Disusun Oleh :
Mishbahuddin TM 16334738
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
karunia,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pemeriksaan Fungsi Hati” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu,kami berharap adanya
kritik,saran,dan usaha demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa depan,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
Daftar Isi
PENDAHULUAN
Sebuah langkah awal dalam mendeteksi kerusakan hati adalah tes darah sederhana
untuk menentukan adanya enzim hati tertentu (protein) dalam darah. Dalam keadaan normal,
enzim-enzim ini berada dalam sel-sel hati. Tapi ketika hati terluka karena alasan apapun,
enzim ini masuk ke dalam aliran darah. Peningkatan enzim hati dapat menggambarkan
kerusakan sel hati atau adanya kolestatis. Enzim adalah protein yang hadir seluruh tubuh,
masing-masing dengan fungsi yang unik. Enzim membantu mempercepat (mengkatalisis)
reaksi kimia rutin dan diperlukan dalam tubuh.
Enzim hati yang disintesis oleh sel hati sendiri adalah AST ( AspartateTransaminase),
ALT ( Alanine Aminotransferase), ALP (Alkaline Phosphatase), GGT ( gamma
Glutamyltransferase). AST dan ALT terdapat dalam sitoplasma. Pada kerusakan sitoplasma
sel hati, enzim-enzim ini akan meningkat. AST juga ditemukan dalam mitokondria dan
kadarnya akan meningkat pada kerusakan mitokondria sel hati. Enzim yang terdapat pada
kanalikuli bilier adalah ALP dan GGT. Enzim- enzim ini meningkat pada kerusakan
kanalikuli biliaris. Pelepasan enzim oleh sel hepar terjadi dengan berbagai mekanisme. Salah
satu mekanisme adalah terjadinya cedera sel hati yang menyebabkan kerusakan ireversibel
disertai kebocoran enzim sitoplasma.
Pada kerusakan sel hati ringan, dimana sintesis enzim belum terganggu, akan
dijumpai peningkatan aminotransferase. Tetapi, pada nekrosis sel hati dimana sintesis enzim
belum terganggu, tidak dijumpai peningkatan aminotransferase. Mekanisme lain adalah
penumpukan asam empedu karena obstruksi yang mengakibatkan pelepasan enzim ALP dan
GGT.
1.2Rumusan Masalah
1. Apa saja pengelompokan fungsi hati?
2. Apa cara yang dilakukan untuk mendeteksi kelainan hati?
3. Bagaimana cara mengukut tingkat kerusakan hati?
4. Bagaimana pengobatan pada penyakit hati?
Beberapa atau semua pengukuran ini juga dilakukan (biasanya sekitar dua kali
setahun untuk kasus rutin) pada orang-orang yang memakai obat tertentu-misalnya
antikonvulsan untuk memastikan bahwa obat tersebut tidak merusak hati seseorang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peningkatan aminotransferase sampai kadar 300 U/L tidak spesifik untuk kelainan
hati. Jika didapatkan peningkatan > 1000 U/L kemungkinan terdapat penyakit hepatitis
virus, iskemik hati ( karena hipotensi lama atau gagal jantung akut), dan kerusakan hati
karena toksin atau obat.
Hasil Normal
Pertimbangan
Hasil Normal
Kisaran normal dapat bervariasi tergantung beberapa faktor, termasuk usia dan jenis
kelamin. Rentang nilai normal juga dapat sedikit berbeda antar laboratorium yang
berbeda. untuk nilai SGPT normal yaitu kurang dari 36U / L.
Pankreatitis akut
Celiac penyakit
Sirosis
Kematian jaringan hati (nekrosis hati)
Hepatitis (virus, autoimun)
Herediter hemochromatosis
Infeksi mononukleosis
Kurangnya aliran darah ke hati (iskemia hati)
Penyakit hati
Tumor hati
Penggunaan obat yang berefek ke hati
Sejumlah obat dapat menyebabkan tingkat enzim hati menjadi abnormal. Contohnya
termasuk:8 Obat-obatan nyeri seperti:
aspirin,
acetaminophen,
ibuprofen ,
naproxen ,
diklofenak
fenilbutazon
phenytoin (Dilantin),
asam valproik (Depakote, Depakote ER, Depakene, Depacon),
carbamazepine (Tegretol, Tegretol XR), dan
fenobarbital
Antibiotik seperti:
tetrasiklin,
sulfonamid,
isoniazid (INH),
sulfametoksazol,
trimetoprim nitrofurantoin,
flukonazol dan
beberapa antijamur lainnya.
golongan statin:
o lovastatin,
o pravastatin,
o atorvastatin,
o fluvastatin,
o rosuvastatin,
o simvastatin, dan
golongan niacin
amiodarone,
hydralazine,
kinidina, dll lain
Obat yang menginduksi kelainan enzim hati, enzim tersebut biasanya akan kembali
normal selama seminggu sampai bulan setelah penghentian obat.
Hasil Normal
Nilai normal dapat sedikit berbeda dari laboratorium ke laboratorium. Nilai ini juga
dapat bervariasi tergantung umur dan jenis kelamin. Tingginya kadar ALP biasanya
terlihat pada anak-anak yang mengalami pertumbuhan dan pada wanita hamil.
