Anda di halaman 1dari 11

Penyakit Kecacingan yang Diderita oleh Sebagian Siswa Kecamatan Batu Ampar

Dian Anggraini
102019135
B4
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
dian.102019135@civitas.ukrida.ac.id

ABSTRAK
Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah
lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu
lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana
sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan
yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas
sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Puskesmas dan salah satu dari upaya kesehatan
wajib Puskesmas yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah promosi kesehatan. Dalam laporan ini
terdapat pengetahuan tetang penyakit ini yang mencakup seluruh aspek. Dari aspek promosi serta
mengatasinya.

ABSTRACT
In Healthy Indonesia 2025, the expected strategic health development environment is an
environment conducive to the realization of a state of physical, spiritual and social health,
namely an environment free of socio-cultural and pollution vulnerability, availability of
drinking water and adequate environmental sanitation facilities, housing and settlements that
are adequate healthy, health-oriented regional planning, and the realization of community
life that has social solidarity by maintaining the nation's cultural values. Puskesmas and one
of the mandatory health efforts of Puskesmas that must improve performance is health
promotion. In this report there is knowledge about this disease which covers all aspects.
From the promotion aspect and overcoming it.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)
merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Infeksi kecacingan tergolong
penyakit neglected disease yaitu infeksi yang kurang diperhatikan dan penyakitnya
bersifat kronis tanpa menimbulkan gejala klinis yang jelas dan dampak yang
ditimbulkannya baru terlihat dalam jangka panjang seperti kekurangan gizi, gangguan
tumbuh kembang dan gangguan kognitif pada anak.1 Dalam Indonesia Sehat 2025,
lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu
lingkungan yang 27 28 bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya
air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan
memelihara nilai-nilai budaya bangsa. 2Maka dari itu, mari kita bahas tentang infeksi
kecacingan yang terjadi serta paparan pembahasan dari banyak aspek.
1.2 Rumusan Masalah
20% Murid sekolah dasar tampak pucat , letih dan lesu setelah di lakukan
pemeriksaan 40% murid sekolah dasar menderita kecacingan. Rata – rata hemoglobin 8,5
g/dl

1.3 Hipotesis
Puskesmas di daerah ini sudah menjalankan visi dari Indonesia sehat.
1.4 Tujuan Pembelajaran
- Mahasiswa dapat mengetahui tentang Visi Indonesia Sehat
- Mahasiswa dapat mengetahui Paradigma Sehat
- Mahasiswa dapat mempromosikan kesehatan
- Mahasiswa mengetahui tugas dan peran Puskesmas
II. ISI
2.1 Definisi
Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan
adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial,
yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan
sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki
solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Perilaku masyarakat yang diharapkan
dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman
penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).3
Visi Indonesia Sehat 2025
VISI Kesehatan adalah salah satu unsur dari masyarakat Indonesia yang sejahtera, yaitu tercapainya
hak atas hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui sistem kesehatan yang dapat
menjamin terlindunginya masyarakat dari berbagai risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan merata. Kesehatan sebagai
investasi akan menghasilkan penduduk yang sehat dan produktif sebagai SDM pembangunan yang
berkelanjutan serta memiliki daya saing global. Keadaan masa depan masyarakat Indonesia yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai
oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, baik jasmani,
rohani maupun sosial, dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 4Keadaan
masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
dirumuskan sebagai:
MISI
Menggerakkan Pembangunan Nasional Berwawas- an Kesehatan, Mendorong Kemandirian
Masyarakat untuk Hidup Sehat , Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu,
Merata, dan Terjangkau , Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan .5
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya Puskesmas berperan dalam pembangunan berwawasan kesehatan di wilayahnya
dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat (kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat); mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu, hidup dalam
lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,kelompok
dan masyarakat. Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkewajiban melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dan terwujudnya
kecamatan sehat. Secara structural atau administratif, Puskesmas berada dibawah administrasi
Pemerintah Daerah kabupaten, dimana pembinaan secara teknis diberikan oleh Dinas Kesehatan
Kapubaten/Kota dan Provinsi. Aturan menyatakan bahwa Puskesmas berfungsi sebagai
penyelenggara layanan kesehatan baik berupa upaya kesehatan masyarakat (UKM) maupun upaya
kesehatan perorangan (UKP). Kedudukan Puskesmas sebagai “penyelenggara” layanan kesehatan
menegaskan bahwa Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis tingkat pertama dari Dinas Kesehatan.
Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar tewujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan aspek
pemerintahan dalam bidang kesehatan di kabupaten/kota. . Puskesmas adalah penanggungjawab
penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Upaya kesehatan diutamakan pada
berbagai upaya yang mempunyai daya ungkit Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Ilmu Kedokteran
Pencegahan, Program Studi 4 Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana tinggi
dalam pencapaian sasaran pembangunan kesehatan utamanya penduduk rentan, antara lain ibu,
bayi, anak, manusia usia lanjut, dan masyarakat miskin. Terdapat tiga tingkatan upaya kesehatan,
yaitu upaya kesehatan tingkat pertama/primer, upaya kesehatan tingkat kedua/sekunder, dan upaya
kesehatan tingkat ketiga/tersier. Upaya Kesehatan Primer terdiri dari pelayanan kesehatan
perorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer. Pelayanan kesehatan perorangan
primer adalah pelayanan kesehatan dimana terjadi kontak pertama secara perorangan sebagai
proses awal pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan perorangan primer memberikan penekanan
pada pelayanan pengobatan, pemulihan tanpa mengabaikan upaya peningkatan dan pencegahan,
termasuk di dalamnya pelayanan kebugaran dan gaya hidup sehat (healthy life style) .6
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang pelaksanaan operasionalnya dapat didelegasikan kepada Puskesmas, dan/atau
fasilitas pelayanan kesehatan primer lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan/atau masyarakat. Prinsip-prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi: paradigma
sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan, teknologi tepat guna,
dan keterpaduan dan kesinambungan. Paradigma sehat mengandung makna bahwa Puskesmas
mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan
mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Puskesmas menerapkan prinsip pertanggungjawaban wilayah dimana Puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Melalui prinsip
kemandirian masyarakat puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Melalui prinsip pemerataan, pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
oleh Puskesmas diharapkan dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan
serta memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Melalui prinsip keterpaduan dan
kesinambungan, puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan
UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem Rujukan yang didukung dengan
manajemen Puskesmas. Puskesmas berperan dalam menyelenggarakan: 1. Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan b. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya. Untuk mencapai visi pembangunan kesehatan yakni mewujudkan Kecamatan
Sehat, Puskesmas bertanggung jawab untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya Kesehatan
Masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan pengembangan.
Yang dimaksud upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi: 1. pelayanan promosi kesehatan; 2.
pelayanan kesehatan lingkungan; 3. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; 4.
pelayanan gizi; dan 5. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. 6. surveilans dan sentinel
SKDR. Sementara itu, upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama meliputi: a. rawat jalan; b.
pelayanan gawat darurat; c. pelayanan satu hari (one day care); d. home care; dan/atau e. rawat
inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. Untuk melaksanakan upaya
kesehatan masyarakat dan perorangan, Puskesmas juga menyelenggarakan upaya penunjang
meliputi: • manajemen Puskesmas; • pelayanan kefarmasian; • pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat; dan • pelayanan laboratorium.7
Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang be
rsifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang
dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah y ang
berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap
sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Untuk itu diterapkan konsep hidup
sehat H.L Blum. Yakni dera jat kesehatan masyarakat dipengaruhi faktor lingkungan, gaya hidup,
pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Dengan tujuan menc apai derajat sehat yang optimal,
sehingga perlu adanya suatu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, yang telah
dirumuskan dalam keputusan menteri kesehatan Nom or 1202/ MENKES/SK/VIII/2003. Paradigma
