PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan ayat ini pula, maka tujuan perkawinan dalam islam adalah
untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa-rahmah.bisa jadi, karena
mereka sudah tidak dapat mempertahankan keluarga yang sakinah, mawaddahwa-
rahmah, tapi jika hal tersebut tidak terlaksana maka salah satu pihak dapat
menggunakan haknya, baik suami atau isteri untuk mengajukan gugatan cerai,
padahal dalam islam, cerai memang dihalalkan allah, namun sangat dibenci
olehnya (“sesungguhnya perbuatan yang boleh, tetapi sangat dibenci allah
adalah talak”, hadits riwayat Abu Daud dan Ibn Majah). Gugatan dari suami
disebut dengan talaq sementara gugatan dari isteri disebut fasakh. Alasan-alasan
tersebut diatas yang mendasari kami membuat makalah ini yang membahas
tentang “Gugatan isteri (Fasakh)”.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Fasakh Nikah?
2. Apa saja syarat dari Fasakh?
3. Apa dasar hukum Fasakh?
4. Apa akibat hukum Fasakh?
5. Bagaimana akibat hukum setelah terjadi Fasakh?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa pengertian dari Fasakh Nikah,syarat,serta akibat
hukumnya dan bagaimana hukum setelah terjadi fasakh.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Arti fasakh menurut bahasa ialah rusak atau putus. Fasakh berarti
memutuskan pernikahan, perkara ini hanya diputuskan apabila pihak isteri
membuat pengaduan kepada Mahkamah dan hakim. Menurut pendapat yang lain
fasakh adalah rusak atau putusnya perkawinan melalui pengadilan yang
hakikatnya hak suami-istri di sebabkan sesuatu yang diketahui setelah akad
berlangsung. misalnnya suatu penyakit yang muncul setelah akad yang
menyebabkan pihak lain tidak dapat merasakan arti dan hakikat sebuah
perkawinan. Fasakh disyariatkan dalam rangka menolak kemudaratan dan
diperbolehkan bagi seorang istri yang sudah mukallaf atau baligh dan berakal.1
1
Beni Ahmad Saebani, Fikih Munakahat, ( Bandung: Pustaka Setia, 2001 ) hlm 105
2
Abd. Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat, ( Bogor: Kencana, 2003 ) hlm 142-143
3
terjadi. Hal-hal yang memungkinkan mereka keluar dari kemelut itu adalah
perceraian.3
Salah satu bentuk terjadinya fasakh adalah adanya pertengkaran antara suami
istri yang tidak mungkin didamaikan. Bentuk ini disebut dengan syiqaq.
Ketentuan tentang syiqaq dapat ditemukan dalam firman Allah pada surat An-
Nisa’ ayat 35:
َا
ِّم ِّ ِّس
َاء ب لى الن ََ َ عُون ُ َقو
َّام َال ِّج
الر
ُواَنف
َق َا أ ِّم
َبض و بع
ٍْ َ ٰلى ََ
ْ ع َُ
همْضبع َّ َ
َ ُاَّلل َض
َّل ف
ٌَات
ِّتُ َقانَاتالح َالص
ِّ َّ ْ ف ِّم
ِّهَالمو َْْ أِّن
م
ِّي َّ اَّللُ و
َالَّلت َّ َِّظَف
َا ح ِّم َي
ْبِّ ب ْل
لغ ِّ ِّظَات
ٌ َاف ح
َّ ف
ِّي ُن ُوه
ُرهج
َْا و َّ
ُن ُوه َع
ِّظ َّ ف َه
ُننشُوزُ ُون
َ َاف َ
تخ
َََّل
ْ ف َك
ُم َطَع
ْن ْ أ َِّ
إن ف َّ
ُۖوه
ُن ْر
ِّب َاض َاجِّعِّ و
مض ْ
َال
ًّا
ِّي َلَ ع
َان َّ َّ
اَّللَ ك ِّن
إ َّۗ سَبِّ ا
يَّل ِّن
ْه ََ
لي ُوا ع ْغ
تبَ
َبِّير
اا ك
Artinya: “Jika kamu khawatir ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah
seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan,
niscaya Allah member taufiq kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”.4
3
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 244.
4
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 133-134.
4
1. Fasakh bisa terjadi karena tidak terpenuhinya syarat-syarat ketika
berlangsung akad nikah, atau kerena hal-hal lain yang datang kemudian
dan membatalkan kelangsungan perkawinan. Berikut adalah
penjabarannya.5 Fasakh(batalnya perkawinan), karena syarat-syarat yang
tidak terpenuhi ketika akad nikah. a) Setelah akad nikah, ternyata
diketahui bahwa istrinya adalah saudara kandung atau saudara sesusuan
pihak suami. b) Suami istri masih kecil, dan diadakannya akad nikah oleh
selain ayah atau datuknya. Kemudian setelah dewasa, ia berhak
memutuskan untuk meneruskan atau mengakhiri perkawinannya.
2. Fasakh karena hal-hal yang datang setelah akad. a) Bila salah seorang dari
suami istri murtad atau keluar dari agama islam dan tidak mau kembali
sama sekali ke agama Islam. b) Jika suami yang tadinya kafir masuk islam,
tetapi istri masih tetap dalam kekafirannya yaitu tetap menjadi musyrik,
maka akadnya batal (Fasakh).
5
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), hal142-143
6
Drs. Slamet Abidin,dan Drs. H. Aminudin, Fiqih Munakahat II, (Bandung : Pustaka Setia, 1999),
hlm 75
5
a. Perkawinan yang dilakukan oleh wali dengan laki-laki yang bukan
jodohnya, umpamanya: Budak dengan merdeka, orang pezina dengan
orang terpelihara dan sebagainya.
b. Suami tidak mau memulangkan istrinya, dan tidak pula memberi belanja
sedangkan istrinya tidak rela.
c. Suami miskin, setelah jelas kemiskinannya oleh beberapa orang saksi yang
dapat dipercaya, sehingga ia tidak sanggup lagi memberi nafkah, baik
pakaian yang sederhana, tempat ataupun maskawinnya belum
dibayarkannya sebelum campur.
7
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 244.
6
فنحاز عن الفراش ثم قال خذى عليك
.ثيابك ولم يأخذ مما أتاها شيئا
}{رواه أحمد
Dari jamil bin Zaid bin Ka’ab r.a bahwasannya Rosulullah SAW pernah menikahi
seorang perempuan bani gafar, maka tatkala ia akan bersetubuh dan perempuan
itu telah yang meletakkan kainnya, dan ia duduk di atas pelaminan, kelihatannya
putih (balak) dilambungnya lalu ia berpaling (pergi dari pelaminan itu) seraya
berkata, “ambillah kain engkau, tutupilah badan engkau, dan beliau telah
mengambil kembali barang yang telah diberikan kepada perempuan itu.” (HR.
Ahmad).8
8
http://nurisrnsw1.blogspot.com/2013/12/perceraian-gugatan-isteri-fasakh.html, 28 November
2019, 18: 38
7
adakalanya fasakh itu terjadi dengan sendirinya tanpa memerlukan hakim, seperti
suami istri ketahuan senasab atau sepersusuan.9
9
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 135.
8
hal ini sebenarnya adalah hal yang dilarang dalam agama Islam, sehingga apabila
hal ini terjadi maka wajib hukumnya bagi suami untuk ruju’ kembali dengan
istrinya. Sedangkan pada fasakh, tidak adanya ketentuan yang demikian, karena
fasakh memerlukan akad baru dalam hal melanjutkan ikatan perkawinan antara
suami dan mantan istrinya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fasakh disebut juga dengan batalnya perkawinan atau putusnya
perkawinan. Yang dimaksud dengan menfasakh nikah adalah membatalkan atau
memutuskan ikatan hubungan antara suami dan istri.Hikmah boleh dilakukannya
fasakh itu adalah memberikan kemaslahatan kepada umat manusia yang sedang
dan telah menempuh hidup berumah tangga.
Sebab-sebab terjadinya Fasakh (batalnya perkawinan):
1. Karena ada balak (penyakit belang kulit).
2. Karena gila.
9
3. Karena Kusta.
4. Karena ada penyakit menular, seperti sipilis, TBC, dan lain sebagainya.
5. Karena ada daging tumbuh pada kemaluan perempuan yang menghambat
maksud perkawinan( bersetubuh).
6. Karena ‘Anah (zakar laki-laki impoten, tidak hidup untuk jima’) sehingga
tidak dapat mencapai apa yang dimaksudkan dengan nikah.
Pada dasarnya hukum fasakh itu adalah mubah atau boleh, tidak disuruh
dan tidak pula dilarang,namun bila melihat kepada keadaan dan bentuk tertentu
hukumnya sesuai dengan keadaan dan bentuk tertentu. Akibat hukum yang
ditimbulkan akibat putusnya perkawinan secara fasakh adalah suami tidak boleh
ruju’ kepada mantan istrinya selama istrinya masih menjalani masa iddah, hal ini
disebabkan karena perceraian yang terjadi secara fasakh ini berstatus ba’in sughra.
Akibat hukum yang ditimbulkan setelah terjadi fasakh adalah hukum thalaq ba’in
sughra, dimana si suami boleh melanjutkan perkawinannya kembali dengan
mantan istrinya dengan akad nikah yang baru tanpa memerulukan muhallil, baik
dalam masa iddah si istri maupun tidak.Setelah terjadinya pemutusan perkawinan
secara fasakh, maka tidak dikenai hukum thalaq raj’i dan tidak pula dikenai thalaq
bid’iy.
DAFTAR PUSTAKA
10
11