Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Mikrobiologi

Desinfeksi dan Desinfektan

Oleh :
Nama : Ian Fadilah Nur

NIM : 1304617020

Kelompok : 02

Tanggal Praktikum : 28 Oktober 2019

Dosen : Dr. Tri Handayani K, M. Si

Pendidikan Biologi A 2017

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui pengaruh zat kimia (desinfektan) terhadap pertumbuhan bakteri,
dengan menggunakan paper disk.
2. Mengetahui jenis bahan kimia yang dapat dijadikan desinfektan.
3. Mampu membedakan desinfektan yang bersifat lemah, sedang, maupun kuat.
4. Mengetahui metode yang digunakan pada proses desinfeksi terhadap pertumbuhan
bakteri.
5. Mengetahui cara pengujian desinfektan terhadap pertumbuhan bakteri.

B. Tinjauan Pustaka

Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas
dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya merupakan organisme
uniselluler (bersel tunggal), prokariotik, tidak mengandung klorofil, serta berukuran
mikroskopik (sangat kecil).

Antiseptik dan desinfektan adalah bahan kimia yang sangat penting dalam ilmu kedokteran.
Kedua bahan ini mempunyai tujuan yang sama yaitu menghambat dan mematikan
pertumbuhan mikroba, namum dengan cara yang berbeda. Antiseptik adalah bahan kimia
yang merusak bentuk vegetatif mikroba patogen pada jaringan hidup. Antiseptik merupakan
prosedur tindakan medis yang dapat digunakan pada kulit, mulut, atau tenggorokan. Selain
itu, antiseptik juga digunakan untuk mencuci luka yang mencegah infeksi dari mikroba.
Mekanisme kerja antiseptik pada mikroba adalah melalui unsur protein yang membentuk
struktur seluler mikroba dengan akibat yang bermacam-macam. Akibat terhadap mikroba
tersebut adalah rusaknya dinding sel, adanya gangguan sistem enzim yang berkibat terhadap
metabolisme sel, terjadinya denaturasi protein, dan rusaknya asam nukleat. Penggolongan
antiseptik secara garis besar adalah alkohol, halogen dan senyawanya, oksidansia, logam
berat dan garamnya, asam, turunan fenol, dan basa ammonium kuarierner (Darmadi 2008).

Desinfektan adalah bahan kimia yang merusak bentuk vegetatif mikroba patogen pada
permukaan benda mati. Desinfektan mematikan mikroba dengan cara meresap pada dinding
sel mikroba sehingga membuat dinding sel tersebut tidak efektif lagi. Setelah itu, desinfektan
akan memblokir sistem enzimatisnya sehingga cepat atau lambat sel mikroba tersebut akan
mati. Desinfektan sering kita temui dalam bentuk-bentuk larutan, desinfektan ini tetap
efektif walaupun kurang efektif bagi kain atau bahan plastic. Derivate fenol dilarutkan dengan
perbandingan satu berbanding tiga puluh dua dan larutan tersebut tetap stabil untuk
waktu enam puluh hari, keuntungannya adalah ‘efek tinggal’ dan kurang menyebabkan
perubahan warna pada instrument atau permukaan keras, sodium hipoklorit yang
merupakan bahan pemutih pakaian, ia memiliki harganya murah dan sangat efektif dalam
membasmi bakteri (Irianto, 2006).

Desinfektan umumnya membunuh seluruh mikroorganisme dan utamanya dapat membunuh


mikroorganisme pathogen pada benda mati maupun benda hidup. Desinfektan menurut
kemampuannya dalam membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, dibedakan
menjadi desinfektan tingkat tinggi yang dapat membunuh jenis-jenis virus tertentu untuk
mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor,
derivate fenol atau sodium hipokrit (Fardiaz, 1992).

Sifat-sifat desinfektan yang ideal antara lain :


1. Mempunyai efektivitas yang tingi terhadap sejumlah besar jenis mikroorganisme dalam
konsentrasi sedemikian rendahnya, sehingga ekonomis dalam pemakaiannya dan tidak
toksis untuk hewan atau tumbuhan.
2. Tidak merusak dan tidak mewarnai bhan-bahan seperti pakaian, alat rumah tangga, atau
bahan-bahan yang terbuat dari logam, bau dan rasa tidak menyengat.
3. Tidak hilang keaktifannya oleh bahan-bahan dari luar.
4. Merupakan zat penegang permukaan yang baik, jadi mempunyai sifat membasahkan dan
penetrasi yang baik.
5. Stabil dalam penyimpanan.
6. Mudah didapat dan tidak mahal.
7. Mudah digunakan untuk kondisi rumah tangga dan keperluan lain yang praktis.
8. Hal yang utama adalah mempunyai sifat mikrobisida yang sempurna dalam waktu
beberapa mikrobiostatis yang membawa pada perasaan (sangkaan) aman yang semu.
Selain itu, Komponen-komponen disinfektan terdiri dari:
1. Garam atau basa yang kuat dengan komponen-komponen ammonium yang terdiri dari
empat bagian.
2. Adanya unsur radikal dalam gram atau basa tersebut.
3. Radikal merupakan golongan alifat dan asam sulfat.

Beberapa kelompok utama disinfektan yaitu:


1. Fenol dan persenyawaan penolat
2. Alkohol
3. Hidrogen
4. Logam berat dan persenyawaannya
5. Detergen
6. Aldehid
7. Kemosferilisator gas
8. Oxidator
9. Aerosol
10. Zat warna
11. Yodium
12. Preparat Chlor

Dalam mempergunakan desinfektan haruslah diperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini.


Apakah suatu desinfektan tidak meracuni suatu jaringan, apakah ia tidak menyebabkan rasa
sakit, apakah ia tidak memakai logam, apakah ia dapat hidup, apakah ia stabil, bagaimana
baunya, bagaimana warnanya, apakah ia mudah hilang atau dilenyapakan dari pakaian apabila
desinfektan itu sampai kena pakaian, dan apakah ia murah harganya. Factor-faktor inilah
yang membuat orang sulit menilai desinfekta Tujuan dari desinfeksi adalah untuk membunuh
mikroorganisme pathogen yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. Dengan demikian
serupa sehingga ia tidak dapat terinfeksi lagi. (Dwidjoseputro 1998)
BAB II

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat: Peralatan Umum
 lampu spiritus dan korek gas  Penjepit kayu
 Rak tabung reaksi  Baki, plastik, spidol, kertas label,
 Kertas filter berbentuk bulat (papper kain lap/serbet
disk) steril ukuran 0,5 inci.

Alat: Peralatan Gelas


 Cawan petri  Pipet ukur dan pipet plastik
 Jarum Ose  Kaca benda dan kaca penutup
 Tabung reaksi

Bahan:
 Alkohol 70%
 Ekstrak daun pepaya
 Kanamycin
 Listerine
 Harpic
 Biakan murni :
a) Bacillus thuringensis
b) E. coli
B. Cara Kerja

Langkah pertama dilakukan sterilisasi meja kerja dengan menggunakan alkohol 70%
sehingga lingkungan kerja tetap steril dan bebas mikroorganisme yang bisa mengkontaminasi
alat dan bahan, selain itu juga tangan praktikan disemprotkan dengan alkohol 70% agar tetap
steril. Setelah itu, diinokulasi 1 ose biakan bakteri ke dalam tabung reaksi berisi medium
yang telah dicairkan, dalam praktikum ini kelompok kami menggunakan 2 jenis biakan
bakteri yaitu Bacillus thuringiensis dan E. coli. Kemudian tabung reaksi yang telah berisi
medium cair dengan biakan bakteri tersebut dikocok kemudian dituangkan ke dalam cawan
petri steril dan ditunggu hingga memadat. Setelah padat dan dingin diletakkan secara aseptis
4 kertas filter yang masing-masing telah dicelupkan dalam larutam ekstrak daun pepaya,
harpic, listerine, dan kanamycin di atas medium agar (jarak kertas filter paling sedikit 10 mm
dari tepi petridish). Setelah itu, cawan petri diinkubasi pada temperatur 370C selama 24-48
jam. Kemudian diamati dan digambar hasilnya serta diukur zona penghambatan (zona jemih)
pada masing-masing biakan bakteri dan dibandingkan pengaruh masing-masing desinfektan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Keterangan
No. Jenis bakteri
Deskripsi Gambar

Zona 1 Zona 3
1

Zona 1 : Ekstrak daun


pepaya
Bacillus
1. Zona 2 : Kanamycin
thuringiensis
Zona 3 : Listerine
Zona 4 : Harpic
Zona 2
Zona 4

