Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

FRAKTUR FEMUR PADA ORANG


DEWASA

KELOMPOK I
Irfan
Hasnia
Musdalipa
Santi
Rahmawati
Mutmainnah syahrir

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR


TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segalah limpah
rahmat, hidayat, dan karunia-Nya sehingga tugas Makalah dalam rangka untuk
memenuhi sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana dengan judul
‘’Isu-isu etik dan legal dalam keperawatan gawatdarurat’’ dapat disusun sesuai
dengan harapan, TugasMakalah ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan
pembimbing dan kerja sama dengan pihak lai

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 4
A. Latar Belakang .......................................................................... 4
B. Tujuan Penulisan ....................................................................... 5
C. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data ................... 5
D. Sistematika Penulisan................................................................ 6
BAB II TINJUAN TEORI ......................................................................... 7
A. Definisi ...................................................................................... 7
B. Etiologi ...................................................................................... 7
C. Jenis fraktur ............................................................................... 7
D. Patofisiologi .............................................................................. 8
E. Manifestasi Klinik ..................................................................... 8
F. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................... 9
G. Penatalaksanaan ........................................................................ 9
H. Komplikasi ................................................................................ 9
I. Pathway ..................................................................................... 10
J. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 11
BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 12
A. Pengkajian ................................................................................. 12
B. Riwayat Keperawatan ............................................................... 13
C. Fengkajian pola Fungsional ...................................................... 14
D. Pemeriksaan Fisik ..................................................................... 17
E. Analisa Data .............................................................................. 20
F. Problem List .............................................................................. 21
G. Intervensi .................................................................................. 22
H. Implementasi ............................................................................. 25
I. Evaluasi ..................................................................................... 25

3
DAFTAR fUSTAKA...................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN

4
A. LATAR BELAKANG
Sepanjang tahun 2000 terjadi berbagai kecelakaan lalu lintas (lalin) di
negara kita, mulai dari kasus yang besar sampai yang terkecil. Semua itu
dikarenakan arus lalu lintas yang semakin padat sehingga membawa dampak
positif dan negatif. Dampak yang negatif dan besar misalnya: kecelakaan
terbakarnya bus Giri Indah di Jawa Tengah yang menyebabkan 26
penumpannya tewas terpanggang. Terakhir tabrakan truk dan bus di
Purbalingga yang menewaskan 9 orang (Bina Dikankes, 39 April 2001).
Adapun kerugian-kerugian dari kecelakaan baik kendaraan atau jatuh dari
suatu ketinggian selain kematian juga harga benda dan fisik. Kerusakan pada
fisik dapat dilihat seperti luka bakar, kecacatan, dan biasanya yang paling
umum adalah patah tulang. Patah tulang dapat mengenai ekstremitas atas dan
juga ekstremitas bawah, pada esktremitas bawah terutama fraktur femur.
Fraktur femur terbuka maupun tertutup akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh
dari suatu ketinggian harus selalu diperhatikan, terutama pada fraktur terbuka
adalah kemungkinan terkontaminasi oleh mikro organisme yang dapat
menimbulkan infeksi. Oleh karena itu perawatan yang baik dan pengobatan
yang tepat serta segera sangat diperlukan untuk menghindari komplikasi yang
lebih parah. Perawatan pada fraktur femur membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk kembali seperti semula keadaan semula karena akibat terjadinya
fraktur maka suplai darah tidak adekuat yang menjadikan problem dalam
penyambungan atau penyatuan suatu fraktur (Engram, 1998).
Bila dilihat dari pemeriksaan fisik di suatu fraktur femur akan ditemukan
gejala-gejala seperti : nyeri pada lokasi fraktur fremur terutama nyeri tekan
dan pembengkakan. Jika fraktur terbuka, maka ujung patahan dapat terlihat di
dalam luka, juga mengalami gangguan fungsi atau kehilangan daya gerak pada
ekstremitas yang fraktur, rasa gemertak juga dirasakan ketika ujung tulang
digerakkan (Anderson, 1997). Spasme otot, tampak pucat dan tidak ada nadi
pada bagian distal pada lokasi fraktur bila aliran darah arteri terganggu
(Engram, 1998).

