DOSEN PENGAMPU
Oleh:
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam Islam terdapat sebuah keajaiban yang diberikan kepada hamba Allah
yang bertakwa, yang kita kenal dengan sebutan, seperti Mu’jizat, Karomah, Istidraj dan
irhash.
Dan yang dimaksud dengan kemu'jizatan, karomah, istidaraj dan irhash. Bukan berarti
melemahkan manusia, artinya memberi pengertian kepada mereka dengan kelemahannya
untuk mendatangkan keyakinan, karena hal itu telah dimaklumi oleh setiap orang yang
berakal, tetapi maksudnya adalah untuk menjelaskan bahwa karomah, istidraj dan irhash
untuk membuat mereka yakin akan keberadaan Allah.
B. ISTIDRAJ
1) PENGERTIAN
Kata istidraj merupakan salah satu kata yang terdapat dalam al-Qur’an, salah satunya
dalam QS.al-A’raf ayat 182:
" Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami, nanti kami akan menarik mereka
dengan berangsur-angsur ( ke arah kebinasaan ), dengan cara yang tidak mereka ketahui.”
Istidraj menurut bahasa merupakan akar kata dari kata ( ) الدرجyang artinya
tingkat.[5] Sedangkan menurut istilah, Ibnu ‘Asyur berpendapat bahwa makna istidraj adalah
menarik mereka ke arah kebinasaan, akan tetepi balasan itu diakhirkan untuk memberikan
mereka pelajaran.[ 6 ] Dan Wahbah Zuhali juga sependapat tentang makna istidraj yaitu
merendahkan mereka sedikit demi sedikit menuju ke arah kehanjuran.[7]
Orang yang tertimpa istidraj pada umumnya mereka bergelimangan harta ataupun
kekuasaan. Akan tetapi mereka melupakan siapa yang memberinya ataupun lupa mereka
selalu berbuat maksiat. Mengutip dari tulisan Ibnu Qayim al-Jauziyah bahwa ulama salaf
mengatakan tentang istidraj yaitu: “Jika Allah Swt melimpahkan berbagai macam nikmat
kepada seorang hamba, sementara dia selalu berbuat maksiat kepada-Nya, maka berhati-
hatilah bahwa itu adalah istidraj. Dimana semuanya hanyalah sebuah kesenangan duniawi.[8]
Dalam sebuah hadist diceritakan bahwa ada seorang laki-laki dari kaum bani Israil
menyatakan bahwa dia banyak melakukan perbuatan maksiat kepada Allah Swt akan tetapi
5 Abi Hasan Ali, Al-Nukatu wa Al-Uyun Tafsir Al-Mawardi (Beirut: Dar Kutub Al-Ilmiyah, t.t), juz ke-2, h. 282.
6 Ibnu ‘Asyur, Tafsir al- Tahrir wa al-Tanwir (Tunisia: Dar suhun, t.t), h. 101.
7 Wahbah Zuhali, al-Tafsir al-Munir Fi al-Aqidah wa al-Syariah wa al-Manhaj (Beirut: Dar al-Fikri,2014), Juz ke-
5, h. 194.
8 Ibnu Qayim al-Jauziyah, Penawar hati yang sakit: Seri Penyucian Hati, Penerjemah: Ahmad Turmudzi
(Jakarta: Gema Insani,2003), h. 45
Allah Swt tidak memberikan hukuman dengan sesuatu apapun. Kemudian Allah Swt
memberikan wahyu kepada utusan-Nya yang hidup pada masa nya, lalu Allah Swt
memberikan perintah kepada utusan-Nya untuk memberitahukan kepada laki-laki tersebut
bahwa Allah Swt telah banyak melimpahkan hukuman kepadanya akan tetapi dia tidak
menyadarinya. Dan juga Allah Swt menyatakan bahwa butanya kedua mata dan keras hatinya
sehingga dia tidak menyadari hal tersebut merupakan istidraj dan hukuman untuknya.[9]
2) SEBAB-SEBAB
Setelah membahas makna dan hakikat istidraj, maka pastinya ketika Allah Swt
melakukan istidraj kepada manusia ada penyebabnya, karena Allah Swt tidak semata-mata
melakukannya. Diantara penyebab seseorang tertimpa istidraj adalah sebagai berikut:
9 Al-Qurtubi, al-Jami’ lil Ahkam al-Qur’a, Penerjemah Ahmad Khatib, dkk, (Jakarta: Pustaka Azam,2009), Jilid
19, h. 137.
10 Husni Mubaraq, Pengaruh Maksiat Terhadap Penyakit Hati Menurut Ibn Qayim al-Jauziah, (Skripsi S1
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universita Islam Negri Jakarta,2008), h. 16.
Untuk menghindari diri dari istidraj, maka manusia harus menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Diantara hal-hal yang dapat
menghindarkan diri dari istidraj menurut analisis penulis adalah sebagai berikut:
1. Memahami Nikmat dan Bersyukur Atas-Nya.
Hakikat syukur menurut Quraish Shihab yaitu “menampakkan nikmat”, dan
sebaliknya hakikat dari kekufuran adalah menyembunyikannya. Meskipun
Allah Swt sama sekali tidak membutuhkan sedikitpun rasa syukur kepada-Nya
akan tetapi manfaat dari rasa syukur tersebut kembali kepada orang yang
bersyukur.[11] Adapun cara bersyukur kepada Allah Swt terdapat bermacam-
macam yaitu dengan hati, lisan, maupun anggota badan. Cara bersyukur
dengan hati adalah dengan berniat melakukan kebaikan dan
menyembunyikannya dari semua manusia. Sedangkan cara bersyukur dengan
lisan yaitu dengan memperlihatkan syukur kepada Allah Swt dengan
mengucap Tahmid. Selanjutnya, cara bersyukur dengan anggota badan yaitu
dengan tidak menggunakannya dalam bermaksiat.
2. Keimanan Kepada Allah Swt.
Dalam al-Qur’an, tentang keimanan mendapat perhatian yang sangat
besar.[ 12 ] Karena memang berhubungan dengan penghambaan dengan
keyakinan kepada-Nya. Maka dari itu, sebagai seseorang yang meyakini
keberadaan-Nya, selazimnya terus mengasah keimanannya begitu juga harus
lebih diperhatikan dengan sunggguh-sungguh. Dan juga dengan adanya
keimanan, seseorang dapat menyadari bahwa sesungguhnya janji dan kuasa
Allah Swt sangatlah benar. Sehingga manusia bisa mengambil pelajaran dari
sekitarnya. Dan juga dengan keimanan, seseorang menyadari bahwa segala
nikmat yang diberikan oleh Allah swt kepadanya merupakan sebuah titipan
yang harus dijaga dan disyukuri adanya. Sehingga bisa terhindar dari istidra,
dimana dia tidak mensyukuri atas nikmat yang diberikan kepadanya dan juga
melupakan atau mengabaikan Dia yang telah memberinya.
C. Karomah
ِّعلَ ْي ِّه ْم َوَّل ُه ْميَحْ زَ نُونَ ۞ الاذِّينَ آ َمنُوا َو َكانُوا يَتاقُونَ ۞ لَ ُه ُم ْالبُ ْش َرى فِّي ْال َحيَاة
َ ف أََّل ِّإ ان أ َ ْو ِّليَا َء ا
ٌ َّللاِّ َّل خ َْو
……ِّاآلخ َرة ِّ الدُّ ْنيَا َوفِّي
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut pada mereka, dan
mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan bertakwa. Bagi
mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat….”
Ulama’ sufi meyakini bahwa para wali mempunyai keistimewaan, misalnya
kemampuan melihat hal-hal ghaib yang tidak dimiliki oleh manusia umumnya. Allah
SWT dapat memberi karamah kepada orang beriman, takwa, dan beramal shaleh
menurut kehendaknya.
a. Kejadian yang Dialami Seorang Ahli Ilmu pada masa Nabi Sulaiman a.s
Ketika Nabi Sulaiman a.s. sedang duduk di hadapan dengan para tentaranya
yang terdiri atas manusia, hewan, dan jin, beliau meminta kepada mereka
mendatangkan singgasana Ratu Bulqis. Ada seorang yang berilmu berkata kepada
Nabi Sulaiman a.s. menurut sebuah keterangan, orang yang berilmu itu bernama Asif.
Perkataan orang berilmu tersebut diabadikan Allah SWT dalam firman-Nya Q.S. an-
Naml: 40,
َ َب أَنَا آتِّيكَ ِّب ِّه قَ ْب َل أ َ ْن َي ْرتَدا ِّإ َليْك
ط ْرفُكَ فَلَ اما َرآهُ ُم ْست َ ِّق ًّرا ِّع ْندَهُ قَا َل َهذَا ِّ قَا َل الاذِّي ِّع ْندَهُ ِّع ْل ٌم ِّمنَ ْال ِّكت َا
ي َك ِّري ٌم
ٌّ ِّغن َ ض ِّل َر ِّبي ِّليَ ْبلُ َو ِّني أ َأ َ ْش ُك ُر أ َ ْم أ َ ْكفُ ُر َو َم ْن
َ ش َك َر فَإِّنا َما يَ ْش ُك ُر ِّلنَ ْف ِّس ِّه َو َم ْن َكفَ َر فَإ ِّ ان َربِّي ْ َِّم ْن ف
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat
singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku
untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan
barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha
Kaya lagi Maha Mulia”.
b. Kejadian yang Dialami Maryam binti Imran
Nabi Zakaria a.s. menemukan makanan setiap hadir di mihrab Maryam binti Imran.
Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran: 37,
َ ي ْال ِّكت
۞َاب َو َج َعلَنِّي نَبِّيًّا َ صبِّيًّا۞ قَا َل ِّإنِّي
ع ْبدُ ا
َ َِّّللاِّ آت َان َ ْف نُ َك ِّل ُم َم ْن َكانَ فِّي ْال َم ْه ِّد
َ ت ِّإلَ ْي ِّه قَالُوا َكي َ فَأَش
ْ َار
ُار ًكا أَيْنَ َما ُك ْنت
َ َاارا َو َج َعلَنِّي ُمب ً الز َكاةِّ َما د ُْمتُ َحيًّا۞ َوبَ ًّرا ِّب َوا ِّلدَتِّي َولَ ْم يَجْ َع ْلنِّي َجب صالةِّ َو ا صانِّي ِّبال ا َ َوأ َ ْو
۞ث َحيًّا ُ ي يَ ْو َم ُو ِّلدْتُ َويَ ْو َم أ َ ُموتُ َويَ ْو َم أ ُ ْب َععلَ ا
َ سال ُم
ش ِّقيًّا۞ َوال ا َ
“Maka dia (Maryam) menunjuk kepada anaknya, mereka berkata “Bagaimana kami
akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Dia (Isa) berkata,
“Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku kitab Injil) dan Dia menjadikan aku
seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku
berada dan Dia memerintahkan kepadaku melaksanakan shalat dan menunaikan zakat
selama hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang
sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari
kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
E. Persamaan dan perbedaan Mu’jizat, Karomah, dan Irhash
Pada dasarnya mukjizat, karamah, ma’unah, dan irhas adalah sama, yaitu
anugerah Allah SWT yang diberikan kepada hamba-Nya. Perbedaannya terletak pada
siapa yang menerimanya. Perbedaan antara mukjizat, karamah, ma’unah, dan irhas
adalah sebagai berikut.
a) Mukjizat diberikan kepada para nabi dan rasul.
b) Karamah dianugerahkan kepada wali.
c) Irhas dianugerahkan kepada calon nabi atau rasul Allah SWT (sebelum
diangkat menjadi nabi dan rasul).
Persamaan antara mukjizat, karomah, ma’unah dan irhas adalah sama-sama
datangnya dari Allah SWT. Orang yang diberikan mukjizat, karamah, ma’unah, dan
irhas pantas diteladani hidupnya, karena mukjizat, karamah, ma’unah, dan irhas hanya
diberikan kepada hamba-hamba Allah SWT yang bertakwa dan beramal shaleh.
.
KESIMPULAN
Mukjizat merupakan kejadian luar biasa atau kelebihan di luar akal manusia yang
tidak dimiliki oleh siapapun, karena mukjizat hanya diberikan oleh Allah kepada para
nabi dan rasul-Nya.Sedangkan apabila ada seseorang selain para nabi dan rasul
diberikan kejadian yang luar biasa oleh Allah maka itu tidak bisa dikatakan sebagai
mukjizat melainkan itu adalah karomah.
Menurut Ibnu ‘Asyur makna istidraj adalah menarik mereka ke arah kebinasaan,
akan tetepi balasan itu diakhirkan untuk memberikan mereka pelajaran. Dan Wahbah
Zuhali juga sependapat tentang makna istidraj yaitu merendahkan mereka sedikit demi
sedikit menuju ke arah kehanjuran.
Irhash adalah kejadian yang istimewa yang terjadi pada diri seorang calon Rasul.
Misalnya kejadian yang dialami oleh Muhammad SAW, ketika berada dalam
perjalanan untuk berniaga ke negri Syam selalu diikuti dan dipayungi oleh awan. Hal
ini merupakan keistimewaan sebelum ia menjadi Rasul.
Karomah adalah kejadian yang luar biasa yang diberikan Allah kepada
hambaNya yang shaleh dan taat kepadaNya. Orang shaleh yang tinggi ketaatannya
kepada Allah disebut wali (wali Allah).
Perberdaan:
- Mukjizat diberikan kepada Nabi dan rasul, sedangkan irhas, maunah, dan
karomah bukan diberikan kepada Nabi dan Rasul.
- Mukjizat diberikan Allah kepada Nabi dan Rasul untuk membuktikan kenabian
dan kerasulannya, sekaligus untuk melemahkan orang-orang kafir yang
bermaksud jahat. Sedangkan irkhash, maunah dan karomah diberikan Allah
kepada orang mukmin, orang shaleh, untuk menolong dan melindungi mereka
dari bahaya atau hal-hal yang tidak menyenangkan.
Persamaan:
DAFTAR PUSTAKA
- Said Aqil Husain Al-Munawwwar, I’jaz Al-Qur’an, dan Metedologi Tafsir, Dimas,
Semarang, 1994.
- Abi Hasan Ali, Al-Nukatu wa Al-Uyun Tafsir Al-Mawardi (Beirut: Dar Kutub Al-
Ilmiyah, t.t), juz ke-2,
- Ibnu Qayim al-Jauziyah, Penawar hati yang sakit: Seri Penyucian Hati, Penerjemah:
Ahmad Turmudzi (Jakarta: Gema Insani,2003)