Anda di halaman 1dari 17

KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN KATARAK


Oleh : David A. Mandala
NIM. : 010030206 B

A. Konsep Katarak
1. Pengertian
Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur,
penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara

2. Etiologi
 Ketuaan, biasanya dijumpai katarak senilis.
 Trauma, terjadi karena pukulan benda tumpul /tajam terpapar oleh sinar X
atau benda-benda radioaktif.
 Penyakit mata seperti Uveitis
 Penyakit sistemik seperti DM.
 Defek congenital.

3. Fisiologi Lensa Mata


Fungsi lensa mata memfokuskan sinar pada retina. Pada saat itu kekuatan
refraksi lensa berubah sesuai dengan kebutuhan sehingga sinar dapat
difokuskan pada retina. Perubahan kekuatan retraksi disebut akomodasi.
2 (dua) faktor yang menentukan dalam akomodasi yaitu:
a. Kemampuan lensa untuk berubah bentuk (menjadi lebih cembung)
b. Kekuatan dari muskulus siliaris.
Bila muskulus siliaris relaks, zonula zinn menjadi tegang, diameter antara
posterior lensa menjadi lebih pendek dan kekuatan refraksi berkurang.
Sebaliknya bila muskulus siliaris kontraksi maka ketegangan zonula zinn
berkurang, sehingga bentuk lensa menjadi lebih cembung dan kekuatan
refraksi bertambah.

4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal transfaransi lensa terjadi karena adanya keseimbangan
antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam
membran sesemi permeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang
tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi
jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan
ataubbintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal
dengan katarak.
Terjadinya penumpukan cairan / degenasi dan desintegrasi pada serabut
tersebut menyebabkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan
gangguan penglihatan.
Trauma Degeneratif Perubahan Kuman

Perubahan serabut Kompresi sentral (serat) Jumlah protein

Keruh Densitas Membentuk massa

Keruh

Pembedahan Katarak

Pre Operasi Post Operasi Menghambat jalan cahaya


- Kecemasan - Gangguan rasa

meningkat nyaman (nyeri)


Penglihatan
- Kurang - Resiko tinggi
/Buta
pengetahuan terjadinya infeksi
- Resiko tinggi - Gangguan sensori persepsi visual
terjadinya injuri : - Risiko tinggi cidera fisik
 Peningkatan
TIO.

5. Pembagian katarak
1) Katarak Congenital
Pada umumnya bilateral. Banyak disebabkan oleh virus rubella pada
trimester I kehamilan bila pada pemeriksaan positif rubella, maka operasi
sebaiknya ditunda sampai umur 2 tahun karena virus masih aktif di
dalam lensa. Kalau di operasi akan terjadi endoftalmitis dan mata akan
menjadi rusak. Bila kekeruhan bilateral segera lakukan operasi satu mata
dulu kurang dari 6 bulan untuk membentuk visus normal. Sedangkan
mata satunya dapat dioperasi setelah umur 2 tahun.
2) Katarak Jevenil
Katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir. Katarak ini termasuk
ke dalam development cataract, yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada
saat masih terjadi perkembangan serat – serat lensa sehingga biasanya
konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut soft cataract. Biasanya
katarak juvenil merupakan bagian dari suatu kejadian penyakit keturunan
lain.
3) Katarak Senil
Katarak senile ada hubungannya dengan pertambahan umur dan
berkaitan dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Perubahan
yang tampak adalah bertambah tebalnya nucleus dengan berkembangnya
lapisan kortek lensa.
Secara klinik / proses ketuaan lensa sudah tampak pada pengurangan
kekuatan akomodasi lensa akibat terjadinya skelerosa lensa yang timbul
pada decade 4 yang dimanifestasi dalam bentuk presbiopia.
a. Katarak insipien
Katarak yang tidak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi
dengan dasar perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan
biasanya terletak di korteks nterior atau posterior. Kekeruhan ini
pada permulaan hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan polidiopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan tes
bayangan iris (shadow test) akan negatif.
b. Katarak imatur
Pada stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan yang
lebih tebal. Tetapi tidak atau belum mengenal seluruh lensa sehingga
masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium
ini terjadi hydras korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan
perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi myopia.
Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan
sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih
sempit.
Pada stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit.
Stadium imatur dimana terjadi kecembungan lensa akibat menyerap
air disebut stadium intumesen. Shadow test pada keadaan ini positif.
c. Katarak matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran
air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Lensa kehilangan
cairan sehingga mengkerut lagi dan kamera okuli anterior menjadi
normal kembali. Kekeruhan lensa sudah menyeluruh warna putih
keabu-abuan. Pada pemeriksaan iris shadow negatif dan fundus
refleks negatif.
Pada stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra
kapsuler (Tehnik Lama).
d. Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa
mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
Dapat terjadi 2 kemungkinan :
 Lensa menjadi kehilangan cairannya terus sehingga mengkerut
dan menipis disebut SHRUNKEN KATARAK.
 Korteks lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak
mengalami perubahan, akibatnya nucleus jatuh disebut
MORGANIAN KATARAK. Operasi pada saat ini kurang
menguntungkan karena lebih mudah terjadi komplikasi.

Katarak senile :
o Paling sering dijumpai
o Biasanya umur lebih dari 50 tahun, tapi kadang-kadang mulai umur
40 tahun
o Hampir selalu mengenai kedua mata dengan stadium yang berbeda.
Kekeruhan dapat dimulai dari perifer kortek atau sekitar nucleus.
o Gejala utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak
mulainya terjadi kekeruhan sampai matur dibutuhkan waktu
beberapa tahun.
o Reaksi pupil terhadap cahaya normal.
6. PEMERIKSAAN
1) Visus menurun bergantung pada :
2) Tak ada tanda-tanda radang (hyperemia tak ada)
3) Iluminasi oblik tampak kekeruhan yang keabu-abuan atau putih dengan
bayangan hitam disebut iris shadow.
4) Pemeriksaan dengan optalmoskop tampak warna hitam diatas dasar
orange disebut fundus reflek.
5) Pada katarak yang lebih lanjut, kekeruhan bertambah sehingga iris
shadow menghilang dan fundus reflek menjadi hitam saja (negatif).

7. PENGOBATAN KATARAK
Apabila penderita masih dapat dikoreksi kacamata, maka diberikan dahulu
kacamata. Akan tetapi ukuran kacamata penderita biasanya sangat mudah /
cepat berubah. Pengobatan yang paling baik dan tepat saat ini adalah operasi.
Indikasi operasi yaitu :
1) Visus yang menurun yang tak dapat dikoreksi dengan kacamata dan
mengganggu aktifitas.
2) Dahulu penderita dioperasi bila visusnya 1/300 s/d tak terhingga (LP+).
Akan tetapi dengan kemajuan tehnologi saat ini katarak dapat dioperasi
pada stadium apapun, bila penderita sudah terganggu aktivitasnya.

Macam operasi :
1) Intra Capsular :
Intra catarax extraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2) Ekstra Capsular :
Extra capsular catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa dengan
merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian
posterior.
Pada saat ini dimana kemajuan tehnologi yang sudah tinggi, tehnik ECCE
lebih disukai karena komplikasinya lebih kecil dan dapat disertai pemasangan
lensa implant intra okuler (IOL = intra okuler lens). Sehingga hasil setelah
operasi menjadi lebih baik.

Afakia :
o Mata yang lensanya tidak ada (dioperasi atau sebab lain).
o Visus 1/60
o Menjadi hipermetrop (kira-kira + 10.00 D)
o Kehilangan daya akomodasi
o Untuk membaca memerlukan tambahan + 3.00 D

Pseudofkia :
Mata yang lensanya sudah diambil dan dipasang IOL
Visus lebih baik, bisa sampai 6/6
Kehilangan daya akomodasi
Untuk membaca memerlukan tambahan + 3.00 D

Evaluasi sesudah operasi katarak :


Hari 1 sesudah operasi harus sudah dievaluasi yaitu :
1) Perdarahan dibilik mata depan (hifema).
2) Kamera okuli anterior jernih/keruh :
Bila mata depan keruh (flare/sel positif)
o Bilik mata depan keruh (flare /sel positif)
o Mungkin sampai terjadi pengendapan pus di bilik mata depan
(hipopion).
o Iris miossi disertai sinekia postrior
3) Perhatikan pupil miosis/midriasis/normal :
o Miosis : biasanya dipergunakan miotikum pada waktu operasi
sehingga hari berikutnya pupil menjadi miosis. Miosis ini dapat
terjadi bila terjadi uveitis anterior, dan biasanya disertai adanya
sinekia posterior.
o Midirasis : dapat terjadi bila ada peningkatan tekanan intra okuler
(glaucoma)
o Pupil tidak bulat : terjadi bila pada waktu operasi terjadi korpukasi
(korpus viterius keluar).

PENGOBATAN SESUDAH OPERASI KATARAK :


Setelah operasi dapat diberi :
o Kacamata, diberikan bila tanda-tanda iritasi sudah hilang (kurang lebih
sesudah 1,5 bulan post op), sudah tidak ada perubahan refraksi (3 x
refraksi tiap minggu).
o Lensa Kontak :
Penglihatan lebih baik daripada kacamata, dan dipakai pada operasi
katarak unilateral (satu mata).
o Inolan Lensa Intra Okuli (IOL) :
- Implan ini memasukkan ke dalam mata pada saat operasi,
menggantikan lensa yang diambil (ECCE).
- Letaknya permanen
- Tidak memerlukan perawatan.
- Visus lebih baik daripada kacamata / lensa kontak.

Kerugian :
o Merupakan benda asing, kemungkinan bereaksi / ditolak oleh tubuh.
o Tehnik operasi lebih sukar/canggih.

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


8. PENGKAJIAN PRC OPERATIF
Subyektif : keluhan penglihatan
o Kabur secara total
o Hanya melihat baik pada tempat yang redup
o Hanya dapat melihat rangsangan cahaya saja
o Ganda / majemuk pada satu mata.
Indikator verbal dan non verbal dari ansietas.
Pemahaman tentang pembedahan katarak termasuk :
o Sifat prosedur
o Resiko dan keuntungan
o Obat anestesi
o Pilihan untuk rehabilitasi visual setelah pembedahan, seperti implan
lensa intraokuler, kontak lensa dan kacamata katarak (kacamata afakia).
Jumlah informasi yang dicari klien.
Obyektif :
o Tidak terdapat tanda-tanda peradangan kecuali pada katarak komplikata
yang penyakit intra okulernya masih aktif.
o Pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak kelabu atau kekeruhan yang
memutih.
o Pada pemeriksaan optalmoskop pada jarak tertentu didapatkan kekeruhan
yang berwarna hitam dengan latar belakang berwarna merah.
o Pada pemeriksaan refraksi meningkat. Pada penderita yang tadinya
menderita presbiopia kemudian menderita katarak, pada stadium awal
dapat membaca tanpa menggunakan kacamata baca.
o Observasi terjadinya tanda-tanda glaucoma karena komplikasi katarak,
tersering adalah glaucoma seperti adanya rasa nyeri karena peningkatan
TIO, kelainan lapang pandang.

9. PENGKAJIAN POST OPERASI


a. Data Subyektif
 Nyeri
 Mual
 Diaporesis
 Riwayat jatuh sebelumnya
 Sistem pendukung, lingkungan rumah.
b. Data Obyektif
 Perubahan tanda-tanda vital
 Respon yang lazim terhadap nyeri.
 Tanda-tanda infeksi
1) Kemerahan
2) Oedema
3) Infeksi kojunctiva (pembuluh darah konjunctiva menonjol).
4) Drainase pada kelopak mata dan bulu mata.
5) Zat purulen
6) Peningkatan suhu
7) Nilai lab; peningkatan leukosit, perubahan leukosit, hasil
pemeriksaan kultur sensitifitas abnormal.
 Ketajaman penglihatan masing-masing mata
 Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. PRE OPERATIF
1) Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.
Kriteria hasil :
o Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat
lingkungan semaksimal mungkin.
o Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif
o Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Orientasikan pasien  Memperkenalkan pada pasien
terhadap lingkungan tentang lingkungan dam
aktifitas. aktifitas sehingga dapat
meninggalkan stimulus
penglihatan.
2. Bedakan kemampuan  Menentukan kemampuan
lapang pandang diantara lapang pandang tiap mata
kedua mata
3. Observasi tanda disorientasi  Mengurangi ketakutan pasien
dengan tetap berada di sisi dan meningkatkan stimulus.
pasien.
4. Dorong klien untuk  Meningkatkan input sensori,
melakukan aktivitas dan mempertahankan
sederhana seperti menonton perasaan normal, tanpa
TV, radio, dll meningkatkan stress.
5. Anjurkan pasien  Menurunkan penglihatan
menggunakan kacamata perifer dan gerakan.
katarak, cegah lapang
pandang perifer dan catat
terjadinya bintik buta.
6. Posisi pintu harus tertutup  Menurunkan penglihatan
terbuka, jauhkan rintangan. perifer dan gerakan.

2) Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan


kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
Tujuan : kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
Mengungkapkan kekhawatirannya dan ketakutan mengenai
pembedahan yang akan dijalani.
Mengungkapkan pemahaman tindakan rutin perioperasi dan
perawatan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Ciptakan lingkungan yang  Membantu mengidentifikasi
tenang dan relaks, berikan sumber ansietas.
dorongan untuk verbalisasi
dan mendengarkan dengan
penuh perhatian.
2. Yakinkan klien bahwa  Meningkatkan keyakinan
ansietas mempunyai respon klien
normal dan diperkirakan
terjadi pada pembedahan
katarak yang akan dijalani.
3. Tunjukkan kesalahpahaman  Meningkatkan keyakinan
yang diekspresikan klien, klien
berikan informasi yang
akurat.
4. Sajikan informasi  Meningkatkan proses belajar
menggunakan metode dan dan informasi tertulis
media instruksional. mempunyai sumber rujukan
setelah pulang.
5. Jelaskan kepada klien  Pengetahuan yang meningkat
aktivitas premedikasi yang akan menambah kooperatif
diperlukan. klien dan menurunkan
kecemasan.
6. Diskusikan tindakan  Sda
keperawatan pra operatif
yang diharapkan.
7. Berikan informasi tentang  Menjelaskan pilihan
aktivitas penglihatan dan memungkinkan klien
suara yang berkaitan dengan membuat keputusan secara
periode intra operatif benar.
b. POST OPERATIF
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur
invasive.
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil : klien melaporkan penurunan nyeri secara progresif
dan nyeri terkontrol setelah intervensi.

INTERVENSI RASIONAL
1. Bantu klien dalam 1. Membantu pasien
mengidentifikasi tindakan menemukan tindakan yang
penghilangan nyeri yang dapat menghilangkan atau
efektif. mengurangi nyeri yang
efektif.
2. Jelaskan bahwa nyeri dapat 2. Nyeri dapat terjadi sampai
terjadi sampai beberapa jam anestesi local habis,
setelah pembedahan. memahami hal ini dapat
membantu mengurangi
kecemasan yang
berhubungan dengan yang
tidak diperkirakan.
3. Lakukan tindakan 3. Latihan nyeri dengan
mengurangi nyeri dengan menggunakan tindakan yang
cara: non farmakologi
- Posisi : tinggikan bagian memungkinkan klien untuk
kepala tempat tidur, ganti memperoleh rasa kontrol
posisi dan tidur, ganti terhadap nyeri.
posisi dan tidur pada sisi
yang tidak dioperasi
- Distraksi
- Latihan relaksasi
4. Berikan obat analgetik sesuai 4. Analgesik dapat
program menghambat reseptor nyeri.
5. Lapor dokter jika nyeri tidak 5. Tanda ini menunjukkan
hilang setelah ½ jam peningkatan tekanan intra
pemberian obat, jika nyeri ocular atau komplikasi lain.
disertai mual.
2) Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif (bedah pengangkatan).
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
 Tanda-tanda infeksi tidak terjadi
 Penyembuhan luka tepat waktu
 Bebas drainase purulen , eritema, dan demam

INTERVENSI RASIONAL
1. Tingkatkan penyembuhan  Nutrisi dan hidrasi yang
luka dengan : optimal meningkatkan
- Beri dorongan untuk kesehatan secara
mengikuti diet seimbang keseluruhan, meningkatkan
dan asupan cairan yang penyembuhan luka
adekuat pembedahan.
- Instruksikan klien untuk  Memakai pelindung mata
tetap menutup mata meingkatkan penyembuhan
sampai hari pertama dan menurunkan kekuatan
setelah operasi atau iritasi kelopak mata
sampai diberitahukan. terhadap jahitan luka.
2. Gunakan tehnik aseptic untuk  Tehnik aseptic menimalkan
meneteskan tetes mata : masuknya mikroorganisme
- Cuci tangan sebelum dan mengurangi infeksi.
memulai
- Pegang alat penetes agak
jauh dari mata.
- Ketika meneteskan
hindari kontk antara mata
dengan tetesan dan alat
penetes.
3. Gunakan tehnik aseptic untuk  Tehnik aseptic menurunkan
membersihkan mata dari resiko penyebaran
dalam ke luar dengan tisu infeksi/.bakteri dan
basah / bola kapas untuk tiap kontaminasi silang.
usapan, ganti balutan dan
memasukkan lensa bila
menggunakan.
4. Tekankan pentingnya tidak  Mencegah kontaminasi dan
menyentuh / menggaruk mata kerusakan sisi operasi.
yang dioperasi.
5. Observasi tanda dan gejala  Deteksi dini infeksi
infeksi seperti : kemerahan, memungkinkan penanganan
kelopak mata bengkak, yang cepat untuk
drainase purulen, injeksi meminimalkan keseriusan
konjunctiva (pembuluh darah infeksi.
menonjol), peningkatan suhu.
6. Anjurkan untuk mencegah  Ketegangan pada jahitan
ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan
dengan cara : menggunakan interupsi, menciptakan jala
kacamata protektif dan masuk untuk
pelindung mata pada malam mirkoorganisme
hari.
7. Kolaborasi obat sesuai  Sediaan topical digunakan
indikasi : secara profilaksis, dimana
- Antibiotika (topical, terapi lebih agresif
parental atau sub diperlukan bila terjadi
conjunctiva) infeksi
- Steroid  Menurunkan inflamasi

3) Gangguan sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan


gangguan penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara
terapeutik dibatasi, ditandai dengan :
 Menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan.
 Perubahan respo biasanya terhadap rangsang.
Hasilnya yang diharapkan :
 Meningkatkan ketajaman penglihatn dalam batas situasi individu
 Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan
INTERVENSI RASIONAL
1. tentukan ketajaman  Kebutuhan individu dan
penglihatan, catat apakah pilihan intervensi dan pilihan
satu atau kedua mata terlibat intervensi bervariasi sebab
2. orientasi pasien terhadap kehilangan penglihatan
lingkungan, staf/ orang lain terjadi lambat dan progresif.
di area  Memberikan peningkatan
3. observasi tanda-tanda dan kenyamanan dan
gejala-gejala disorientasi, kekeluargaaan, menurunkan
pertahankan pengamanan cemas dan disorientasi pasca
tempat tidur sampai benar- operasi.
benar sembuh dari  Terbangun dalam lingkungan
anesthesia. yang tak dikenal dan
4. ingatkan klien mengalami keterbatasan
menggunakan kacamata penglihatan dapat
katarak yang tujuannya mengakibatkan bingung pada
memperbesar ± 25%, orangtua.
penglihatan perifer hilang.  Perubahan ketajaman dan
kedalaman persepsi dapat
menyebabkan bingung /
meningkatkan resiko cedera
sampai pasien belajar untuk
mengkompensasi.

4) Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan


berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, ditandai
dengan klien kurang mengikuti instruksi, sering bertanya terjadi
komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan berupa HE diharapkan klien
mengerti dengan kondisi, prognosis,dan pengobatan.
Kriteria hasil :
 Dapat melakukan perawatan dengan prosedur yang benar
 Dapat menyembuhkan kembali apa yang telah dijelasakan
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji informasi tentang  Meningkatkan pemahaman
kondisi individu prognosis dan kerjasama dengan
tipe prosedur, tipe prosedur program pasca operasi
lensa.  Pengawasan periodic
2. Tekankan pentingnya menurunkan resiko
evaluasi perawatan. komplikasi serius.
Beritahu untuk melaporkan  Dapat bereaksi silang /
penglihatan berawan. campur dengan obat yang
3. Informasikan kepada klien diberikan.
untuk menghindari tetes  Memertahankan konsistensi
mata yang dijual bebas. faeces untuk menghindari
4. Dorong pemasukan cairan mengejan
yang adekuat, makan  Aktifitas yang menyebabkan
terserat. mata lelah tegang, manuver
5. Anjurkan klien untuk valsava atau meningkatkan
menghindari membaca, TID dapat mempengaruhi
berkedip, mengangkat yang hasil operasi dan
berat, mengejar saat mencetuskan perdarahan.
defekasi, membongkok pada Catatan : iritasi pernapasan
panggul, meniup hidung yang menyebabkan batuk /
penggunaan spray, bedak bersih dapat meningkatkan
bubuk, merokok. TID.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,


Edisi 6, EGC, Jakarta.
Doengoes, Mariyln E., (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Sidarta Ilyas, (1997), Katarak, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Tamim Radjamin RK, Dkk, (1993), Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press,
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai