Anda di halaman 1dari 12

LABORATORIUM FREKUENSI TINGGI

NOMOR PERCOBAAN : 05

JUDUL PERCOBAAN : Pengukuran SWR dan Daya pada Transceiver VHF

KELAS / GROUP : TELKOM 5A/KELOMPOK 3

NAMA KELOMPOK : 1. M. Mahardhika Isa (1317030079)


1 Nandika Vadya P (1317030019)
2 Nurul Asma (1317030031)
3 Rahma Kamila A (1317030067)
4 Selvia Robintang M (1317030023)
5 Senna Aji (1317030075)
6 Velsya Millena F (1317030080)

TANGGAL PERCOBAAN : 20 SEPTEMBER 2019

TGL. PENYERAHAN LAP. : 27 SEPTEMBER 2019

NILAI :

DOSEN : SUKMA W

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2019
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL . . . . . . . 1
DAFTAR ISI . . . . . . . 2
PERCOBAAN 5 . . . . . . . 3
1. TUJUAN . . . . . . . . . 3
2. DASAR TEORI . . . . . . . . 3
3. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN . . . . . 5
4. DIAGRAM RANGKAIAN . . . . 5
5. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN . . . . 6
6. DATA HASIL PERCOBAAN . . . . . 7
7. ANALISA DAN PEMBAHASAN . . . . . 8
8. KESIMPULAN . . . . . 9

LAMPIRAN . . . . . . . 10

2
PERCOBAAN V
PENGUKURAN SWR DAN DAYA PADA TRANSCEIVER VHF

1. TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah :
 Mengetahui dan mengukur SWR antara antenna dan pemancar VHF.
 Mengetahui dan mengukur daya output dari transceiver VHF.
 Mengetahui pengaruh AWG pada kabel yang terhubung dari antenna pemancar ke
SWR meter.
 Mencari matching tidaknya perangkat transceiver dengan antenna.
 Mengetahui beberapa jenis transceiver dan antena VHF.

2. DASAR TEORI
Untuk mengetahui besarnya SWR pada suatu antenna terdapat dua faktor yang
mempengaruhi besarnya SWR tersebut. Dua faktor tersebut adalah forward RF power
dan reflected RF power. SWR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

SWR =
Dimana Pf = forward RF power
Pr = reflected RF power
Pengukuran seberapa besar power RF output yang digunakan pada peralatan radio ke
antenna. Pada forward RF output yang digunakan pada peralatan radio ke antenna. Pada
forward RF power semakin besar indikator mengindikasikan RF power, semakin besar
pula RF power yang digunakan di antenna. Dengan kata lain power reflected RF nya
minimum.
Dengan pengukuran power reflected RF, semakin kecil indikator mengindikasikan
power reflected RF nya maka semakin bagus transmisi propagasi power pada antenna.

2.1. SWR (Standing Wave Ratio)


Standing Wave Ratio (SWR) merupakan rasio perbandingan antara gelombang
datang dan gelombang pantul dimana kedua gelombang tersebut membentuk
gelombang berdiri. Bila impedansi beban tidak sesuai dengan impedansi saluran
transmisi, maka sebagian dari energi gelombang yang datang pada beban akan

3
dipantulkan. Hal tersebut menimbulkan suatu gelombang pantulan yang berjalan kembali
di sepanjang saluran transmini ke arah sumbernya.
Begitu juga apabila impedansi sumber tidak sesuai dengan impedansi saluran, maka
pantulan selanjutnya dari gelombang yang sebelumnya terpantul dari beban akan terjadi.
Dengan demikian pantulan-pantulan majemuk dapat ditimbulkan baik pada beban
maupun pada sumber gelombang.
Efek keseluruhan dari peristiwa tersebut dapat diperlakukan sebagai resultan dari
suatu gelombang datang dan gelombang pantulan tunggal. Gelombang-gelombang
tersebut bila dilihat dari posisinya merupakan tegangan diam (untuk frekuensi dan sinyal
masukan tetap) dan karena itulah disebut dengan Gelombang Berdiri Tegangan.

Gambar 1. Gelombang Tegangan Berdiri.


Pada setiap gelombang berdiri tegangan akan terjadi juga arus, karena yang
disalurkan dari sumber menuju beban melalui saluran transmisi pada prinsipnya adalah
daya RF. Dengan demikian apabila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan
impedansi beban maka akan timbul pantulan daya (Reflected Power) pada saluran
transmisi. Pantulan daya ini selanjutnya akan berinterferensi dengan daya yang menuju
beban (Forward Power) atau daya maju dan menghasilkan gelombang tegangan
berdiri seperti gambar di atas.
Pantulan Daya (Reflected Power) ini pada nilai-nilai yang ekstrim (VSWR >2,0)
merupakan kondisi yang dianggap berbahaya dan selalu dihindari karena akan
berpengaruh langsung pada penambahan Desipasi Daya pada Komponen Utama pada
Penguat Akhir RF dan berpotensi merusaknya.
Yang perlu diperhatikan bahwa VSWR adalah selalu suatu bilangan nyata –> yaitu
bilangan yang tidak mempunyai bagian khayal. Nilai VSWR yang ideal seharusnya adalah
4
satu, karena ini merepresentasikan suatu keadaan yang disesuaikan (matched), dan
pengaturan-pengaturan praktis pada saluran transmisi RF yang sering ditujukan untuk
membuat VSWR yang minimum. Apabila Nilai VSWR sama dengan satu atau sangat
mendekati satu (1) dapat terpenuhi, maka suatu sistem transmisi daya RF dapat
dianggap telah memenuhi persyaratan Optimalisasi dan Efisiensi Transmisi Daya RF.

3. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


No Alat Yang Digunakan Jumlah
1 HT 1 Set
2 SWR Meter 1 Buah
3 Antena 1 1 Buah
4 Antena 2 1 Buah
5 Antena 3 1 Buah
6. Dummy Load untuk 20 Wat 1 Buah
7. Frequency counter 1 Buah
8. Kabel Koaksial 3 Set
9. Konektor Secukupnya
10. Set Kabel Penghubung Secukupnya

4. DIAGRAM RANGKAIAN

Gambar 2. Rangkaian Pengukuran SWR dan Daya pada Transceiver VHF.


5. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
Langkah-langkah dalam melakukan percobaan adalah sebagai berikut :
5.1. Mengatur power supply dan mengukur voltmeter agar tegangan output didapat
13,8 volt. Jika sudah tercapai, kemudian mematikan power supply.
5.2. Menghubungkan power supply ke HT. Polaritas tegangan jangan sampai terbalik.
5.3. Menghubungkan HT dengan SWR meterpada terminal Tx, (lihat gambar 2).
5.4. Menghubungkan antenna dengan SWR meter pada terminal antenna.
5
5.5. Memperhatikan langkah 5.1. – 5.4. untuk memastikan semua terpasang dengan
baik.
5.6. Menghidupkan tombol power pada power supply, begitu juga pada HT.
5.7. Mengatur frekuensi pada batas terendah range frekuensi VHF.
5.8. Mengatur daya yang tepat pada SWR meter, untuk HT pilih daya 5 Wat.
5.9. Mengkalibrasi SWR meter terlebih dahulu untuk mengukur VSWR. Mengatur
saklar pada kalibrasi dengan menekan tombol PTT di HT, mengatur potensio di
SWR meter sampai angka yang tepat. Setelah selesai, mengubah saklar ke mode
pengukuran VSWR.
5.10. Mengukur SWR dengan menekan tombol PTT yang ada di HT dan mencatat

hasilnya pada tabel 1.


5.11. Untuk mengukur daya, mengkalibrasi SWR meter pada mode daya terlebih dahulu.

Mengatur saklar pada kalibrasi, dengan menerakan tombol PTT di HT, mengatur
potensio di SWR meter sampai angka yang tepat. Setelah selesai, mengubah saklar
ke mode pengukuran daya.
5.12. Mengukur daya dengan menekan tombol PTT yang ada di HT. Mencatat hasilnya di

tabel 1.
5.13. Mengubah frekuensi pada batas tertinggi range VHF. Dan mengulangi langkah 5.7.

sampai dengan 5.12.


5.14. Mengubah kembali frekuensi pada batas tengah range frekuensi VHF dan

mengulangi langkah 5.7. sampai 5.12.


5.15. Mengulangi langkah 5.4. sampai 5.14 dengan mengganti antenna 1 dengan

antenna 2, antenna 3, dan setelah itu Dummy Load.

6. DATA HASIL PERCOBAAN


Tabel 1.Pengukuran SWR dan Daya untuk 3 Frekuensi yang Berbeda
Frekuensi Daya (Wat)
Transceiver Antenna SWR
(MHz) REF FWD
HT 146 1,3 21 36
Dummy Load 147 1,2 20 37
148 1,3 22 38
146 1,1 20 38
Omni 1 147 1 22 37
148 1,2 22 38
Omni 2 146 1,1, 21 36
147 1,1 22 38
148 1,3 20 38
6
146 1 20 37
Omni 3 147 1,2 22 36
148 1,1 21 38

Tabel 2. Pengukuran SWR dan daya tertinggi


Frekuensi Daya (Wat)
Transceiver Antenna SWR
(MHz) REF FWD
Dummy Load 150 1,3 21 37
Omni 1 150 1,1 20 38
HT
Omni 2 150 1,3 21 36
Omni 3 150 1,2 22 5237

7. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan ini dilakukan pengukuran nilai SWR (Standing Wave Ratio) dan daya
dari beberapa antena, yaitu antenna 1 , antenna 2, antenna 3, serta Dummy Load. Dengan
menggunakan 1 transceiver yaitu HT dengan transmitter power 5 watt dan frekuensi yang
digunakan yaitu frekuensi (MHz) 145, 146, 147, 148, 149, dan 150.
SWR merupakan besar atau kecilnya pola amplitudo jika pada suatu saluran transmisi
terjadi gelombang pantul, antara gelombang pantul dan gelombang datang akan saling
menguatkan atau melemahkan. Besar dan kecilnya pola amplitudo yang tetap disebut
gelombang berdiri(standing wave).
Atau dengan kata lain SWR merupakan satuan yang menunjukkan sampai dimana
antenna sesuai dengan jalur transmisi yang dikirimnya. Untuk ukuran yang idealnya, nilai
dari SWR adalah 1, karena hal itu menandakan bahwa semua daya dapat terpancarkan
semuanya. Berdasarkan hasil percobaan maka dapat dilihat bahwa hasil yang didapat, nilai
SWR tidak seluruhnya bernilai 1 namun nilai yang didapat masih masuk kedalam nilai
toleransi karena belum mencapai bernilai 2.
Dari hasil percobaan yang didapat, daya yang dipancarkan oleh HT dengan
menggunakan antenna 1 pada frekuensi 145 sebesar 0 watt, frekuensi 146 sebesar 0,2
watt, frekuens 147 sebesar 0,3 watt, frekuensi 148 sebesar 0,4 watt, frekuensi 149 sebesar
0,7 watt, dan frekuensi 150 sebesar 1,1 watt, Begitu pula pada antenna 2, antenna 3, dan
dummy load daya yang dihasilkan berkisar 0-0,8 watt karena pada antenna tersebut dan
dummy load beban sudah disesuaikan dengan transceiver yang digunakan, sehingga
kemungkinan daya yang dipantulkan kembali ke transceiver sangatlah kecil. Dari hasil
yang didapatkan yang mendapatkan nilai SWR terbaik atau matching adalah antenna 2,
antenna 3, dan dummy load. Sedangkan peyimpangan adalah pada antenna 1. Hal itu

7
menunjukkan bahwa transmisi daya RF menggunakan antenna 1 tidak begitu optimal
seperti antenna 2, antenna 3, atau dummy load. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
pengukuran SWR dan daya adalah frekuensi, dan juga kabel koaksial yang digunakan.

8
8. KESIMPULAN
Dari praktik ini dapat disimpulkan bahwa :
1. VSWR yang didapat pada Antena 1,2,3, dan dummy load hampir semua
mendapatkan nilai 1 .
2. Antena 1, 2 ,dan 3 masih dalam kondisi baik.
3. Daya yang diperoleh berkisar pada rentang 0 sampai 1,1 .
4. Daya yang tertinggi didapat pada antena 1 pada frekuensi 150 MHz.
5. Faktor yang mempengaruhi nilai VSWR dan daya adalah frekuensi dan kabel
koaksial yang digunakan.

LAMPIRAN

9
10
11
Dummy Load
SWR meter

Frequency HT Antena 1 , 2 ,3
counter

12

Anda mungkin juga menyukai