Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEKNOLOGI PETROKIMIA

UREA PLANT

KELOMPOK :

1. ABRAHAM SEBASTIAN PUTU S NPM : 08.2016.1.01695


2. ADHEA SEFTI N.C NPM : 08.2017.1.01763
3. FITRIANA NPM : 08.2017.1.01793
4. NAJA NIKMAH SYAFITRI NPM : 08.2018.1.01832

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR....................................................................................ii
DAFTAR TABEL.........................................................................................iii
BAB I PENDUHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1

1.2 Tujuan..........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................2

2.1 Sejarah Pupuk Urea....................................................................2

2.2 Sifat Bahan.................................................................................3

2.3 Prinsip Pembuatan Urea.............................................................4

2.4 Proses Pembuatan Urea..............................................................5

2.5 Kinerja Alat dalam Proses Pembuatan Urea..............................7

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Urea.................10

BAB III PENUTUP......................................................................................13

3.1 Kesimpulan................................................................................13

3.2 Saran...........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Urea....................................................................5


Gambar 2.2 Aliran Proses Pembuatan Sintesa.....................................................6
Gambar 2.3 Alat dalam Proses Pembuatan Urea.................................................7
Gambar 2.4 Alat dalam Proses Pembuatan Urea.................................................10

2
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat Fisika CO2.....................................................................................3
Tabel 2.2 Sifat Fisika NH3....................................................................................3
Tabel 2.3 Sifat Fisika Urea...................................................................................3

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha pertanian modern termasuk dalam usaha kehutanan semakin
tergantung pada pemakaian pupuk. Hal ini sejalan dengan usaha peningkatan
produksi pertanian melalui penggunaan varietas unggul yang membutuhkan
pupuk lebih banyak. Produksi pertanian yang tinggi dapat diperoleh tanpa
penggunaan pupuk yang merupakan cirri dari system pertanian intensif. Dalam
usaha pertanian yang intensif tersebut kesuburan tanah terus mengalami
kemerosotan akibat diambil oleh tanaman dan hilangnya pupuk karena pencucian
dan penguapan.
FAO mencatat penggunaan pupuk di negara berkembang (termasuk
Indonesia) berkembang cukup pesat, terutama pupuk nitrogen. Nitrogen termasuk
dalam unsur esensial, yaitu unsur yang mutlak diperlukan oleh segala tumbuhan.
Nitrogen berfungsi untuk bahan sintesis asam amino, protein, asam nukleat,
klorofil, merangsang pertumbuhan vegetatif, membuat bagian tanaman menjadi
lebih hijau karena mengandung butir hijau yang penting dalam proses fotosintesis,
dan mempercepat pertumbuhan tanaman.
Upaya peningkatan produksi pangan hampir selalu diikuti oleh pemakaian
pupuk yang makin besar. Namun demikian, di daerah beriklim tropika basah
dengan tanah-tanah yang mengalami pelapukan lanjut (highly weathered soils)
seperti Indonesia kebutuhan pupuk lebih banyak karena sebagian dari pupuk
tersebut hilang melalui irigasi, run off, nitrifikasi dan volatilisasi.
Dari uraian di atas, industri pupuk masih merupakan mata usaha yang perlu
dikaji kemungkinan pengembangannya seiring dengan usaha peningkatan
produksi pertanian. Kenyataannya bahwa stok pupuk pada tingkat nasional belum
tersedia secara merata dan kadang-kadang terjadi kelangkaan pupuk

1.2 Tujuan
1. Mengetahui proses pembuatan pupuk urea.
2. Mengembangkan proses pembuatan pupuk urea dengan lebih mandiri.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Pupuk Urea

