Anda di halaman 1dari 12

MIKROMERITIKA

I. TUJUAN
1.1 Mampu menentukan ukuran partikel serbuk dengan metode mikroskopik.
1.2 Mampu menentukan kerapatan sejati, kerapatan curah,kerapatan
mampat,dan kompreabilitas suatu serbuk.
1.3 Mampu menentukan kecepatan alir dansudut istirahat suatu serbuk.

II. PRINSIP
2.1 Berdasarkan pada pengukuran menggunakan mikrometer okuler yang telah
dikalibrasi dengan mikrometer objektif.
2.2 Berdasarkan pengukuran menggunakan piknometer.
2.3 Berdasarkan pengukuran menggunakan stopwatch suatu kecepatan dari
alir serbuk pada corong getar.

III. TEORI
Ilmu pengetahuan dan teknologi tentang partikel-partikel kecil oleh Dalla
valle dinamakan “mikromeritik”. Disperse koloid mempunyai sifat karakteristik yaitu
partikel-partikel nya tidak dapat dilihat dibawah mikroskop biasa, sedangkan
partikel-partikelnya dari emulsi dan suspense farmasi serta serbuk halus ukurannya
berada dalam jarak penglihatan mikroskop. Partikel-partikel yang ukurannya sebesar
serbuk kasar, granulat tablet atau granulat garam, ukurannya berada dalam jarak
pengayakan (Moechtar, 1990).
Mikromiretika biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel
yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter
rata-rata,ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata- rata dan sebagainya.
Pengukuran ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata mikromiretika adalah
ilmu yang mempelajari ukuran partikel, distribusi partikel, dan luas permukaan
partikel yang umumnya menggunakan satuan micron (µm) luas permukaan partikel
sangan berpengaruh dengan sifat-sifat kimia, fisika dan farmakologi suatu obat.
Secara klinis, ukuran partikel dapat mempengaruhi kecepatan absorpsi suatu obat
(Moechtar, 1990).

1
3.1 Metode-metode penentuan ukuran partikel :
A. Metode mikroskop optik
Menurut metode mikroskopik,suatu emulsi atau suspense diencerkan atau
tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide ditempatkan pada tempas
mekanik. Dibawah mikroskop tersebut, pada tempat dimana partikel tersebut
terlihat diletakkan micrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layer dimana
partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan
dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layer untuk diukur
(Martin, 1990).
Dengan bantuan sebuah micrometer okuler yang tertera berlangsung setiap
analisa ukuran partikel dari 500-1000 partikel.perbesaran maksimal yang
tercapai artinya perbesaran yang sesuai dengan daya resolusi mata manusi kira-
kira 0,1 mm adalah 550 kali (Voight, 1994).
Kerugian metode mikroskopik adalah bahwa garis tengah yang diperoleh
hanya 2 dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak
ada perkiraan yang diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan
memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah jumlah partikel yang larut
dihitung sekitar 300-500 agar didapat suatu perkiraan yang baik (Martin,
1990).
B. Metode Pengayakan
Metode paling sederhana dalam penentuan ukuran partikel adalah dengan
menggunakan pengayak standar. Pengayak tersebut dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah “mesh” digunakan untuk menyatakan jumlah lubang
tiap inchi linear. Pada metode ini digunakan suatu seri ayakan standar yang
dikalibrasi oleh The National Bureau Of Standard. Ayakan umumnya
digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih kasar, tetapi jika
digunakan dengan sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut bisa digunakan
untuk mengayak bahan sampai sehalus 44 mikro meter (ayakan no 325).
C. Metode Sedimentasi
Pada metode ini ditentukan kecepatan tenggelamnya partikel dalam
ketergantungannya dari ukuran,bobot jenis dan bentuknya dalam bidang gaya

2
berat (analisis pipet,timbangan sedimentasi, fotosedimentasi) atau dalam
bidang gaya sentrifugal.dasar dari aturan ini adalah hukum stokes
ℎ 𝑑𝑠𝑡 2 (𝑝𝑆−𝑝0)𝑔
V=𝑇= 18 𝑛0

Keterangan
V : Kecepatan pengendapan
H : Jarak yang ditempuh selama waktu (t)
Dst : Garis tengah stokes
Rst : Jari-jari (stokes)
N : Kekentalan (viskositas) medium disperse
∆p : Perbedaan kerapatan Antara partikel dengan medium disperse
G : Kecepatan gravitasi
Sudut istirahat adalah sudut maksimum yang bisa didapat Antara
permukaan tegak bebas dari tumpukkan serbuk dan dasar horizontal
pengukuran-pengukuran semacam itu paling tidak memberikan ketetapan
kualitatif dari kohesi interval dan efek hambatan dibawah tingkat bawah
muatan eksternal, yang mungkin dipakai pada pencampuran serbuk, atau pada
percetakan tablet (die) atau pada proses pengisian cangkang kapsul
Rumus Sudut Istirahat :

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘
Tan θ = 𝑗𝑎𝑟𝑖−𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘

3.2 Tabel hubungan sudut istirahat dengan sifat aliran

Sudut istirahat Sifat aliran


˂ 25 Sangat baik
25-30 Baik
30-40 Cukup
˃40 Buruk
Rumus Kecepatan Alir :

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔)


Kecepatan Alir = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 (𝑠)

3.3 Tabel hubungan kecepatan alir dengan sifat alir serbuk

3
Laju alir (g/detik) Sifat aliran
˂10 Sangat baik
4-10 Baik
1,6-4 Sukar
˃1,6 Sangat sukar

A. Kerapatan partikel
Kerapatan secara umum didefinisikan sebagai berat per satuan volume,
kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dari
partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis, pori-pori dlam dan
ruang kapiler untuk mudahnya, bisa didefinisikan tiga tipe kerapatan :
1. Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri , tidak masuk rongga-rongga
dan pori-pori didalam partikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau
dimensi atom dalam kisi-kisi kristal.
𝑔
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 ( )
𝑚𝐿
Kerapatan nyata : 𝑣𝑜𝑙.𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙

2. Kerapatan Mampat, berat granul dibagi dengan volume granul


konstan, granul yang telah diuji dengan alat uji komprebilitas hinga volume
granul konstan.
𝑔
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 ( )
𝑚𝐿
Kerapatan mampat : 𝑣𝑜𝑙.𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛

3. Kerapatan curah, didefinisikan sebagai massa dari serbuk dibagi


dengan volume baik kecepatan curah ditentukan dengan mengukur volume
serbuk didalam felas ukur dari sejumlah tertentu yang telah ditimbang.
B. Kompresibilitas
Kompresibilitas penentuannya digunakan untuk menghasilkan tablet
yang baik, kompresibilitas dapat dilihat dari harga indeks cair yang sangat
bergantung pada kerapatan mampat dikurangi kerapatan nyata, lalu dibagi
dengan kerapatan mampat. Kompresibilitas granul dinyatakan dalam persen.
Rumus Kompresibilitas :
(𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ−𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡)
% Kompresibilitas = x 100 %
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ

Tidak ada metode yang telah diketahui untuk menentukan bentuk partikel
yang tidak beraturan secara geometris, namun telah dikembangkan metode

4
statistik untuk menyatakan ukuran partikel yang tidak beraturan pada suatu
dimensi tunggal, yaitu dalam diameternya. Jika diameter ini diukur dengan
prosedur yang telah dibakukan untuk sejumlah besar partikel, nilainya dapat
dinyatakan dengan berbagai diameter. Hanya dibutuhkan luas permukaan
yang sebanding dengan diameter kuadrat dan volume yang sebanding dengan
diameter kubik (Lachman, 1989).

IV. ALAT DAN BAHAN


4.1 Alat
Corong getar, gelas ukur 100mL, kertas perkamen, jangka sorong, mesh
30-100, mikroskop, mikrometer Blok, penggaris, piknometer dan spatel.
4.2 Bahan
NaCl dan parafin cair.

V. PROSEDUR
5.1 Penentuan Ukuran Partikel secara Mikroskopik
Ukuran kotak mikrometer dikalibrasi pada pembesaran lensa objektif 100
X dan 400 X, kemudian sedikit serbuk NaCl ditetesi parafin cair diatas gelas
objek. Lalu partikel diamati, kemudian ditentukan jumlah dan ukuran partikel
berdasarkan kotak mikrometer. Lalu hasil dicatat minimal jumlah partikel 300
partikel.
5.2 Penentuan Kerapatan Sejati
Piknometer kosong beserta tutupnya ditimbang yang mana sebagai W1,
lalu NaCl dimasukkan kedalam piknometer yang telah ditimbang kemudian
piknometer berisi serbuk NaCl ditimbang kembali beserta tutupnya sebagai
W3. Kemudian piknometer berisi NaCl ditambahkan parafin cair sampai penuh
dan dikocok sampai tidak ada gelembung udara. Kemudian piknometer berisi
NaCl dan parafin cair ditimbang kembali beserta tutupnya sebagai W4.
Piknometer berisi NaCl dan parafin cair di bersihkan. Lalu parafin cair di
masukkan kedalam piknometer sampai penuh hingga tidak ada gelembung,
piknometer dan parafin cair ditimbang beserta tutupnya sebagai W2. Kemudian
dihitug kerapatan sejatinya. Dengan rumus:

5
(𝑤𝟹‐ 𝑤1)
𝜌 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑡𝑖 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 =
(𝑤2 ‐ 𝑤1)‐ (𝑤4‐ 𝑤3)

5.3 Penentuan Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat Serbuk


Kertas mikrometer block disiapkan dibawah corong getar sebagai
tampungan serbuk. Serbuk dimasukkan kedalam corong getar sampai penuh
dalam keadaan corong tertutup. Kemudian tutup corong dibuka dan dihitung
waktu yang dibutuhkan untuk serbuk mengalir seluruhnya. Diberi lingkaran
pada kertas mikrometer block sesuai batas serbuk yang mengalir. Kemudian
dihitung diameter serbuk dari 3 garis yang berbeda dan tinggi timbunan serbuk
dihitung menggunakan jangka sorong. Kemudian serbuk yang mengalir
ditimbang. Dihitung kecepatan alir dan sudut istirahat serbuk.
5.4 Penentuan Kecepatan Curah, Kerapatan Mampat, dan Kompresibilitas
Serbuk ditimbang, kemudian serbuk dimasukkan kedalam gelas ukur.
Kemudian diamati dan dicatat volume curah. Setelah itu serbuk dimampatkan
dengan cara mengetukkan gelas ukur secara berulang sampai serbuk konstan.
Dilakukan pemampatan serbuk sampai diperoleh volume tetap (minimal 2
volume yang konstan). Terakhir dihitung nilai kompresibilitas dan rasio
hausner serbuk.
5.5 Pengkuran Mesh
Serbuk ditimbang sebanyak 2 gram. Kemudian serbuk dimasukkan
kedalam mesh 14, lalu serbuk yang tertinggal di atas mesh 14 timbang sebagai
serbuk tidak lolos pada mesh 14, dan sisa serbuk digunakan kembali sebagai
pengujian pada mesh 30. Begitupun seterusnya pada mesh 40, mesh 60, mesh
80 dan mesh 100. Kemudian dicatat hasil penimbangan.

VI. DATA PENGAMATAN


6.1 Percobaan 1
A. Tabel Perhitungan Diameter Statistik Secara Mikroskopik

6
Jumlah
Rentang Rataan (d), partikel dalam
(nd) %n
ukuran (𝝁𝒎) (𝝁𝒎) rentang ukuran
(n)

0 – 45 22,5 - - -
45 – 90 67,5 - - -
90 – 135 112,5 13 1.462,5 4,3%
135 – 180 157,5 9 1.417,5 3%
180 – 225 202,5 3 603,5 1%
225 – 270 247,5 12 2.970 4%
270 – 315 292,5 30 8.775 10%
315 – 360 337,5 33 11.137,5 11%
360 – 405 382,5 30 11.475 10%
405 – 450 427,5 145 61.987,5 48,3%
∑nd =
∑n = 300 100%
99.828,5

∑nd 99.828,5
d rataan = = = 332, 761
∑n 300

B. Tabel Perhitungan Diameter Statistik Secara Mesh


Jumlah Jumlah
Ukuran % Tertahan
No Nilai partikel partikel
partikel x Nilai
ayakan tengah tertahan tertahan
(𝝁m) tengah
(gram) (%)
100 2,54 – 3,17 2,855 32,19 32,19% 91,902%
80 3,17 – 4,23 3,7 25,4 25,4% 93,98%
60 4,23 – 6,35 5,29 18,60 18,60% 98,394%
40 6,35 – 7,93 7,14 10,09 10,09% 72,04%
32 7,93 – 8,46 8,195 9,98 9,98% 81,78%
30 8,46 – 18,14 13,3 1,29 1,29% 17,157%

7
14 18,14 – 25,4 21,77 1,08 1,08% 23,51%
∑=
∑ = 100 ∑ = 100%
62,25

∑ % 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 ×𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 100 ×62,25


d rataan = = = 62,25 𝝁𝒎
100 100

6.2 Percobaan 2
Kerapatan Sejati Partikel/ True Density
ρ parafin = 21,1 g/ml
V pikno = 25 ml
W1 = 20,14 g
W2 = 41,24 g
W3 = 37,72 g
W4 = 53,61 g
(37,72−20,14)
Perhitungan = (41,24−20,14)−(53,61−37,72)
17,58
= 21,1−15,89 = 3,37 g/ml

ρ sejati partikel = 3,37 g/ml

6.3 Percobaan 3
A. Sudut Istirahat/ Istirahat
Tinggi serbuk = 0,75 cm
Diameter rata-rata serbuk = 7,9 cm
𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑇 0,75
Perhitungan = 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 = = = 10,25°
r 3,95

Sudut istirahat = 10,25o (Sangat baik)


B. Laju alir serbuk
Bobot = 30 g
Waktu aliran = 75 s
Laju alir = 0,4 g/s

6.4 Percobaan 4
Kompresibilitas

8
Volume curah (Awal) = 20 mL
Volume mampat (Konstan) = 17 cm
Kompresibiltas = 14 %
20−17
Rasio hausner = × 100% = 17,6%
17
17
= = 0,85 (Sangat Buruk)
20

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang mikromeritika.
Mikromeritika biasanya disebut sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang
kecil. Mikromeritika sendiri merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, yang dimana ukuran partikel ini
cukup kecil. Hal ini perlu diketahui untuk membahas obat sediaan padat seperti
kapsul, tablet, granul, sirup kering. Ukuran partikel itu dapat dinyatakan dengan
berbagai cara, diantaranya adalah ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan
rata-rata, volume rata-rata, dan sebagainya. Pada umumnya pengertian ukuran
partikel disini adalah ukuran diameter rata-rata.
Pada praktikum ini dilakukan beberapa pengujian yaitu pengukuran partikel
menggunakan mikroskop, penentuan kerapatan sejati, penentuan kecepatan alir dan
sudut istirahat serbuk dan penentuan kecepatan curah, kerapatan mampat, dan
kompresibilitas dari sampel. Sampel yang digunakan yaitu NaCl.
Pada percobaan pertama dilakukan penentuan ukuran partikel secara
mikroskopik. Sebelum serbuk diukur dengan mikroskop, harus dilakukan kalibrasi
ukuran kotak mikrometer. Setelah dikalibrasi, letakkan serbuk NaCl sedikit
mungkin pada kaca objek dan dibasahi dengan parafin cair yang tidak melarutkan.
Hal ini bertujuan agar partikel yang terlihat pada mikroskop tidak berdempetan satu
sama lainnya dan agar mudah dalam menghitung jumlah partikelnya. Setelah
dibasahi, baru serbuk dilihat dalam mikroskop dan dihitung berapa partikel yang
menempati satu kotak, dua kotak, dan seterusnya. didapat bahwa jumlah partikel
tidak ada yang menempati 1 dan 2 kotak ,di 3 kotak terdapat 3 partikel, di 4 kotak
terdapat 9 parikel, di 5 kotak terdapat 3 partikel, di 6 kotak terdapat 12 partikel, di 7
kotak terdapat 30 partikel, di 8 kotak terdapat 33 partikel, di 9 kotak terdapat 30
partikel, dan di 10 kotak terdapat jumlah partikel sebanyak 145. Itu artinya partikel

9
serbuk dari sampel NaCl mempunyai ukuran yang hampir seragam meskipun
bentuknya tidak sama persis.
Percobaan kedua dilakukan penentuan ukuran partikel dengan menggunakan
mesh. Pada percobaan ini dilakukan dengan metode pengayakan. Pengayakan
merupakan sebuah cara untuk mengelompokkan butiran serbuk yang dipisahkan
menjadi beberapa kelompok. Metode pengayakan ini merupakan metode yang
paling sederhana untuk mengukur ukuran partikel. Ayakan yang dipakai yaitu
ayakan mesh dengan nomor 14, 30, 32, 40, 60, 80, dan 100. Metode ayakan
dilakukan dengan menyusun ayakan dari nomor mesh yang terkecil sampai pada
nomor mesh yang terbesar. Hal ini ditunjukan agar partikel yang tidak terayak yang
ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar maka residu
yang diperoleh memiliki ukuran partikel kecil. Nomor mesh menentukan berapa
banyak lubang yang ada pada pengayak tersebut. NaCl yang ditimbang sebanyak 20
gram dimasukkan kedalam ayakan lalu di ayak selama 12 menit secara bersamaan.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa banyaknya serbuk NaCl yang tertahan
dengan semakin banyak nomor mesh akan semakin banyak yang tersisa. Hal ini
dapat disebabkan karena ukuran lubang pada mesh tersebut semakin kecil.
Selanjutnya, ditentukan kerapatan sejati partikel dari serbuk NaCl. Pada
tahap ini, dilakukan dengan menggunakan piknometer. Tujuannya agar kita dapat
mengetahui berapa jumlah per-partikelnya. Disini serbuk ditambahkan dengan
cairan yang tidak melarutkan serbuk itu sendiri, tujuannya agar tidak ada partikel
yang terlarut dalam cairan, karena disini akan dilakukan pengukuran berat partikel
itu sendiri. Tujuan ditambahkannya parafin cair juga agar cairan dapat mengisi
pori-pori partikel sehingga tidak ada rongga udara pada partikel yang dapat
mempengaruhi hasil. Pada saat menggunakan piknometer, tidak boleh ada
gelembung, piknometer juga mempunyai lubang pentilasi yang tidak boleh terisi
oleh udara karna akan jadi penganggu saat menimbang. Dan didapat perhitungan
hasil pada serbuk NaCl adalah 3,37 g/ml .
Selanjutnya yaitu menentukan kecepatan alir berdasarkan sudut istirahat.
Pada penentuan kecepatan alir ini digunakan corong getar. Pengukuran sifat alir
serbuk dengan metode corong yang perlu diketahui yaitu berat serbuk, diameter

10
rata-rata serbuk, dan waktu alir serbuk. Sifat aliran serbuk dapat pula ditentukan
berdasarkan sudut istirahat serbuk.
Aliran campuran serbuk sangat penting untuk pembuatan tablet untuk
memastikan pencampuran yang efisien. Kecepatan alir campuran serbuk, dimana
mempengaruhi pengisian yang seragam baik bobot maupun obat dalam tablet ke
dalam lubang cetak mesin tablet dan untuk memudahkan gerakan bahan.
Sudut diam merupakan ukuran kohesifitas serbuk yang ditunjukan pada
momen gaya interaksi antar partikel melebihi gaya tarik gravitasi partikel tersebut.
Sudut istirahat terbentuk dari puncak serbuk sampai bidang datar. Dari percobaaan
dapat diketahui bahwa serbuk NaCl memiliki hubungan yang baik antara sudut
istirahat dan laju alir serbuk dengan sudut istirahat sebesar 10,25° sangat baik. Dan
laju alir serbuk NaCl sangat baik karena laju alirnya <10. Ukuran partikel yang
seragam sehingga memudahkan untuk cepat mengalir dan keluar dari corong. Hal
ini dapat dilihat bahwa sifat alir yang sangat baik akan membuat pengisian die
terpenuhi secara merata sehingga keseragaman bobot tidak menyimpang.
Selanjutnya dilakukan penentuan kerapatan curah, kerapatan mampat, dan
kompresiblitas. Pada penentuan kerapatan curah dan kerapatan mampat memiliki
metode yang sama, hanya saja pada kerapatan mampat serbuk NaCl diberikan
perlakuan dengan cara dimampatkan dengan dilakukan pengetukan. Semakin
banyaknya ketukan yang diberikan pada serbuk akan semakin mampat pula serbuk
tersebut sehingga berpengaruh pada volume dari serbuk yang berkurang dan hal ini
akan meningkatkan kerapatannya.
Dengan data dari kerapatan curah dan kerapatan mampat dapat ditentukan
kompresibilitasnya. Dimana hal ini berhubungan dengan sifat alir dari suatu serbuk.
Dimana ukuran partikel yang semakin kecil maka kerapatannya semakin baik
karena sudut istirahat yang dibentuknya pun kecil sehingga partikel akan semakin
mampat, kerapatan yang semakin mampat maka kompresibilitasnya akan semakin
baik.
Pada percobaan ini didapatkan hasil Kompresibilitas sebesar 14% yang
berarti NaCl memiliki kompresibilitas yang sangat buruk. Rasio hausner didapatkan
dengan membandingkan antara kerapatan mampat dengan kerapatan curah. Jika
rasio hausner <1,5 maka aliran serbuk tersebut baik dan jika rasio hausner >1,5

11
maka aliran serbuk tersebut buruk. Hasil dari rasio hausner yaitu 0,85 yang berarti
aliran tersebut baik.

VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa serbuk NaCl memiliki
ukuran partikel yang besar dan seragam sehingga dapat diketahui laju alirnya
sangat baik dan kerapatannya akan semakin mampat karena sudut istirahatnya
semakin kecil, sebaliknya jika ukuran partikel besar maka kerapatan mampatnya
kurang mampat karena sudut istirahatnya lebih besar.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Martin, A. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press.
Moechtar . 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : UGM : Press.
Voight, R. 1994. Buku Pelajar Teknologi Farmasi. Edisi
Kelima.Yogyakarta : UGM Press.

12

Anda mungkin juga menyukai