Anda di halaman 1dari 11

PENEGAKAN HUKUM ETIKA PROFESI

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

ETIKA PROFESI HUKUM

Dosen Pengampu: NI WAYAN DHIKA RULIA, SE. M.H

Disusun Oleh:
Ervhan Dwi Triyatna : 1721508029
Santri Ayu : 1721508040
Safariyana : 1721508045

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami sampaikan kehadirat Allah SWT karena atas


rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah Koperasi
yang berjudul “Penegakan Hukum Etika Profesi” ini dengan lancar dan dapat
diselesaikan sesuai dengan harapan. Shalawat beserta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW kepada para
sahabatnya dan seluruh umatnya.

Makalah ini kami buat tidak hanya dikarenakan demi kepentingan


memenuhi tugas yang diberikan, tetapi memberikan informasi dan manfaat
kepada pembaca juga menjadi alasan untuk membuat karya tulis ini, dan juga
untuk meningkatkan kemampuan kami dalam membuat makalah agar bermanfaat
di kemudian hari.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih sangat jauh dari kata sempurna
karena kami hanyalah seorang mahasiswa semata. Untuk segala kekurangannya
kami mohon maaf. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca.

Samarinda, 18 September 2019

Penyusun

Kelompok 10
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................i

Daftar isi ................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Makna dan Urgensitas Penegakan Hukum Etika Profesi...................................3

B. Upaya Penegakan Hukum Pelanggaran Kode Etik Terhadap Penegak Hukum 5

C. ..............................................................................................................................

D. ..............................................................................................................................

E. ..............................................................................................................................

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................................

B. Daftar Pustaka ......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap orang mempunyai kebebasan untuk berucap,
bertindak, berperilaku atau untuk mengerjakan pekerjaan yang menjadi
kesenangan sesuai dengan keahliannya dalam rangka mencapai tujuan
hidupnya. Namun setiap orang untuk mencapai tujuan hidup itu, agar dia
dapat hidup tentram, tertib, teratur aman, dan damai serta tidak diganggu
oleh orang lain, ia dituntut untuk mentaati batasan-batasan atau etika dalam
pergaulan hidupnya dengan orang lain yang ada disekitarnya, setiap orang
juga dituntut untuk tidak merugikan orang lain dan harus
mempertanggungjawabkan terhadap apa yang dilakukan.
Batasan-batasan bagi mereka yang berprofesi hukum dalam
melaksanakan profesinya adalah etika, adalah kode etik profesi hukum yang
berisi kewajiban-kewajiban, larangan-larangan dan keharusan untuk
mempertanggungjawabkan dalam melaksanakan profesinya serta sangsi
bagi yang tidak melaksanakan kewajiban atau melanggar larangan tersebut.1
Kode etik profesi merupakan norma yang di tetapkan dan diterima
oleh sekelompok profesi yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada
anggotanya bagaimana membuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu
di mata masyarakat. Fokus perhatian ditujukan pada kode etik polisi, kode
etik jaksa, kode etik hakim, kode etik advokad, dan kode etik notaris.
Dari beberapa kategori di atas yang paling menarik adalah hakim
karena hakim berusaha menemukan hakikat hukum dalam memutuskan
masalah yang akan diputuskannya. Penegakan hukum harus dimulai oleh
orang-orang yang mengerti tentang hukum itu sendiri. Keberhasilan

1
Suparman Usman, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta : Gaya
Media Pratama, 2008) h.1
penegakan hukum banyak di tentukan oleh faktor pelaksananya, terutama
olah para sarjana hukum.2
Sorotan terhadap hukum dan penegakan hukum bukanlah merupakan
sosok yang baru di tanah air kita, dia begitu penting untuk dibicarakan
karena hal ini tidak saja merupakan tugas dan amanah konstitusi (UUD
1945), tetapi lebih jauh di sisi lain ia juga merupakan tonggak sekaligus
benteng untuk tegaknya hukum dan keadilan. Hal ini berhubungan dengan
kelangsungan masa depan pencari keadilan di Indonesia.3
Masalah etika dan moral perlu mendapat perhatian yang seksama
untuk memberikan jiwa pada hukum dan penegaknya. Dalam rangka
revitalisasi hukum untuk mendukung demokratisasi, maka masalah moral
dan etika mendesak untuk ditingkatkan fungsi dan keberadaanya, karena
saat ini aspek moral dan etika telah menghilang dari system hukum di
Indonesia. Oleh karena itu perlu pengaturan yang komprehensif mengenai
etika profesi di kalangan penegak hukum, menciptakan kemandirian
kelembagaan, berfungsinya dewan/majelis kehormatan, yang kesemuanya
ini untuk membangun profesionalisme.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana makna dan urgensitas penegakan hukum etika profesi ?
2. Bagaimana upaya penegakan hukum pelanggaran kode etik terhadap
penegak hukum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Makna dan Urgensitas penegakan hukum etika
profesi
2. Untuk upaya penegakan hukum pelanggaran kode etik terhadap
penegak hukum.