Pupuk adalah zat yang terdiri satu atau lebih unsur kimia yang sangat
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat
meningkatkan produktivitas maupun kualitas hasil tanaman. Berdasarkan proses
pembuatannya, pupuk di kelompokkan menjadi pupuk alami dan pupuk buatan,
sedangkan menurut bahan pembuatannya, pupuk dikelompokkan menjadi pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung
dua atau lebih unsur hara tanaman.
Urea pertama kali ditemukan pada tahun 1773 yaitu terdapat di dalam urine.
Orang yang pertama kali berhasil mensintesis urea dari amonia dan asam sianida
adalah Woehler pada tahun 1828 dan penemuan ini dianggap sebagai penemuan
pertama yang berhasil mensintesa zat organik dari zat anorganik. Proses yang
menjadi dasar dari proses pembuatan urea saat ini adalah proses dehidrasi yang
ditemukan oleh Bassarow (1870) yang mensintesis urea dari pemanasan
ammonium karbamat.
Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 dengan CO2 dan bahan
dasarnya biasanya berasal dari gas alam. Kandungan N total berkisar antara 45-
46%. Urea mempunyai sifat higroskopis dan pada kelembaban udara 73%, urea
akan menarik uap air dari udara. Keuntungan menggunakan pupuk urea adalah
mudah diserap oleh tanaman. Selain itu, kandungan N yang tinggi pada urea
sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman. Kekurangannya adalah
apabila diberikan ke dalam tanah yang miskin hara, urea akan berubah ke wujud
awalnya yaitu NH4 dan CO2 yang mudah menguap. Fungsi N bagi tanaman adalah
meningkatkan pertumbuhan tanaman, membuat daun tanaman menjadi lebar
dengan warna yang lebih hijau, meningkatkan kadar protein dalam tubuh
tanaman, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan, dan
meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah (Sutedjo 1994).

2
2.2 Sifat Bahan
Tabel 2.1 Sifat Fisika CO2
Sifat Nilai
Berat Molekul 44,01 g/mol
Titik Leleh -56,6 ℃
Titik Didih -78,5 ℃
Temperatur Kritis 304,21 K
Tekanan Kritis 7,39.21 K
Panas Peleburan 1900 kal/mol
Panas Pembakaran 6030 kal/mol

Tabel 2.2 Sifat Fisika NH3


Sifat Nilai
Berat Molekul 17,03 g/mol
Titik Didih -33,4 ℃
Titik Leleh -77,70 ℃
Temperatur Kritis 405,65 K
Tekanan Kritis 11,30 . 10-6 Pa
Tekanan uap cairan 8,5 kg/cm2
Spesifik Volume pada 70 22,7 kg/m3

Spesifik Gravity pada 0 0,77 kg/m3

Tabel 2.3 Sifat Fisika Urea


Sifat Nilai
Titik Didih 13,20 ℃
Titik Lelelh 132,7 ℃
Spesifik Gravity 1,355
Indeks Bias 1,484
Bentuk Kristal Tetragonal
Panas Pembentukan pada 25 -47,12 kkal/mol

Panas Fusi 60 kkal/mol
Panas Pelarutan dalam air 60 kkal/gram
Panas Kristalisasi 58 kkal.gram
Densitas Curah 0,74 g/cm2

3
Panas Spesifik (50 ℃ ¿ 0,397
Kelarutan dalam air 20 ℃ 51,6

Sifat Kimia CO2 dan NH3


 Larut dalam air pada temperatur 15 ℃ , tekanan 1 atm dengan
perbandingan volume CO2 : H2O = 1 : 1.
 Karbon dioksida tidak beracun, akan tetapi dapat menimbulkan efek sesak
pada pernafasan.
 Mudah meledak dan beracun
 Menyebabkan iritasi bila dihirup
 Larutan ammonia apabila dalam air yang bertemperatur -38 ℃ sampai
41 ℃ , akan membeku membentuk kristal seperti jarum.

Sifat Kimia Urea

 Bila bercampur air, dapat terhidrolisis menjadi amonium karbonat dan


terdekomposisi menjadi amoniak dan karbon dioksida.

 Urea larut dalam air, alkohol dan benzena

 Daya racunnya rendah, tidak mudah terbakar, dan tidak meninggalkan


residu garam setelah dipakai untuk tanaman, tidak berbau.

2.3 Prinsip Pembuatan Urea


Sintesa urea dapat berlangsung dengan bantuan tekanan tinggi. Sintesa ini
dilaksanakan untuk pertama kalinya oleh BASF pada tahun 1941 dengan bahan
baku karbon dioksida (CO2) dan amoniak (NH3). Sintesa urea berlangsung dalam
dua bagian. Selama bagian reaksi pertama berlangsung, dari amoniak dan karbon
dioksida akan terbentuk amonium karbamat. Reaksi ini bersifat eksoterm.
2NH3 (g) + CO2 (g) NH2COONH4 (s) ΔH = -159,7 kJ
Pada bagian kedua, dari amonium karbamat terbentuk urea dan air. Reaksi ini
bersifat endoterm.
NH2COONH4 (s) NH2CONH2 (aq) + H2O (l) ΔH = 41,43 kJ
Sintesa dapat ditulis menurut persamaan reaksi sebagai berikut:
2NH3 (g) + CO2 (g) NH2CONH2 (aq) + H2O (l) ΔH = -118,27 kJ

4
Kedua bagian reaksi berlangsung dalam fase cair pada interval temperatur
mulai 170-190°C dan pada tekanan 130 sampai 200 bar. Reaksi keseluruhan
adalah eksoterm. Panas reaksi diambil dalam sistem dengan jalan pembuatan uap
air. Bagian reaksi kedua merupakan langkah yang menentukan kecepatan reaksi
dikarenakan reaksi ini berlangsung lebih lambat dari pada reaksi bagian pertama.