Zona 4
Zona 2

Zona 1 : Ekstrak daun


2. Escherichia coli pepaya
Zona 2 : Kanamycin
Zona 3 : Listerine
Zona 4 : Harpic Zona 3 Zona 1
Perhitungan zona penghambatan (Zona bersih)

Menghitung zona penghambatan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

(ℎ−𝑝)+ (𝑣−𝑝)
Zona penghambatan =
2

Keterangan: h: panjang horizontal

p: papper disc (blank disc) = 0,6 cm

v: panjang vertikal

Dari rumus tersebut sehingga dapat diketahui zona penghambatan dari masing-masing zona
pada cawan petri ialah sebagai berikut :

1. Cawan Petri Bacillus thuringiensis

Zona 1 : Ekstrak daun pepaya

Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan zona penghambatan (zona bersih) sehingga
ditentukan zona penghambatannya adalah 0 cm.

Zona 2 : Kanamycin

(ℎ−𝑝)+ (𝑣−𝑝)
=
2

(2,6−0,6)+ (2,5−0,6)
=
2

= 1,95 cm

Zona 3 : Listerine

Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan zona penghambatan (zona bersih) sehingga
ditentukan zona penghambatannya adalah 0 cm.

Zona 4 : Harpic
(ℎ−𝑝)+ (𝑣−𝑝)
=
2

(4,6−0,6)+ (4,4−0,6)
=
2

= 3,9 cm

2. Cawan Petri Escherichia coli

Zona 1 : Ekstrak daun pepaya

Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan zona penghambatan (zona bersih) sehingga
ditentukan zona penghambatannya adalah 0 cm.

Zona 2 : Kanamycin

(ℎ−𝑝)+ (𝑣−𝑝)
=
2

(2−0,6)+ (2−0,6)
=
2

= 1,4 cm

Zona 3 : Listerine

Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan zona penghambatan (zona bersih) sehingga
ditentukan zona penghambatannya adalah 0 cm.

Zona 4 : Harpic

(ℎ−𝑝)+ (𝑣−𝑝)
=
2

(4−0,6)+ (4−0,6)
=
2

= 3,4 cm
B. Pembahasan

Pada praktikum desinfeksi dan desinfektan ini bertujuan untuk melakukan desinfeksi
terhadap pertumbuhan bakteri menggunakan beberapa desinfektan yang ingin diuji tingkat
keefektifitasannya dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Desinfektan yang kelompok
kami pakai pada praktikum ini antara lain ekstrak daun pepaya, kanamycin, listerine, serta
harpic. Sedangkan untuk biakan bakteri yang ingin kami desinfeksi antara lain Bacillus
thuringiensis dan Escherichia coli.
Untuk menguji keefektifan desinfektan terhadap pertumbuhan bakteri, pada praktikum ini
kami menggunakan metode Kirby Bauer (disk) atau metode difusi agar atau biasa juga
disebut dengan metode cakram kertas. Metode ini dilakukan dengan cara suspensi biakan
bakteri diuji sensitivitasnya dengan meratakan suspensi bakteri tersebut pada media agar
didalam cawan petri. Kemudian disk antibiotik (papper disk berisi desinfektan) diletakkan di
atas media tersebut dan diletakkan ditengah-tengah area dan kemudian diinkubasi pada suhu
370C selama 24 jam. Sehingga setelah itu dapat diketahui hasil bahwa jika antibiotik
(desinfektan) menghentikan bakteri dari tumbuh atau membunuh bakteri, maka akan ada
area di sekitar papper disk di mana bakteri belum cukup tumbuh untuk terlihat, area tersebut
disebut zona hambatan.
Digunakannya metode Kirby Bauer dikarenakan metode ini mudah dilakukan, tidak perlu
memerlukan peralatan khusus dan relative murah. Namun selain kelebihan tersebut, ada pula
kekurangan dari metode ini yaitu antara lain pada metode ini ukuran zona bening yang
terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi, inoculum, predifusi, dan preinkubasi serta
ketebalan medium.

Berikut adalah hasil keefektifan desinfektan yang diuji pada pertumbuhan biakan bakteri :

 Ekstrak daun Pepaya


Salah satu desinfektan yang kami uji pada praktikum ini ialah desinfektan yang berasal dari
bahan-bahan alami, kelompok kami menggunakan ekstrak daun pepaya sebagai desinfektan
yang ingin diuji. Untuk membuat ekstrak daun pepaya dibutuhkan kurang lebih 2 lembar
daun pepaya yang terlebih dahulu dihancurkan dan kemudian direbus pada air mendidih
150mL hingga warna air berubah dan tercium aroma daun pepaya dari ekstrak tersebut.
Berdasarkan literatur ekstrak daun pepaya mengandung zat kimia berupa papain (keratolitik,
antimikroba) dan karpain (antibakteri) sehingga dipercaya mampu mengurangi aktivitas
pertumbuhan bakteri. Namun berdasarkan hasil praktikum yang didapat baik pada cawan
petri berisi biakan Bacillus thuringiensis maupun cawan petri berisi biakan Escherichia coli
tidak ditemukan adanya zona penghambatan (zona jernih) yang mengindikasikan bahwa
kedua biakan bakteri tersebut masih dapat tumbuh dengan baik meskipun diberikan
desinfektan berupa ekstrak daun pepaya. Hal ini mungkin saja terjadi karena beberapa hal
yang praktikan yakini sebagai faktor tidak adanya zona penghambatan pada papper disk
berisi ekstrak daun pepaya, faktor tersebut antara lain mungkin saja karena zat-zat kimia
antimikroba dan antibakteri yang terkandung dalam ektrak daun pepaya telah hilang karena
proses perebusan yang terlalu lama ataupun karena cara pembuatan ekstrak yang salah, atau
faktor lain yang mungkin terjadi karena kandungan antimikroba dan antibakteri pada ekstrak
daun pepaya tidak cukup kuat untuk menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus thuringiensis
dan Escherichia coli.

 Kanamycin
Pada praktikum ini kami menggunakan kanamycin sebagai jenis desinfektan yang ingin
diketahui keefektifannya dalam mengurangi pertumbuhan biakan bakteri. Kanamycin
merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri pada berbagai organ tubuh.
Obat ini sering kali baru digunakan bila infeksi bakteri tidak berhasil diatasi dengan obat
lain. Dalam penggolongannya kanamycin termasuk kedalam antibiotik yang dipercaya dapat
mengatasi infeksi bakteri.
Berdasarkan hasil praktikum, bahwa benar adanya kandungan antibakteri yang terdapat pada
kanamycin sebab pada area sekitar papper disk yang berisikan kanamycin dapat ditemukan
zona penghambatan yang berdasarkan hasil perhitungan diperoleh sebesar 1,95 cm pada
cawan petri berisi biakan Bacillus thuringiensis dan 1,4 cm pada cawan petri berisi biakan
Escherichia coli. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kanamycin cukup baik digunakan
sebagai desinfektan antibakteri karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Dari hasil
tersebut pula diketahui bahwa efek antibakteri pada kanamycin lebih berefek pada bakteri
Bacillus thuringiensis sebab pada biakan bakteri tersebut muncul zona penghambatan sebesar
1,95 cm dibandingkan pada bakteri Escherichia coli yang hanya sebesar 1,4 cm saja.

 Listerine
Pada praktikum ini kami juga menggunakan produk Listerine untuk diuji keefektifitasannya
dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Listerine merupakan suatu produk yang banyak
digunakan sebagai antiseptik yang biasa digunakan untuk berkumur. Berdasarkan literatur,
Listerine memiliki kandungan air, sorbitol, propylene glycol, poloxamer 407, sodium
lauryl sulfate, eucalyptol, benzoic acid, sodium menthol, flavor, dan sucralose sehingga
dipercaya mampu mengurangi kuman didalam rongga mulut.
Namun berdasarkan hasil praktikum yang didapat baik pada cawan petri berisi biakan
Bacillus thuringiensis maupun cawan petri berisi biakan Escherichia coli tidak ditemukan
adanya zona penghambatan (zona jernih) yang mengindikasikan bahwa kedua biakan bakteri
tersebut masih dapat tumbuh dengan baik meskipun diberikan desinfektan berupa Listerine.
Hal tersebut mungkin saja terjadi karena kandungan yang terdapat didalam Listerine tidak
cukup kuat untuk menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus thuringiensis dan Escherichia
coli sebab yang kita tahu Listerine hanya merupakan antiseptik yang digunakan untuk
pembersih mulut saja.

 Harpic
Pada praktikum ini kami juga menggunakan produk Harpic untuk mengetahui keefektifannya
dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Harpic merupakan produk yang sudah terpercaya
mampu untuk membunuh bakteri pada toliet terutama pada closetnya. Berdasarkan literatur,
Harpic mengandung Poly (oxy - 1,2 - ethanediyl), ɑ - hydro - ɯ - hydroxy- Ethane - 1,2 -
diol, ethoxylated Propylene gycol.
Berdasarkan hasil praktikum dibuktikan bahwa Harpic memiliki kandungan antibakteri yang
mampu menghambat pertumbuha bakteri Bacillus thuringiensis dan Escherichia coli sebab
pada area sekitar papper disk yang berisikan Harpic dapat ditemukan zona penghambatan
yang berdasarkan hasil perhitungan diperoleh sebesar 3,9 cm pada cawan petri berisi biakan
Bacillus thuringiensis dan 3,4 cm pada cawan petri berisi biakan Escherichia coli. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa Harpic sangat baik digunakan sebagai desinfektan
antibakteri karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Dari hasil tersebut pula
diketahui bahwa efek antibakteri pada Harpic lebih berefek pada bakteri Bacillus
thuringiensis sebab pada biakan bakteri tersebut muncul zona penghambatan sebesar 3,9 cm
dibandingkan pada bakteri Escherichia coli yang hanya sebesar 3,9 cm saja.
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Pada praktikum diketahui bahwa beberapa desinfektan seperti kanamycin dan Harpic mampu
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri yaitu dengan menghambat
pertumbuhan bakteri yang dijuji (Bacillus thuringiensis dan Escherichia coli).
Pada praktikum ini diketahui bahwa jenis zat kimia yang dapat dijadikan desinfektan antara
lain seperti Fenol dan persenyawaan penolat, Alkohol, Hidrogen, Logam berat dan
persenyawaannya, Detergen, Aldehid, Kemosferilisator gas, Oxidator, Aerosol, Zat warna,
Yodium serta Preparat Chlor.
Pada desinfektan yang dipakai di praktikum ini dapat diketahui bahwa Harpic merupakan
desinfektan yang bersifat kuat karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan baik
sebab memunculkan zona penghambatan sebesar 3,9 cm dan 3,4 cm, disusul oleh kanamycin
yang bersifat desinfektan sedang karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan
menghasilkan zona penghambatan sebesar 1,95 cm dan 1,4 cm. Sedangkan ekstrak daun
pepaya dan Listerine merupakan desinfektan lemah karena tidak memunculkan zona
penghambatan (zona jernih) sama sekali.
Pada praktikum ini, kami menggunakan metode Kirby Bauer (disk) atau metode difusi agar
atau biasa juga disebut dengan metode cakram kertas sebab metode ini mudah dilakukan,
tidak perlu memerlukan peralatan khusus dan relative murah.
Cara pengujian desinfektan pada praktikum ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti
dilakukan pengujian sensitivitas suspensi biakan bakteri dengan meratakan suspensi bakteri
tersebut pada media agar didalam cawan petri. Kemudian disk antibiotik (papper disk berisi
desinfektan) diletakkan di atas media tersebut dan diletakkan ditengah-tengah area dan
kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Dan terakhir diamati zona
penghambatan yang terbentuk.

B. Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk praktikum desinfeksi dan desinfektan ini adalah
diharapkan para praktikan sebelum memulai praktikum sudah membaca modul atau buku
panduan praktikum dengan baik dan benar agar dapat mengerjakan praktikum dengan lancar
dan meminimalisir kesalahan, selain itu praktikan juga perlu memakai alat-alat keselamatan
seperti jaslab dan tidak lupa mensterilisasikan tangan serta meja kerja dengan menggunakan
alkohol. Selain itu, praktikan diharapkan selalu mengikuti arahan dosen maupun asisten
laboratorium agar tidak ada kesalahan yang dapat mengganggu jalannya praktikum. Dalam
praktikum desinfeksi dan desinfektan ini juga diperlukan ketelitian dan selalu mengerjakan
sesuatunya secara aseptis agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi., 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba


Medika.

Dwidjoseputro. (1998). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gozali, A. (2009). Pewarnaan Gram. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Hadioetomo, R. S. (1993). Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Irianto, K. 2006, Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Bandung: CV. Yrama
Widya.

Pelczar. 1996. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Singleton, Paul dan Sainsbury, Diana. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology
3rdEdition. England: John Wiley and Sons. Sussex.

Volk, Wesley A. dan Wheeler, Margaret F. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai