Anda di halaman 1dari 9

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA

TIFOID DI RUANG KELAS

RSUD Dr. SOEROTO

NGAWI

T AN P E M
WA ER
R A IN T
K EPE AH
EMI D
AKA

YP KK

Oleh :

DIAH KURNIA SUTOPO

NIM: 015.13.11.625

PROGRAM STUDI D – III KEPERAWATAN

AKPER PEMKAB NGAWI

2013
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA

MEDIS TIFOID DI RUANG KELAS

RSUD Dr. SOEROTO

NGAWI

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

T AN P E M
WA ER
RA IN T
PE A
KE H
EMI D
AKA

YP KK

Oleh :

DIAH KURNIA SUTOPO

NIM: 015.13.11.625

PROGRAM STUDI D – III KEPERAWATAN

AKPER PEMKAB NGAWI

2013
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit

ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang nomor

6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupaka

penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga

dapat menimbulkan wabah (Djoko Widodo, 2007). Demam tifoid adalah

infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi.

Demam paratifoid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh Salmonella

paratyphi A, B, dan C (Widoyono, 2005).

WHO memperkirakan bahwa 21 juta kasus tifoid dan 216.000 – 600.000

kematian terkaid tifoid terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Dari 27

September 2004 sampai 11 Januari 2005, WHO telah menerima laporan dari

total 42.564 kasus dan 214 kematian di Kinshasa, Congo (WHO, 2005).

Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam tifoid di

Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi

peningkatan menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Dari survei berbagi rumah

sakit di Indonesia dari tahun 1981 sampai 1986 memperlihatkan peningkatan

jumlah penderita sekitar 35,8% yaitu dari 19.596 menjadi 26.606 kasus

(Djoko Widodo, 2007).

Insiden demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan

sanitasi lingkungan; di daerah rural (Jawa Barat) 157 kasus per 10.000
penduduk, sedangkan di daerah urban ditemukan 760 – 810 per 10.000

penduduk. Perbedaan insiden di perkotaan berhubungan erat dengan

penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan

pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan

(Djoko Widodo, 2007). Di RSUD Dr. SOEROTO Ngawi jumlah klien yang di

ruang Kelas pada tahun 2012 … kasus, sedangkan pada tahun 2013 terdapat

… kasus.

Penularan penyakit demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

typhi yang masuk melalui berbagai cara yaitu food (makanan), fingers (jari

tangan/ kuku), fomitus (muntah), fly (lalat) dan feses mengakibatkan demam

disertai gejala tidak khas lainnya seperti diare, anoreksia atau batuk. Masalah

yang perlu diperhatikan ialah peningkatan suhu tubuh, gangguan pemenuhan

nutrisi, intoleransi aktivitas dan kurang pengetahuan tentang penyakit (Akhsin

2011;Taufan 2011). Penyakit demam tifoid jika tidak ditangani dengan cepat

akan menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut sampai berakibat kematian

pada penderita.

Penyakit demam tifoid dapat dicegah dengan kebersihan makanan dan

minuman. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak makanan

sampai matang. Selain itu juga perlu dilakukan sanitasi lingkungan termasuk

membuang sampah di tempatnya dengan baik dan pelaksanaan program

imunasi (Widoyono, 2005).


1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan

melakukan kajian lebih lanjut dengan malakukan asuhan keperawatan thypoid

dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut “ Bagaimanakah asuhan

keperawatan pada pasien dengan diagnose thypoid di Ruang Kelas RSUD.

Dr. SOEROTO Ngawi “.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien

dengan diagnosa thypoid di Ruang Kelas RSUD Dr. SOEROTO Ngawi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengkaji klien dengan diagnosa thypoid di ruang kelas RSUD Dr.

SOEROTO Ngawi.

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa

thypoid di ruang kelas RSUD Dr. SOEROTO Ngawi.

3. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa

thypoid di ruang kelas RSUD Dr. SOEROTO Ngawi..

4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa

thypoid di ruang kelas RSUD Dr. SOEROTO Ngawi


5. .Mengevaluasi klien dengan diagnosa thypoid di ruang kelas RSUD

Dr. SOEROTO Ngawi..

6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa

thypoid di ruang kelas RSUD Dr. SOEROTO Ngawi..

1.4 Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat :

1. Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada klien thypoid.

2. Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :

a. Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rumah

Sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan klien thypoid dengan

baik.

b. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan

keperawatan pada klien thypoid.

c. Profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien

thypoid.
1.5 Metode Penulisan

1. Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa

atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi

kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas dan dengan

studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah – langkah

pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Data diambil / diperoleh melalui percakapan baik dengan klien,

keluarga maupun tim kesehatan lain.

b. Observasi

Data yang diambil melalui percakapan baik dengan klien, keluarga

maupun tim kesehatan lain.

c. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang

menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.

3. Sumber Data
a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari klien

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang

terdekat klien, catatan medic perawat, hasil – hasil pemeriksaan dan

tim kesehatan lain.

4. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi

kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan komisi pembimbing,

pengesahan, kata pengantar dan daftar isi.

2. Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing – masing bab terdiri dari

sub bab berikut :

BAB 1 : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, tujuan,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan studi kasus.

BAB 2 : Tinjauan Pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut

medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa thypoid,

serta kerangka masalah.


BAB 3 : Tinjauan Kasus, berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

BAB 4 : Pembahasan, berisi tentang perbandingan antara teori dengan

kenyataan yang ada dilapangan.

BAB 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.

3. Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

Anda mungkin juga menyukai