2.4 Proses Pembuatan Urea


Proses pembuatan urea dibagi menjadi enam unit. Unit-unit proses tersebut
adalah sintesa unit, purifikasi unit, kristaliser unit, prilling unit, recovery unit, dan
terakhir proses kondesat treatment unit.

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Urea


1. Sintesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik urea untuk mensintesa
dengan mereaksikan NH3 cair dan gas CO2didalam urea reactor dan
kedalam reaktor ini dimasukkan juga larutan recycle karbamat yang
berasal dari bagian recovery. Tekanan operasi proses sintesa adalah 175
kg/cm2. Hasil sintesa urea dikirim ke bagian purifikasi untuk dipisahkan
ammonium karbamat dan kelebihan amonianya setelah dilakukan
stripping oleh CO2.
Ke unit purifikasi

Udara pasivasi

Laruta
n
recycle 5
CO2 dari pabrik
ammonia

Gambar 1. Aliran proses seksi sintesa


Gambar 2.2 Aliran Proses Pembuatan Sintesa

2. Purifikasi Unit
Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan amoniak di unit
sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan dan pemanasan
dengan 2 langkah penurunan tekanan, yaitu pada 17 kg/cm2 dan 22,2 kg/cm2.
Hasil penguraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirm ke bagian recovery sedangkan
larutan urea dikirim ke bagian kristaliser.
3. Kristalliser Unit
Larutan urea dari unit purifikasi dikristalkan di bagian ini secara vakum
kemudian kristal urea dipisahkan di pemutar sentrifugal. Panas yang diperlukan
untuk menguapkan air diambil dari panas sensibel larutan urea maupun panas
kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi urea slurry ke HP absorber
dari recovery.
4. Rilling Unit
Kristal urea kluaran pemutar sentrifugal dikeringkan sampai menjadi 99,8%
dari berat dengan udara panas kemudian dikirmkan ke bagian atas prilling tower
untuk dilelelehkan dan didistribusikan merata ke distributor, dan dari distributor
dijatuhkan ke bawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan
produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke bulk storage dengan belt
conveyor.

5. Recovery Unit

6
Gas amoniak dan gas karbon dioksida yang dipisahkan di bagian purifikasi
diambil kembali dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan mother liquor
sebagai absorben kemudian di recycle kembali ke bagian sintesa.

6. Condensat Treatment Unit

Uap air yang menguap dan terpisahkan di bagian kristaliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3 dan CO2 kemudian diolah dan
dipisahkan di stripper dan hidroliser. Gas CO2 dan gas NH3 dikirim kembali ke
bagian purifikasi untuk direcover sedang air kondenatnya di kirim ke utilitas.

2.5 Kinerja Alat dalam Proses Pembuatan Urea

Gambar 2.3 Alat dalam Proses Pembuatan Urea

1. Sintesa Unit

a) Reaktor Sintesa

Reaktor intesa berfungsi sebagai tempat reaksi antara NH3 dan CO2.

b) Knock Out Drum

7
Knock out drum berfungsi untuk menghilangkan partikel-partikel
padat dan tetesan cairan yang mungkin terdapat dalam gas CO2.

c) CO2 booster Compressor

CO2 booster Compressor berfungsi untuk menaikkan tekanan gas


CO2.

d) CO2 Compressor

CO2 Compressor berfungsi untuk menaikkan tekanan gas CO2.

e)AmmoniaPrehater II

Ammonia Prehater II berfungsi memanaskan amonia dengan steam


condensate sebagai media pemanasannya.

f) Ammonia Condensor

Ammonia Condensor berfungsi untuk mengkondensasikan larutan


ammonia.

g) Ammonia Reservoir

Ammonia Reservoir berfungsi untuk menampung ammonia cair make


up dari ammonia plant.

2. Purifikasi

a) High Pressure Decomposer


Berfungsi untuk memisahkan kelebihan NH3 dari campuran reaksi dan
mendekomposisi ammonium karbonat menjadi NH3 dan CO2.
b) Law Pressure Decomposer
Berfungsi untuk menyempurnakan dekomposisi setelah keluar High
Pressure Decomposer.
c) Gas Separator
Berfungsi untuk memisahkan sisa NH3 dan CO2 yang masih terlarut
dalam larutan urea.
d) Reactor For High Pressure Decomposer
Berfungsi untuk memanaskan larutan dari Law Pressure Decomposer.
e) Reboiler For Law Pressure Decomposer

8
Berfungsi untuk memanaskan larutan dari Law Pressure Decomposer.
f) Heat Eschanger for Law Pressure Decomposer
Berfungsi untuk mendinginkan larutan dari High Pressure
Decomposer menuju ke Law Pressure Decomposer.

3. Recovery
a) Off Gas Absorber
Berfungsi untuk menyerap gas NH3 dan CO2 dari gas separator
kemudian dikondensasikan dalam packed bad bagian bawah oleh
larutan recycle yang didinginkan dalam off gas absorben cooler.
b) Off Gas Condensor
Berfungsi untuk mendinginkan gas yang keluar dari gas separator.
c) Off Gas Absorber Recycle Pump
Berfungsi untuk memompa larutn dari off gas absorber dan
dikembalikan lagi ke bagian tengah off gas absorber.
d) Law Pressure Absorber
Berfungsi menyerap sempurna gas-gas dari Law Pressure
Decomposer.
e) High Pressure Absorber Cooler
Berfungsi untuk mengembalikan lagi larutan karbonat ke reaktor.
f) Ammonia Recovery Absorber
Berfungsi untuk menyerap ammonia dari recycle larutan, lalu
mengirimkannya ke ammonia reservoir.
g) High Pressure Absorber Pump
Berfungsi memompa larutan dari Law Pressure Absorber ke High
Pressure Absorber.
h) Aqua Ammonia Pump
Berfungsi untuk memompa amonia dan ammonia recovery absorber ke
high pressure absorber.
4. Kristalisasi dan Pembutiran
a) Cristalizer
Cristalizer terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas berupa vacum
consentrator dengan vacum generator yang terdiri dari sistem adjector
tingkat satu dan baromestrik kondensor tingkat satu dan dua.
sedangkan bagian bawah berupa eristalizer dengan agitator.
b) Vacuum Concentrator dengan Vacum Generator
Berfungsi untuk menguapkan air dari larutan urea.

c) Cristallizer dengan agitator


Berfungsi untuk mengkristalkan urea.
d) Melter
Berfungsi untuk melelehkan kristal-kristal urea.

9
e) Dissolving tank I
Berfungsi sebagai tempat pelarutan urea oversize.
f) Dissolving tank II

Berfungsi sebagai tempat pelarutan urea oversize.

Gambar 2.4 Alat dalam Proses Pembuatan Urea

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Urea


1. Temperatur
Pengaruh temperatur pada proses sintesa urea dapat
dijelaskan oleh asas Le Chatelier yang berbunyi jika suatu
sistem berada dalam kesetimbangan, suatu kenaikan
temperatur akan menyebabkan kesetimbangan itu bergeser
ke arah yang menyerap kalor. Perubahan temperatur akan
mengakibatkan bergesernya tetapan kesetimbangan reaksi.
Naiknya temperatur akan mengakibatkan reaksi bergeser ke
arah kiri (endothermis) atau menurunkan konversi
pembentukan urea. Disamping itu, kenaikan temperatur juga
akan mengakibatkan kecepatan reaksi pembentukan urea
menjadi semakin besar. Kondisi yang paling optimal dalam
reaktor adalah sekitar 2000C yaitu temperatur di mana
konversi mendekati kesetimbangan dengan waktu tinggal
0,3-1 jam. Bila temperatur reaktor turun, maka konversi
ammonium karbamat menjadi urea akan berkurang sehingga

10
memberi beban lebih berat pada seksi-seksi berikutnya. Jika
temperatur turun sampai 1500C akan menyebabkan
timbulnya ammonium karbamat menempel pada reaktor.
Sebaliknya, bila temperatur melebihi 2000C maka laju korosi
dari Titanium Lining akan meningkat dan tekanan
kesetimbangan di dalam reaktor dari campuran reaksi akan
melampaui tekanan yang dibutuhkan. Di samping itu, hasil
dari reaksi samping yang besar akan menyebabkan turunnya
konversi pembentukan urea. Jadi laju reaksi yang baik pada
suhu 180-2000C dalam waktu 20-60 menit atau pada suhu
rendah dengan ammonia berlebih.
2. Tekanan
Pengaruh perubahan tekanan dalam campuran
kesetimbangan gas dapat dipahami melalui asas Le Chatelier.
Menurut asas ini, kenaikan tekanan menyebabkan reaksi
bergeser ke kanan, tetapi jika tekanan berkurang maka
kecepatan tumbukan molekul akan berkurang, sehingga
kecepatan reaksi akan berkurang dalam sistem
kesetimbangan. Tekanan yang digunakan adalah 200 kg/cm2G.
Pemilihan tekanan operasi ini berdasarkan pertimbangan
bahwa konversi ammonium karbamat menjadi urea hanya
terjadi pada fase cair dan fase cair dapat dipertahankan
dengan tekanan operasi yang tinggi. Pada suhu tetap konversi
naik dengan naiknya tekanan hingga titik kritis, dimana pada
titik ini reaktan berada pada fase cair. Untuk perbandingan NH3
dan CO2 yang stokiometris suhu 1500C dan tekanan 100 atm
memberikan keadaan yang hampir optimum tetapi pada suhu
ini reaksi berjalan lambat. Pada suhu 190 – 2200C, tekanan
yang digunakan berkisar antara 140 – 250 atm.
3. Perbandingan NH3 dan CO2
Perbandingan NH3 dan CO2 berkisar 3,5 – 4 karena selain
mempengaruhi suhu reaktor, jumlah ammonia dapat

11
mempengaruhi reaksi secara langsung. Adanya kelebihan
ammonia dapat mempercepat reaksi pertama.
4. Kandungan Air dan Oksigen
Adanya air akan mempengaruhi reaksi terutama reaksi
kedua yaitu peruraian karbamat menjadi urea dan air sehingga
dapat mengurai konversi karbamat menjadi urea. Pada
umumnya, proses didesain untuk meminimalkan jumlah air
yang direcycle ke reaktor. Adanya sedikit oksigen akan
mengurangi korosi.
Secara keseluruhan reaksi diatas adalah eksotermis
sehingga diperlukan pengaturan terhadap suhu didalam
reaktor supaya suhu tetap pada kondisi optimum, untuk
mengatur suhu maka diatur:

1. Jumlah ammonia masuk reactor

2. Jumlah larutan ammonium karbamat recycle yang masuk


reactor

3. Pengaturan suhu ammonia umpan dalam ammonia


preheater.
Sebagai hasil reaksi di atas maka komponen yang keluar
reaktor adalah urea, biuret , ammonium karbamat,
kelebihan ammonia dan air.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH3 dengan CO2 dan bahan
dasarnya biasanya berasal dari gas alam. Kandungan N total berkisar antara 45-
46%. Bahahn baku dalam pembuatan urea adalah gas CO2 dan NH3 cair yang
dipasok dari pabrik amoniak. Proses pembuatan urea dibagi menjadi enam unit.
Unit-unit proses tersebut adalah sintesa unit, purifikasi unit, kristaliser unit,
prilling unit, recovery unit, proses kondensat treatment unit.

Menurut SNI 02-2801-1998 pupuk urea adalah pupuk buatan yang


merupakan pupuk tunggal, mengandung unusur hara utama nitrogen, berbentuk
butiran (prill) atau gelintiran (granuler) dengan rumus kimia CO(NH2)2.
Spesifikasi pupuk urea mengandung kadar air maksimal 0,50%, kadar biuret
maksimal 1% (bentuk butiran) dan 2% (bentuk gelintiran), kadar nitrogen
minimal 46%. Pupuk urea bersifat higroskopis dan mudah larut dalam air.

3.2 Saran

13
Industri pembuatan pupuk urea sebaiknya memenuhi syarat umum pupuk
urea berdasarkan SNI 02-2801-1998 agar kualitas yang dihasilkan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan

14
DAFTAR PUSAKA

Annisa dkk.2010. Makalah Industri Pupuk Urea. Bogor : Departemen Kimia


FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Anonim. 1972. Proses Pembuatan Pupuk Urea. Diambil dari
http://www.pusri.co.id. Diakses ada 24 September 2019.
Kurniati M,Muliasari dkk.2011. Tugas Proses Industri Kimia Pembuatan Pupuk
Urea. Semarang : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas
Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai