Anda di halaman 1dari 12

KARAKTERISTIK BEBAN PADA RANGKAIAN AC

Muhammad Dipo Wahyudi1, Taufik Hidayat2, Hafizh Ihsan Priandika2


1
2018-11-047
2
2018-11-074
3
2018-11-083

E-mail: mdipow@gmail.com

ABSTRACT

This practicum is titled Load Characteristics in AC Circuits. The purpose of this practicum
is to study the characteristics of voltage and current in alternating current systems and to
see the phase differences in capacitive, inductive and resistive loads. In this experiment
waves will be seen on the resistor, capacitor, and inductor in the circuit using an
oscilloscope
Keywords: Alternating Current, phase difference, resistive load, capacitive, and inductif.

ABSTRAK

Praktikum ini berjudul Karakteristik Beban pada Rangkaian AC. Tujuan dilaksanakannya
praktikum ini yaitu untuk Mempelajari karakteristik tegangan dan arus pada sistem arus
bolak – balik serta untuk melihat perbedaan fasa pada beban kapasitif, induktif dan resistif.
Pada percobaan ini nantinya akan dilihat gelombang pada resistor, kapasitor, dan induktor
dalam rangkaian menggunakan osiloskop
Kata kunci: Arus Bolak-Balik, beda fasa, beban resistif, kapasitif, dan induktif.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1. Apa itu arus bolak-balik?
2. Bagaimana perbedaan fasa pada beban resistif, kapasitif, dan induktif?

1.2. Tujuan
1. Mempelajari karakteristik tegangan dan arus pada sistem arus bolak –
balik
2. Melihat perbedaan fasa pada beban kapasitif, induktif dan resistif.

1.3. Tinjauan Pustaka


Tahun 1885, George Westinghouse, membuat paten untuk listrik arus
bolak-balik (AC= Alternating Current). Listrik AC dibuat dari generator
AC, dan dapat di “salurkan” ke tempat yang jauh dengan lebih murah dan
mudah untuk di “sesuaikan”. Karena kemudahan ini lah selanjutnya orang
lebih suka menggunakan listrik AC. Adapun kelemahan dari arus bolak
balik yaitu beresiko dapat menyebabkan kebakaran.
Resistor pada rangkaian arus bolak-balik (AC) sederhana secara langsung
menahan aliran elektron pada setiap periode waktu, sehingga bentuk
gelombang tegangan yang melewati resistor akan se-phasa dengan bentuk
gelombang arus-nya. Lebih sederhana-nya, tegangan dan arus yang
melewati pada rangkaian AC memiliki phasa yang sama. Jika
digambarkan dalam diagram phasor, maka arus (I) ke arah sumbu 'X'
positif (kanan) dan tegangan juga ke arah sumbu 'X' positif (kanan).
Kedua gelombang tegangan dan arus se-phasa. Pada saat tegangan pada
posisi positif, posisi titik “0” (Nol), maupun posisi negatif, arus juga
berada pada posisi yang sama.
Berbeda dengan rangkaian AC resitif dimana arus dan tegangan se-phasa,
pada rangkaian AC induktif phasa tegangan mendahului 90° terhadap
arus. Jika digambarkan diagram phasor-nya maka arus mengarah ke
sumbu ‘X’ positif (kanan) dan tegangan mengarah ke sumbu ‘Y’ positif
(atas).
Hambatan aliran elektron ketika melewati induktor pada rangkaian AC
disebut sebagai ‘Reaktansi Induktif’, reaktansi dihitung dalam satuan
Ohm (Ω) sama hal-nya seperti resistansi. Simbol reaktansi induktif adalah
'XL', pada rangkaian AC sederhana, reaktansi induktif dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut.
XL = 2 ∙ π ∙ f ∙ L ……………………………………………………..(II..6)
Dimana : XL = Reaktansi induktif (Ohm / Ω)
π= Pi ≈ 3,14
f= Frekuensi (Hertz / Hz)
L= Induktansi (Henry / H)

Fungsi rangkaian differensiator untuk menghasilkan tegangan yang


merupakan fungsi dari tegangan input diferensial waktu. Diferensiator
sirkuit pada dasarnya sebuah pass filter untuk kondensor yang terdiri dari
baris dan resistor baris. Karena reaktansi kondensor meningkat jika
frekuensi jatuh, sirkuit ini menghilangkan komponen frekuensi rendah
dari input. Jika ada masukan tingkat diterapkan untuk diferensiator,
tegangan pada kondensor berubah dalam sekejap sehingga ada tegangan
pada resistor berkurang secara eksponensial.

2. METODE/PERANCANGAN PENELITIAN
2.1. Teori Singkat
A. Karakteristik Beban AC
Dalam sistem listrik arus bolak-balik, jenis beban dapat
diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

1. Beban resistif (R)


2. Beban induktif (L)
3. Beban kapasitif (C)
1. Beban Resistif (R)
Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen
tahanan ohm saja (resistance), seperti elemen pemanas (heating
element) dan lampu pijar. Beban jenis ini hanya mengkonsumsi
beban aktif saja dan mempunyai faktor daya sama dengan satu.
Tegangan dan arus sefasa. Persamaan daya sebagai berikut :
P = VI
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)

Gambar 1 Rangkaian Resistif Gelombang AC

Gambar 2 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Resistif

2. Beban Induktif (L)


Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparat kawat
yang dililitkan pada suatu inti, seperti coil, transformator, dan
solenoida. Beban ini dapat mengakibatkan pergeseran fasa (phase
shift) pada arus sehingga bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh
energi yang tersimpan berupa medan magnetis akan
mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap
tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif.
Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai
berikut:
P = VI cos φ
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)
φ = sudut antara arus dan tegangan
Gambar 3 Rangkaian Induktif Gelombang AC