2
Suparman Usman, Etika..., h.3.
3
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006)
h.38.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna dan Urgensitas penegakan hukum etika profesi


Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-
ide keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan.
Jadi penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide.
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku
dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum merupakan usaha untuk
mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep hukum yang diharapakan rakyat
menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang
melibatkan banyak hal.4
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-
kaidah/pandangan nilai yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak
sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan,
memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan
hukum secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam praktik
sebagaimana seharusnya patut dipatuhi. Oleh karena itu, memberikan
keadilan dalam suatu perkara berarti memutuskan hukum in concreto dalam
mempertahankan dan menjamin di taatinya hukum materiil dengan
menggunakan cara procedural yang ditetapkan oleh hukum formal.5
Menurut Satjipto Raharjo penegakan hukum pada hakikatnya
merupakan penegakan ide-ide atau konsep-konsep tentang keadilan,
kebenaran, kemamfaatan sosial, dan sebagainya. Jadi Penegakan hukum
merupakan usaha untuk mewujudkan ide dan konsep-konsep tadi menjadi
kenyataan. Hakikatnya penegakan hukum mewujudkan nilai-nilai atau

4
Dellyana,Shant.Konsep Penegakan Hukum.( Yogyakarta: Liberty, 1998) h. 32
5
Dellyana,Shant.Konsep...,h.33
kaedah-kaedah yang memuat keadilan dan kebenaran, penegakan hukum
bukan hanya menjadi tugas dari para penegak hukum yang sudah di kenal
secara konvensional , tetapi menjadi tugas dari setiap orang. Meskipun
demikian, dalam kaitannya dengan hukum publik pemerintahlah yang
bertanggung jawab. Penegakan hukum dibedakan menjadi dua, yaitu:6
1. Ditinjau dari sudut subyeknya:
Dalam arti luas, proses penegakkan hukum melibatkan semua
subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang
menjalankan aturan normative atau melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum
yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum.
Dalam arti sempit, penegakkan hukum hanya diartikan sebagai
upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan
memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana
seharusnya.
2. Ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi hukumnya:
Dalam arti luas, penegakkan hukum yang mencakup pada nilai-
nilai keadilan yang di dalamnya terkandung bunyi aturan formal maupun
nilai-nilai keadilan yang ada dalam bermasyarakat.
Dalam arti sempit, penegakkan hukum itu hanya menyangkut
penegakkan peraturan yang formal dan tertulis.
Berlandaskan pada pengertian dan urgensi etika, maka dapat
diperoleh suatu deskripsi umum, bahwa ada titik temu antara etika dan
dengan hukum. Keduanya memiliki kesamaan substansial dan orientasi
terhadap kepentingan dan tata kehidupan manusia. Dalam hal ini etika
menekankan pembicaraannya pada konstitusi soal baik buruknya perilaku
manusia. Perbuatan manusia dapat disebut baik, arif dan bijak bilamana
ada ketentuan secara normatif yang merumuskan bahwa hal itu
bertentangan dengan pesan-pesan etika. Begitupun seorang dapat disebut
melanggar etika bilamana sebelumnya dalam kaidah-kaidah etika

