PENGERTIAN
Tetanus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh clostridium tetani yang dihasilkan
oleh exotoksin (Ns. Haryanto,S.Kep). Tetanus adalah penyakit infeksi yang akut dan kadang
fatal yang disebabkan oleh neurotoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan oleh clostridium
tetani, yang sporanya masuk melalui luka.(kamus kedokteran Dorlan)
Tetanus adalah penyakit akibat infeksi luka oleh bakteri clostridium tetani dengan gejala
kejang-kejang. (Ahmad A. K. Miuda, kamus kedokteran). Tetanus adalah suatu penyakit
toksemik akut yang disebabkan oleh infeksi Clostridium tetani, pada kulit/ luka. Tetanus
merupakan manifes dari intoksikasi terutama pada disfungsi neuromuscular, yang disebabkan
oleh tetanospasmin, toksin yang dilepaskan oleh Clostridium tetani. Keadaan sakit diawali
dengan terjadinya spasme yang kuat pada otot rangka dan diikuti adanya kontraksi
paroksismal. Kekakuan otot terjadi pada rahang (lockjaw) dan leher pada awalnya, setelah itu
akan merata ke seluruh tubuh.(Brook I., 2002).
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi
sistem saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang
berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan
hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya
punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan
B. TUJUAN
Mengetahui dan memahami tentang :
1. Definisi tetanus
2. Etiologi
3. Tanda dan Gejala
4. Patofisiologi
5. Penatalaksanaan Medis
6. Komplikasi
7. Pencegahan
8. Dampak hospitalisasi
9. Asuhan Keperawatan
C. ETIOLOGI
Penyakit tetanus disebabkan oleh kuman clostridium tetani. Kuman ini banyak terdapat
dalam kotoran hewan memamah biak seperti sapi, kuda, dan lain-lain sehingga luka yang
tercemar dengan kotoran hewan sangat berbahaya bila kemasukan kuman tetanus. Tusukan
paku yang berkarat sering juga membawa clostridium tetani kedalam luka lalu berkembang
biak. Bayi yang baru lahir ketika tali pusarnya dipotong bila alat pemotong yang kurang
bersih dapat juga kemasukan kuman tetanus.
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang
berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang
bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan
saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung
oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah infeksi, tetapi bisa juga
timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah infeksi. Gejala yang sering ditemukan adalah
kekakuan rahang dan sulit dibuka (trismus) karena yang pertama kali terserang adalah otot
rahang. Selanjutnya muncul gejala lain seperti gelisah, gangguan memelan, sakit kepala,
demam, nyeri tenggorokan, mengigil, kejang otot dan kaku kuduk, lengan serta tungkai.
Kejang pada otot2 wajah menyebabkan expresi wajah seperti menyeringai (risus sardonikus),
dengan dua alis yang terangkat. Kekakuan atau kejang otot-otot perut, leher dan punggung
bisa menyebabkan kepala dan tumit penderita tertarik kebelakang sedangkan badannya
melengkung ke depan yang disebut epitotonus. Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah
bisa menyebabkan retensi urine dan konstipasi.
1. Faktor predisposisi
c. Belum terimunisasi
E. PATOFISIOLOGI
1. Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti; luka tertusuk paku,
pecahan kaca atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi dapat
melalui pemotongan tali pusat.
2. Organisme multipel membentuk dua toksin yaitu tetanopasmin yang merupakan toksin
kuat dan atau neutropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot dan
mempengaruhi sistem syaraf pusat. Kemudian tetanolysin yang tampaknya tidak
signifikan.
3. Exotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem syaraf pusatdengan melewati
akson neuron atau sistem vaskular. Kuman ini menjadi terikatpada sel syaraf atau
jaringan syaraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toxin
yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh arititosin.
4. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toxin; adalah pertama toxin diabsorbsi pada ujung
syaraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawa kekornu anterior susunan syaraf pusat.
Kedua toxin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri
kemudian masuk kesusunan syaraf pusat.
5. Toxin bereaksi pada myoneural junktion yang menghasilkan otot menjadi kejang dan
mudah sekali terangsang.
6. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari. Kasus yang sering terjadi
adalah 14 hari. Sedangkan untuk neonatus biasanya 5 sampai 14 hari.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang.
c. Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan otot
rahang.
b. Pemberian ATS (anti tetanus serum) 20.000 U secara IM di dahului oleh uji kulit dan
mata.
c. Anti kejang dan penenang (fenobarbital bila kejang hebat, diazepam, largaktil).
f. Perawatan isolasi.
g. Pembarian oksigen, pemasangan NGT bila perlu intubasi dan trakeostomi bila
indikasi.
