Disusun Oleh :
Umi Fatonah
2018
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Modernisasi islam dewasa ini telah mengenalkan ragam tradisi dan budaya tertentu, baik
dikalangan fuqaha, muhaddits dan mutakallim. Tentu bukan merupakan suatu keniscayaan
bagi timbulnya perbedaan pemahaman dalam melakukan pendekatan terhadap teks-teks islam
baik itu Al-Qur’an ataupun Hadits Nabawiyah.
Islam telah mengajarkan umumnya tentang talqin terhadap seseorang yang mengalami
sakaratul maut, hal itu tertera dalam suatu hadits. Namum, ada beberapa pendekatan yang
dilakukan oleh para ulama salaf, khususnya dikalangan ulama Fiqih dan ulama hadits yang
mempunyai pandangan berbeda didalam memahami hadits tentang adanya talqin. Talqin
dalam islam diketahui ada dua macam, diantaranya talqin terhadap seseorang yang akan
menghadapi kematiannya. Problematika yang terjadi dalam memahami talqin tersebut
dikarenakan perbedaan para ulama dalam memahaminya, ada yang memahami dengan
tekstual dan ada pula yang masih mengkontekstualkan suatu hadis nabi saw.
Tidak ada yang mengingkari bahwa manusia tanpa terkecuali pasti akan mengalai
kematian. Sebelum kematian tersebut terjadi, manusia akan mengalami saat terakhir yang
sangat menentukan baik tidaknya kehidupan setelahnya. Inilah sakaratul maut yang setiap
jiwa takut menghadapinya. Disaat inilah manusia diantara dua kemungkinan, keselamatan,
atau kebinasaan. Saat ini pula syaitan akan bekerja keras demi mengajak manusia untuk
menjadi teman mereka dineraka kelak, naudzubillah min dzalik. Rasululloah saw bersabda :
Barang siapa yang akhir ucapannya adalah laa ilaaha illallah, ia akan masuk surge. (HR.
Alhakim dari sahabat Muadz bin jabal ra, dihasankan oleh asy syaikh al albani rahimahullah
dalam ahkamul janaiz) tuntunlah orang yang hendak meninggal diantar kalian dengan laa
illaha illallah. Karena kalimat ini merupakan pembuka pintu surga. Kalimat ini adalah kunci
bagi seorang untuk memasukinya. Maka, bila akhir ucapan seorang adalah kalimat ini,
diharapkan mati dalam khusnul khotimah, dan termasuk orang yang kelak dapat masuk surga.
Talqin adalah menuntun seseorang untuk mengucapkan kalimat laa illaha illallah.
B. Rumusan masalah
Bagaimana cara membimbing orang yang mengalami sakaratul maut dalam islam.. ?
Apakah islam memberikan solusi terapi bagi orang yang menderita penyakit jantung ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara mentalkin dengan benar dalam islam.
2. Untuk mengetahui cara pencegahan sakit jantung dalam islam
BAB II
TINJAUAN KASUS
SKENARIO KASUS
Tn. M datang ke tempat tetangga jam 12.45 WIB, membicarakan tentang bagaimana cara
mentalkin dalam islam itu bagaimana?
TINJAUAN TEORI
1. Kematian
Alloh SWT adalah zat yang maha segalanya, Alloh lah yang menghidupkan dan
mematikan makhuk hidup dan yang mengatur seluruh alam. Ketika Alloh SWT sudah
berkendak, maka terjadilah. Maut merupakan salah satu rahasia Alloh yang tidak
seorang dapat memastikan, kematian datang tampa memandang usia muda maupun
tua, tidak memandang sakit maupun sehat. Seorang muslim mengharapkan meninggal
dalam keadaan yang baik atau khusnul Khotimah.
Alloh SWT telah memberikan keterangan keterangan didalam Al Al Quran sebagai
pedoman hidup manusia. Al-Quran Surat Al imron Ayat 102 Alloh SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, takutlah (berbaktilah) kamu kepada Alloh dengan
sebenar – benarnya takut (bakti) kepadaNya. Dan janganlah sekali-kali kamu mati,
kecuali kamu berada dalam keadaan islam.
“ dan apabila kamu dibunuh atau mati di dalam membela Alloh niscaya ampunan dan
rahmat Alloh lebih baik dari pada barang yang telah meraka kumpulkan ( Al-Quran
Surat Ali Imron ayat 157).
2. Cara ketika seseorang sakaratul maut
Apabila dari seseorang kita sakit maka hendaklah dia bersabar, hal ini berdasarkan
hadis abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda “ barang siapa sakit
dalam satu malam maka ia sabar dan pasrah kepada Alloh, terlepasalah ia dari dari
dosanya sebagaimana sebagaimana pada hari ia dialahirkan oleh ibunya.
Jika seseorang atau saudara mengalami sakit maka islam menganjurkan kita untuk
menjenguknya, dan jika seseorang akan mengalami atau hamper samai kepada ajalnya
maka hendaklah ia berprasangka baik kepada Alloh, dan berwasiatlah bila ia
meninggalkan barang miliknya.
Mengingat Firman Alloh SWT “ diwajibkan kamu, bila mana seseorang dari kamu
kedatangan mati, kalau meninggalkan harta benda (harta warisan) supaya
berwasiatlah (Al Quran Surat Al Baqoroh ayat 180)
3. Cara Mentalqin
Hendaklah ia kami talkinkan (tuntunan baca) orang yang akan meninggal “La-Ila-
Hailla-allah” dan hadapkanlah ia kearah kiblat.
Hadis Abu Sa’id dari pada Nabi SAW bahwa beliau bersabda “Talkinkanlah
mayatmu (orang yang akan meninggal ) dengan mengucap “ La-ila-ha illa-lla-h”.
diriwayatkan Jammah kecuali Bukhari. Bacaan surat Yasin pada orang yang
hampir mati itu tidak ada dalil yang shahih, dalam Himpunan putusan tarjih
Muhammadiyah (2011)
Setelah tidur pada malam hari kita dianjurkan bangun dimalam hari dan
mendirikan sholat tahajud. Ketika Sholat darah mengalir ke sisi kanan dan kir
tubuh dengan kadar dan kecepatan yang sama. Saat posisi sujud, jantung tidak
perlu bekerja keras untuk melimpahkan darah ke bagian kepala. Jantung bisa
beristirahat karena bagian paru-paru, otak dan pembuluh darah lain yang
berhubungan dengan jatung posisinya berada dibawah jantung.
Tidu dengan keadaan tubuh yang suci setelah berwdhu akan memberikan
ketenangan pada jiwa dan kenyamanan pada anggota seluruh tubuh, karean di
malam hari produksi hormone kortisol mengalami penurunan, maka kebiasaan
berwudhu sebelum tidur akan menyiapkan tubuh untuk beristirahat kebih baik dan
sehat. Sama halnya ketika bangun tidur, kita dianjurkan untuk berdoa, mengingat
Alloh, kemudian berwudu melepaskan segala beban yang membuat kita jumud
dan malas, ketika seseorang mendirikan sholat, membaca Al Quran, dan
bermunajat kepada Alloh dengan tenang dan khusuk maka system saraf
parasimpatik bekerja, dan kadar kortisol ini berkurang sehingga dia terlindung
dari efek penambahan hormone kortisol dan kartikolamin, seperti tekanan darah
tinggi dan penyakit jantung (Elzaki, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Zuhdi, H. Masyfuk. Masailul Fiqh. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. 2006
Yusuf Qordhowi, Syekh Muhammad. Halal Dan Haram Dalam Islam. Surabaya: PT. Bina
Ilmu. 2003