Gambar 4 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Induktif


Untuk menghitung besarnya rektansi induktif (XL), dapat

digunakan rumus :
Dengan :
XL = reaktansi induktif
F = frekuensi (Hz)
L = induktansi (Henry)
3. Beban Kapasitif (C)
Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan
kapasitansi atau kemampuan untuk menyimpan energi yang
berasal dari pengisian elektrik (electrical discharge) pada suatu
sirkuit. Komponen ini dapat menyebabkan arus leading terhadap
tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan mengeluarkan
daya reaktif. Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah
sebagai berikut :
P = VI cos φ
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V= tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)
φ = sudut antara arus dan tegangan
Gambar 5 Rangkaian Kapasitif Gelombang AC

Gambar 6 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Kapasitif


Untuk menghitung besarnya rektansi kapasitif (XC), dapat
digunakan rumus :
Dengan :

XL = reaktansi kapasitif
f = frekuensi
C = kapasitansi (Farad)

2.2. Alat Dan Bahan


1. Function Generator
2. Resistor, Induktor, Kapasitor dengan nilai yang di tentukan
3. Multitester
4. Kabel-Kabel Penghubung
2.3. Langkah Percobaan

Karakteristik Arus dan Tegangan Arus Bolak Balik Pada Komponen R, L


dan C

Gambar 6.4

Gambar 6.5

Gambar 6.6
a. Buat rangkaian seperti gambar 6.4
b. Atur tegangan sumber VS sampai bernilai 2 Volt rms
c. Tampilkan bentuk gelombang tegangan VS pada kanal 1 dengan
menghubungkan oscilloscope pada titik A - C
d. Tampilkan bentuk gelombang arus pada kanal 2, dengan cara
menghubungkan probe pada titik A - B, kemudian bentuk gelombang
tegangan Vr dengan menghubungkan probe pada titik B - C
e. Catat penunjukan Amperemeter dan Voltmeter, serta gambar bentuk - bentuk
gelombang pada point c dan d di atas
f. Ulangi point a sampai dengan e dengan rangkaian 6.5 dan 6.6 (tentukan
sendiri nilai komponen yang digunakan sebagai beban)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Karakteristik Arus dan Tegangan Arus Bolak Balik Pada Komponen R, L
dan C
 Gambar 6.4
V (Volt) R (Ω) L (mH) I (mA)

4 100 2,5 18,58

Beda Fasa

VS – VR VS – VL

0 14,4

 Gambar 6.5
V (Volt) R (Ω) C (µF) I (mA)

4 100 10 18,58

Beda Fasa

VS – VR VS – VC

0 57,6

 Gambar 6.6
V (Volt) R (Ω) L (mH) C (µF) I (mA)

4 100 2,5 10 18,58


Beda Fasa

VS – VR VS – VL VS – VC

0 14,4 57,6

BENTUK GELOMBANG DARI KAPASITOR

BENTUK GELOMBANG DARI INDUKTOR


BENTUK GELOMBANG DARI RESISTOR

3.2. Pembahasan
Karakteristik Arus dan Tegangan Arus Bolak Balik Pada Komponen
R, L dan C
Pada percobaan ini dapat dilihat gelombang dari masing-masing rangkaian. Pada
saat melihat gelombang pada resistor, dapat dilihat bahwa arus dan tegangannya
sefasa. Pada saat melihat gelombang pada induktor, dapat dilihat bahwa
gelombang arusnya tertinggal oleh tegangan. Dan pada saat melihat gelombang
kapasitor, dapat dilihat bahwa arusnya mendahului tegangan. Dari percobaan ini
jga dapat dihitung beda fasanya. Pada VS-VR beda fasanya 0 karena sefasa. Pada
VS-VL beda fasanya yaitu 14,4, dan pada VS-VC beda fasanya yaitu 57,6.
Pada induktor sendiri terjadi kondisi lagging yaitu kondisi fasa saat arus
tertinggal oleh tegangan dan pada konduktor terjadi kondisi leading yaitu kondisi
fasa saat arus mendahului tegangan. Pada gambar 6.4 merupakan beban resistif
dimana beban resistif berarti mengkonsumsi daya aktif dan tidak menyebabkan
perubahan nilai factor daya, sehingga factor daya tetap. Kemudian untuk gambar
6.5 merupakan beban kapasitif dimana bebang kapasitif menyerap daya aktif dan
mengeluarkan daya reaktif. Untuk gambar 6.6 merupakan beban induktif dimana
beban induktif menyerap daya aktif dan daya reaktif.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Ada 3 macam rangkaian beban listrik, yaitu beban resistif murni ( R ) , beban
induktif ( L ), dan beban kapasitif ( C ).
2. Pada resistif murni fase arus sama dengan fase tagangan. Pada beban induktif fasa
arus tertinggal terhadap tegangan. Pada beban kapasitif fasa arus mendahului
tegangan.

4.2. Saran
Lebih hati hati pada saat percobaan agar mengurangi kesalahan pada saat
melakukan praktikum.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kami ucapkan kepada asisten yang telah membantu kami dalam proses
pengambilan data pada saat praktikum sehingga kami dapat menyelesaikan jurnal pada
modul 6 Rangkaian Listrik ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://bocahnakula.blogspot.com/2017/11/hukum-kelistrikan-arus-bolak-balik.html

https://saranabelajar.wordpress.com/2010/02/18/karakteristik-beban-pada-sistem-arus-
listrik-bolak-balik-ac/

Anda mungkin juga menyukai