3. Pembedahan
G. KOMPLIKASI TETANUS
Kejang otot berulang-ulang dan kejang-kejang yang disebabkan oleh infeksi tetanus
dapat menyebabkan patah tulang di tulang belakang, dan juga di tulang lainnya. Patah
tulang kadang-kadang dapat menyebabkan kondisi yang disebut myositis
circumscripta ossificans, yang mana tulang mulai terbentuk dalam jaringan lunak,
sering di sekitar sendi.
2. Aspirasi pneumonia
Jika Anda memiliki infeksi tetanus, rigiditas otot dapat membuat batuk dan menelan
sulit. Hal ini dapat menyebabkan pneumonia aspirasi untuk berkembang. Aspirasi
pneumonia terjadi sebagai akibat menghirup sekresi atau isi perut, yang dapat
menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah.
3. Laryngospasm
Laryngospasm adalah tempat laring (kotak suara) masuk ke dalam kejang, singkat
sementara yang biasanya berlangsung 30-60 detik. Laryngospasm mencegah oksigen
dari mencapai paru-paru Anda, membuat sulit bernapas. Setelah serangan
laryngospasm, pita suara Anda biasanya akan rileks dan kembali normal. Namun,
dalam kasus yang sangat parah, laryngospasm dapat mengakibatkan asfiksia (mati
lemas). Tidak ada obat untuk efektif mengobati laryngospasm, tetapi duduk dan
mencoba untuk rileks seluruh tubuh Anda dapat mempercepat pemulihan.
4. Pulmonary embolism
Suatu emboli paru adalah kondisi serius dan berpotensi mengancam nyawa. Hal ini
disebabkan oleh penyumbatan dalam pembuluh darah di paru-paru yang dapat
mempengaruhi pernapasan dan sirkulasi. Oleh karena itu, penting bahwa pengobatan
segera diberikan dalam bentuk obat anti-pembekuan dan, jika diperlukan, terapi
oksigen.
Kejang otot parah yang berhubungan dengan infeksi tetanus dapat menyebabkan
kondisi yang dikenal sebagai rhabdomyolysis. Rhabdomyolysis adalah tempat otot
rangka dengan cepat hancur, sehingga mioglobin (protein otot) bocor ke dalam urin.
Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal akut.
H. PENCEGAHAN
Karena infeksi tetanus seringkali berakibat fatal, maka tindakan pencegahan merupakan
hal terpenting untuk dilakukan. Pencegahan bisa dilakukan dengan dua cara utama, imunisasi
dan penanganan luka.
Ada dua jenis imunisasi untuk setiap penyakit, aktif dan pasif. Disebut imunisasi aktif
saat vaksin diberikan kepada orang sehingga sistem kekebalan tubuh bisa membuat antibodi
untuk membunuh kuman penginfeksi. Sebagian besar ahli, seperti yang dikutip situs webmd,
menganjurkan untuk melakukan imunisasi Td (tetanus dan diphtheria) setiap 10 tahun sekali.
Sedangkan, mereka yng belum pernah menerima vaksin imunisasi sebaiknya mendapatkan 3
seri imunisasi setiap 7 bulan. Ada juga bukti yang menunjukkan kalau imunisasi tetanus
efektif lebih dari 10 tahun. Beberapa ahli mengatakan kalau imunisasi pertama saat sekolah
menengah atas dan imunisasi kedua di usia 60 bisa melindungi dari serangan tetanus seumur
hidup.
Saat luka, bahkan goresan sekecil apapun, sepanjang merusak kulit, mempunyai
kemungkinan mengalami tetanus. Sebagain besar dokter menyarankan langkah berikut: Jika
lukanya bersih dan Anda belum menerima imunisasi tetanus selama 10 tahun terakhir, Anda
direkomendasikan untuk melakukan imunisasi. Jika lukanya kotor atau cenderung mengalami
tetanus, dokter menyarankan Anda untuk melakukan imunisasi jika Anda belum melakukan
imunisasi selama 5 tahun terakhir.
Luka yang cenderung mengalami tetanus adalah luka yang dalam dan terkontaminasi dengan
kotoran atau tanah. Jika tidak yakin kapan terakhir kali Anda menerima imunisasi, lebih baik
memilih cara aman dengan melakukan imunisasi.
Jika Anda belum pernah menerima imunisasi saat anak-anak dan mengalami luka terbuka,
dokter mungkin akan memberikan vaksin saat perawatan pertama luka. Anda harus kembali
memeriksakan diri ke dokter 4 minggu kemudian dan 6 bulan kedepannya untuk melengkapi
vaksin pertama Anda.
Hal kedua yang sangat penting untuk dilakukan adalah membersihkan luka secara
menyeluruh. Bersihkan luka dengan air bersih dan sabun, cobalah mengeluarkan semua
partikel dan kotoran dari luka. Hal ini tidak hanya akan mencegah tetanus tetapi juga
mencegah infeksi bakteri lainnya.
Dampak tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan anak,
pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan
koping yang dimilikinya, pada umumnya ,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan
karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri.
Dampak perpisahan
Menangis keras
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan .Disini respon perilaku anak dengan
tahapnya.
Pengingkaran/ denial
Menolak makan
Sering bertanya
Menangis perlahan
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai , klg, klp
sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan
peran dlm klg, kehilangan klp sosial,perasaan takut mati,kelemahan fisik. Reaksi nyeri
bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal.
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat MRS cemas
karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas kehilangan control
Respon :
Bertanya-tanya
Menarik diri
Menolak kehadiran orang lain
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
d. Riwayat Kesehatan
Natal
f. Riwayat imunisasi
Pertumbuhan fisik
h. Riwayat Nutrisi
Pemberin asi
Susu Formula
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
i. Riwayat Psikososial
j. Riwayat Spiritual
k. Reaksi Hospitalisasi
l. Aktifitas sehari-hari
Nutrisi
Cairan
Eliminasi BAB/BAK
Istirahat tidur
Olahraga
Personal Hygiene
Aktifitas/mobilitas fisik
Rekreasi
m. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Antropometri
Sistem pernafasan
Sistem Pencernaan
Sistem Indra
Sistem integument
Sistem Endokrin
Sistem perkemihan
Sistem reproduksi
Sistem imun
Sistem saraf : Fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi motorik, fungsi sensorik,
fungsi cerebelum, refleks, iritasi meningen
o. Tes Diagnostik
p. Terapi
2. Diagnosa keperawatan
b. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernafasan.
3. Intervensi
Dx.1.Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
pada trakea dan spame otot pernafasan, ditandai dengan ronchi, sianosis, dyspneu,
batuk tidak efektif disertai dengan sputum dan atau lendir, hasil pemeriksaan lab,
Analisa Gasa Darah abnormal (Asidosis Respiratorik)
Kriteria :
Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas normal (pH= 7,35-
7,45 ; PCO2 = 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)
1. 1. Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi 1. Secara anatomi posisi kepala ekstensi
kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan
rongga pernafasan sehingga proses
respiransi tetap berjalan lancar dengan
menyingkirkan pembuntuan jalan
nafas.
Dx.2.Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, yang ditandai dengan kejang rangsanng, kontraksi otot-otot pernafasan, adanya
lendir dan sekret yang menumpuk.
Kriteria :
Tidak sianosis.
2. 1. Monitor irama pernafasan dan respirati rate 1. Indikasi adanya penyimpangan atau
kelaianan dari pernafasan dapat dilihat
dari frekuensi, jenis
pernafasan,kemampuan dan irama
nafas.
2. Atur posisi luruskan jalan nafas 2. Jalan nafas yang longgar dan tidak ada
sumbatan proses respirasi dapat
berjalan dengan lancar.
Dx.3.Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin (bakterimia) yang
dditandai dengan suhu tubuh 38-40 oC, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari 10.000 /mm3
Kriteria : 36-37oC, hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-10.000/mm3
Dx.4.Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah
yang ditandai dengan intake kurang, makan dan minuman yang masuk lewat mulut kembali lagi
dapat melalui hidung dan berat badan menurun ddiserta hasil pemeriksaan protein atau albumin
kurang dari 3,5 mg%.
Kriteria :
- BB optimal
- Intake adekuat
- Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg %
3. Pemasangan NGT bila perlu Diit yang 3. NGT dapat berfungsi sebagai
diberikan sesuai dengan keadaan klien dari masuknya makanan juga untuk
tingkat membuka mulut dan proses memberikan obat
mengunyah.
kriteria
Dx.6. Defisit velume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat
kriteria:
Lakukanlah apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa yang telah anda
lakukan tidakan pada pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi semua tindakan yang telah anda berikan pada pasien. Jika dengan tindakan yang
diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka tindakan dapat
dihentikan. Jika sebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk, kemungkinan besar
tindakan harus mengalami perubahan atau perbaikan