Malnutrisi
Kekurangan Protein
C. Gamma-glutamil transferase(GGT)
Gamma-glutamil transpeptidase(GGT) adalah tes untuk mengukur jumlah
enzim GGT dalam darah. Enzim GGT terutama terdapat di hati, ginjal, saluran
empedu dan pancreas. Enzim ini diperiksa untuk menentukan disfungsi sel hati atau
saluran empedu dan mendeteksi penyakit hati yang diinduksi oleh alkohol. Sebab
GGT ini sangat sensitif terhadap alcohol yang dikonsumsi, sehingga dapat digunakan
untuk memantau pengurangan konsumsi alkohol pada pengguna alkohol kronik
ataupun pemula. Aktivitas GGT meningkat pada semua bentuk penyakit hati,
sehingga tidak selalu benar untuk mendeteksi penyakit hati alkoholik. Biasanya pada
penyakit hati alkoholik, GGT serum dapat meningkat hingga > 10 kali nilai normal
dengan ALP normal atau meningkat ringan. Rasio GGT/ ALP >2,5.
Tes ini lebih sensitive daripada ALP, ALT ataupun AST dalam mendeteksi
ikterus obstruktif, kolangitis dan kolestitis. GGT juga digunakan untuk mencari
diagnosis banding penyakit hati pada anak-anak dan wanita hamil dengan peningkatan
kadar LDH dan ALP. Selain itu GGT juga digunakan sebagai petanda kanker prostat
dan metastasis kanker payudara dan kolon ke hati.
GGT biasanya juga dilakukan bersama dengan tes lain, seperti tes ALP, untuk
membedakan antara gangguan saluran hati ( penyakit hati obstruktif) atau empedu dan
penyakit tulang. Alkalin fosfatase (ALP) meningkat pada hati dan penyakit saluran
empedu serta penyakit tulang. GGT hanya meningkat pada hati dan penyakit saluran
empedu, tetapi tidak pada penyakit tulang. Jadi, seorang pasien dengan ALP tinggi
dan GGT normal mungkin memiliki penyakit tulang, tidak hati atau penyakit saluran
empedu. GGT ini juga merupakan indikator pada penggunaan alcohol.
Hasil Normal
Kisaran normal adalah 0-51 unit internasional per liter (IU / L). Ada juga sumber
yang menyebutkan nilai GGT normal harus kurang dari 60U / L.
Hasil Nilai Abnormal Tingkat lebih besar dari yang normal GGT dapat menunjukkan:
Gagal Jantung
Kolestasis
Sirosis
Hepatitis
Iskemik Hati
Nekrosis hati
Tumor Hati
Penggunaan obat-obatan he
patotoksik
Penggunaan alcohol
Penggunaan warfarin
Penggunaan obat epilepsy seperti phenytoin, dan phenobarbital.
Obat yang dapat meningkatkan kadar GGT yaitu alkohol, Obat yang dapat
menurunkan kadar GGT yaitu pil clofibrate dan kelahiran.
D. Albumin
Albumin merupakan substansi terbesar dari protein yang diproduksi oleh hati
dari asam amino yang diambil dari makanan. Albumin tetap dalam darah untuk
jangka waktu yang lama sehingga perubahan jumlahnya hanya terjadi pada penyakit
hati yang kronis. Albumin berfungsi dalam mengatur tekanan onkotik, sebagai
pengangkut nutrisi, hormon, asam lemak, dan zat sampah. Albumin juga membantu
pergerakan molekul-molekul kecil dalam darah, termasuk bilirubin, kalsium,
progesteron, dan obat-obatan. Hal ini memainkan peran penting dalam menjaga cairan
darah bocor keluar ke jaringan. Interprestasi hasil pemeriksaan kadar albumin harus
dilakukan secara hati-hati.
Karena albumin dibuat oleh hati, penurunan albumin serum mungkin
merupakan tanda penyakit hati. Namun daya cadang hati yang besar menyebabkan
kurang sensitifnya pemeriksaan albumin untuk menilai fungsi sintesis hati. Pada
keadaan penyakit hati yang luas, baru terjadi penurunan kadar albumin. Selain itu,
kadar albumin yang rendah tidak hanya disebabkan oleh kelainan hati, tetapi dapat
juga disebabkan karena adanya kebocoran albumin di tempat lain seperti pada ginjal,
usus, kulit yang disebabkan oleh peradangan atau infeksi. Pada penyakit ginjal
memungkinkan albumin untuk keluar bersama urin. Penurunan albumin juga dapat
disebabkan karena malnutrisi atau diet rendah protein. Malnutrisi dapat menurunkan
albumin karena tidak cukup protein yang diserap ke dalam tubuh. Rendahnya tingkat
albumin menyebabkan edema perifer, yang merupakan pembengkakan (biasanya dari
pergelangan kaki) karena rendahnya tingkat garam dan protein dalam darah. Jadi tes
albumin ini dapat membantu menentukan apakah pasien memiliki penyakit hati atau
penyakit ginjal, atau jika tubuh tidak menyerap cukup protein.
