Anda di halaman 1dari 7

Kucing yang dilaparkan dimasukkan dalam box dan makanan ditaruhkan d luar box.

Karena
kucing dlam keadaan lapar maka kucing akan berusaha mendapatkan makanan tersebut. Ia
mncakar-cakar, melompat-lompat hingga pada suatu waktu perilakunya mengenai tali yang
dapat membuka pintu box. Dengan pintu terbuka, kucing keluar untuk mendapatkan
makanan. Eksperimen tersebut diulangi berulang-ulang. Dan ternyata makin sering dicoba,
kucing makin cepat keluar dari box hal ini dapat dilihat pada grafik berikut.

Dari eksperimennta thorndike mengajukan adanya tiga macam hukum yang sering dikenal
dengan hukum primer dalam hal belajar, yaitu:

1. Hukum kesiapan (the law of readiness)


2. Hukum latihan (the law of exercise)
3. Hukum efek (thelaw of effect)

Menurut thorndike belajar yang baik harus adanya kesiapan dari organisme yang
bersangkutan. Apabila tidak adanya kesiapan, maka hasil belajarnya tidak akan baik . secara
praktis hal tersebut dapat dikemukakan bahwa :

1. Apabila pada organisme adanya kesiapan untuk melakukan sesuatu aktivitas dan
organisme itu dapat melaksanakan kesiapannya itu. Maka organisme tersebut akan
mengalami kepuasaan.
2. Apabila organisme mempuntai kesiapaan untuk melakukan sesuatu aktivitas, tetapi
organisme tidak dapat melakukannya, maka organisme itu akan mengalami
kekecewaan atau frustasi.
3. Apabila organisme itu tidak mempunyai kesiapan untuk melakukan suatu aktivitas,
tetapi disuruh melakukannya, maka hal tersebut akan menimbulkan keadaan yang
tidak memuaskan.

Mengenai hukum latihan oleh thorndike dikemukakan adanya dua aspek, yaitu

1. The law of use


2. He law of disuse

The law of use menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulus dan respons akan
menjadi kuat apabila sering digunakan. The law of disuse, yaitu hukum yang menyatakan
bahwa hubungan atau koneksi anatra stimulus dan respond akan menjadi lemah apabila tidak
ada latihan.

Mengenai hukum efek thorndike berpendapat bahwa memperkuat atau memperlemah


hubungan antara stimulus dan respons tergantung pada bagaimana hasil dan respons yang
bersangkutan. Apabila sesatu stimulus memberikan hasil yang menyenangkan atau
memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respons melemah. Dengan kaa lain apabila
sesuatu stimulus menimbulkan respons yng membawa reward hubungan antara stimulus dan
respons (s-r) menjadi kuat, demikian sebaliknya. Hukum efek ini sebenarnya didasarkan pada
hukum asosiasi lama, yaitu hukum frekuensi dan hukum kontiguitas sebagai determinan kuat
tidaknya hubungan antara stimulus dan respons. Walaupun Thorndike menambahkan bahwa
konsekuensi dari respons itu akan ikut berperan sebagai determinan kuat lemahnya asosiasi
antara stimulus dan respons.

Hukum yang dikemukakan thorndike tersebut merupakan hukum belajar yang sampai
sekarang masih bertahan sekalipun Thorndike mengakan revisi mngenai hukumnya tersebut
pada tahun 1929 dalam International Congress Of Psychology di New Heaven. Karena itu
teori Thorndike dikenal dengan teori sebelum tahun 1930dan teori sesudah tahun 1930. Yang
direvisi menyangkut hukum latihan dan hukum efek. Menurut pandangan Thorndike yang
baru bahwa semata-mata karena ulangan saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan
antara stimulus dan respons. Namun demikian Thorndike mempertahankan pendapatanya
bahwa latihan mengakibatkan adanya m=kemajuan, namun ini tidak berarti bahwa tidak
adanya latihan akan menyebabkan kelupaan,hubugnannya tidak simetris.

