SGD 13
STEP 1
Floating jaw
Fraktur yg menyebabkan maxila mengalami pergerakan karena terlepasnya proc.alveolaris
dari palatum.
Fraktur di mandibula : false movement
Sucking chest wound
Nama lain dari open pneumotoraks, luka dibagian paru-paru sehingga ada udara yang
mengalir memasuki dinding dada.
Tertangkapnya udara di rongga dada karena trauma, fragment fraktur menyebabkan cedera
pada pleura sehingga udara keluar dan terperangkap.
Udara yg terhisap masuk ke rongga dada saat inspirasi, bila diameter luka 2/3 dari trakhea.
STEP 2
1. Mengapa ditemukan mulut tidak bisa menutup dan napas cuping hidung?
2. Mengapa didapatkan nyeri tekan sebelah kanan, bising usus melemah, ampula tidak
kolaps, feses ditemukan darah?
3. Mengapa dilakukan pemeriksaan rectal toucher?
4. Mengapa pasien masih sadar tetapi terlihat pucat?
5. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan di skenario?
6. Apa hubungan Vital sign dengan Sp02 97 %?
7. Bagaimana patofisiologi dan kompensasi dari kasus diskenario?
8. Apa diagnosis & DD dari kasus diskenario?
9. Apa pemeriksaan penunjang yang diusulkan dari kasus diskenario?
10. Bagaimana penanganan pertama dan penatalaksanaan lanjutan dari kasus diskenario?
11. Apa saja komplikasi dari kasus diskenario?
STEP 3
1. Mengapa ditemukan mulut tidak bisa menutup dan napas cuping hidung?
Floating Jaw
Otot pembuka & penutup mulut (m.maseter) terdorong ke belakang mulut tidak
bisa menutup
m.maseter
m.pterygoideus lateral
m.pterygoideus
trauma tumpul pembengkakan elastisitas musculus mengalami penurunan
Napas Cuping Hidung
- Pasien ada otot bantu nafas airway tidak clear
- Luka tusuk ICS 10
- Pleura open pneumothorak, udah tidak sepenuhnya masuk
- Gangguang sirkulasi : cedera kepala (Emergency) kebutuhan metabolisme otak
meningkat butuh ATP & glukosa butuh 02 lebih banyak bila asupan 02
kurang iskemia jaringan
- Bengkak & obstruksi regio nasal hambatan airway
2. Mengapa didapatkan nyeri tekan sebelah kanan, bising usus melemah, ampula tidak
kolaps, feses ditemukan darah?
Nyeri tekan sebelah kanan
Luka tusuk ICS 10 dextra volume darah turun mediator inflamasi (bradikinin,
sitokin, dll) nosiseptor serabu C dan A cornu dorsalis korteks cerebri
persepsi Nyeri
Bising Usus menurun
Trauma Hepar & kandung empedu ruptur inflamasi eksudat dan abses
pengkerutan lengkung usus peristaltik menurun akumulasi gas & cairan
gangguan H20 dan elektrolit memperberat syok
Gerakan peristaltik menurun inflamasi usus
Trauma ada jarak antara usus dan peritoneum terdengar melemah saat auskultasi
N : 8-24 x/mnt
ampula tidak kolaps masih normal
ada darah kemungkinan organ GIT mengalami masalah colon darah segar
Ampula recti (m.sphingter ani internus & eksternus) tidak ada trauma
feses ditemukan darah.
Tanda vital:
- tekanan darah 90/60 mmHg : hipotensi
- nadi 110 kali permenit reguler teraba kecil dan cepat : takikardi
- laju pernapasan 24 kali permenit : Normal
- SpO2 97% : Normal
Ekstremitas :
- Akral dingin (+) : gangguan perfusi
Kepala leher :
- oedema regio nasal, nyeri pada regio maksila, mulut tidak bisa menutup, tampak
nafas cuping hidung, dan didapatkan floating jaw : Fraktur maxilofacial leford I
I : Fraktur maxilofacial maksila
II : Fraktur maxilofacial seperti piramid sutura fronto nasalis sampai zygomaticum,
orbita
III : Fraktur maxilofacial mengenai sutura frontalis terlepas dari basis cranii
Thoraks:
- tampak luka tusuk pada dinding dada kanan lateral di sela iga 10. Luka masih
mengeluarkan darah, tetapi tidak ada sucking chest wound tidak ada open
pneumothoraks
Abdomen:
- terdapat nyeri tekan sebelah kanan disertai dengan nyeri lepas : PF untuk trauma
abdomen peritonitis
- Bising usus melemah pada perut kanan : trauma flexura coli dextra
- Colok dubur didapati ampulla tidak kolaps, sewaktu sarung tangan dikeluarkan
didapati feses dan darah : trauma flexura coli dextra (trauma usus besar)
DD :
- Ruptur Hepar
- Simple Pneumothoraks
- Ruptur Ginjal
-
9. Apa pemeriksaan penunjang yang diusulkan dari kasus diskenario?
X foto thoraks
CT-Scan cedera neurologi
Pemeriksaan hematokrit dari cairan pleura
Pemeriksaan Hb < 10 : perdarahan hebat
Pemeriksaan Hb saat emergency tidak perlu yang Hb serial
Pemeriksaan Hb serial dibutuhkan atau tidak?
