Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terputusnya suatu jaringan didalam kulit disebut luka (Etika et al.,
2017). Luka bakar merupakan jenis kerusakan pada kulit yang terjadi ketika
lapisan yang berbeda dari sel kulit dirusak oleh cairan panas (mendidih), solid
panas (kontak luka bakar), atau nyala (luka bakar api). Luka bakar disebabkan
oleh panas, bahan kimia, listrik, radiasi ultraviolet dan radioaktivitas (Susila
et al., 2014).
Jumlah angka kematian didunia akibat luka bakar sekitar 300.000 per
tahunnya. Lingkungan rumah tangga di Negara Belanda menjadi tempat
paling sering terjadinya luka bakar dengan presentase sebesar 70%
(Kristyaningsih, 2016). Menurut data di RS Cipto Mangunkusumo tercatat
total 156 penderita luka bakar dengan angka mortalitas 27,6% pada periode
Januari 1998-2001. Penderita luka bakar paling banyak berusia 19 tahun
dengan jumlah laki-laki 1,6 kali lebih banyak daripada wanita (Susila et al.,
2014).
Luka bakar jika tidak segera ditangani akan menimbulkan berbagai
masalah diantaranya, dapat menyebabkan infeksi akibat meningkatnya jumlah
bakteri, terganggunya cairan elektrolit sehingga sirkulasi input dan output
cairan tubuh tidak bekerja dengan baik dan dapat menyebabkan syok
(Kristyaningsih, 2016).
Tujuan dari pengobatan luka bakar adalah untuk meminimalisir invasi
bakteri kedalam sirkulasi dan jaringan sekitar sehingga terhindar dari infeksi,
melindungi dan memperkuat terbentuknya jaringan granulasi dan epitel yang
baru, serta membantu mempercepat proses penyembuhan luka (Sentat dan
Permatasari, 2015).

1
Menurut WHO, obat tradisional yang berasal dari ekstrak tumbuhan
dimanfaatkan oleh 80% masyarakat didunia untuk menanggulangi berbagai
jenis penyakit (Wardani dan Adrianta, 2016). Pengobatan tradisional lebih
disukai masyarakat karena ketersediaannya yang luas dan efek samping yang
ringan (Sentat dan Permatasari, 2015). Salah satu tanaman yang dimanfaatkan
sebagai obat tradisional adalah bayam merah (Wardani dan Adrianta, 2016).
Bayam merah (Amaranthus tricolor L.) sering digunakan sebagai obat
tradisional untuk mengobati berbagai jenis penyakit diantaranya untuk
mencegah osteoporosis, mengobati penyakit kuning, alergi, menjaga
kesehatan mata dan kulit, meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah dan
mengobati luka bakar (Handayani et al., 2017).
Bayam merah (Amaranthus tricolor L.) merupakan salah satu jenis
tanaman yang mengandung antioksidan (Handayani et al., 2017). Senyawa
antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat radikal bebas
karena adanya oksidasi lipid (Pambudi et al., 2014).
Senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan antara lain betalain,
karotenoid, vitamin C, flavonoid dan polifenol (Wiyasihati dan Wigati, 2016).
Bayam merah selain senyawa tersebut juga mengandung vitamin, niacin,
mineral (kalsium, mangan, fosfor dan zat besi), serat, karotenoid, klorofil,
alkaloid, flavonoid, saponin pada daun serta polifenol pada batang (Pradana
et al., 2017). Kandungan senyawa flavonoid dan saponin dalam daun bayam
merah dapat diambil dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70%.
Pelarut etanol 70% merupakan pelarut yang bersifat polar, sedangkan
senyawa flavonoid dan saponin juga bersifat polar (Iriany et al., 2017).
Diharapkan dengan penggunaan pelarut etanol 70% tersebut dapat menarik
senyawa flavonoid dan saponin yang terkandung dalam daun bayam merah.
Flavonoid merupakan salah satu senyawa aktif yang terkandung
dalam bayam merah sebagai antibakteri (Suteja et al., 2016). Senyawa
antibakteri merupakan senyawa aktif yang berfungsi untuk menghambat atau
membunuh suatu mikroorganisme (Pambudi et al., 2014). Saponin dapat
digunakan untuk proses penyembuhan luka karena saponin berfungsi sebagai