Mengenai hukum efek thordike kemudian berpendapat bahwa stimulus yang menimbulkan
respons yang menyenangkan atau memuaskan akan memperkuat hubungan stimulus dan
respons (S-R), tetapi stimulus tnag menimbulkan keadaan yang tikan menyenangkkan
mislanya hukuman tidak akan membawa penurunan hubungan stimulus respons. Karena itu
hukumnya yang baru menyatakan bahwa reward akan meningkatkan kuatnya hubungan
stimulus respins, sedangkan punisment belum tentu mengakibatkan efek menurunyya
hubungan S-R. Karen aitu reward dan punisment tidak menunjukkan efek yang simetris.

C. BURRHUS FREDERICK SKINNER (1904-1990)

Ia seorang tokoh dalam kondisioning operan seperti halnya Thorndike, sedangkan Pavlov
adalah tokoh dalam kondisioning klasik. Bukunya yang berjudul “The Behaviour of
Organism” yang diterbitkan dalam tahun1938 memberikan dasar dari sistemnya. Bukunya
berjudul ‘Science and Human Behavior” yang di terbit tahun 1953 merupakan buku teksnya
untuk behavior psychology.

Skinner membedakan perilaku atas :

1. Perilaku yang alami (innate behavior), yang kemudian disebut juga sebagai
respondent behavior, yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas,
perilaku yang bersifat refleksif.
2. Perilakuoperan (operant behavior), yaitu prilaku yang menimbulkan oleh stimulus
yang tidak diketahui, tetapi semata-mata yang ditimbulkan oleh organisme itu sendiri.
Perilaku operan belum tentu didahului oleh stimulus dari luar.

Berkaitan dengan adanya perilaku yang responden dan perilaku yang operan. Maka ada
kondisioning responden dan kondisioning operan. Dalam hal ini skinner ada pada
kondisioning operan. Percobaan skinner tidak jauh berbeda dengan percobaan thorndike.
Skinner menggunakan tikus sebagai heawan coba, sedangkan thorndike menggunakan kucing
sebagai hewan coba. Menurut skinner ada dua prinsip umum yang berkaitan dengan
kondisioning operan, yaitu

1. Setiap respons yang diikutu oleh rewar ini bekerja sebagai reinforcement stimuli-
akan cenderung diulangi, dan
2. Reward atau reinforcment stimuli akan meningaktkan kecepatan (rate) terjadinya
respons. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa rewar merupakan sesuatu yang
meningkatkan probabilitas timbulnya respons. Dalam kondisioning operan tekanan
pada respins atau perilaku dan konsekuesnsinya. Dalm kondisioning operan
organisme harus membuat respons sedemikian rupa untuk memperoleh reinforcement
yang merupakan reinforcement stimuli. Disini letak perbedaan pokok kondisioning
klasik dengan kondisioning operan. Pada kondisioning kalasik organisme tidak perlu
membuat respong atau aktivitas untuk memperoleh rewar atau reinforcement.

Menurut Skinner, reinforcement itu ada

1. Reinforcement positif dan


2. Reinforcement negatif.

Reinforcement positif yaitu reinforcement apabia diperoleh akan meningkan probabilitas


respons, sedangkan reinforcement negatif yaitu apabila ditiadakan dalam suatu situasi akan
meningkatlan probabilitas respons. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
reinforcement negatif sebenarnya adalah hukuman atau punishment. Namun demikian,
menurun Skinner yang dimaksud dengan hukuman itu dapat

1. Menyingkirkan reinfocement positif dan


2. Mengenakan reinforcement negatif

Menurut Skinner, baik reinforcment positif maupun negatif, ada yang primer dan sekunder.
Reinforcement primer adalah berkaitan dengan keadaan yang alami, misalnya makanan
merupakan reinforcement positif primer, dan aliran listrik merupakan reinforcement negatif
primer. Reinforcement positif sekunder misalnya bunti bel karena bunti bel merupakan fore
signal datangnya makanan dan sinar lampu sebagai reinforcement negatif sekunder karena
sinar lampu sebagai fore signal datangnya aliran listrik (dalam eksperimen skinner).