Hasil normal
Nefropati/sklerosis diabetik
Ensefalopati Hepatik
Sindrom Hepatorenal
Tropis sariawan
Penyakit Wilson
Obat yang dapat meningkatkan pengukuran albumin yaitu anabolik steroid, androgen,
hormon pertumbuhan, dan insulin.
Globulin
Globulin alfa dan globulin gama disintesis dalam hati. Globulin berfungsi
sebagai pengangkut beberapa jenis hormon, lipid, logam, dan antibodi. Globulin gama
dapat meningkat pada infeksi kronik, penyakit hati, arthritis rheumatoid, myeloma,
dan lupus. Peningkatan ini terjadi karena peningkatan sintesis antibodi. Penurunan
kadar globulin dapat dijumpai pada pasien dengan penurunan imunitas, malnutrisi,
malabsorbsi, penyakit hati, dan penyakit ginjal. Rasio albumin/globulin yang terbalik
dijumpai pada keadaan sirosis.
E. Total bilirubin
Bilirubin merupakan pigmen kekuningan yang ditemukan pada cairan
empedu, yang dihasilkan oleh hati. Bilirubin diproduksi sebagai hasil pemecahan sel
darah merah dalam tubuh. Hati biasanya bertanggung jawab untuk detoksifikasi dan
Ekskresi bilirubin ke dalam empedu.
Bilirubin dalam jumlah besar dalam tubuh dapat menyebabkan penyakit
kuning. Pasien kuning memiliki perubahan warna kulit dan sklera mata menjadi
kuning. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk mendiagnosis masalah hati atau
kandung empedu. Namun, bilirubin tidak hanya meningkat pada penyakit hati, tapi
bisa juga karena kondisi lain yang menyebabkan peningkatan kerusakan sel darah
merah.
Obat yang dapat meningkatkan bilirubin, meliputi:
Allopurinol
Barbiturat
Pil KB
Antibiotik tertentu
Klorpromazin
Diuretik
Phenazopyridine
Steroid
Sulfonamid
Obat yang dapat mengurangi tingkat bilirubin yaitu indometasin dan asam askorbat.
Hasil Normal
Bilirubin biasanya tidak ditemukan dalam urin. Nilai normal untuk biirubin plasma
total kurang dari 20 umol / L.
Penyempitan empedu
Sirosis
Batu empedu pada saluran empedu
Hepatitis Cedera dari operasi yang mempengaruhi saluran empedu
Tumor dari hati atau kandung empedu
Bilirubin bisa rusak karena cahaya. Oleh karena itu bayi dengan ikterus kadangkadang
ditempatkan di bawah lampu neon biru.
Hampir semua faktor koagulasi disintesis oleh sel hati kecuali factor VIII.
Waktu paruh faktor koagulasi lebih singkat daripada waktu paruh albumin, sehingga
pemeriksaan ini lebih sensitif. Faktor I, II, V, VII, IX X dapat dinilai dengan
pemeriksaan PT. Pada kerusakan hati yang berat dapat terjadi berkurangnya sintesis
faktor koagulasi sehingga PT memanjang. Factor VII mempunyai waktu paruh
terpendek diantara faktor koagulasi yang lain, oleh sebab itu faktor VII akan turun
terlebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh faktor IX dan X.
Namun perlu diingat ada faktor koagulasi yang tergantung pada vitamin K
(vitamin K dependent factor), yaitu faktor II, VII, IX, X. Pada penyakit obstruksi
bilier, dimana empedu tidak sampai ke usus, akan terjadi kegagalan absorpsi lemak
atau malabsorpsi lemak. Pada keadaan tersebut, kadar vitamin A, D, E, dan K yang
larut dalam lemak akan berkurang. Pada kekurangan vitamin K, akan terjadi
penurunan sintesis vitamin K dependent factor sehingga akan terjadi pemanjangan
PT.
Hasil Normal
nl = normal
Bila terdapat peningkatan < dari 1,5 kali normal pada individu yang asimtomatik
sebaiknya di tes ulang 1-3 bulan kemudian, terutama jika terdapat factor resiko.
Peningkatan GGT mudah dipicu oleh alcohol dan obat- obatan, sehingga bila
terdapat peningkatan tes fungsi hati tidak selalu menunjukkan kelainan hati yang
signifikan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
rancangan cross sectional (potong lintang). Lokasi penelitian bertempat di
Desa Kolombo lingkungan 4 RT 4, Kecamatan Maesa Kelurahan Bitung
Barat 2. Didapatkan 28 orang perokok aktif sebagai sampel yang
memenuhi kriteria inklusi, yaitu kondisi umum sampel baik, tidak ikterus
dan hepatomegali, tidak mengonsumsi alkohol, serta tidak mengonsumsi
obat-obatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling
dan dilakukan pengambilan darah kemudian diproses di Laboratorium
Kanaka Manado untuk mendapatkan hasil kadar serum SGOT. Hasil
penelitian yang diperoleh, diolah dengan menggunakan Microsoft Excel
2007. Jurnal e-Biomedik (eBm),
KESIMPULAN