MASERASI
DISUSUN OLEH :
Nama : Anisa Putri
NPM : A1F017012
Hari/Tanggal : Rabu, 4 Desember 2019
Percobaan Ke- : 4 (Empat)
Dosen pembimbing : 1. Elvinawati, M.Si
2. Dr. Nurhamidah, M.Si
Laboran : Tarmo Sujono, A.Md
Asisten Praktikum : 1. Anggi Wahyu Nugroho ( A1F016014)
2. Triana Krisandini ( A1F016023 )
3. Rince Anugrah Ilahi ( A1F016028 )
2.1.2 Bahan
1. Aquades
2. Alkohol
3. Kertas saring
4. Aluminium foil
5. Kunyit
6. Daun sirih
7. Serbuk simplisia 15 gram
Kunyit
3.3 Pembahasan
5.3.1 Pengertian dan Prinsip dari Maserasi
Percobaan kali ini dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan metode
maserasi, yang bertujuan untuk mengetahui penyarian simplisia dengan cara maserasi,
untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam maserasi, dan untuk membuat
ekstrak kering kental melalui maserasi. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang
sederhana, dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberaa hari pada suhu kamar terlindung dari cahaya. Metode maserasi
digunakan untuk menyari simplisia yang komponen kimianya mudah larut dalam cairan
penyari (Angria, 2019:26-27).
Prinsip kerja dari maserasi sangat sederhana, yaitu bunga sedap malam
dimasukkan kedalam suatu wadah tertutup dan dilakukan dalam suhu ruang, kemudian
didiamkan selama 24 jam. Selama proses perendaman akan terjadi pemecahan dinding
dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel sehingga
metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut dan ekstraksi
akan sempurna karena lama perendaman dapat diatur (Julianto, 2016:152)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diindikasikan bahwa maserasi adalah proses
pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut diberi perlakuan yakni
pengocokkan pada temperatur ruang (kamar). Ekstraksi ini dilakukan dengan tujuan
untuk menarik senyawa metabolit sekumetode ini sangat cocok untuk bahan berupa daun
yang sifat bahannya tidak tahan terhadap suhu tinggi. Pada percobaan ini sampel yang
digunakan yaitu kunyit dan daun sirih.
5.3.2 Proses Maserasi Simplisia Kunyit Berdasarkan Percobaan
Pada proses maserasi yang pertama, sampel yang digunakan yaitu kunyit. Kunyit
(Curcuma domestica Val) memiliki berbagai kandungan senyawa seperti alkaloid,
flavonoid, kurkumin, minyak atsiri, saponin, tanin dan terpenoid. Kurkumin dan minyak
atsiri telah terbukti memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi. Kurkumin dan minyak
atsiri telah terbukti memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi. Selain itu, golongan
senyawa kurkuminoid memiliki kandungan yang berkhasiat sebagai antibakteri,
antikejang, analgetik, antidiare, antipiretik dan antitumor (Muadifah, 2019: 46).
Struktur kimia dari kunyit (kurkumin) yakni sebagai berikut:
Dari Penjelasan diatas maka dapat diketahui alasan menggunakan kunyit sebagai
sampel dikarenakan khasiatnya dapat dijadikan obat. Sehingga perlu dilakukan
identifikasi kandungan senyawa yang ada di dalamnya Melalui teknik yang paling
sederhana yakni yakni maserasi.
Muadifah (2019: 47) proses mesarasi simplisia rimpang kunyit dapat dilakukan
sebagai berikut: sebanyak 3 simplisia rimpang kunyit kg diproses melalui proses
penyortiran, perajangan dan pengeringan. Rimpang kunyit dikeringkan dengan cara
dikering anginkan selama 5 hari kemudian dihaluskan dan diayak serbuk dengan mesh
no. 60. Serbuk ditimbang sebanyak sebanyak 40 gram yang selanjutnya dilakukan proses
ekstraksi sokhlet dengan pelarut etanol 96% sebanyak 400 mL. Hasil proses ekstraksi
mendapatkan ekstrak cair sebanyak 350 mL kemudian dikeringkan menggunakan oven
selama 7 hari untuk didapatkan ekstrak kering 7 gram.
Berdasarkan penjelasan diatas maka proses maserasi simplisia kunyit pada
percobaan dilakukan sebagai berikut: langkah awal proses maserasi terhadap kunyit ialah
pengumpulan bahan kunyit atau simplisia. Kemudian dilakukan disortasi atau pemilihan
yang bertujuan agar bahan atau kunyit yang digunakan adalah yang bermutu bagus.
Pemilihan ini juga bertujuan agar sampel (kunyit) yang ingin di maserasi ialah kunyit
yang tidak cacat atau tidak busuk. Selanjutnya kunyit yang telah di disortasi dicuci agar
tidak terdapat pengotor seperti bakteri dan jamur yang nantinya dapat mengganggu hasil
ekstrak kunyit yang sudah dicuci kemudian dilakukan perajangan atau pemotongan yang
bertujuan untuk memperkecil ukuran. Selanjutnya dilakukan Proses pengeringan yang
bertujuan untuk menghilangkan kadar air pada kunyit dan juga menghilangkan pengotor
yang masih tersisa yang tidak hilang pada saat pencucian yang dilakukan sebelumnya.
Proses pengeringannya dilakukan dengan menggunakan oven dengan suhu kurang lebih
40 derajat Celcius. Pemilihan suhu ini dikarenakan agar sedapat mungkin Proses
pengeringan tidak merusak kandungan senyawa aktif di dalam simplisia kunyit.
Kemudian dilanjutkan dengan penghalusan simplisia kunyit dengan menggunakan
blender. Hal ini bertujuan untuk memperhalus simplisia agar pada tahapan berikutnya
simplisia kunyit dapat tercampur sempurna dengan pelarut yang digunakan titik simplisia
yang telah dihaluskan ini berbentuk serbuk yang kemudian harus disimpan pada tempat
yang bersih sebelum digunakan untuk proses selanjutnya yaitu ekstraksi.
Telah dijelaskan bahwa maserasi merupakan proses perendaman sampel
menggunakan pelarut. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan
alam titik karena selama perendaman terjadi peristiwa plasmolisis yang menyebabkan
terjadi pemecahan dinding sel akibat perbedaan tekanan didalam dan diluar sel sehingga
senyawa yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut komponen yang
diinginkan adalah ekstrak kunyit sedangkan komponen yang tidak diinginkan adalah
ampas dari simplisia kunyit selanjutnya dilakukan pengukuran volume dengan gelas ukur
kemudian dilakukan penguapan simplisia dengan menggunakan kompor di mana pada
proses penguapan ini air dan ekstrak simplisia jangan sampai mendidih. Karena jika
mendidih maka struktur simplisia kunyit akan akan rusak. kemudian diukur volume
maserasi setelah di uapkan menggunakan gelas ukur dan didapatkan volume maserat
sebanyak 47,9 ml.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa hasil percobaan yang didapatkan sudah benar dan sesuai dengan literatur.
Metode yang digunakan dalam proses ekstraksi ini yaitu metode maserasi dengan
cara merendam bahan ke dalam pelarut. Hal ini bersinergi pada percobaan yang
dilakukan dimana sampel daun sirih dikumpulkan terlebih dahulu. Pengambilan daun
untuk maserasi ini mempunyai waktu yang dianjurkan yaitu ketika matahari belum terbit
dikarenakan pada pagi hari stomata daun dalam keadaan terbuka. Sehingga nantinya
proses maserasi menghasilkan ekstrak yang bagus. Lalu dilakukan disortasi sama halnya
dengan sampel kunyit yang mana itu tujuannya telah disebutkan agar didapatkan daun
sirih yang kondisinya bagus kemudian dicuci bersih agar terbebas dari bakteri dan jamur.