Menurut skinner, perilaku itu merupakan rangkaian perilkau perilaku yang mlebih kecil atau
lebih sederhana. Misalnya untuk datang ke sekolah tidak terlambat, maka ini merupakan
rangkaian perilaku bangun lebih pagi, mandi lebih pagi, dan seterusnya. Karena itu untuk
membentuk perilaku baru, perlu perilaku tersebut dianalisis menjadi perilaku-perilaku yang
lebih kecil dan juga juga dianalisis mengenai reward yang akan digunakannnya, yang pada
akhirnyareward hanya akan diberikan pada perilaku yang ingin dibentuk. Apabila sebagian
perilaku sudah terbentuk maka pemberian reward kemudian bergeser pada pada perilaku
berikutnya, demikian setrusnya, hingga terbentuk perilaku yang ingin dibentuk. Misalnya
untuk membentuk perilaku tidak terlambat datang ke sekolah. Anak bangun lebih pagi, diberi
hadiah atau rewar. Apabila telah terbentuk perilaki anaka bangun lebih pagi, kemudian
hadiah diberikan setelah anak mandi. Apabila anak mandi lebih pagi telah terbentuk, maka
hadiah diberikan pada perilaku berikutnya yang akan dibentuk, maka hadiah diberikan pada
perilaku berikutnya yang akan dibentuk, demikian seterusnya, yang pada akhirnya hadiah
hanya diberikan kalau perilaku yang ingin dibentuk itu telah terbentuk, misalnya tidak datang
terlambat ke sekolah. Ini yang disebut dengan metode shaping dari Skinner.

D. JOHN B.WATSON (1878- 1958)

Pandangan watson dapat diikuti dalam artikelnya yang berjudul “Psychology as the
Behaviorist Views It” dalam Psychology review tahun 1913. Dalam artikel tersebut Watson
mengemukakan antara lain tentan, definisi psikologi, kritiknya terhadap strukturialisme dan
fungsionalisme yang dipandang sebagai psikologi lama tentang kesadaran.

Menurut pandangan watson, psikologi itu murni merupakan cabang ilmu alam eksperimental.
Tujuannya secara teoritis adlah memprediksi dan mengontorol prilaku. Intropeksi bukanlah
merupakan metode yang digunakan . yang dipelajari adalah prilaku yang dapat diamati.
Bukan kesadaran karena merupakan pengertian yang dubious.

Watson mengadakan eksperimen mengenai kondisioning pada nak-anak sebagai pengaruh


pavlov. Salah satu eksperimennya ialah dengan menggunakan bati sebagai objek coba yag
diberikan minuman dari botol. Sebelum minuman botol diberikan, lebih dulu dibunyikan bel,
dan hel tersebut dilakukan berulah kali. Langkah watson tersebut sampai pada kesimpulan
bahwa pada bayi terbentuk respond berkondisi, yaitu dengan bunyi bel sekalipun tidak
diberikan minuman dari botol- bayi tetap menunjukan gerakan mulut seperti mengeyut dot
dari botol.

Eksperimen watson yang lain dan yang terkenal ialah eksperimennya dengan anak yang
bernama Albert, yaitu anak berumur 11 bulan. Watson memberikan gambaran gbagaimana
reaksi emosional menjadi terkondisi dengan stimulus yang netral. Watson dan rosali Rayner –
istrinya- mengadakan eksperimen kepada Albert dengan menggunakan tikus putih dann gong
beserta pemukulnya. Pada permulaan eksperimennya, Albert tidak takut pada tikus putih
tersebut. Pada suatu waktu, pada saat Albert akan memegang tikus, dibunyikan gong dengan
keras. Dengan suara keras tersebut Albert merasa takut. Keadaan tersbebut diulangi beberapa
kali, hinnga akhirnnya terbentuklah rasa takut pada tikus putih pada diri Albert. Atas dasar
eksperimen tersebut, Watson berpendapat bahwa reaksi emosional dapat dibentuk dengan
kondisioning. Rasa takut dapat dikembalikan lagi kedalam semula dengan cara mnghadirkan
tikus tersebut dengan setahap demi tahap pada situasi yang menyenangkan, misalnya pada
waktu Albert makan, sehingga terjadilah experimental exticintion seperti halnnya pada
eksperimen Pavlov.

7. PSIKOANALISIS

Sebagai pendiri psikoanalisis adalah sigmud freud (1856-1939). Freud mengambil metode
Breur mengenai hipnosis untuk menangani pasiennya, tetapi pada akhirnya tidak memuaskan
dengan hipnisis tersebut, dan menggunakan asosiasi bebas (free association), merupakan
perkembangan teknik psikoanalisis. Tujuannya dari psikoanalisis dari Freud adalah
membawa ke tingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran- pikiran yang direpres atau
ditekan, yang diasumsi kan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasiennya.
Dalam tahun 1895 Freud dan Breuer mempublikasikan “Studies on Hysteria” yang dipandang
sebgai permulaan dari psikoanalisis. Dlam perjaalanan kerjanya Freud mendapatkan bahwa
impian pasiennya dapat memberikan sumber mengenai emotional aterial yang bermakna ,
Freud kemudian mempublikasikan bukunya “ The Interpration of Dreams” yang dianggap
sebagai kerja besar dari Freud . Selama kehidupan Freud buku tersebut telah keluar delapan
edisi. Freud dalam tahun 1901 mempublikasikan bukunya “ The Psychopathology of Everday
Life”, yang berisi deskripsi yang sekarang dikenal dengan Freudian slip. Menurut Freud
dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang normal maupunyang neurotik keaddaan tidak
sadar bergelut untuk mengekspresikan dan dapat memodifikasi pemikiran ataupun perilaku,
yang terlihat pada slips of the sexuality” yang diterbitkan pada tahun1905. Beberapa
mahasiswa mengakan diskusi kelomok, dengan demikian dapat belajar mengenai
psikoanalisis Freud, yang kemuddian memperoleh nama Alfred Adler dan Carl Jung dan
oposisinya terhadap Freud.

Kesadaran dan Ketidaksadaran sebagau aspek kepribadiaan

Pada permualaan Freud berpendapat bahwa kehidupan psikis mengandung dua bagian, yaitu
kesadaran dan ketidaksadaran. Bagian kesadaran bagaikan permukaan gunung es yang
nampak, merupakan bagian kecil dari kepribadiaan, sedangkan bagian ketidaksadaran
mengandung insting-insting yang mendorong semua perilaku manusia. Freud juga
mengemukakan pendapat mengenai preconscious tidak seperti dalam ketidaksadaran, maka
dalam preconscious materinya belum direpres, sehingga materinya mudah ditimbulkan dalam
kesadaran.

Freud kemudian merevisi terutam kesaran dan ketidaksadaran dan mengintrodusir id, ego,
superego. Id berkaitan dengan pengertian yang semula ketidaksaran, merupakan bagian yang
primitif dari kepribadian. Kekuatan yang berkaitan dengan id mencakup insting seksual dan
insting agresif. Id membutuhkan satisfication dengan segera tanpa memperhatikan
lingkungan realitas secara objektif, yang oleh Freud disebutnya sebagai prinsip kenikmatan.
Ego sadar akan realitas. Oleh Freud ego disebutnya sebagai prinsip realitas. Ego
menyesuaikan diri dengan realita. Freud mengibaratkan hubungan ego-id sebagai
penunggang kuda,. Penunggan akan memperhatikan tentang keadaan realitas, sedangkan
kudanya mau kemana-mana. Struktur kepribadiaan yang ketiga uyaitu superego berkembang
pada permulaan masa anak sewaktu peratutan-peraturan diberikan oleh orangtua, dengan
menggunakan hadiah dan hukuman. Perilaku yang salah menjadi bagian dari comscience
anak, yang merupakan bagian dari superego. Perbuatan anak semula dikontrol oleh
orangtuanya, tetapi apabila superego telah terbentuk, maka kontrol dari dirinya sendiri.
Superego merupakan prinsip moral.

Insting dan Kecemasan

Freud mengelompokkan intsting menjadi dua kategori, yaitu insting untuk hidup dan insting
untuk mati. Life instincts mencakup lapar, haus dan seks. Ini merupakan kekuatan yag kreatif
dan bermanifestasi yang disebut libido. Insting untuk mati merupakan kekuatan destruktf . Ini
dapat ditunjukkan kepada diri sendiri, menyakiti diri sendiri atau bunuh diri, atau ditunjukkan
keluar sebagai bentuk agresi.

Mengenai kecemasan (anxiety), Freud mengemukakan adanya tiga macam kecemasan, yaitu
objektif, neurotik, dan moral. Kecemasan objecktif merupakan kecemasan yang timbul dari
ketakutan terhaddap bahaya yang nyata. Kecemasan neurotik merukpakan kecemasan atau
merasa takit akan mendapatakan hukuman untuk eksperesi keinginan yang implusif. Moral
anxiety merupakan kecemasan yang berkaitan dengan moral. Seseorang merasa cemas karena
melanggar norma-norma moral yang dda.

Psikologi Humanistik

Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandan sebagai bapak dari psikologi humanistik.
Gerakan ini merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak puas denga psikologi
behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternatif psikologi yang fokusnya adalah
manusia dengan ciri ciri ekstensinya. Gerakan ini kemudian dikenal dengan psikologi
humanistik.

Ia tertarik pada apa yang dikemukakan oleh Adler, dan ia sendiri dijadikan contoh teori Adler
tentang rasa inferior dan kompensasi. Namun kompenasinya semula tidak dapat dicapainya
dan ia pindah menekuni buku, dan dalam hal ini ia berhasil.

Gerakan psikologi humanistik mulai dari amerika serikat pada tahun1950 dan terus menerus
berkembang. Para tokohnya berpendapat bahwa psikologi terutam psikologi behavioristik
mendehumanisasi manusia. Sekalipun psikologi behavioristik menunjukkan keberhasilannya
yang cukup spektakuler dalam bidang-bidang tertentu, namun sebenarnya gagal untuk
memberikan sumbangan dalam pemahaman manusia dan kondisi eksistensinya.

Dalam suasan aketidakpuasan terhadap psikologi behavioristik, muncul berbagai macam


buku atapun artikel yang berkisar pada penekanan soal person. Misalnya Maslow dengan
bukunya yang berjudul “ Motivation and Personality”(1954); bukunya Allport berjudul
“Becoming” (1955). Yang menekankan pada sifat sifat yang ada pada manusia. Karena itu
para ahli psikologi humanistik mengarakan perhatiannya pada “humanisasi” psikologi, yang
menekankan pada keunikan manusia.

Manusia adalah makhluk yang kreatif, yang dikendalikan bukan oleh kekuatan-kekuatan
ketidaksadaran-psikoanalisis-, melainkan oleh nilai nilai dan pilihan-pilihannya sendiri. Pada
tahun 1958 Maslow menamakan psikologi humanistik sebagai “kekuatan yang ketiga” di
samping psiklogi behavioristik dan psikoanalisis sebagai kekuatan pertama dan kekuatan
kedua.

Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang tercermin dalam buku “ Motivation
and Personality”. Ia mengajukan teori tentang hierarcy of needs. Kebutuhan-kebutuhan atau
needs ini adalah innate yaitu

1. Kebutuhan kebutuhan fisologis


2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki
4. Kebutuhan akan penghargaan
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Apabila kebutuhan yang satu telah terpenugi , demikian seterusnya , kebutuhan untuk
aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi.

Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya
pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalam sifat manusia,
selain mempelajari perilaku yang tampak juga mempelajari perilaku yang tidak nampak,
mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran. Intropeksi sebagai suatu
metode penelitian yang tidak disingkirkan, harus dikembalikan lagi sebagai metode penelitian
psikologi. Psikologi harus mempelajari manusia bukan sebagai tanah liat yang pasif, yang
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar, tetapi manusia adalah makhluk yang aktif,
memnentukan geraknya sendiri, ada kekuatan dari dalam untuk menemukanperilakunnya.

Ada empat ciri piskologi yang berorientsi humanistik, yaitu :

1. Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenannya berfokus pada
pengalaman sebagai enomena primer dalam mempelajari manusia.
2. Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, sperti kreativitas, aktualisasi
diri, sebagai lawan dari pemikiran manusia yang mekanistis dan rediksionistis
3. Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan
dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan
mertabat manusia serta tertarikpada perkembangan potensi yang inheren pada setiap
indivisdu (Misiak dan Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi
humanistik, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client _centered
therapy.

Anda mungkin juga menyukai