Anda di halaman 1dari 10

Pembuatan Asam Cuka

Disusun oleh :

1. Latifa Nurani Putri (I 0517049)


2. Nurul Latifah (I 0518071)
3. Yudi Eka Fahroni (I 0518090)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam asetat (cuka), juga dikenal sebagai asam etanoat, adalah


senyawa kimia organik terbaik dikenal karena memberikan rasa asam pada
cuka dan bau yang tajam. Asam asetat adalah salah satu asam karboksilat
paling sederhana (kedua-paling sederhana, setelah asam format) dan
memiliki rumus kimia CH3COOH. Pada keadaan murni, keadaan bebas
air-nya, yang disebut asam asetat glasial, itu adalah, cairan higroskopis tak
berwarna yang membeku di bawah 16,7 ° C (62 ° F) ke kristal padat tak
berwarna.
Asam asetat adalah bersifat korosif, dan uap yang
mengiritasi mata, menghasilkan rasa panas di hidung, dan dapat
menyebabkan sakit tenggorokan dan paru-paru tersumbat. Istilah asetat
digunakan ketika mengacu pada anion karboksilat (CH3COO-) atau salah
satu dari garam atau ester asam asetat.
Asam asetat (cuka) merupakan produk yang dihasilkan dari
perubahan etil alhokol menjadi asam asetat oleh bakteri asam asetat,
anggota genera Acetobacter dan Gluconobacter. Cuka juga dapat
dihasilkan dari sejumlah bahan beralkohol, meskipun bahan pemula
biasanya wine atau jus apel beralkohol (“cider”). Cuka juga dapat
dihasilkan dari campuran alkohol murni dalam air, dalam kasus ini disebut
cuka didistilasi, istilah didistilasi mengacu pada alkohol yang merupakan
produk yang dibuat dari cuka itu sendiri. Cuka digunakan sebagai
campuran dalam salad atau makanan lain, juga digunakan sebagai
pengawet makanan karena keasamannya. Daging dan sayuran yang
diawetkan dalam cuka dapat disimpan selama beberapa tahun tanpa
pendinginan.
Asam ini merupakan pereaksi kimia penting dan industri kimia
yang berguna untuk produksi berbagai serat sintetis dan bahan polimer
lainnya. Polimer ini termasuk polietilena tereftalat, digunakan terutama
dalam botol minuman ringan, selulosa asetat, digunakan terutama untuk
film fotografi, dan polivinil asetat, untuk lem kayu. Pada rumah tangga,
asam asetat encer sering digunakan dalam zat pembersih kerak. Industri
makanan menggunakannya (dengan kode E260 makanan aditif) sebagai
regulator keasaman. Permintaan global untuk asam asetat telah
diperkirakan sekitar 6,5 juta metrik ton per tahun (Mt / a). Dari jumlah itu,
sekitar 1,5 Mt / a dipenuhi oleh daur ulang, sisanya diproduksi dari bahan
baku petrokimia atau sumber biologis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara/proses pembuatan asam asetat

Proses Pembuatan Asam Asetat

 Proses Pembuatan Asam Asetat dalam Pabrik


a. Proses Monsanto
b. Proses Cativa
 Sintesis
a. Karbonilisasi metanol
b. Sintesis Gas Metan
c. Oksidasi Asetaldehida
d. Oksidasi Asetilena
e. Oksidasi Alkana
 Proses Fermentasi
a. Fermentasi Aerob
b. Fermentasi Anaerob

Proses fermentasi merupakan proses pembuatan asam asetat yang


melibatkan mikroorganisme

1. Proses Fermentasi Secara Aerob


Dalam sejarah manusia, asam asetat telah dibuat melalui metode
fermentasi dengan bantuan bakteri asam asetat yang disebut
Acetobacter aceti. Dengan membutuhkan sedikit oksigen, bakteri ini
dapat menghasilkan cuka dari berbagai bahan makanan beralkohol.
Umumnya bahan yang digunakan adalah bahan makanan termasuk
apel, anggur, dan fermentasi biji-bijian, gandum, beras atau kentang
mashes.
Reaksi kimia yang terjadi adalah :

Aceto Bacteri

C6H12O6 2C2H5OH 2CH3COOH + H2O +116 kal

(Glukosa) (Etanol) Asam cuka

Sebuah larutan alkohol dimasukkan dalam reaktor dehidrogenasi


dan diinokulasi dengan Acetobacter sehingga dalam beberapa bulan
kemudian akan menjadi cuka. Dalam industri, proses pembuatan cuka
akan berlangsung cepat dengan meningkatkan pasokan oksigen ke
bakteri.
Dalam proses ini apabila kadar alkohol lebih dari 14%, maka akan
terbentuk lapisan zooglea (agar-agar) yang dapat menyebabkan
sukrnya proses asetifikasi sehingga tidak semua alkohol dapat menjadi
asam asetat. Namun, apabila kadar alkohol kurang dari 2%, maka ester
dan asam asetat yang terbentuk akan teroksidasi menjadi asam, air, dan
karbon dioksida.
Proses fermentasi aerob terjadi dalam 3 metode, yaitu
1) Metode lambat (Slow Methods)

Pada metode ini, bahan baku yang digunakan umumnya


berupa buah-buahan. Dalam metode ini, digunakan suatu tangki
batch sehingga etanol tidak banyak bergerak atau mengalir. Suhu
optimum pada metode ini adalah tentang 21-29oC. Setelah jus
buah, yeast, dan bakteri vinegar dimasukkan ke dalam tangki,
maka jus buah akan terfermentasi menjadi etanol (11-13% alkohol)
setelah beberapa hari Fermentasi etanol menjadi asam asetat terjadi
pada permukaan tangki. Bakteri vinegar di permukaan larutan yang
membentuk lapisan agar-agar tipis mengubah etanol menjadi asam
asetat atau vinegar (asetifikasi). Jatuhnya lapisan tipis agar-agar
dari bakteri vinegar akan memperlambat asetifikasi. Permasalahan
ini bisa dicegah dengan memasang lapisan yang dapat
mengapungkan lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar.

2) Metode cepat atau German Process

Bahan baku yang digunakan umumnya berupa etanol cair.

Fermentasi dilakukan dengan perbandingan sebagai berikut


untuk mendapatkan 1 ton asam asetat (100%) :

 Alkohol(95 %) sebanyak 1.950 lb


 Sedikit nutrisi
 Udara sebanyak 11.000 lb

Proses fermentasi terjadi di dalam tangki pembentukan (Frings


generator) yang terbuat dari kayu atau besi. Bagian-bagian dari tangki
pembentukan :

a) Bagian atas, tempat alkohol dimasukkan. Pada bagian atas tangki


terdapat alat sparger yang digunakan untuk mendistribusikan etanol
cair, vinegar, dan nutrisi. Kemudian campuran mengalir turun melalui
bagian tengah dengan sangat lambat.
b) Bagian tengah, terdapat bahan isian (berupa:kayu, tongkol jagung,
rottan) di bagian ini untuk memperluas bidang kontak rektan (etanol
dan oksigen). Bahan isian mulamula disiram dengan larutan vinegar
yang mengandung bakteri asetat sehingga dipermukaan bahan isian
akan tumbuh bakteri asetat.

c) Bagian bawah,digunakan sebagai tempat mengumpulkan produk


vinegar. Udara dialirkan secara countercurrent melalui bagian bawah
tangki. Sedangkan panas yang timbul akibat reaksi oksidasi diambil
dengan pendingin. Pendingin dipasang pada aliran recycle cairan
campuran(yang mengandung vinegar,etanol, dan air) dari bagian
bawah tangki.

Temperatur operasi dipertahankan pada rentang suhu 30-


o
35 C. Produk yang terkumpul di bagian bawah tangki mengandung
asam asetat optimum sebesar 10- 10,5 %. Sebagian produk
direcycle dan sebagian yang lain di keluarkan dari tangki. Bakteri
asetat akan berhenti memproduksi asam asetat jika kadar asam asetat
telah mencapai 12-14 %. Bahan baku 2.500 gal dengan produk 10,5 %
asam asetat memerlukan waktu proses 8-10 hari.
3) Metode Perendaman (Submerged Methods)

Umpan yang mengandung 8-12 % etanol diinokulasi


dengan Acetobacter acetigenum. Temperatur proses dipertahankan
pada rentang suhu 24-29 oC. BakteriBakteri tumbuh di dalam
suspensi antara gelembung udara dan cairan yang difermentasi.

Umpan dimasukkan melewati bagian atas tangki.


Kemudian Udara didistribusikan dalam cairan yang difermentasi
sehingga membentuk gelembung- gelembung gas.Udara keluar
tangki melewati pipa pengeluaran di bagian atas tangki.
TemperaturTemperatur proses dipertahankan dengan menggunakan
koil pendingin stainless steel yang terpasang di dalam
tangki. Defoamer yang terpasang di bagian atas tangki
membersihkan busa yang terbentuk dengan sistem mekanik.

2. Proses Fermentasi Secara Anaerob


Metode ini menggunakan bakteri anaerob yang termasuk dalam
anggot dari genus Clostridium, seperti Clostridium acetobutylicum dan
Clostridium thermoaceticum yang dapat mengubah gula menjadi asam
asetat secara langsung, tanpa menghasilkan etanol sebagai produk
perantara.
Reaksi kimia yang terjadi adalah :
Hal yang menguntungkan dari proses penggunaan metode ini
dalam sudut pandang kimia industri adalah bakteri acetogenic ini dapat
menghasilkan asam asetat dari satu senyawa karbon , seperti metanol,
karbon monoksida atau campuran karbon dioksida dan hidrogen.
Reaksi kimia yang terjadi adalah :

Karena Clostridium dapat mengubah gula secara langsung


menghasilkan asam asetat maka dapat menekan biaya produksi dalam
artian penggunaan metode ini lebih efisien jika dibandingkan dengan
fermentasi aerob.
Namun, yang menjadi kendala ialah bakteri Clostridium kurang
toleran terhadap asam dibandingkan dengan Acetobacter sehingga
ketika asam asetat terbentuk maka bakteri Clostridium akan
mengalami gangguan pertumbuhan yangdapat menyebabkan kematian.
Bahkan yang paling toleran asam-strain Clostridium cuka hanya dapat
menghasilkan beberapa persen asam asetat, dibandingkan dengan
strain Acetobacter cuka yang dapat menghasilkan hingga 20% asam
asetat. Saat ini,penggunaan Acetobacter lebih efektif untuk
memproduksi asam asetat dibandingkan memproduksi asam asetat
dengan menggunakan Clostridium. Akibatnya meskipun bakteri
acetogenic telah dikenal sejak 1940, penggunaannya dalam industri
tetap dibatasi.

B. Pentingnya mikrobiologi dalam menghasilkan asam asetat


Bakteri Acetobacter aceti merupakan baktei yang mula pertama diketahui
sebagai penghasil asam asetat dan merupakan jasad kontaminan pada
pembuatan wine. Saat ini bakeri Acetobacter aceti digunakan pada
produksi asam asetat karena kemampuanya mengoksidasi alkohol menjadi
asam asetat.

C. Keuntungan dan kelemahan proses yang melibatkan mikroorganisme


1. Dalam proses fermentasi secara aerob dengan metode lambat
a. Kelebihan :
 Proses sangat sederhana
b. Kekurangan :
 Proses memerlukan waktu hingga berminggu-minggu atau
berbulan-bulan
 Jatuhnya lapisan tipis agar-agar (zooglea) dari bakteri yang
akan memperlambat asetifikasi
2. Dalam proses fermentasi secara aerob dengan metode cepat

a. Kelebihan :
 Biaya proses sedikit
 Konsentrasi produk asam asetat besar
 Tangki proses hanya memerlukan tempat yang sedikit
 Penguapan rendah
b. Kekurangan :
 Membutuhkan waktu yang lama
 Pembersihan tangki cukup sulit
3. Dalam proses fermentasi secara aerob dengan metode perendaman
a. Kelebihan :
 Hampir disemua bagian tangki terjadi fermentasi sehingga
prosesnya sangan efektif
 Kontak antar reaktan dan bakteri semakin besar
b. Kekurangan :
 Biaya operasi yang relatif mahal
4. Dalam proses fermentasi secara anaerob
a. Kelebihan :
 Mengubah gula menjadi asam asetat dalam satu langkah
 Bakteri tumbuh dengan baik pada temperatur 60oC.
Perbedaan suhu yan besar antara suhu media dengan suhu air
pendingin memudahkan dalam pembuangan panas
 Kontaminasi dengan organisme yang membutuhkan O2 dapat
diminimalisasi karena bekerja pada kondisi anaerob
 Organisme yang hanya dapat hidup dalam kondisi mendekati
pH netral akan mati karena operasi fermentasi dilakukan pada
kondisi asam

b. Kekurangan :
 Konsentrasi asam asetat lebih rendah daripada dengan proses
aerob
 Biaya proses lebih mahal
D. Cara pemisahan dan pemurnian asam asetat.
Pemurnian asam asetat dilakukan dengan metode destilasi bertingkat 4.
Dari distilasi ini akan menghasilkan beberapa jenis asam asetat :
 asam asetat glasial (99,5%)
 asam asetat teknis (80%)

Secara konvensional, kadar asam asetat sebesar 6, 28, 30, 36, 60, 70, dan
80%.
DAFTAR PUSTAKA
Shakhashiri. 2008. Acetic Acid & Acetic Anhydrated. General Chemistry.
Keyes, Keyes. 1950. Industrial Chemicals. New York. Mc-Graw Hill.
www.fao.org/docrep/x0560e/x0560e12.htm

Anda mungkin juga menyukai