sehat sendiri menuliskan bahwa dalam memberika suatu pelayanan kesehatan harus secara
komprehensif atau secara lengkap yang terdapat promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif, serta
menyediakan pelayanan yang secara kontinu dimana ketika suatu pasien yang telah dilayani
mengalami gangguan kesehatan yang berulang secara mendadak maka dokter tidak boleh menolak
permintaan dari pasien itu karena melayani pasien sendiri secara total tanpa memandang bulu
merupakan tanggung jawabnya sebagai seorang dokter. Promotif sendiri mempunyai arti mengenai
bagaimana tenaga ksehatan melakukan penyuluhan mengenai informasi kesehatan yang masyarakat
perlu tau dengan memberikan edukasi atau dengan mendemonstrasikan perilaku sehat pada suatu
wilayah8.
Puskesmas dan salah satu dari upaya kesehatan wajib Puskesmas yang harus ditingkatkan
kinerjanya adalah promosi kesehatan. Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah,
promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, 21 oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Bila diterapkan untuk Daerah
Bermasalah Kesehatan (DBK), maka menolong diri sendiri artinya masyarakat DBK mampu
menghadapi masalah- masalah kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara mencegahnya
dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi dengan cara menanganinya secara
efektif serta efisien. Dengan kata lain, masyarakat DBK mampu berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dalam rangka memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (problem solving),
baik masalah-masalah kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial (mengancam), secara
mandiri (dalam batas-batas tertentu). Jika definisi itu diterapkan di Puskesmas, maka dapat dibuat
rumusan sebagai berikut: Promosi Kesehatan oleh Puskesmas adalah upaya Puskesmas untuk
meningkatkan kemampuan pasien, individu sehat, keluarga (rumah tangga) dan masyarakat di DBK,
agar (1) pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, (2) individu
sehat, keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-
masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui (3)
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal
adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1) sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah
perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) . Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka
adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat
pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Sasaran tersier adalah
para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan
dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan
sumber daya. Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi promosi
kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) pemberdayaan, yang didukung oleh (2) bina suasana dan
(3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan. Pemberdayaan adalah pemberian
informasi dan pendampingan dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna
membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu,
mau dan mampu mempraktikkan PHBS. Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan
sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan
dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya. Sedangkan advokasi adalah pendekatan dan motivasi
terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan
PHBS baik dari segi materi maupun non materi.9
Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan
masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Infeksi kecacingan tergolong penyakit neglected disease
yaitu infeksi yang kurang diperhatikan dan penyakitnya bersifat kronis tanpa menimbulkan gejala
klinis yang jelas dan dampak yang ditimbulkannya baru terlihat dalam jangka panjang seperti
kekurangan gizi, gangguan tumbuh kembang dan gangguan kognitif pada anak.1 Faktor faktor yang
menyebabkan masih tingginya infeksi cacing adalah rendahnya tingkat sanitasi pribadi (perilaku
hidup bersih sehat) seperti kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar (BAB),
kebersihan kuku, perilaku jajan di sembarang tempat yang kebersihannya tidak dapat dikontrol,
perilaku BAB tidak di WC yang menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan oleh feses yang
mengandung telur cacing serta ketersediaan sumber air bersih. Upaya pemberantasan dan
pencegahan penyakit kecacingan di Indonesia secara nasional dimulai tahun 1975. Menurut
Kementrian Kesehatan 2006,3 pada Pelita V tahun (1989–1994) dan Pelita VI tahun (1994– 1999)
Program Pemberantasan Penyakit Cacing lebih ditingkatkan prioritasnya pada anak-anak karena
pada periode ini lebih memperhatikan peningkatan perkembangan dan kualitas hidup anak.
Ternyata upaya ini telah berhasil meningkatkan cakupan menurunkan prevalensi kecacingan dari
78,6% (tahun 1987) menjadi 8,9% (tahun 2003). perilaku mencuci tangan dengan sabun baik
sebelum makan mapun sesudah BAB disadari para siwa dapat melindingi seseorang dari infeksi
kecacingan. Menurut penelitian Umar13 terdapat hubungan bermakna antara perilaku cuci tangan
memakai sabun sebelum makan dengan kejadian kecacingan. Cuci tangan adalah salah satu tindakan
sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan
lainnya dengan tujuan untuk menjadi bersih. Menurut WHO,14 cuci tangan adalah tindakan paling
utama dan menjadi salah satu cara mencegah terjadinya penularan penyakit dan tujuan utamanya
secara higienis adalah untuk menghalangi transmisi kuman patogen secara cepat dan efektif.
Menurut Satari dalam Luthfianti,15 kebiasaan mencuci tangan pada anak sebetulnya merupakan
bagian dari toilet training. Pada penelitian ini pemberian informasi cuci tangan disertai dengan
peragaan cuci tangan yang benar memberikan efek pada penurunan angka infeksi kecacingan.
Bermain di tanah juga merupakan faktor resiko infeksi kecacingan, tanah yang tercemar feses dapat
menjadi sumber penular infeksi cacing usus. Faktor risiko lain yang berhubungan dengan infeksi
kecacingan adalah kebersihan kuku karena kuku dapat menjadi perantara masuknya telur cacing ke
dalam tubuh manusia. Untuk menjaga agar kuku tetap bersih biasanya dilakukan dengan
menggunting kuku secara berkala.10
Penyakit kecacingan identik dengan faktor sosio-ekonomi yang buruk. Faktor sosial ekonomi
seperti penghasilan serta tingkat pengetahuan yang rendah membuat keperdulian seseorang akan
kesehatan lebih rendah dibandingkan orang yang memiliki penghasilan dan pengetahuan yang
tinggi. Tingkat pengetahuan orang tua berperan dalam menjaga kesehatan dan kebersihan keluarga
sehingga mempengaruhi prevalensi infeksi STH \ Tingkat ekonomi yang rendah dapat terlihat dari
jumlah penghasilan yang rendah. Tingkat ekonomi yang rendah akan berkaitan dengan kepemilikan
sanitasi yang belum memadai, kebersihan diri dan lingkungan yang buruk, tingkat pendidikan, sikap
dan perilaku hidup sehat yang belum membudaya. Faktor sosial ekonomi meliputi pekerjaan,
pendidikan, dan penghasilan, dan faktor perilaku meliputi kebiasaan tidak memakai alas kaki di
sekolah, di rumah dan saat bermain, kebiasaan bermain di tanah, serta perilaku pengobatan mandiri.
Faktor-faktor yang juga dapat menyebabkan tingginya angka kejadian penyakit kecacingan ini adalah
kondisi sanitasi lingkungan yang belum memadai, kebersihan diri yang buruk, tingkat pendidikan dan
kondisi sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat yang belum
membudaya, serta kondisi geografis yang sesuai untuk perkembangbiakan cacing . 11

Definisi kesehatan menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 adalah “keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial untuk memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomi” (Undangundang tentang kesehatan tahun 2009). Kesehatan
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehat juga merupakan keadaan dari
kondisi fisik yang baik, mental yang baik, dan juga kesejahteraan sosial, tidak hanya merupakan
ketiadaan dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1948). Pengertian sakit adalah berasa tidak nyaman
di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu (demam, sakit perut, dan lain-lain). Sakit juga
merupakan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme
sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya (Parson, 1972). Sakit juga dapat disebabkan oleh
beberapa hal, baik itu yang berasal dari gaya hidup yang kurang sehat, lingkungan yang tidak bersih,
ataupun karena menurunnya metabolisme tubuh.12

UKS merupakan usaha yang dapat dijadikan jalur untuk membantu peserta didik selama di
sekolah secara sadar, berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam lingkup kesehatan, dengan
tujuan menanamkan, menumbuhkan, membimbing dan membentuk perilaku hidup sehat, tumbuh
kembang anak secara optimal serta mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga derajat kesehatan
serta kualitas dan prestasi pendidikan dapat meningkat. Adanya pembinaan UKS sangat berperan
dan berandil besar dalam tercapainya tujuan kesehatan. Kesehatan dan pendidikan merupakan
faktor yang saling berkaitan dan berkesinambungan, adanya kesehatan yang diperoleh setiap
manusia maka tujuan pendidikan nasional dalam peningkatkan derajat kesehatan secara optimal
dapat terwujud (Cahyo Aji Pamungkas : 10). Tujuan Umum Meningkatkan mutu pendidikan dan
prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat
kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis serta optimal dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya. 10 b. Tujuan khusus Memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi
derajat kesehatan peserta didik yang didalamnya mencakup : 1) Memiliki pengetahuan, sikap
danketerampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha
peningkatan kesehatan di sekolah. 2) Sehat baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan.
3) Memiliki daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk, penyalah gunaan narkotika,
obat-obatan dan bahan berbahaya, alkohol (minuman keras), rokok dan sebagainya. UKS dapat
berpartisipasi aktif didalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, rumah tangga, maupun
dilingkungan masyarakat, baik itu kesehatan fisik, mental dan sosial (Tim Esensi, 2012: 4-5).13

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran
anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah
dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013). ujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya . Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka
kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang
dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan
tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak
kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua . 14

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit kecacingan yang terjadi ini adalah penyakit menular yang disebabkan
olehlingkungan yang tidak bersih. Muncullah peran puskesmas untuk mempromosikan tentang
kesehatan lingkungan serta mengatasi permasalahan d lingkungan tersebut untuk mencapai
Visi Indonesia Sehat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kurniawan A. Infeksi Parasit. Dulu dan Masa Kini. Maj Kedokt Indon.
2010.60(11).Hal 487-88
2. Winita R. Mulyati .Astuty H . Uapaya Pemberantasan Kecacingan di Sekolah Dasar .
Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. 2012 . 16(2) .
Hal 65
3. Departemen Kesehatan RI . Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan 2005-2025. 2009. Hal 24
4. Departemen Kesehatan RI . Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan 2005-2025. 2009.Hal 27
5. Departemen Kesehatan RI . Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan 2005-2025. 2009.Hal 29
6. Putri WCWS. Yuliyatni PCD. Aryani P .Sari KAK . Sawitri S . Dasar-dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Udayana . 2017. Hal 2
7. Putri WCWS. Yuliyatni PCD. Aryani P .Sari KAK . Sawitri S . Dasar-dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Udayana . 2017. Hal 2
8. Setyawan B, Endra F .Paradigma Sehat . 2010 .6(12) . Hal 2
9. Ginting M. Syayadi M .Rudiyanto C .Yusra . Rahmani SKW dkk . Promosi
Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan . Hal 20-24
10. Winita R. Mulyati .Astuty H . Upaya Pemberantasan Kecacingan di Sekolah Dasar .
Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. 2012 . 16(2) .
Hal 67
11. Dharma YP . Hubungan Faktor Sosio-Ekonomi dan Tingkat Pengetahuan Orang
Tua Dengan Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminth (STH) dan Pemetaan
Tempat Ttinggal Siswa Terinfekai STH Pada Siswa SDN 1 Krawangsari Natar .
Fakultas kedokteran Universitas Lampung . 2016 . Hal 43-57.
12. Triyono SDK, Herdiyanto YK. Konsep Sehat dan Sakit Pada Individu Dengan
Urothialisis di Kabupaten Klungkung, Bali. Program Studi Psikologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Udayana. 2017. 4(2) . hal 264
13. Harmawan DF . Tingkat Keterlaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Pada
Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo . Universitas
Negeri Yogyakarta . 2015 . Hal 8-10

Anda mungkin juga menyukai