Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH AGAMA ISLAM

KESEJAHTERAAN UMAT DAN MASYARAKAT


MADANI

Dosen Pembimbing : Sulaiman

DISUSUN

Oleh :

1. Rahmanivia Permatasari ( 191910501002 )


2. Denny Pranoto ( 191910301049 )
3. Malida Titania Saptiari ( 191710101119 )
4. Shariska Putri Devina ( 191910401095 )
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah – Nya sehingga makalah yang berjudul “ Kesejahteraan Umat dan
Masyarakat Madani “ dapat disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dengan lancar.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini ,kami mendapat


banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada Bapak Sulaiman, selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang telah membimbing kami menyelesaikan makalah ini.serta para
teman-teman yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi penulis
maupun pembaca.

Jember, 21 Oktober 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Pada era reformasi ini bangsa Indonesia diarahkan untuk menuju
masyarakat madani, masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi
budaya,istiadat dan agama yang ada. Maka dari itu akan ada perubahan
kehidupan manusia dengan kehidupan masyarakat pada era orde baru.
Masyarakat madani merupakan konsep yang mengalami perjalanan
panjang dan muncul bersamaan dengan adanya proses modernisasi,terutama
pada saat transformasi menuju masyarakat modern. Masyarakat madani ini
bergantung pada kondisi suatu budaya dan sosial bangsa.
Adanya beberapa kasus penindasan rakyat yang dilakukan oleh penguasa
merupakan realitas yang sering kita lihat dan dengar dalam pemberitaan pers,
baik melalui media cetak maupun elektronik yang menimbulkan berbagai
dampak yang besar bagi masyarakat. Bagaimana masyarakat dapat
menanggapi masyarakat tersebut adalah hal yang perlu dikaji bersama. Untuk
meninjau hal tersebut Islam memiliki ajaran yang konkrit untuk menciptakan
kondisi masyarakat yang islami, karena islam bukan hanya sekedar agama
yang memiliki konsep ajaran spiritualitas atau ubudiyah semata.
Kemungkinan akan adanya kekuatan masyarakat sebagai bagian dari
komunitas sebuah negara akan mengantarkan pada sebuah konsep masyarakat
madani.Masyarakat madani merupakan konsep yang mengalami proses yang
sanga tpanjang. Masyarakat madani muncul bersamaan dengan adanya proses
modernisasi, terutama pada saat transformasi dari masyarakat feudal dan
menuju masyarakat modern. Dalam mendefinisikan masyarakat madani ini
sangat bergantung pada kondisi sosio-kultural suatu bangsa. Dalam islam
masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang taat pada aturan Allah SWT,
hidup dengan damai dan tentram, dan yang tercukupi kebutuhan hidupnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian masyarakat madani ?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan masyarakat madani ?
3. Bagaimana peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani ?
4. Bagaimana system ekonomi islam dan kesejahteran umat ?
5. Apa yang dimaksud Manajemen Zakat dan Waqaf
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep masyarakat madani.
2. Untuk memahami sejarah dan perkembangan masyarakat madani.
3. Untuk memahami peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat
madani.
4. Untuk mengetahui system ekonomi islam dan kesejahteraan umat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masyarakat Madani


Menurut Anwar Ibrahim,masyarakat madani merupakan sistem sosial yang
subur berdasarkan berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan
taraf kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan
firman-Nya dalam Q.S. Saba‟ ayat 15 yang berarti “Sesungguhnya bagi kaum
Saba´ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua
buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan):
"Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan
(Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun".
Karakteristik Masyarakat Madani
Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
a. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif
kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
b. Menyebarnya kekuasaan sehingga terjembataninya kepentingan-
kepentingan individu dan negara.
c. Dilengkapinya program-program pembangunan yang berbasis
masyarakat.
d. Meluasnya kesetiaan dan kepercayaan dan tidak mementingkan diri
sendiri.
e. Damai dan individu maupun kelompok menghormati pihak lain secara
adil.
f. Toleran dan tolong menolong antar sesama
g. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
h. Berperadaban tinggi, misalnya kecintaan terhadap ilmu pengetahuan.
i. Bertuhan dan berakhlak mulia. [2]