2
zat antioksidan, antiinflamasi, antibakteri dan antijamur (Novitasari dan Putri,
2016). (Novitasari dan Putri, 2016). Saponin berfungsi sebagai antiseptik
yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme
(Dewi et al., 2016).
Informasi tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
dengan memanfaatkan daun bayam merah untuk mengetahui aktivitasnya
dalam mempercepat penyembuhan luka bakar pada kulit punggung tikus
putih yang dilukai oleh logam panas. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan informasi ilmiah untuk menjadikan daun bayam merah sebagai
salah satu alternatif pengobatan luka bakar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.)
memiliki aktivitas terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus galur
wistar?
2. Bagaimana gambaran fisiologis aktivitas ekstrak etanol daun bayam
merah (Amaranthus tricolor L.) terhadap penyembuhan luka bakar pada
tikus galur wistar?
3. Berapa konsentrasi optimum ekstrak daun bayam merah (Amaranthus
tricolor L.) terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus galur wistar?

C. Keaslian Penelitian
Tabel 1.
Keaslian Penelitian

Penulis Judul Penelitian Metode Variabel Analisa


Penelitian Penelitian Penelitian
Triswanto Uji Aktivitas Ekstrak Penelitian ini Variabel bebas: Analisis
Sentat, Rizki Etanol Daun Alpukat dengan ekstrak etanol bivariat
Permatasari (Persea Americana rancangan daun alpukat
(2015) Mill.) Terhadap eksperimental Variabel terikat:
Penyembuhan Luka penyembuhan
Bakar Pada Punggung luka bakar
Mencit Putih Jantan
(Mus Musculus).

3
Dimas Adhi Aktivitas Ekstrak Penelitian ini Variabel bebas: Analisis
Pradana, Etanolik Bayam Merah dengan ekstrak etanol bivariat
Deasy Wulan (Amaranthus tricolor rancangan bayam merah
Dwiratna & L.) Terstandar sebagai eksperimental Variabel terikat:
Sitarina Upaya Preventif upaya preventif
Widyarini Steatosis: Studi in steatosis
(2017) Vivo berdasarkan
aktivitas enzim
ALT dan
histopatologis
hati
I Gusti Efektivitas Ekstrak Penelitian ini Variabel bebas: Analisis
Agung Ayu Etanol Daun Bayam rancangan ekstrak etanol multivariat
Kusuma Merah (Amaranthus eksperimental daun bayam
Wardani, Tricolor) Sebagai dengan merah
Ketut Agus Diuretik Pada Tikus Randomized Variabel terikat:
Adrianta Putih Jantan Galur Control Group efektivitas
(2016) Wistar (Rattus Posttest Only ekstrak sebagai
Novergicus) Design diuretik

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
aktivitas ekstrak etanol daun bayam merah (Amaranthus tricolor L.)
terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus galur wistar.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun bayam merah
(Amaranthus tricolor L.) terhadap luas luka bakar pada tikus galur
wistar.
b. Untuk mengetahui gambaran fisiologis aktivitas ekstrak etanol daun
bayam merah (Amaranthus tricolor L.) terhadap penyembuhan luka
bakar pada tikus galur wistar.
c. Untuk mengetahui konsentrasi optimum ekstrak daun bayam merah
(Amaranthus tricolor L.) terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus
galur wistar.

4
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan,
sumber informasi, dan ketrampilan bagi peneliti mengenai tanaman
bayam merah (Amaranthus tricolor L.).
2. Bagi Masyarakat
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumber
informasi terhadap masyarakat tentang peranan ekstrak bayam merah
(Amaranthus tricolor L.) yang digunakan sebagai penyembuhan luka
bakar.
3. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk
meningkatkan pengetahuan dengan keunggulannya yang ekonomis,
aman, serta dapat memberikan alternatif dalam pengembangan obat
tradisional.

Anda mungkin juga menyukai