5
Dari pemeriksaan fisik di atas akan muncul komplikasi-komplikasi ringan
selama proses penyembuhan seperti integritas kulit, biasanya komplikasi ini
akan tersisih dari pandangan perawat. Pada fraktur femur juga mengalami
gangguan fungsi misalnya tidak dapat berjalan, dan juga tidak dapat
melakukan aktiiats yang biasanya dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Selain itu juga ada komplikasi-komplikasi yang perlu diperhatikan secara
seksama seperti shock, shock terjadi karena perdarahan pada tempat fraktur
femur yang terus menerus. Kemudian borok akibat tekanan gips atau bidal
yang menekan setempat sehingga terjadi nirkrosis pada jaringan superfisual
(Anderson, 1997).
Mengingat begitu banyak permasalahan yang muncul pada pasien fraktur
femur maka penulis tertarik mengambil judul karya tulis ilmiah ini “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Fraktur Femur”.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi yang muncul pada
fraktur femur selama proses penyembuhan.
2. Untuk membantu aktivitas yang tidak dapat dilakukan oleh klien selama
proses penyembuhan.
3. Memberikan pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang perawatan
fraktur femur setelah masa perawatan di Rumah Sakit selama proses
penyembuhan.

C. METODE PENULISAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Dalam penyusunan karya tulis ini penulis ingin menggunakan metode
deskriptif yaitu metode pengumpulan data berdasarkan masalah yang sedang
berlangsung pada waktu pelaksanaan rutin keperawatan, sedangkan teknik
pengumpulan datanya dengan cara :

6
1. Wawancara
Pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung pada klien,
keluarga klien, dokter atau kesehatan lain yang ikut merawat dan
mengobati klien selama melakukan keperawatan.
2. Observasi
Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap klien serta ikut dalam memberikan asuhan keperawatan
selama melakukan asuhan keperawatan.
3. Studi Dokumentasi
Dengan mempelajari catatan medik, catatan keperawatan yang
berkaitan dengan kasus selama asuhan keperawatan.
4. Studi Kepustakaan
Dengan mempelajari buku-buku atau literatur-literatur yang
berkaitan dengan judul karya tulis ilmiah selama pembuatan karya tulis
ilmiah.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini menggunakan penulisan yang terdiri
dari beberapa bab :
Bab satu, Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode dan teknik penulisan, serta sistematika penulisan.
Bab dua, Konsep dasar yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi,
pathways, masalah dan diagnosa keperawatan, tujuan dan fokus intervensi.
Bab tiga, Tinjauan kasus yang menguraikan proses keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan intervensi.

7
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma,
fraktur digolongkan sesuai jenis dan arah garis fraktur.(Tambayong Jan, 2000 :
124)
Fraktur adalah parah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. (Price, 2003 : 1305)
Fraktur femur adalah fraktur yang terjadi pada batang femur dan di
daerah lutut. (Brunner and Suddarth, 2002 : 2376)
ORIF (Open Reduction Internal Fixtation) adalah fiksasi internal
dengan pembedahan untuk memasukkan paku, sekrup, atau pin ke dalam
tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara
bersamaan. (Reeves J Charline, 2001 : 254)

B. ETIOLOGI
1. Trauma
 Langsung (kecelakaan lalu lintas)
 Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri / duduk
sehingga terjadi fraktur tulang belakang)
2. Patologis : Metastase dari tulang
3. Degenerasi
4. Spontan : Terjadi tarikan otot yang sangat kuat
5. Pukulan langsung, gerakan muntir mendadak, kontraksi otot eksterna

C. JENIS FRAKTUR
1. Fraktur Komplit : Fraktur yang mengenai suatu tulang secara
keseluruhan.
2. Fraktur Inkomplet : Fraktur yang meluas secara parsial pada suatu
tulang.
3. Fraktur Tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit.

8
4. Fraktur terbuka : Fraktur yang menyebabkan robeknya kulit.
(Hidayat A. Alimul, 2006 : 141)

D. PATOFISIOLOGI
Patah tulang paling sering disebabkan oleh trauma, trauma pada anak-
anak dan dewasa muda, apabila tulang melemah patah dapat terjadi hanya
akibat trauma minimal atau tekanan ringan hal ini disebut fraktur patologis,
fraktur patologis sering terjadi pada orang tua yang mengidap osteoporosis,
penderita fumor, fraktur stres dapat terjadi pada tulang normal akibat stres
tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang. Fraktur stress juga disebut
fraktur kelelahan biasanya terjadi akibat peningkatan drastis tingkat latihan
pada seorang atlet/pada permukaan aktivitas fisik baru karena kekuatan otot
meningkat secara lebih cepat dibandingkan kekuatan tulang.
Maka tulang yang mengalami fraktur menyebabkan robeknya jaringan
kulit sekitar sehingga terjadi inflamasi dan luka pada kulit hingga kepatahan
tulang. Pada fraktur tertutup terjadi pergeseran fragmen tulang dan menekan
syaraf pada jaringan sekitar dan menimbulkan sindroma kompartemen dan
aliran darah terganggu sehingga O2 dalam darah menurun. Jika kerusakan
jaringan lunak tidak segera diatasi maka terjadi perdarahan yang hebat karena
pada femur terdapat arteri yang sangat besar yaitu arteri femoralis.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri
2. Pembengkakan disekitar fraktur akan menyertai proses peradangan.
3. Dapat terjadi gangguan sensasi atau kesemuatan yang mengisyaratkan
kerusakan saraf. Denyut nadi dibagian aistal fraktur harus utuh dan terasa
dengan bagian non fraktur.
4. Kriptus dapat terdengar sewaktu tulang digerakkan akibat pergeseran
ujung-ujung patahan tulang satu sama lain.
5. Daerah paha yang paha tulangnya sangat membengkak ditemukan tanda
fungtio laesa atau angulasi anterior, endo/eksorotasi. Pada fraktur 1/3

9
tengah femur, saat pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan
adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligamentum didaerah lutut.
(Mansjoer, 2000 : 354)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan sinar X dapat membuktikan fraktur tulang.
2. Scan tulang dapat membuktikan adanya fraktur stress.

G. PENATALAKSANAAN
1. Fraktur hatus segera di imobilisasi hematom fraktur dapat terbentuk dan
untuk memperkecil kerusakan.
2. Penyambungan kembali tulang (reduksi) penting dilakukan agar posisi dan
rentang gerak normal putih. Sebagian besar redukti dapat dilakukan tanpa
intervensi bedah (reduksi tertutup) apabila diperlakukan tindakan bedah
untuk fiksasi (reduksi terbuka) dapat dipasang pen/sekrup untuk
mempertahankan sambungan mungkin diperlukan traksi untuk
mempertahankan reduksi dan merangsang penyembuhan. (Brunner and
Suddarth, 2002 : 525)

H. KOMPLIKASI
Komplikasi dari fraktur ini dapat terjadi syok dan emboli lemak.
Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union, non-union,
malunion, kekakuan sendi lutut, infeksi, dan gangguan saraf perifer akibat
traksi yang berlebihan.
(Mansjoer, 2000 : 355)

10
I. PATHWAY

Pukulan langsung
Gaya meremuk
Gerakan puntir mendadak
Konstraksi otot eksterna

Fraktur

Fraktur terbuka Fraktur tertutup Pembedahan

Robeknya jaringan Terputusnya kontinuitas tulang Luka post operasi


Cemas
kulit sekitar
Nyeri Gerakan fragmen tulang Port de entry
Inflamasi oleh
lingkungan luar
Resti Infeksi
Luka pada kulit Pergeseran
hingga kepatahan fragmen tulang
tulang

Resiko tinggi Deformitas Menekan


terhadap infeksi saraf
Gangguan Kerusakan
mobilitas fisik jaringan lunak
Sindroma
Nyeri Perdarahan
kompartemen

Aliran darah Output berlebih


terganggu
Gangguan
O2 dalam darah keseimbangan
menurun cairan & elektrolit

Hipoksia

Gangguan perfusi
jaringan

Sumber : Hidayat A.
Alimyull 2006; 141
Mansjoer. 2000; 354
11
Price. 2003; 124
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) kaki sebelah kiri b.d diskontinuitas jaringan.
2. Resiko infeksi b.d kerusakan kulit sebagai pertahanan primer
3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan suplay O2 dalam darah.
4. Ansietas b.d pembedahan
5. Resti infeksi b.d port de entry luka post operasi

12
BAB 3
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian ini dilakukan pada hari Jum’at, 11 April 2008 jam 07.00
WIB di ruang Cempaka I RSUD Kudus secara auto dan alloanamnesa.
1. Identitas Pasien
Nama : Sdr. E
No. Reg : 538525
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Dersalam 1/3 Bae Kudus
Tanggal MRS : 1 April 2008
Cara masuk : Pasien di bawa ke UGD jam 14.23 WIB
Diagnosa Medis : Mal union fraktur femur sinistra post op ke -8
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Jawa
Alamat : Dersalam 1/3 Bae Kudus

13
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan kaki sebelah kirinya yang patah nyeri saat di
gerakkan.
P : Nyeri saat melakukan aktivitas
Q : Nyeri seperti dipukul-pukul
R : Kaki sebelah kiri
S : Skala 7
T : Saat gerak, sewaktu-waktu
2. Riwayat Perawatan Sekarang
Pada tanggal 17 Agustus 2019, pasien mengatakan jatuh dari
sepeda motor, pasien dibawa ke RSUD pada jam 14.23 WIB oleh
keluarganya. Pasien datang langsung dibawa ke Cempaka I pasien
mendapatkan terapi infus RL 20 tetes/ menit dan dilakukan operasi pada
tanggal 19 Agustus 2019. Pada tanggal 20 Agustus 2019 pasien
mengatakan nyeri, skala nyeri 7, ekspresi wajah tampak meringis
kesakitan,ekspresi wajah tegang,bingung saat di tanya perawatan luka post
operasi, TD: 110/70 mmHg, N:88 x/menit, S:36OC. Luka operasi
sepanjang 20 cm, jumlah jahitan 20, luka tampak basah tidak ada PUS,
leukosit 8000H/mm3,.
3. Riwayat Perawatan Dahulu
Pasien sebelumnya tidak pernah mempunyai riwayat penyakit
patah tulang seperti ini dan pasien juga belum pernah dirawat di Rumah
Sakit, tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan keturunan seperti
DM, Hipertensi, TBC, hepatitis, dll.
4. Riwayat Keperawatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang mempunyai
penyakit seperti pasien dan keluarga pasien tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit menular seperti TBC dan hepatitis, penyakit keturunan
seperti hipertensi dan DM.

14
C. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL
1. Pola Persepsi dan Manajemen
Keluarga pasien sangat mementingkan kesehatannya sehingga
apabila sakit segera memeriksakan diri ke Puskesmas/dokter bahkan ke
dukun terdekat.
Sebelum dirawat : Pasien menggosok gigi sehari (2x setelah mandi dan
1x sebelum tidur). Mandi 2x dengan sabun dan ganti
baju 2x.
Saat dirawat : Pasien hanya disibini dengan sabun 2x sehari pagi dan
sore gosok gigi 1x sehari dan ganti baju 1x dengan
bantuan keluarga.

2. Pola Nutrisi
Sebelum dirawat : A = BB : 63 kg
B = -
C = Rambut bersih, tidak rontok, tidak mudah
dicabut
D = Pasien makan 3x sehari dengan porsi 1n piring
habis (lauk, nasi, sayur) dan minum air putih +
8 gelas/hari.
Saat dirawat : A = BB : 60 kg
B = Hb : 14,4 gr/dl
C = Rambut agak kotor, tidak rontok, tidak mudah
dicabut
D = - Nutrisi TKTP
- Pasien makan 3x sehari dengan porsi ½
piring habis (lauk, nasi, sayur) dan minum
air putih + 8 gelas/hari.

15
3. Pola Eliminasi
Sebelum dirawat : Pasien BAB 1-2x sehari dengan konsistensi lembek
warna kuning, bau khas, BAK 4-5x sehari, warna
kuning jernih bau khas.
Saat dirawat : Pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek
warna kuning, bau khas, BAK 4-5x sehari, warna
kuning jernih bau khas. Terakhir BAB tanggal 10
April 2008 hari Kamis.

4. Pola Istirahat Tidur


Sebelum dirawat : Pasien tidur 7-8 jam sehari kadang-kadang tirud siang
½ - 1 jam sehari.
Saat dirawat : Pasien tidur selama 5-6 jam karena nyeri pada kaki
sebelah kiri dan tidak pernah tidur siang.

5. Pola Aktivitas dan Latihan


Sebelum dirawat :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan √ - - - -
Minum √ - - - -
Berpakaian √ - - - -
Toileting √ - - - -
Ambulasi √ - - - -
Saat dirawat :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan √ - - - -
Minum √ - - - -
Berpakaian - - √ - -
Toileting - √ - - -
Ambulasi - - √ - -

Keterangan :

16
0 : Mandiri 3 : Bantuan orang lain + alat
1 : Alat Bantu 4 : Bantu dengan bantuan
2 : Bantuan orang lain
Pasien mengatakan bila berubah posisi/beraktivitas kakinya terasa nyeri
dan sakit.

6. Pola Persepsi dan Kognitif


Sebelum dirawat : Penglihatan baik
Saat dirawat : Antara telinga kanan dan kiri terdengar suara yang
sama
Pembau : Normal, dapat membedakan antara bau busuk dan harum
Perasa : Normal, dapat membedakan rasa manis, asam, asin, pahit
Peraba : Normal, dapat membedakan pemukaan kasar dan halus
Kognitif : Pasien dan keluarga beranggapan bahwa kesehatannya akan
membaik setelah mendapatkan perawatan dari RS. Pasien
mengatakan kurang tahu cara perawatan luka operasi
dirumah.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri


Gambaran Diri : Pasien menerima keadaan dirinya yang mengalami
patah tulang pada kakinya.
Ideal diri : Pasien menginginkan pasien bisa jalan dengan normal
lagi.
Peran diri : Pasien seorang wiraswasta, setelah pasien sakit dan
mengalami patah tulang seperti ini pasien tidak bisa
melakukan aktivitas.
Identitas diri : Pasien dapat menyebutkan dirinya.
Harga Diri : Pasien merasa senang mendapat perawatan yang baik
dari perawat.
8. Pola Reproduksi Sexual
Pasien seorang laki-laki yang belum menikah.

17
9. Pola koping-toleransi terhadap stress
Jika pasien mempunyai masalah, maka pasien selalu
membicarakan dan merundingkan dengan keluarga.

10. Pola Peran Hubungan


Hubungan antara pasien dan keluarga dengan petugas pelayanan
kesehatan baik begitu pula hubungan dengan tetangganya.

11. Pola kepercayaan dan Keyakinan


Pasien beragama Islam, pasien selama dirawat tidak pernah
menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan hanya berdoa agar penyakitnya
cepat sembuh.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tingkat Kesadaran : Composmentis
3. Vital Sign : TD : 110/70 mmHg RR : 20x /menit
N : 88x /menit S : 369 C
4. Kepala : Mesochepal
5. Rambut : Kurang bersih, hitam tidak mudah rontok, tidak
mudah dicabut
6. Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, tidak mengalami gangguan penglihatan
7. Hidung : Simetris, tidak ada polip
8. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
9. Muka : Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, ekspresi
wajah tampak tegang, ekspresi wajah tampak
bingung
10. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
peningkatan JVP

18
11. Paru-paru :
I : Ictus simetris ka/ki
P : Vocal fremitus ka/ki sama
P : Sonor ka/ki
A : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
12. Jantung :
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba pada iga 4 dan 5
P : Pekak
A : Teratur, tidak ada murmur (53)
13. Perut :
I : Perut datar
A : Bunyi peristaltik 14 x/menit
P : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen
P : Tympani
14. Genetalia : Tidak terpasang DC, bersih
15. Anus : Tidak ada hemoroid
16. Ekstremitas :
Atas : Tidak ada oedema, terpasang infus RL 120
tetes/menit pada tangan kiri, tidak ada lesi, CRT 2
detik.
Bawah : Tidak ada oedema, akral tidak dingin, CRT 2 detik,
terdapat luka post operasi, panjang luka operasi 20
cm, terdapat 20 jahitan, keadaan lukanya basah,
tidak ada PUS, kesemutan
Kulit : Turgor : Baik
Warna : Kuning

Data Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan tanggal 2 April 2008

19
KIBC : 8.000 H/mm3 (3.500-10.000)
HGM : 14,4 g/dl (11,0-16,5)
PLT : 228.000 H/mm3 (150.000-390.000)
Pemeriksaan post op tanggal 3 April 2008
Hb : 11,3 g/dl

2. Therapy tanggal 11 April 2008


Cipro 2 x 500 mg diberikan secara oral
Asam mefenamat 2 x 50 mg secara oral

Laporan Operasi
Operasi dilakukan pada tanggal 2 April 2008 di mulai pada jam 09.30 WIB
dan diakhiri jam 11.15 WIB, dengan menggunakan anestesi spinal.

Hasil Rongent
- Hasil rongent sebelum operasi : mal union fraktur femur sinistra
- Hasil rongent sesudah operasi : femur sinistra kiri

20
E. ANALISA DATA

Nama : Sdr. E No. CM : 538525


Umur : 17 tahun Ruang : Cempaka I
No S E P
1. DS : Pasien mengatakan nyeri Diskontinuitas Nyeri
P : Nyeri saat melakukan jaringan
aktivitas
Q : Nyeri seperti dipukul-
pukul
R : Kaki sebelah kiri
S : Skala 7
T : Saat gerak sewaktu-waktu
- Ekspresi wajah tampak
DO : meringis jika melakukan
aktivitas.
- Ekspresi wajah tampak
tegang
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
2. DS : Pasien mengatakan luka Port de entry luka Resti infeksi
operasi sudah agak kering post operasi
- Luka operasi sepanjang
20 cm
DO : - Luka tampak agak kering
tidak ada PUS dan darah.
S : 360C
N : 88 x/menit
- Leukosit : 8.000 H/mm3

F. PROBLEM LIST

21
Nama : Sdr. E No. CM : 538525
Umur : 17 tahun Ruang : Cempaka I
Tanggal
No Hari/Tanggal Data Fokus DP Ttd
Ditemukan Teratasi
1. Jum’at DS : Pasien mengatakan nyeri Nyeri pada 11 April
20 Agustus P : Nyeri saat melakukan kaki 2008
2019 aktivitas sebelah kiri
Q :Nyeri seperti dipukup- b.d
pukul diskontinuit
R : Kaki sebelah kiri as jaringan
S : Skala 7
T : Saat gerak sewaktu-
waktu
- Ekspresi wajah tampak
meringis jika
melakukan aktivitas.
DO : - Ekspresi wajah tampak
tegang
TD: 110/70mmHg
N : 88 x/menit
2. Jum’at DS : Pasien mengatakan luka Resti 11 April
20 Agustus bekas operasi masih infeksi b.d 2008
2019 basah kerusakan
DO : - Luka operasi kulit
sepanjang 20 cm sebagai
- Luka tampak basah, pertahanan
tidak ada PUS primer
dan darah
S : 360C
N : 88 x/menit
- Leukosit : 8.000
H/mm3

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Sdr. E No. CM : 538525

22
Umur : 17 tahun Ruang : Cempaka I
No Hari/Tgl Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Ttd
1. Jum’at Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Monitor Vital Sign
20 Agustus berhubungan tindakan kep. Selama 2. Kaji skala nyeri
2019 dengan agen 3x 24 jam diharapkan 3. Berikan posisi yang
cedera fisik nyeri berkurang dengan nyaman(semi fowler)
KH : 4. Ajarkan teknik napas
a.Nyeri berkurang dalam.
b. Skala nyeri 3 5. Kaloborasi dengan tim
c.Ekspresi wajah tidak medis dalam
meringis kesakitan pemberian obat
bila melakukan 12/jam
aktivitas
d. Ekspresi wajah
tidak tegang
e.TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
2. Jum’at Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan 1. Monitor Vital Sign
20 Agustus kerusakan kulit tindakan kep selama 2. Kaji tanda infeksi
2019 sebagai pertahanan 3x24 jam diharapkan 3. Lakukan perawatan
primer tidak terjadi infeksi luka dengan teknik
dengan KH : antiseptik dan aseptik
a. Luka kering,tidak 4. Anjurkan pemasukan
ada pus dan darah nutrisi dengan TKTP
b. Tidak ada tanda 5. Laksanakan advise
infeksi : rubor, dolor, docter pemberian
kalor, tumor, antibiotik
disfungsio 6. Ciprofloxacin
c. S : 36,7 C 2x500mg
N : 80x/menit
d. Leukosit 5000-800
No Hari/Tgl Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Ttd

23
3. Jum’at Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. Monitor TTV .
20 Agustus jaringan b.d tindakan keperawatan 2. Monitor pengisian
2019 penurunan suplay selama 3x 24 jam kapiler dan kekuatan
O2 dalam darah. diharapkan Gangguan nadi perifer.
perfusi jaringan teratasi 3. Berikan anti koagulan
dengan KH dosis rendah sesuai
a. Pasien dapat indikasi.
Mempertahankan 4. Berikan tekanan
tingkat kesadaran. langsung pada
b. tanda-tanda vital
perdarahan bila
stabil
terjadi perdarahan.
TD : 110/70 MmHg
5. Kolaborasi pemberian
N : 80x/m
O2 2 liter
S : 36,7c
P : 24x/m

4. Jum’at Ansietas b.d Setelah dilakukan 1. Kaji rasa takut pada


20 Agustus pembedahan tindakan keperawatan pasien dan orang
2019 selama 3x24 jam terdekat pasien.
diharapkan ansietas 2. Jelaskan prosedur /
teratasi KH : asuhan yang
a. Pasien dapan
diberikan.
mengatasi
3. Dorong dan berikan
ansietasnya
kesempatan pada
b. Pasien rileks dan
pasien / orang
dapat beristirahat
terdekat untuk
dengan tenan
mengajukan
pertanyaan.
4. Dorong orang
5. terdekat berpartisipasi
dalam asuhan sesuai
indikasi.

24
6. Anjurkan pasien
untuk mengutarakan
perasaannya

1. Pantau TTV dan catat


5 Jum’at Ristensi infeksi Setelah dilakukan
munculnya tanda-
20 Agustus b.d port de entry tindakan keperawatan
tanda klinik proses
2019 luka post operasi selama 3x24 jam
infeksi.
diharapkan Ristensi
2. Pertahankan teknik
infeksi teratasi KH :
aseptik dan teknik
Mencapai
cuci tangan yang
penyembuhan luka
tetap waktu bebas tepat bagi pasien.

eksudat purulen dan 3. Dorong


tidak demam keseimbangan
istirihat adekuat.
4. Tingkatkan masukan
nutri adekuat.
5. Kolaborasi pemberian
antibiotik.

H. IMPLEMENTASI KEPERAWATA

25
Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Implementasi
1. mengkaji nyeri klien
 Respon subjektif : Klien mengatakan nyeri pada kaki bagian paha
sebelah kanan, Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk ,Skala nyeri 4,
Nyeri timbul saat digerakan.
 Respon objektif : Ekspresi wajah meringis, Klien Nampak gelisah,
Ekstermitas sebelah kanan terpasang penampung (draine) dan
verban, Hasil rontgen terdapat fraktur femur 1/3 proksimal dekstra.

2. Memonitor tanda-tanda vital


 Respon subjektif: Klien mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan
tekanan darah.
 Respon objektif : TD: 110/70 mmHg, N : 68x/ menit, P : 20 x/ menit,
S : 36,5oC .
3. Memberikan posisi yang nyaman (semi fowler) .
 Respon subjektif : Klien mengatakan nyaman dengan posisi yang
diberikan.
 Respon objektif : Klien tampak nyaman dengan posisi yang diberika
4. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
 Respon subjektif : Klien mengatakan paham dengan teknik relaksasi
yang diajarkan..
 Respon objektif :Klien mampu melakukan teknik relaksasi secara
mandiri.
5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik
(ketorolax 1 amp/ 12 jam).
 Respon subjektif: Klien mengatakan bersedia di suntik.
 Respon objektif : Injeksi melalui intravena dan tidak terjadi alergi.
I. Evaluasi
S : Klien mengatakan nyeri pada kaki bagian paha sebelah kanan, Nyeri
dirasakan seperti tertusuk-tusuk, Skala nyeri 4, Nyeri timbul saat
digerakan.
O : Ekspresi wajah meringis, Klien Nampak gelisah, Ekstermitas sebelah
kanan terpasang penampung (draine) dan verban, Hasil rontgen
terdapat fraktur femur 1/3 proksimal dekstra.
TTV :
TD: 110/70 mmHg
N : 68x/ menit
P : 20 x/ menit
S : 36,5oC
A : Masalah Belum teratasi
P : Intervensi 1,2,3,4,5 di lanjutkan

DAFTAR PUSTAKA

26
Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.

Doenges, E. Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta.

Hidayat A. Alimul. 2006. Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika : Jakarta.

Mansjoer Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I. FKUI : Jakarta.

Price. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. EGC :


Jakarta.
Reeves J. Charlene. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I.Salemba
Medika:Jakarta
Tambayong. Jan. 2006. Patofisiologi. FKUI : Jakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai