Anda di halaman 1dari 4

LECTURE NOTES – 1703EM12

DISKRIMINASI HARGA PADA PASAR MONOPOLI


Tujuan Pembelajaran:

Setelah mempelajari bagian ini, Anda diharapkan telah mampu menjelaskan konsep

diskriminasi harga pada pasar monopoli.

Perusahaan monopoli kadangkala menerapkan diskriminasi harga, yaitu membeda-

bedakan harga jual produk yang kepada pelanggan tertentu. Tujuan dari diskriminasi

harga diantaranya:

 Pemerataan dan keadilan;

 Meningkatkan pendapatan perusahaan.

Penerapan harga pada pelanggan listrik di bawah 900 Kwh dengan 1.300 KWh

merupakan wujud dari diskriminasi harga yang ditujukan untuk pemerataan. Dari

diskriminasi harga yang ditetapkan, maka pihak golongan menengah ke atas akan

mensubsidi golongan tidak mampu (subsidi silang).

Berikut ini adalah syarat-syarat diskriminasi harga.

1. Pasar benar-benar terpisah sehingga komoditas tidak dapat dipindahkan dari

satu pasar ke pasar lainnya.

2. Komoditas yang dijual memungkinkan untuk dilakukan pembedaan harga.

3. Adanya perbedaan sifat dan elastisitas permintaan di masing-masing pasar.

4. Kebijakan diskriminasi tidak memerlukan biaya yang melebihi keuntungan dari

yang diterapkannya kebijakan tersebut.

Ada 3 jenis diskriminasi harga, yaitu:

a. Diskriminasi harga derajat 1

Diskriminasi harga derajat 1 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-

beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (willingness to pay) masing-

masing konsumen yang dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing

Halaman | 1
LECTURE NOTES – 1703EM12

konsumen. Contohnya, seorang dokter memberlakukan tarif konsultasi yang berbeda-

beda pada setiap pasiennya.

Ilustrasi dari monopoli derajat 1 adalah sebagai berikut. Konsumen pertama dikenakan

harga 1.000, konsumen kedua 800, dan seterusnya sampai mencapai harga

keseimbangan pasar, katakanlah di harga 300. Pada monopoli derajat 1 ini, produsen

memperoleh manfaat dari perolehan surplus konsumen (lihat Gambar 5).

Gambar 5. Diskriminasi Harga Derajat 1

1000
800
600
400
300

1 2 3 4... N

b. Diskriminasi harga derajat 2

Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-

beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual (lihat Gambar 6). Diskriminasi harga

ini dilakukan karena perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation price

konsumen. Contohnya, perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan

pembelian eceran, pembeli yang membeli mie instan 1 bungkus dan 1 kardus akan

berbeda harganya. Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena

jumlah output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku

usaha menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan

pembelian eceran. Harga eceran lebih tinggi daripada harga per pak, sehingga

konsumen lebih baik membeli barang langsung per pak daripada membeli barang

eceran.

Halaman | 2
LECTURE NOTES – 1703EM12

Gambar 6. Diskriminasi Harga Derajat 2

c. Diskriminasi Harga Derajat 3

Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda

untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing

kelompok konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan tidak

mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation

price kelompok konsumen. Kelompok konsumen dapat dibedakan atas lokasi, geografis,

maupun karakteristik konsumen seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain.

Contohnya, barang yang dijual di pedesaan dan di perkotaan akan berbeda harganya.

Gambar 7. Diskriminasi Harga Derajat 3

Halaman | 3
LECTURE NOTES – 1703EM12

Diskriminasi harga derajat 3 juga dijelaskan ke dalam grafik seperti yang tersaji pada

Gambar 7. Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan perbedaan elastisitas harga.

Permintaan yang lebih inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi.

Berikut ini adalah contoh-contoh praktik diskriminasi harga.

 PT Pertamina menetapkan harga minyak tanah lebih tinggi untuk sektor industri

daripada sektor rumah tangga.

 Tarif dasar listrik per KwH ditetapkan PLN lebih rendah untuk sektor rumah

tangga yang mengonsumsi listrik lebih sedikit daripada sektor rumah tangga

yang mengonsumsi listrik lebih banyak.

 Tarif percakapan interlokal ditetapkan PT Telkom lebih rendah pada malam hari

daripada siang hari.

 Dokter ahli bedah menetapkan harga lebih tinggi untuk operasi pembedahan

usus buntu untuk pasien berpendapatan tinggi yang dirawat di kamar kelas VIP,

daripada pasien berpendapatan rendah yang dirawat di kamar kelas III.


__________________

Penulis: Fahrul Riza, S.E., M.S.M.


Sumber Referensi:
Pindyck, Robert, S., Rubinfeld, Daniel, L. (2013). Mikroekonomi, Edisi ke-8. Penerbit Erlangga.
Sugiarto, Herlambang, T., Brastoro, Sudjana R., dan Kelana S. (2010). Ekonomi Mikro Sebuah Kajian
Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sukirno, Sadono. (2002). Pengantar Mikro Ekonomi. Edisi ke 3, cetakan 17. PT. RajaGrafindo
Persada.

Halaman | 4

Anda mungkin juga menyukai