangat basah dengan air hangat

6. Cara pemberian kompres dingin :

a. Kompres dingin basah dengan larutan obat antiseptik

b. Kompres dingin basah dengan air biasa atau air es

c. Kompres dingin kering dengan kirbat es (eskap)

2.5 Konsep Dasar Nyeri

Menurut Mubarak (2005)

2.5.1 Pengertian Nyeri

Menurut Priharjo yang dijelaskan oleh Mubarak, nyeri adalah perasaan tidak

nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat

menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut.

2.5.2 Fisiologi Nyeri

Bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum

sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan hingga

derajat mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem

rangka tubuh dan sistem saraf serta interpretasi stimulus.

2.5.3 Jenis Nyeri

Ada tiga klasifikasi :

1. Nyeri perifer

Nyeri perifer ada tiga macam:

a. Nyeri superfisial: rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan

mukosa.
b. Nyeri viseral: rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di

rongga abdomen, cranium, dan toraks.

c. Nyeri alih: nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan

penyebab nyeri.

2. Nyeri sentral

Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis, batang otak, dan

thalamus.

3. Nyeri psikogenik

Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya atau nyeri yang timbul akibat

pikiran si penderita sendiri.

2.5.4 Bentuk Nyeri

Menurut Mansjoer (2003) bentuk nyeri antara lain:

1. Nyeri akut

Nyeri yang berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Munculnya gejala

mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui.

2. Nyeri kronis

Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bisa diketahui atau

tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan.

Nyeri pada penderita demam typhoid terjadi di daerah abdomen kembung

(meteorismus), hepatomegali dan splenomegali disertai nyeri tekan. Biasanya

disertai konstipasi, kadang normal, dapat terjadi diare (Deden & Tutik, 2010).

Nyeri terjadi karena endotoksin salmonella typhi berperan dalam proses

inflamasi local pada jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak seperti di

daerah : hati, plak peyeri, limpa dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial
2.6 Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan

asuhan keperawatan yang mempunyai lima tahapan. Tahapan yaitu pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses pemecahan masalah yang

sistematik dalam memberikan pelayanan keperawatan serta dapat menghasilkan

rencana keperawatan yang menerangkan kebutuhan setiap klien seperti yang

tersebut diatas yaitu melakukan empat tahap keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses

yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien ( Lyer et al, 1996 ).

Data yang dikumpulkan dalam pengkajian ini meliputi bio – psiko – sosio –

spiritual. Dalam proses pengkajian ada 2 tahap yang perlu dilalui yaitu

pengumpulan data dan analisa data.

a. Pengumpulan Data

Pada tahap ini merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi ( data –

data) dari klien yang meliputi unsure bio – psiko – spiritual yang komprehensif

secara lengkap dan relevan untuk mengenal klien agar dapat memberi arah kepada

tindakan keperawatan.

1) Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,

status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnosa

medis.
2) Keluhan utama

Pasien mengeluh Perasaan tidak enak badan, pusing, nyeri kepala, lesu dan

kurang bersemanngat, nafsu makan kurang ( terutama selama masa inkubasi )

3) Riwayat penyakit sekarang

Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh klien, misalnya nyeri pada

epigastrium, mual, muntah, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala atau pusinh,

letih atau lesu.

4) Riwayat penyakit dahulu

Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh klien, baik yang ada

hubungannya dengan saluran cerna atau tidak, kemudian kaji tentang obat-

obatan yang biasa dikonsumsi oleh klien, dan juga kaji mengenai riwayat

alergi pada klien, apakah alergi terhadap obat-obatan atau makanan.

5) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk memperoleh data objektif dari klien.

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan status kesehatan klien

mengidentifikasi masalah kesehatan, dan memperoleh data dasar guna

menyusun rencana asuhan keperawatan (Nursalam, 2009). Selain itu,

pemeriksaan ini merupakan bagian penting dalam menilai dari sistem tubuh

secara keseluruhan (Hidayat, 2006).

a) Keadaan umum, meliputi status penampilan kesehatan, tingkat kesadaran,

tanda-tanda vital, berat badan dan tinggi badan.

(1) Frekuensi nadi: bradikardia (Hidayat, 2006).

(2) Frekuensi pernapasan: jumlah respirasi

(3) Suhu tubuh: hipertemia. Suhu tubuh anak >37,5°C (Hidayat, 2006).
(4) Berat badan pada anak dengan demam dapat ditemukan penurunan

akibat kehilangan nafsu makan (anoreksia) (Hidayat, 2006).

b) Pemeriksaan kepala dan muka

Kepala

Inspeksi: Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala,

apakah ada kelainan atau lesi pada kepala, distribusi rambut

merata/tidak.

Palpasi: ada tidaknya nyeri. Pada klien thypoid terdapat nyeri dan pusing

Muka : Bagaimana bentuk wajah, pucat atau tidak, ada oedem atau tidak.

c) Pemeriksaan mata

Bentuk mata simetris/tidak, sklera putih/ikterik, konjungtiva merah muda/anemis,

keadaan pupil, fungsi penglihatan baik/tidak.

d) Pemeriksaan hidung

Keadaan hidung bersih/tidak, ada/tidak pernafasan cuping hidung, ada sinus/ tidak

dan apakah ada gangguan dalam penciuman.

e) Pemeriksaan mulut

Bentuk mulut, membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada

kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada

kesulitan dalam berbicara.

f) Telinga

Keadaan telinga bersih/tidak, fungsi pendengaran baik/tidak.

g) Leher

Pada pemeriksaan leher dinilai ada tidaknya distensi vena jugularis, ada tidaknya

massa dalam leher atau pembesaran kelenjar tiroid.

h) Pemeriksaan thorak
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada

wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.

i) Pemeriksaan adomen

Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri

tekan pada abdomen kuadran mana, apakah perut terasa kembung, lakukan

pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.

j) Genetalia

Pada pemeriksaan genetalia ini dilihat ada tidaknya kelainan bentuk, oedema dan

ada tidaknya tanda-tanda infeksi.

k) Anus

Keadaan anus bersih/tidak, ada infeksi/tidak.

l) Integumen

Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada

nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas

a. Analisa Data

Dari hasil pengakajian kemudian data tersebut dikelompokkan lalu dianalisa

sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya

dapat dirumuskan dianosa keperawatan (Wijaya dan Putri, 2013).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermi berhubungan efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus, proses penyakit.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada

nafsu makan, mual, dan kembung.

c. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri


d. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan,

dan peningkatan suhu tubuh.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme,

keletihan

f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, perawatan, pencegahan

kekambuhan, tanda dan gejala, komplikasi.

3. Perencanaan

a. Diagnose keperawatan 1 :

Hipertermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus, proses infeksi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapakan suhu tubuh dalam batas normal

Kriteria hasil :

1) suhu tubuh normal ( 36,5-37,5º c ),

2) badan teraba hangat

3) klien nampak rileks

4) mukosa mulut lembab

Intervensi :

1. pantau suhu klien

R/ suhu 38º C-41º C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.

2. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen pada tempat tidur

sesuai kebutuhan

R/ suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah untuk mempertahankan

suhu mendekati normal.

3. Berikan kompres hangat pada lipatan paha, aksila


R/ dapat membantu mengurangi demam.

4. Anjurkan klien untuk banyak minum

R/ dengan minum yang banyak dapat mengimbangi peningkatan suhu tubuh

5. Tim work dalam pemberian antipiretik

R/ untuk mengurangi demem aksi sentralnya di hipotalamus

b. Diagnose keperawatan 2 :

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada

nafsu makan, mual, dan kembung.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapakan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

Kriteria hasil :

1) Tidak ada mual dan muntah

2) Makan dihabiskan 1 porsi

3) Turgor kulit baik (elastis)

4) Pasien nampak bertenaga

5) Raut muka bercahaya

6) BB meningkat

Intervensi :

1. Dorong tirah baring

R/ Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan

simpanan energy

2. Anjurkan istirahat sebelum makan

R/ menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan

3. Berikan kebersihan oral

R/ mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makan


4. Anjurkan keluarga memberikan makanan sedikit tapi sering

R/ memungkinkan variasi makanan akan memampukan pasien untuk

meningkatkan rasa makan

5. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

R/ nutrisi yang adekuat akan membantu proses penyembuhan

6. Tim work dalam pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi

R/program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal sementara

memberikan nutrisi penting

c. Diagnose keperawatan 3 :

Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

diharapakan nyeri berkurang atau terkontrol.

Kriteria hasil :

1) Mampu mengontrol nyeri

2) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

3) Pasien tampak tenang

4) Pasien dapat melakukan teknik relaxasi

5) TTV stabil

6) Ekspresi wajah rileks

7) Pasien dapat istirahat

Intervensi :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi dan frekuensi.

R/ Dengan mengetahui lokasi, karakteristik, durasi dan frekuensi dapat

melakukan tindakan selanjutnya


2. Ajarkan tehnik relaksasi pada klien

R/Dengan melakukan relaksasi maka akan menurunkan rasa sakit/nyeri yang

dirasakan

3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan

dan kebisingan.

R/ lingkungan yang segar dan nyaman klien dapat istirahat sehingga

mengurangi rasa nyeri

4. Bantu klien menemukan posisi yang nyaman

R/ posisi yang nyaman dapat membuat klien lebih rileks

5. Tingkatkan istirahat

R/ dengan banyak istirahat dapat mengurangi rasa nyeri

6. Tim work dengan dokter pemberian obat analgetik

R/ mengurangi rasa nyeri dan membantu proses penyembuhan

d. Diagnose keperawatan 4 :

Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan,

dan peningkatan suhu tubuh.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapakan mempertahankan volume cairan adekuat

Kriteria hasil :

1) Membran mukosa lembab

2) Turgor kulit baik (elastis)

3) Tanda vital stabil

4) Keseimbangan masukan dan keluaran urine normal

Intervensi :

1. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat
R/ memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan kontrol penyakit

usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan

2. Observasi kulit kering berlebihan dam membran mukosa, turgor kulit

R/ Menunjukkan kehilangan cairn berlebihan atau dehidrasi

3. Kaji tanda vital

R/ demam menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan

4. Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring

R/ kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk penurunan kehilangan

cairan usus

5. Tim work dalam pemberian cairan parenteral

R/ mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan

untuk mempertahankan kehilangan

e. Diagnose keperawatan 5 :

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolisme, keletihan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapakan peningkatan toleransi aktifitas.

Kriteria hasil :

1) Pasien mampu melakukan kegiatan mandiri seperti makan, ke kamar mandi

2) Pasien nampak rileks

Intervensi :

1. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi

pengunjung

R/ Menyediakan energi yang digunakan untuk aktifitas

2. Ubah posisi dengan sering


R/ meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area

tertentu

3. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi

R/ tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena keterbatasan

aktifitas yang mengganggu periode istirahat

4. Berikan aktifitas hiburan yang tepat seperti nonton TV, dengar radio, dll

R/ meningkatkan distraksi dan menghemat energi

f. Diagnosa keperawatan 5

Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, perawatan, pencegahan

kekambuha, tanda dan gejala, komplikasi.

Tujuan : Klien tahu kekambuhan, tanda dan gejala, komplikasi.

Kriteria hasi :

1) Klien mematuhi aturan pengobatan dan perawatan

2) Klien dapat menyebutkan apa yang sudah dijelaskan

Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga

R/ mengetahui sejauh mana klien dan keluarga mengetahui penyakitnya

2. Beri kesempatan bertanya dan libatkan dalam perawatan

R/ dengan memberikan kesempatan bertanya maka klien dapat memahami

penyakitnya

3. Beri pujian dan dorongan untuk tindakan menyangkut kesehatan yang

dilakukan klien / keluarga

R/ member pujian dapat membuat klien cepat sembuh

4. Tingkatkan kepatuhan pada kebiasaan sehat: tidur 7/8 jam perhari, sarapan

pagi
R/ kepatuhan pada kebiasaan tidur dan sarapan pagi dapat membantu proses

penyembuhan

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang

diberikan kepada klien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah diterapkan

tergantung pada situasi dan kondisi klien saat itu.

Pada diagnosa keperawatan hipertermi berhubungna dengan efek langsung

dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, proses infeksi, dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam dengan intervensi memantau suhu klien, memantau

suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen pada tempat tidur sesuai kebutuhan,

memberikan kompres hangat pada lipatan paha, aksila, menganjurkan klien untuk

banyak minum, berkolaborasi dalam pemberian antipiretik.

Pada diagnosa keperawatan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung, dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam dengan intervensi mendorong tirah baring,

menganjurkan istirahat sebelum makan, memberikan kebersihan oral, Anjurkan

keluarga memberikan makanan sedikit tapi sering, menjelaskan pentingnya nutrisi

yang adekuat, berkolaborasi dalam pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi.

Pada diagnosa keperawatan gangguan istirahat tidur berhubungan dengan

nyeri dilakukan tindakan keperawatan selama waktu 3x24 jam dengan intervensi

melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi dan frekuensi, mengajarkan tehnik relaksasi pada klien, mengontrol lingkungan

yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu, membantu klien menemukan posisi

yang nyaman, meningkatkan istirahat, berkolaborasi dengan dokter pemberian obat

analgetik.
Pada diagnosa keperawatan resiko kurangnya volume cairan berhubungan

dengan kurangnya intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh dilakukan tindakan

keperawatan selama waktu 3x24 jam dengan intervensi, mengawasi masukan dan

keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat, mengobservasi kulit kering

berlebihan dam membran mukosa, turgor kulit, mengkaji tanda vital,

mempertahankan pembatasan per oral, tirah baring, berkolaborasi dalam pemberian

cairan parenteral.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolisme, keletihan dilakukan tindakan 3x24 jam dengan intervensi keperawatan

meningkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung ,

mengubah posisi dengan sering, meningkatkan aktifitas sesuai toleransi, memberikan

aktifitas hiburan yang tepat seperti nonton TV, dengar radio, dll

Pada diagnosa keperawatan kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan,

perawatan, pencegahan kekambuha, tanda dan gejala, komplikasi dilakukan tindakan

3x24 jam dengan intervensi mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga,

memberi kesempatan bertanya dan libatkan dalam perawatan, memberi pujian dan

dorongan untuk tindakan menyangkut kesehatan yang dilakukan klien / keluarga,

meningkatkan kepatuhan pada kebiasaan sehat: tidur 7/8 jam perhari, sarapan pagi.

4. Evaluasi

Dilaksanakan suatu penelitian terhadap asuhan keperawatan yang telah

diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai.

Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat

juga timbul masalah baru. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan semua masalah yang timbul teratasi sehingga tidak ada problem baru

lagi.
2.7 Kerangka Masalah

Kuman
Kumansalmonella
salmonella t dimusnahkan
Dimusnahkanoleh
oleh
typhimasuk
yang masukke ke saluran
saluran Lolosdari
lolos dariasam
asamlambung
lambung asam lambung
asam lambung
gastrointestinal
gastrointestinal

Pembuluh
Pembuluhlimfe
limfe bakteri
Bakterimasuk
masukusus
usushalus
halus

Peredarandarah
Peredaran darah masuk
Masuk retikuloendotelial
retikuloendothelial
(bekteremia (RES)
(RES) terutama hati
terutama hati dan
dan limfa
limfa
primer)

Berkembangbiak
Berkembangbiakdihati
di masuk
Masukkealiran
ke alirandarah
darahdan limfa
(bakteremia
hati dan limfa (bakterima
sekunder) sekunder)

Empedu
empedu Endotoksin
endotoksin

Rongga
Rongga usus pada usus
kelenjar pada kel.
limfoid halus Terjadi
Trjadi kerusakan
kerusakan sel
sel
Limfoid halus

Pembesaran hati Pembesaran limfa merangsang


Merangsangmelepas
melepaszat
zat
Pembesaran hati Pembesaran limfa
Epirogen oleh leukosit
epirogen oleh leukosit

Hepatomegali
hepatomegali Splenomegali
splenomegali mempengaruhi pusat
Mempengaruhi pusat
termoregulasi
termoregulator di
dihipotalamus
hipotalamus
Lase
Laseplak
plakpeyer Penurunan peningkatan
Penurunan/ / peningkatan
peyere mobilitas usus
mobilitas usus ketidakefektifan
Ketidakefektifan
termoregulasi
termoregulasi
Erosi
erosi Penurunan / peningka
Penurunan/ Resiko kekurangan
Resiko
peristalticperistaltic
peningkatan usus volume cairan
kekurangan
Nyeri
nyeri usus volume cairan
Konstipasi / diare
Konstipasi/ Peningkatan
Peningkatanasam
diare lambung
asam lambung
Perdarahanmassif
Perdarahan masif

Komplikasi perforasi Anoreksia


Anoreksiamual
mualmuntah
muntah
Komplikasi perforasi
dan perdaran usus
dan perdarahan usus
Ketidakseimbangan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
nutrisi dari kebutuhan
tubuh

Anda mungkin juga menyukai