Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketika Anda dianjurkan untuk minum obat, artinya Anda wajib mengikuti aturan
minum obat yang sudah disarankan. Ini termasuk untuk mematuhi dosis, cara, dan
waktu minum obat. Menurut Kimberly DeFronzo, R.Ph., M.S., M.B.A. dari Center
for Drug Evaluation and Research, mengikuti aturan minum obat dari dokter sangat
penting. Terlebih bagi Anda yang mengidap penyakit kronis yang tidak boleh
melewatkan obat rutin sekalipun.

Sederhananya, minum obat yang tidak sesuai dengan aturan dari dokter dapat
membuat penyakit Anda justru tambah parah. Jika terus berlanjut, tentu ini dapat
memungkinkan Anda sampai harus dirawat di rumah sakit, atau bahkan berujung
kematian.

Lupa minum obat, menambah atau mengurangi dosis, sembarangan meletakkan obat
termasuk kesalahan yang perlu dihindari. Dikutip dari Food and Drugs
Administration di Amerika Serikat yang setara dengan Badan POM di Indonesia,
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa sembarangan
minum obat menyebabkan 30-50 persen kegagalan pengobatan dan 125.000 kematian
per tahun.

Salah satu contohnya, sebanyak 25-50 persen pasien yang berhenti


mengonsumsi statin (obat penurun kolesterol) selama satu tahun meningkatkan risiko
kematian hingga 25 persen.

Ada beberapa aturan minum obat yang sering dilanggar, yaitu :

1
1. Minum obat sisa
Ini sering dilakukan untuk mengobati masalah kesehatan yang cukup ringan
seperti sakit kepala, nyeri otot, mual, atau flu. Biasanya, obat-obatan ini tersisa
karena memang tidak perlu dihabiskan bila gejala penyakit sudah berhenti atau
sembuh.

2. Mengurangi atau menambah dosis obat


Aturan minum obat dari dokter sudah dibuat sedemikian rupa agar hasilnya
efektif buat Anda. Mengurangi dosis bisa membuat khasiat obat jadi kurang efektif.
Bila terus dibiarkan, ini akan sangat berbahaya dan malah membuat penyakit tambah
parah.

3. Berhenti minum obat


Dokter mungkin membolehkan Anda berhenti minum obat-obatan tertentu
bila sudah merasa sembuh. Di sisi lain, ada beberapa obat yang tidak boleh berhenti
diminum secara tiba-tiba, seperti obat antikejang, steroid, obat jantung, dan obat
pengencer darah.

4. Minum obat orang lain


Kesalahan ini biasanya dilakukan apabila ada anggota keluarga lainnya yang
lebih dulu sakit dengan keluhan gejala yang sama. Meski gejala penyakitnya sama,
riwayat medis dan kemungkinan alergi Anda bisa jadi tidak sama dengan orang lain..

1.2 Rumusan Masalah


1. mengetahui apa itu pengertian kepatuhan?
2. apa faktor yang mempengaruhi kepatuhan?
3. bagaimana cara mengurangi ketidakpatuhan?
4. bagaimana cara meningkatkan kepatuhan?
5. apa itu PMO?

2
1.3 Tujuan
1. mengetahui apa itu kepatuhan.
2. mengetahui faktor yang mempengaruhi kepatuhan.
3. mengetahui cara mengurangi ketidakpatuhan.
4. mengetahui cara meningkatkan kepatuhan.
5. memahami apa itu PMO.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepatuhan

2.1.1 Pengertian
Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat pasien
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau
oleh orang lain. Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan
ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Atau juga dapat didefinisikan
kepatuhan atau ketaatan terhadap pengobatan medis adalah suatu kepatuhan pasien
terhadap pengobatan yang telah ditentukan

Menurut Kozier kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya : minum obat,


mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan
kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek
anjuran hingga mematuhi rencana.

Kepatuhan terhadap pengobatan membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam


manajemen perawatan diri dan kerja sama antara pasien dan petugas kesehatan.
Penderita yang patuh berobat adalah yang menyeselaikan pengobatan secara
teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 9
bulan

Penderita dikatakan lalai jika tidak datang lebih dari 3 hari sampai 2
bulan dari tanggal perjanjian dan dikatakan Droup Out jika lebih dari 2 bulanberturut-
turut tidak datang berobat setelah dikunjungi petugas kesehatan. Menurut Cuneo dan
Snider, pengobatan memerlukan jangka waktu yang panjang akan memberikan
pengaruh-pengaruh pada penderita seperti :

a. Merupakan suatu tekanan psikologis bagi seorang penderita tanpa keluhan


ataugejala penyakit saat dinyatakan sakit dan harus menjalani pengobatan
sekian lama

4
b. Bagi penderita dengan keluhan atau gejala penyakit setelah menjalani
pengobatan 1-2 bulan atau lebih lama keluhan akan segera berkurang atau
hilang sama sekali penderita akan merasa sembuh dan malas untuk
meneruskan pengobatan kembali

c. Datang ke tempat pengobatan selain waktu yang tersisa juga menurunkan


motivasi yang akan semakin menurun dengan lamanya waktu pengobatan

d. Pengobatan yang lama merupakan beban dilihat dari segi biaya yang harus
dikeluarkan

e. Efek samping obat walaupun ringan tetap akan memberikan rasa tidak enak
terhadap penderita

f. Sukar untuk menyadarkan penderita untuk terus minum obat selama jangka
waktu yang ditentukan.

Karena jangka waktu pengobatan yang ditetapkan lama maka terdapat


beberapa kemungkinan pola kepatuhan penderita yaitu penderita berobat teratur
dan memakai obat secara teratur, penderita tidak berobat secara teratur
(defaulting), penderita sama sekali tidak patuh dalam pengobatan yaitu putus
berobat (droup out). Oleh karena itu menurut Cramer kepatuhan penderita dapat
dibedakan menjadi :

a. Kepatuhan penuh (Total compliance). Pada keadaan ini penderita tidak


hanya berobat secara teratur sesuai batas waktu yang ditetapkan melainkan
juga patuh memakai obat secara teratur sesuai petunjuk

b. Penderita yang sama sekali tidak patuh (Non compliance). Yaitu penderita
yang putus berobat atau tidak menggunakan obat sama sekali

2.1.2 Faktor
Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan Menurut Smet (1994), faktor-
faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah

5
1. Faktor komunikasi
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dengan dokter mempengaruhi
tingkat ketidaktaatan, misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang,
ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter, ketidakpuasan
terhadap obat yang diberikan

2. Pengetahuan
Ketetapan dalam memberikan informasi secara jelas dan eksplisi tterutama
sekali penting dalam pemberian antibitoik. Karena sering kali pasien
menghentikan obat tersebut setelah gejala yang dirasakan hilang bukan saat
obat itu habis

3. Fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dimana dalam memberikan
penyuluhan terhada penderita diharapkan penderita menerima penjelasan dari
tenaga kesehatan yang meliputi : jumlah tenaga kesehatan, gedung serba guna
untuk penyuluhan dan lain-lain

Sementara itu menurut Niven (2002), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


kepatuhan adalah :

a. Faktor penderita atau individu


1) Sikap atau motivasi individu ingin sembuh. Motivasi atau sikap yang
paling kuat adalah dalam diri individu sendiri. Motivasi individu ingin
tetap mempertahankan kesehatanya sangat berpengaruh terhadap faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol
penyakitnya

2) Keyakinan. Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani


kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap keyakinanya akan
memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima
keadaannya, demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk

6
melakukan control penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan
penderita, dimana penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih
tabah terhadap anjuran dan larangan kalau tahu akibatnya.

b. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan
tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tenteram apabila
mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan
tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau
mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-
saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya

c. Dukungan social
Dukungan social dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga
lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap program-
program medis. Keluarga dapat mengurangi ansietas yang disebabkan oleh
penyakit tertentu dan dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan

d. Dukungan petugas kesehatan


Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat
mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka berguna saat pasien
menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting.
Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara
menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu darip asien, dan
secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang
telah mampu berapdatasi dengan program pengobatanya.

Faktor lain adalah peran PMO, kolaborasi petugas kesehatan dengan keluarga
yang ditunjuk untuk mendampingi ketika penderita minum obat, juga faktor yang
perlu dievaluasi untuk menentukan tingkat kepatuhan dan keberhasilanya.

7
Pengobatan dilakukan setiap hari dan dalam jangka panjang, sehingga kepatuhan
minum obat (adherence) juga sering menjadi masalah yang harus dipikirkan sejak
awal pengobatan. Minum obat yang tidak rutin terbukti telah menyebabkan
resistensi obat yang dapat menyebabkan kegagalan pengobatan. Berdasarkan hal
tersebut, tentu perlu adanya pengaturan penggunaan obat sesuai tujuannya terutama
obat seperti yang dikehendaki. Aturan minum obat sangat berpengaruh pada
kepatuhan penderita (complience)

2.2 Cara Cara Mengurangi Ketidakpatuhan


Dinicola dan Dimatteo mengusulkan rencana untuk mengatasi ketidakpatuhan
pasien antara lain :

a. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari pasien yang
tidak patuh yang memiliki tujuan untuk mematuhi nasihat-nasihat pada
awalnya. Pemicu ketidakpatuhan dikarenakan jangka waktu yang cukup lama
serta paksaan dari tenaga kesehatan yang menghasilkan efek negative pada
penderita sehingga awal mula pasien mempunyai sikap patuh bisa berubah
menjadi tidak patuh. Kesadaran diri sangat dibutuhkan dari diri pasien.

b. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga perlu
dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku,
tetapi juga mempertahankan perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri
dan penghargaan terhadap diri sendiri harus dilakukan dengan kesadaran diri.
Modifikasi perilaku harus dilakukan antara pasien dengan pemberi pelayanan
kesehatan agar terciptanya perilaku sehat

c. Dukungan social, dukungan social dari anggota keluarga dan sahabat dalam
bentuk waktu, motivasi dan uang merupakan faktor-faktor penting dalam
kepatuhan pasien. Contoh yang sederhana, tidak memiliki pengasuh,
transportasi tidak ada, anggota keluarga sakit, dapat mengurangi intensitas
kepatuhan. Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang
disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada

8
ketidaktaatan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung
untuk mencapai kepatuhan.

2.3 Cara Meningkatkan Kepatuhan


Smet menyebutkan beberapa strategi yang dapat dicoba untuk meningkatkan
kepatuhan, antara lain :

a. Segi Penderita
Usaha yang dapat dilakukan penderita diabetes mellitus untuk meningkatkan
kepatuhan dalam menjalani pengobatan yaitu :

1. Meningkatkan control diri. Penderita harus meningkatkan kontrol


dirinya untuk meningkatkan ketaatannya dalam menjalani pengobatan,
karena dengan adanya kontrol diri yang baik dari penderita akan semakin
meningkatkan kepatuhannya dalam menjalani pengobatan. Kontrol diri
dapat dilakukan meliputi kontrol berat badan, kontrol makan dan emosi.

2. Meningkatkan efikasi diri. Efikasi diri dipercaya muncul sebagai prediktor


yang penting dari kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri mereka
sendiri untuk dapat mematuhi pengobatan yang kompleks akan lebih
mudah melakukannya

3. Mencari informasi tentang pengobatan. Kurangnya pengetahuan atau


informasi berkaitan dengan kepatuhan serta kemauan dari penderita untuk
mencari informasi mengenai penyakitnya dan terapi medisnya, informasi
tersebut biasanya didapat dari berbagai sumber seperti media cetak,
elektronik atau melalui program pendidikan di rumah sakit. Penderita
hendaknya benar-benar memahami tentang penyakitnya dengan cara
mencari informasi penyembuhan penyakitnya tersebut

4. Meningkatkan monitoring diri. Penderita harus melakukan monitoring


diri, karena dengan monitoring diri penderita dapat mengetahui tentang

9
keadaan dirinya seperti keadaan gula dalam darahnya, berat badan, dan
apapun yang dirasakannya

b. Segi Tenaga Medis


Usaha usaha yang dilakukan oleh orang-orang disekitar penderita untuk
meningkatkan kepatuhan dalam menjalani pengobatan antara lain:

1. Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter. Salah satu strategi


untuk meningkatkan kepatuhan adalah memperbaiki komunikasi antara
dokter dengan pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk menanamkan
kepatuhan dengan dasar komunikasi yang efektif dengan pasien

2. Memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan


cara pengobatannya. Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang
yang berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa yang ia katakan
secara umum diterima sebagai sesuatu yang sah atau benar

3. Memberikan dukungan sosial. Tenaga kesehatan harus mampu


mempertinggi dukungan social. Selain itu keluarga juga dilibatkan dalam
memberikan dukungan kepada pasien, karena hal tersebut juga akan
meningkatkan kepatuhan, dukungan tersebut bisa diberikan dengan bentuk
perhatian dan memberikan nasehatnya yang bermanfaat bagi
kesehatannya.

4. Pendekatan perilaku. Pengelolaan diri yaitu bagaimana pasien diarahkan


agar dapat mengelola dirinya dalam usaha meningkatkan perilaku
kepatuhan. Dokter dapat bekerj sama dengan keluarga pasien untuk
mendiskusikan masalah dalam menjalani kepatuhan serta pentingnya
pengobatan.

10
2.4 Pengawas Minum Obat (PMO)

2.4.1 Pengertian
Pengawas minum obat adalah orang yang bertugas mengawasi secara
langsung terhadap penderita tuberculosis paru pada saat minum obat setiap harinya
dengan menggunakan panduan obat jangka pendek

2.4.2 Tujuan
Menurut Ditjen PPM dan PLP (1997), tujuan diadakannya pengawas minum obat
pada penderita TB Paru adalah

1. Untuk menjamin ketekunan dan keteraturan pengobatan sesuai jadwal yang


telah disepakati pada waktu awal pengobatan

2. Untuk menghindari penderita dari putus berobat sebelum waktunya

3. Mengurangi kemungkinan kegagalan pengobatan dan kekebalan terhadap


OAT.

2.4.3 Persyaratan PMO


Seorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun penderita selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita, seseorang
yang tinggal dekat dengan penderita, bersedia membantu penderita dengan sukarela,
bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita

2.4.4 Siapa yang bisa jadi PMO


Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan didesa, perawat,
pekarya seni tarian, juru imunisasi dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan
yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI,
PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.

11
2.4.5 Tugas PMO
Menurut Nuraini (2003), tugas PMO terhadap penderita TB Paru adalah :

a. Mengetahui tanda-tanda tersangka TB Paru

b. Mengawasi penderita minum obat setiap hari

c. Mengambil obat bagi penderita seminggu sekali

d. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak

e. Seminggu sebelum akhir bulan kedua pengobatan (untuk menentukan obat


tambahan)

f. Seminggu sebelum akhir bulan ke lima pengobatan (untuk mengetahui


kegagalan)

g. Seminggu sebelum akhir bulan keenam pengobatan (untuk mengetahui


kesembuhan)

h. Memberikan penyuluhan pada penderita dan keluarga

i. Memberitahukan adanya suspek pada keluarga penderita

j. Merujuk kalau ada efek samping obat

2.4.6 Informasi penting yang perlu dipahami PMO


TB Paru bukan penyakit keturunan atau kutukan, TB Paru dapat
disembuhkan dengan berobat teratur, tata laksana pengobatan penderita pada tahap
intensif dan lanjutan, pentingnya berobat secara teratur karena itu pengobatan perlu
diawasi, efek samping obat dan tindakan yang harus dilakukan bila terjadi efek
sampang tersebut, cara penularan dan pencegahan penularan

12
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat pasien


melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya
atau oleh orang lain
Pengawas minum obat adalah orang yang bertugas mengawasi secara
langsung terhadap penderita tuberculosis paru pada saat minum obat setiap
harinya dengan menggunakan panduan obat jangka pendek.

Food and Drugs Administration di Amerika Serikat yang setara dengan


Badan POM di Indonesia, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
menyebutkan bahwa sembarangan minum obat menyebabkan 30-50 persen
kegagalan pengobatan dan 125.000 kematian per tahun.

1.2 Saran

Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih banyak sangat


kekurangan dan kelemahan maka dari itu sudi kiranya teman-teman
memberikan kritikan atau saran, yang nantinya akan berguna untuk
memperbaiki hasil makalah ini dan bermanfaat bagi kita semua dimasa ynag
akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bart, Smet. 1994. Psikologi Kesehatan. PT Gramedia Widiasarna Indonesia : Jakarta.

Kozier. 2010. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. EGC : Jakarta

Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan Keperawatan Pengantar untuk Perawat dan
Profesional Kesehatan lain. EGC : Jakarta

Puspa Pameswari, Auzal Halim, Lisa Yustika. 2016. Tingkat Kepatuhan Penggunaan
Obat pada Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Mayjen H. A. Thalib Kabupaten
Kerinci. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 2(2), 116-121. Padang.

14

Anda mungkin juga menyukai