Untuk monitoring kadar Hb setelah transfusi, menilai keberhasilan transfusi
dan kestabilan pasien
Pemeriksaan cross match
Pemeriksaan BGA jika kondisi pasien sudah stabil
Pemeriksaan Leukosit > 10.000 infeksi
Pemeriksaan Eritrosit 4,5-6,2 : dehidrasi berat, perdarahan berat, syok
hipovolemik
10. Bagaimana penanganan pertama dan penatalaksanaan lanjutan dari kasus diskenario?
Primary Survey :
Airway
- look
- listen: gurgling, stridor, hoarness simple/definitive airway
- feel
OPA : tidak sadar, tdk ada cedera nasal
NPA : sadar
- Pasien : tidak ada suara napas tambahan
Breathing
- gangguan pernapasan?
- RR?
- Napas cuping hidung?
- Dada : hematom/luka?
- Auskultasi : suara tambahan? Stem fremitus?
- Pneumothoraks : tidak ada suara dekompresi
- Pasien : napas cuping hidung
Circulation
- Syok hemoragik?
- Syok hipovolemik? resusitasi cairan (1000-2000)
- Nadi?TD?
- Perdarahan luar/dalam? hentikan perdarahan
- Pasien : syok hipovolemik
Disability
- GCS
- Px.Pupil
Exposure
- Cegah hipotermi
- Ada kelainan lain yg mengancam jiwa pasien?
- Fiksasi rahang
Rigid menggunakan archbar
1. Open reduction
Ada edema
2. Close reduction
- Gagal napas
- Disstres Respiratory
- Heart arrest
- Respiratory arrest
- Hidropneumothoraks udara dan cairan didalam rongga pleura sebabkan paru
kolaps
Komplikasi Pneumotoraks :
- Asisdosis metabolik
Adekuat airway
TTV
Kontrol perdarahan : transfusi dan resusitasi cairan, hentikan perdarahan
Anastesi Nasotrakheal tube Reposisi Fiksasi
- Skrup : log - key
- Archbar : logam(titanium) perbaikan setelah 8 minggu
Evaluasi : CT-scan
Perawatan pasca pembedahan
Antibiotik dan analgetik
- Kawat intermaksilaris fiksasi
Thoraks :
Tension pneumotoraks needle
Open pneumotoraks Plester 3 sisi dipasang dengan petrolium
Thoracotomy :
- Penumothoraks berulang
- Pneumotoraks bilateral
Abdomen :
- Non penetrasi =
Stop intake makanan
Bawa ke RS
Bila ada usus yg keluar, jangan dimasukkan ditutup dengan kasa/plastik
- Laparotomy :
Peritonitis
Perdarahan/syok tidak terkontrol
Hemiperitoneum setelah pemeriksaan FAST dan DPL
14. Indikasi tranfusi darah? Pada pasien butuh transfusi atau tidak?
Whole blood (WB)
- Lengkap
- Perdarahan, syok hipovolemik, anemia, operrasi yg menguras darah >1,5 L
PRC (Packed Red Cell)
- Eritrosit, sedikit plasma
- Hb < 7g/dl, hb 7-10g/dl disertai hipoksia berat
PC (Platelet consentrate)
- Trombositopenia, APTT – PT memanjang, DBD
Plasma
- Plasma Protein Fraction : albumin 5 % jika albumin < 3g/dl, malnutrisi, sirosis
hepatis, luka bakar.
- Fasia Camper :
- Fasia Scarpa : lebih kedalam
- Profunda
- Otot
- Ektraperitoneal
- Peritoneum
Fisiologi :
Frekuensi : 16-20 x/menit
>24x/menit : takipneu
Hipoksia : kadar 02 rendah dalam jaringan
Hiperkapni : penimbunan CO2 dalam darah (sianosis)
1. Superior
- Os.frontal
- Regio superior orbita
- Rima orbita
- Sinus frontalis
2. Media
- Os. Maxilla
- Os.zygomaticum
- Kelenjar lacrimal
- Os.nasal
- Conca inferior
- Os.vomer
3. Inferior
- Os.mandibula
Peritonitis :
Kuadran kanan atas : flexura coli dextra ileus paralitik (RT ada darah dan
ampula tidak colaps), gerakan peristaltik menurun (N : 5-35x/menit)