6
Dellyana,Shant.Konsep...,h.34
memeng menyebutkan demikian. Sementara keterkaitannya dengan
hukum, Paul Scholten menyebutkan, baik hukum maupun etika kedua-
duanya mengatur perbuatan-perbuatan manusia sebagai manusia sebagai
manusia, yaitu ada aturan yang mengharuskan untuk diikuti, sedangkan
di sisi lain ada aturan yang melarang seseorang menjalankan sesuatu
kegiatan, misalnya yang merugikan dan melanggar hak-hak orang lain.
Pendapat Scholten menunjukan bahwa titik temu antara etika dengan
hukum terletak pada muatan substansinya yang mengatur tentang
perilaku-perilaku manusia. apa yang dilakukan oleh manusia selalu
mendapatkan koreksi dari ketentuan-ketentuan hukum dan etika yang
menentukannya. ada keharusan, perintah dan larangan, serta sanksi-sanki.
Dalam upaya penegakan hukum suatu negara beberapa aktor utama
yang peranannya sangat penting, diantaranya adalah hakim, jaksa,
advokat, dan polisi. Atau lebih dikenal dengan catur wangsa penegak
hukum. Hakim sebagai pelaksana kekuasaan yudikatif adalah lembaga
penegak hukum yang mewakili kepentingan negara, sedangkan jaksa dan
polisi adalah lembaga penegak hukum yang mewakili kepentingan
pemerintah, kemudian advokat adalah lembaga penegak hukum yang
mewakili kepentingan masyarakat. Pada posisi seperti ini peran advokat
menjadi penting karena dapat menjaga keseimbangan antara kepentingan
negara dan pemerintah. Melalui jasa hukum yang diberikannya, advokat
menjalankan tugas profesi demi tegaknya hukum dan keadilan untuk
kepentingan masyarakat pencari keadilan.Advokat di dalam
melaksanakan tugasnya perlu adanya integrasi, karakteristik yang kuat
dan tentunya berkualitas serta berintelektual yang tinggi.7
B. Upaya penegakan hukum pelanggaran kode etik terhadap penegak
hukum
Kode etik merupakan bagian dari hukum positif tetapi tidak
mempunyai sangsi yang keras. Keberlakuan kode etik porfesi semata-mata
berdasarkan moral anggota profesi, berbeda dengan keberlakuan peraturan

7
Fauzie Yusuf Hasibuan, Hukum dan Dunia Peradilan di Indonesia, (Jakarta,: Fauzie & Partners,
2007) h.1
perundang-undangan yang bersifat memaksa dan dibekali dengan sangsi
yang keras. Jika seseorang tidak patuh kepada peraturan perundang-
undangan dia akan dikenai sangsi oleh negara, karena tidak mempunya
sangsi keras, maka pelanggar kode etik profesi tidak merasakan akibat dari
perbuatannya. Malahan dia merasa seperti tidak apa-apa dan tidak berdosa.
Sering terjadinya perbuatan profesional yang mengabaikan kode etik
profesi karena beberapa alasan yang paling mendasar, baik sebagai individu
anggota masyarakat maupun karena hubungan kerja dalam organisasi
profesi, disamping sifat manusia yang konsumerisme dan imbalan jasa yang
tidak sebanding dengan jasa yang diberikan. Atas dasar faktor tersebut,
maka dapat di jabarkan hambatan penegakan etika profesi hukum, Antara
lain adalah: Pengaruh sifat kekeluargaan, Pengaruh jabatan, Pengaruh
konsumerisme, Karena lemah Iman.
1) Pengaruh sifat kekeluargaan
Salah satu ciri kekeluargaan itu memberi perlakuan dan
penghargaan yang sama terhadap anggota keluarga dan ini dipandang
adil, berbeda dengan perlakuan terhadap orang bukan keluarga. Hal ini
berpengaruh terhadap perilaku profesional hukum yang terikat pada
kode etik profesi, yang seharusnya memberikan perlakuan yang sama
terhadap klien.
2) Pengaruh jabatan
Seyogyanya, salah satu ciri jabatan adalah bawahan menghormati
dan taat kepada atasan. Fungsi eksekutif terpisah dengan fungsi
yudikatif. Seorang hakim memegang dua fungsi sebagai pegawai negeri
sipil dan sebagai hakim. menurut kode etik hakim, hakim memutus
perkara dengan adil tanpa pengaruh atau tekanan dari pihak manapun.
Perkara yang diperiksa oleh hakim diatas ternyata ada hubungan
dengan seorang pejabat yang atasannya sendiri. Dalam kasus ini disatu
pihak hakim cenderung hormat kepada atasan dan bersedia membela
atasan sebab jika tidak mungkin hakim tersebut akan dipersulit naik
pangkat atau dimutasikan. Dilain pihak, pejabat mempunyai pengaruh
terhadap bawahan dan karena itu mengirim nota pada hakim agar
menyelesaikan perkara tersebut dengan sebaik-baiknya yang
berkonotasi pada membela atasan. Seharusnya hakim berlaku adil dan
tidak memihak, namun ternyata memihak atasannya. Dalam hal ini
kode etik profesi di abaikan oleh profesional. Seharusnya masalah
3) Pengaruh Konsumerisme
Gencarnya perusahaan-perusahaan mempromosikan produk
mereka melalui iklan media masa akan cukup berpengaruh terhadap
peningkstsn kebutuhan yang tidak sebanding dengan penghasilan yang
diterima oleh penegak hukum. Hal ini mendorong penegak hukum
berusaha memperoleh penghasilan yang lebih besar melalui jalan pintas
atau terobosan profesional, yaitu dengan mencari imbalan jasa dari
pihak yang dilayaninya.
Seharusnya pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan
melakukan kerja ekstra apa saja yang dapat menjadi sumber
penghasilan tambahan baik berkenaan dengan profesi maupun diluar
profesi. Kerja keras adalah konsep manusia dan ini menjadi lambang
martabat manusia. Hal ini merupakan sumber penghasilan tanpa
melanggar kode etik profesi.
4) Pengaruh lemah Iman
Salah satu syarat menjadi profesional adalah takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-
NYA. Ketakwaan ini adalah dasar moral manusia, jika manusia
mempertebal iman dan takwa maka didalam diriakan tertanam modal
yang menjadi rem untuk berbuat buruk, dengan takwa manusia semakin
sadar bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, sebaliknya
keburukan akan dibalas dengan keburukan. Dengan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa profesional memiliki benteng moral yang kuat,
tidak mudah tergoda dan tergiur dengan berbagai macam bentuk materi
disekitarny. Dengan iman yang kuat kebutuhan materi akan dipenuhi
secara wajar dan itulah kebahagiaan.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kode etik profesi adalah
bagian dari hukum positif, tetapi tidak memiliki upaya memaksa yang
keras. Hal ini merupakan kelemahan kode etik profesi bagi aparat
penegak hukum yang lemah iman. Untuk mengatasi kelemahan tersebut
maka upaya alternatif yang dapat ditempuh ialah memasukkan upaya
pemaksa yang keras kedalam kode etik profesi. Alternatif tersebut dapat
di tempuh dengan dua cara, yaiu dengan memasukkan klausul atau
kedudukan pada hukum positif undang-undang didalam rumusan kode
etik profesi. Atau legalisasi kode etik profesi melalui pengadilan Negeri
setempat.
1) Klausula Penundukkan pada Undang-Undang
Setiap Undang-undang mencantumkan dengan tegassangsi
yang diancamkan kepada pelanggarnya. Dengan demikian menjadi
pertimbangan bagi warga, tidak ada jalan lain selain taat, jika
terjadi pelanggaran berati warga yang bersangkutan bersedia
dikenai sangsi yang cukup memberatkan atau merepotkan baginya.
2) Legalisasi Kode etik profesi
Kode etik profesi adalah semacam perjanjian bersama semua
anggota bahwa mereka berjanji untuk memenuhi kode etik yang
telah dibuatkan bersama. Dalam rumusan kode etik tersebut
dinyatakan, apabila terjadi pelanggaran kewajiban mana yang
cukup diselesaikan oleh dewan kehormatan, dan kewajiban mana
yang harus diselesaikan oleh pengadilan. Untuk memperoleh
legalisasi ketua profesi yang bersangkutan mengajukan
permohonan kepada ketua pengadila negeri setempat agar kode
etik tersebut di sah kan dengan akta penetapan pengadilan yang
berisi perintah penghukuman kepada setiap anggota untuk
mematuhi kode etik terbut. Jadi, kekuatan berlaku dan mengikat.
Apabila ada yang melanggar kode etik maka dengan surat perintah,
pengadilan memaksakan pemulihan itu.8
C.
D.

8
Abdul Kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum,(Bandung: Citra Aditya Bakti,2006), h.13.

Anda mungkin juga menyukai