2.2 Sejarah dan Perkembangan Masyarakat Madani


Konsep masyarakat madani sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu kala.
Kosep ini berasal dari perjuangan politik sertan sejarah masyarakat Eropa
Barat yang menjalani proses peralihan atau pergantian dari pola kehidupan
feodal ke kehidupan masyarakat industri yang kapitalis. Konsep masyarakat
madani, jika dipelajari, sudah ada sejak zaman Yunani kuno. Jika dicari akar
sejarahnya, perkembangan konsep masyarakat madani sudah ada sejak zaman
Aristoteles yaitu sekitara tahun 384-322 SM. Pada saat itu, masyarakat madani
dipahami sebagai suatu sistem negara dengan menggunakan istilah 'koinoniah
politike', sebuah komunitas politik dimana warga masyarakat dapat terlibat
langsung dalam berbagai konteks politik dan pengambilan keputusan. Istilah
ini juga digunakan untuk menjelaskan masyarakat politik serta etika di mana
warga atau masyarakat di dalamnya setara di depan hukum.
Di Indonesia, masyarakat madani sebagai terjemahan civil society pertama
kali diperkenalkan oleh Anwar Ibrahim, Menteri Keuangan dan Perdana
Menteri Malaysia saat itu, pada pidato Simposium Nasional dalam rangka
Forum Ilmiah di Festival Istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Istilah
'masyarakat madani' diterjemahkan dari bahasa Arab mujtama yaitu 'madani',
yang diperkenalkan oleh prof. Naquib Attas, seorang sejarawan dan peradaban
Islam asal Malaysia, pendiri ISTAC. Kata "madani" dapat diartikan sebagai
sipil atau beradab. Madani juga berarti peradaban, seperti kata-kata Arab
lainnya seperti hadlari, tsaqafi atau tamaddun. Konsep masyarakat madani
untuk orang-orang Arab mengacu pada hal-hal ideal dalam kehidupan. Konsep
masyarakat madani itu universal dan membutuhkan adaptasi yang harus
diwujudkan di Negara Indonesia mengingat konsep dasar masyarakat yang
tidak memiliki latar belakang yang sama dengan kondisi sosial budaya
masyarakat Indonesia.
2.3 Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Peran umat Islam dalam mewujudkan masyarakat beradab atau masyarakat
madani adalah dengan meningkatkan sumber daya manusia (SDA) melalui
pendidikan, pendidikan di sini tidak hanya pendidikan dalam bidang umum
tetapi harus di barengi dengan pendidikan akhlak dan pendidikan karakter
sejak dini, karena peranan akhlak sangat besar dalam menciptakan manusia
yang beradab. Dalam Al-Qu’an Surat Ali Imran ayat 110 “Kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Untuk mewujudkan masyarakat beradab tentunya dengan mengamalkan
Al-Qur’an dan Al-Hadist dan kita sebagai umat muslim harus mencontoh dan
menjadikan baginda Rasulullah Muhammad SAW sebagai panutan hidup,
Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 :
“Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
Selain dalam bidang pendidikan peranan umat Islam dalam mewujudkan
masyarakat beradab atau masyarakat madani adalah harus ditingkatkan dalam
bidang ekomoni. Di dalam ajaran Islam terdapat dua prinsip utama, yakni
pertama, tidak seorangpun atau sekelompok orangpun yang berhak
mengeksploitasi orang lain; dan kedua, tidak ada sekelompok orangpun boleh
memisahkan diri dari orang lain dengan tujuan untuk membatasi kegiatan
sosial ekonomi di kalangan mereka saja. Islam memandang umat manusia
sebagai satu keluarga, maka setiap manusia adalah sama derajatnya di mata
Allah SWT dan di depan hukum yang diwahyukannya. Konsep persaudaraan
dan perlakuan yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat di muka
hukum tidaklah ada artinya kalau tidak disertai dengan keadilan ekonomi yang
memungkinkan setiap orang memperoleh hak atas sumbangan terhadap
masyarakat. Allah SWT melarang hak orang lain, sebagaimana dijelaskan
dalam Al-Qur’an surat Al-Syu’ara ayat 183: “Dan janganlah kamu merugikan
manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
dengan membuat kerusakan”.
Dalam komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap persaudaraan,
keadilan ekonomi dan sosial, maka ketidakadilan dalam pendapatan dan
kekayaan bertentangan dengan Islam. Akan tetapi, konsep Islam dalam
distribusi pendapatan dan kekayaan serta konsepsinya tentang keadilan sosial
tidaklah menuntut bahwa semua orang harus mendapat upah yang sama tanpa
memandang kontribusinya kepada masyarakat.
Islam mentoleransi ketidaksamaan pendapatan sampai tingkat tertentu,
akrena setiap orang tidaklah sama sifat, kemampuan, dan pelayanannya dalam
masyarakat, dalam Al-Qur’an surat. An-Nahl ayat 71 disebutkan: “Dan Allah
melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi
orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki
mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama
(merasakan) rezki itu. Maka Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah”.
Oleh karena itu untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar
terciptanya kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus supaya
dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus
dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat
sekarang ini dengan tetap memegang teguh Al-Qur’an dan Hadist sebagai
landasan hidup kita.

2.4 Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat


Menurut ajaran Islam, semua kegiatan manusia termasuk kegiatan sosial
dan ekonomi haruslah berlandaskan tauhid (keesaan Allah). Dengan demikian
realitas dari adanya hak milik mutlak tidak dapat diterima dalam Islam
melainkan hanya milik Allah saja, sedangkan manusia hanyalah memiliki hak
milik nisbi atau relatif. Pernyataan dan batas-batas hak milik dalam Islam
sesuai dengan sistem keadilan hak-hak semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Islam mempunyai dua prinsip utama, yakni pertama, tidak seorangpun
yang berhak mengeksploitasi orang lain; dan kedua, tidak ada sekelompok
orangpun boleh memisahkan diri dari orang lain dengan tujuan untuk
membatasi kegiatan sosial ekonomi di kalangan mereka saja. Sebagaimana
dalam QS. al-Syu’ara ayat 183, artinya: “Janganlah kamu merugikan manusia
pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan
membuat kerusakan.”
1. Pengertian Sistem Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama
Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalamrukun
iman dan rukun Islam.
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt
memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah
ayat 105: “Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-
Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu”.
Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabada
Rasulullah Muhammad saw:“Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan
karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapat
ampunan”.(HR.Thabrani dan Baihaqi)
2. Tujuan Ekonomi Islam
Adapun tujuan Ekonomi Islam berpedoman pada: Segala aturan
yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam mengarah pada
tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta
menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh
ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah
membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah
mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa
Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:
a. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan
bagi masyarakat dan lingkungannya.
b. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud
mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
c. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya).
Para ulama menyepakati bahwa masalah yang menjad puncak
sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar:
 keselamatan keyakinan agama ( al din)
 kesalamatan jiwa (al nafs)
 keselamatan akal (al aql)
 keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)
 keselamatan harta benda (al mal)
3. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:
a. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan
dari Allah swt kepada manusia.
b. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
c. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
d. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang
dikuasai oleh segelintir orang saja.
e. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan
penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang.
f. Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan
di akhirat nanti.
g. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi
batas (nisab)
h. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

2.5 Manajemen zakat dan wakaf


A. Manajemen Zakat
1.Pengertian dan Dasar Hukum Zakat
Zakat dibebankan atas harta yang telah mencapai nisab dan haul
kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.
Zakat juga berarti kebersihan, setiap pemeluk Islam yang mempunyai
harta cukup banyaknya menurut ketentuan (nisab) zakat, wajiblah
mengeluarkan zakatnya.
Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti
berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Menurut istilah fikih zakat berarti
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada
yang berhak. Orang yang wajib zakat disebut “muzakki”,sedangkan orang
yang berhak menerima zakat disebut ”mustahiq.” Zakat merupakan
pengikat solidaritas dalam masyarakat dan mendidik jiwa untuk
mengalahkan kelemahan dan mempraktikan pengorbanan diri serta
kemurahan hati.
2. Manajemen Pengelolaan Zakat Produktif
Sehubungan pengelolaan zakat yang kurang optimal, sebagian
masyarakat yang tergerak hatinya untuk memikirkan pengelolaan zakat
secara produktif, Pada tahun 1990-an, beberapa perusahaan dan
masyarakat membentuk Baitul Mal atau lembaga yang bertugas
mengelola zakat, infak dan sedekah dari karyawan perusahaan yang
bersangkutan dan masyarakat. Sementara pemerintah juga membentuk
Badan Amil Zakat Nasional.

Dalam pengelolaan zakat diperlukan beberapa prinsip, antara lain:

a. Pengelolaan harus berlandasakn al Quran dan as Sunnah.


b. Keterbukaan.
c. Menggunakan manajemen dan administrasi yang tepat.
d. Badan/lembaga amil zakat harus mengelolah zakat dengan sebaik-baiknya.

Dan amil harus berpegang teguh pada tujuan pengelolaan zakat, yaitu:

a. Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin dan membantunya keluar


dari kesulitan dan penderitaan.
b. Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh para mustahik
c. Menjembatani antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu masyarakat.
d. Meningkatkan syiar Islam
e. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara.
f. Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat. [4]
3. Hikmah Ibadah Zakat
Zakat memiliki hikmah yang besar. Bagi muzakki zakat berarti
mendidik jiwa manusia untuk suka berkorban dan membersihkan jiwa
dari sifat kikir, sombong dan angkuh yang biasanya menyertai
pemilikan harta yang banyak dan berlebih. Bagi mustahik, zakat
memberikan harapan akan adanya perubahan nasib dan sekaligus
menghilangkan sifat iri, dengki dan suudzan terhadap orang-orang
kaya, sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dapat
dihilangkan. Dan bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan terdapat
pemerataan pendapatan dan pemilikan harta di kalangan umat Islam.
B. Manajemen Wakaf
Wakaf di satu sisi berfungsi sebagai ibadah kepada Allah, sedangkan
di sisi lain wakaf juga berfungsi sosial. Dalam fungsinya sebagai ibadah ia
diharapkan akan menjadi bekal bagi si wakif di kemudian hari, sedangkan
dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset amat bernilai dalam
pembangunan umat.
1. Pengertian Wakaf
Istilah wakaf beradal dari “waqb” artinya menahan. Sedangkan
menurut istilah wakaf ialah memberikan sesuatu barang guna dijadikan
manfaat untuk kepentingan yng disahkan syara’ serta tetap bentuknya
dan boleh dipergunakan diambil manfaatnya oleh orang yang ditentukan
(yang meneriman wakaf).
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah
berpacu pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan kita harus mengetahui apa yang
dimaksud dengan masyarakat madani itu dan cara menciptakan suasana pada
masyarakat madani tersebut yang terdapat pada pada zaman Rasullullah.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada
potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi
yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan
masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh
seseorang dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula
hasilnya.
Di dalam Islam mengenal yang namanya zakat, dengan zakat ini kita dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat hingga mencapai derajat yang disebut
masyarakat madani. Selain itu, ada pula wakaf, wakaf selain untuk beribadah
kepada Allah juga dapat berfungsi sebagai pengikat jalinan antara seorang
muslim dengan sesama. Jadi wakaf mempunyai tiga fungsi yakni fungsi
ibadah, fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Insya Allah dengan menjalankan
syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan
bangsa ini secara perlahan.

4.2 PENUTUP

Demikian karya ilmiah yang dapat penyusun sajikan. Kritik dan saran yang
konstruktif sangat penyusun harapkan demi perbaikan selanjutnya. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amiiinn.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1992.

2 http://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/ (16-11-2011)

[1] http://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/ (16 November


2011)

[2] http://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/ (16 November


2011)

[3] Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm. 92

[4] Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm. 94

[5] Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm. 99

Anda mungkin juga menyukai