Daun sirih dibersihkan atau dipotong agar memperkecil ukuran. Selain itu
dilakukan proses pengeringan di bawah terik sinar matahari secara tidak langsung yang
bertujuan agar simplisia awet dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama serta
untuk menghilangkan kadar air pada daun sirih dan juga untuk menghilangkan pengotor
yang masih tersisa yang tidak hilang pada saat pencucian. Namun yang perlu diperhatikan
dalam proses pengeringan daun sirih ini ialah menggunakan suhu normal atau suhu yang
digunakan tidak boleh tinggi karena hal ini dapat merusak sel Stomata yang terdapat pada
daun, maka dari itu pada proses pengeringan ini tidak boleh dikeringkan di bawah sinar
matahari secara langsung. Kemudian dilanjutkan dengan penghalusan dengan
menggunakan blender. Hal ini bertujuan untuk memperhalus ukuran simplisia dan daun-
daun daun sirih yang nantinya akan diekstraksi.
Pada percobaan ini serbuk simplisia daun sirih yang digunakan ialah 15 gram
yang dicampur kan dengan 50 ml etanol 50% dan selanjutnya campuran dimasukkan ke
dalam botol maserasi dan dikocok selama 6 sampai 10 menit setiap 1 jam selama 24
jam.
Menurut Wiraningtyas (2020:4) Proses maserasi dilakukan selama 48 jam (2
hari) selama proses maserasi berjalan terjadi kontak secara langsung antara pelarut
dengan zat terlarut sehingga mengakibatkan senyawa metabolit sekunder dalam hal ini
adalah zat warna dalam Sargassum sp. akan terangkat dan larut bersama dengan pelarut.
Perlakuan ini sesuai dengan tahapan simplisia kunyit lalu dilakukan penyaringan
Filtrat dari proses penyaringan ini kemudian diuapkan menggunakan kompor yang
sama. Dalam proses penguapan nya cairan atau ekstrak simplisia atau daun sirih jangan
sampai mendidih karena jika mendidih maka struktur ekstrak simplisia akan rusak
kemudian diukur volume masyarakat dan mendapatkan volume sebanyak 38 ml.
(Sa’adah,2015 :150)
Namun pada percobaan kali ini kami menggunakan volume yang diperoleh untuk
menghintung rendemennya . sehingga diperoleh rendemen kunyit sebesar 95,8% dan
rendemen daun sirih 76%. Namun pada percobaan ini kami mendapatkan produk
encer sehingga kami menghitung rendemen dengan menggunakan volume.
Dari hasil data diatas maka disimpulkan bahwa maserasi kunyit yang telah
dilakukan lebih baik daripada maserasi daun sirih yang ditandai dengan presentase
rendemen kunyit yang lebih tinggi yakni 95,8%
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberaa hari pada suhu kamar
terlindung dari cahaya. Prinsip kerja dari maserasi sangat sederhana, yaitu bunga
sedap malam dimasukkan kedalam suatu wadah tertutup dan dilakukan dalam suhu
ruang, kemudian didiamkan selama 24 jam. Selama proses perendaman akan terjadi
pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan
diluar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut dan ekstraksi akan sempurna karena lama perendaman dapat diatur.
2. Proses maserasi kunyit berdasarkan percobaan dilakukan dengan cara menimbang 15
gram sampel dan masukkan kedalam wadah botol vial dan ditambahkan dengan etanol
50 ml dengan perbandingan 3:10. Setelah ditambahkan etanol yang merupakan cairan
pemisah. Digoncang botol vial berisi simplisia 6-10 menit selama 3 jam sekali.
Disaring maserat dengan kertas saring agar diperoleh hasil ekstraksi yang murni dan
tidak tercampur lagi dengan serbuk simplisia. Selanjutnya dipanaskan maserat yang
berguna agar terpisah atau menghilangkan mikroorganisme didalam larutan. Jika telah
kental dilakukan pengukuran volume agar diketahui volume yang dihasilkan pada
proses maserasi. Pada percobaan diperoleh volume maserat kunyit 2,1 ml
3. Proses maserasi daun sirih berdasarkan percobaan dilakukan dengan cara menimbang
15 gram sampel dan masukkan kedalam wadah botol vial dan ditambahkan dengan
etanol 50 ml dengan perbandingan 3:10. Setelah ditambahkan etanol yang merupakan
cairan pemisah. Digoncang botol vial dan isaring maserat dengan kertas saring agar
diperoleh hasil ekstraksi yang murni dan tidak tercampur lagi dengan serbuk simplisia.
Selanjutnya dipanaskan maserat yang berguna agar terpisah atau menghilangkan
mikroorganisme didalam larutan. Jika telah kental dilakukan pengukuran volume agar
diketahui volume yang dihasilkan pada proses maserasi. Pada percobaan diperoleh
volume maserat daun sirih 12 ml.
4. Rendemen dihitung dari ekstrak kental yang dihasilkan dengan perhitungan sebagai
berikut:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 (𝑔)
𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙(𝑔) × 100%
diperoleh rendemen kunyit sebesar 95,8% dan rendemen daun sirih 76%.
4.2 Saran
1. Pada proses penghalusan simplisia harus benar-benar halus agar maserat dapat
bercampur sempurna dengan pelarut
2. Pada proses pengeringan harus benar-benar kering agar simplisia terhindar dari
mikroorganisme yang dapat meruskan simplisia
DAFTAR PUSTAKA
Angria, Nirwati. 2019. Undur-Undur (Myrmeleon sp) Sebagai Antidiabetik. Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia
Julianto, Tatang S, dkk.2016. Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Jakarta: CV Budi Utama
Muadifah, Afidatul, dkk. 2019. Aktivitas Gel Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica
Val) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus. https://jurnal.IKUM.ac.id/index.php/
jim_akfarsam /article/view/27 (diakses ada 10 Desember 2019)
Sa`adah Hayatus dan Nurhasnawati Henny. 2015. Perbandingan Pelarut Etanol Dan Air
Pada Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr)
Menggunakan Metode Maserasi.
https://jurnal.akfarsam.ac.id/index.php/jim_akfarsam/article/view/27 (diakses ada 10
Desember 2019)
Wiraningtyas, Agrippina, dkk. 2020. Uji Kestabilan Penyimpanan Ekstrak Zat Warna Alami
Dari Rumput Laut Sargassum sp. https://jurnal.uin.ac.id/index.php/article/view/27
(diakses ada 10 Desember 2019)
Złotek, Urszula, dkk. 2016.The effect Of Different Solvents And Number Of Extraction Steps
On The Polyphenol Content And Antioxidant Capacity Of Basil Leaves (Ocimum
Basilicum L.) Extracts. https://jurnal.uin.ac.id/index.php/article/view/27 (diakses ada
10 Desember 2019)
LAMPIRAN
1. Perhitungan
1. Simplisia kunyit
Dik: Volume setelah penguapan : 47,9 ml
Volume etanol : 50 ml
Dit: % rendemen simplisia kunyit?
Jawab:
Volume setelah penguapan
% rendemen = x 100 %
Volume etanol
47,9 ml
= 50 ml
x 100 %
= 95, 8 %
Baskom
Corong kaca Pipet ukur
3. Foto Percobaan
Dikupas kunyit dan Dikeringkan dengan oven Diblender sampel hingga halus
dicincang halus
Disaring maserat
Dipindahkan kedalam botol Dikocok selama 10 menit
vial dan ditambahkan 50 selama 3 jam sekali dan
ml etanol didiamkan selama 24 jam
Dipanaskan hingga
menggumpal dan diperoleh
minyal dari maserat
4. Lapsem
LAPORAN SEMENTARA
MASERASI
Nama kelompok :
1. Anisa utri
2. Friesca Yusa Malinda
3. Dina Maharani N.
4. Ahmad Mukhlasul Amri