Dian Anggraini
102019135
B1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
dian.102019135@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Laktosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa yang dihidrolisa dengan
bantuan enzim laktase dan menghasilkan monosakarida. Laktosa sangatlah penting untuk tubuh
manusia, jika sesorang kekurangan enzim laktase ia akan mengalami intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa adalah suatu keadaan ketidakmampuan enzim laktase menghidrolisis laktosa
di usus halus, umumnya diderita oleh anak – anak dan remaja. Intoleransi laktosa primer
dapat disebabkan oleh berkurang atau tidak adanya aktivitas enzim laktase dan kelainan gen LCT
C>T- 13910.
Kata kunci: Gen LCT, intoleransi laktosa
Abstrack
Lactose is a disaccharide consisting of glucose and galactose which is hydrolyzed with the help
of the enzyme lactase and produces monosaccharides. Lactose is very important for the human
body, if a person lacks the enzyme lactase he will experience lactose intolerance. Lactose
intolerance is a state of the inability of the enzyme lactase to hydrolyze lactose in the small
intestine, commonly affecting children and adolescents. Primary lactose intolerance can be
caused by reduced or absence of lactase enzyme activity and abnormalities in the LCT C> T-
13910 gene.
Ekspresi Gen
Replikasi DNA
Sintesis DNA berlangsung melalui proses replikasi. Selama replikasi, masing-masing dari
kedua untai DNA induk berfungsi sebagai cetakan untuk sintesis sebuah untai yang bersifat
komplementer. Dengan demikian, setiap molekul DNA yang dibentuk melalui proses replikasi
mengandung satu untai induk yang utuh dan satu untai yang baru disintesis. Pada eukariot,
replikasi DNA terjadi selama fase S pada siklus sel. Kemudian sel membelah selama fase M, dan
masing sel anak menerima salinan DNA yang persis sama dengan yang dimiliki oleh sel induk.9
Replikasi bersifat dua arah. Dua untai induk terpisah dalam region ini, dan kedua untai
disalin secara serempak. Sintesis dimulai da titik awal dan berlangsung pada garpu replikasi yang
bergerak menjauhi titik awal dalam dua arah (bidirectional), (kedua arah pada saat yang sama).
Replikasi berahkir pada sisi lain dari kromosom di titik terminasi. Satu putaran sintesis, yang
melibatkan penggabungan lebih dari 4 juta nukleotida pada masing-masing untai DNA baru,
diselesaikan dalam waktu sekitar 40 menit.9
Replikasi bersifat semikonservatif. Masing-masing kromsom anak memiliki satu untai
DNA induk dan satu untai komplementer yang baru disintesis. Oleh karena itu, replikasi
dikatakan sebagai semikonservatif, yaitu untai – untai induk dipertahankan tetapi tidak lagi
bersama-sama. Masing- masing untai induk berpasangan dengan untai yang baru di sintesis.9
Pembentukan Untai Induk. Pada prokariot dan eukariot , tempat terjadinya repikasi
pada setiap saat disebut garpu replikasi (replication fork). Seiring dengan berjalannya proses
replikasi, kedua untai induk terpisah di depan garpu replikasi. Di belakang garpu, setiap untai
DNA yang baru terbentuk membentuk pasangan basa dengan untai cetakan induk yang bersifat
komplementer. Dengan demikian, garpu replikasi berbentuk hutuf Y.9
Terdapat suatu kompleks protein berperan dalam replikasi. Helikase dan topoisomerase
membentuk/ menguraikan untai induk, dan protein pengikat untai-tunggal mencegah untai-untai
tersebut menyatu kembali.9
Enzim utama yang berperan dalam replikasi DNA adalah DNA polimerase yang
menyalin untai cetakan induk dalam arah 3’ ke 5’ , menghasilkan untai baru dalam arah 5’ ke 3’.
Deoksiribonukleotida trifosfat berfungsi sebagai precursor. Satu untai DNA yang baru disintesis
tumbuh secara kontinu, sementara untai lainnya diseintesis secara diskontinu dalam segmen
pendek yang dikenal sebagai fragmen Okazaki. Fragmen-fragmen ini kemudia disatukan oleh
DNA ligase.9
Gambar 2 Transkripsi
Sumber : nafiun.com
Transkripsi
Transkripsi merupakan sintesis RNA dari
salah satu rantai DNA, yaitu rantai cetakan yang
disebut sense, sedangkan pasangan rantai
DNAnya disebut rantai antisense. Terjadi di
dalam inti sel. Transkripsi terdiri dari tiga tahap,
yaitu:
a. Inisiasi (permulaan). Transkripsi diawali oleh
promoter, yaitu daerah DNA tempat RNA
polimerase melekat. Promoter mencakup titik
awal transkripsi dan biasanya membentang
beberapa pasang nukleotida di depan titik awal
tersebut. Fungsi promoter selain menentukan di mana transkripsi dimulai, juga menentukan yang
mana dari kedua rantai ganda DNA yang digunakan sebagai cetakan.
b. Elongasi (pemanjangan). Ketika RNA bergerak di sepanjang DNA, pilinan rantai ganda DNA
tersebut terbuka secara berurutan kira-kira 1020 basa DNA. Enzim RNA polimerase
menambahkan nukleotida ke ujung 3’ dari molekul RNA yang dibentuk di sepanjang rantai
ganda DNA. Setelah sintesis RNA berlangsung, rantai ganda DNA akan terbetuk kembali dan
RNA baru akan terlepas dari cetakannya.
c. Terminasi (pengakhiran). Transkripsi berlangsung hingga RNA polimerase mentranskripsi
urutan DNA yang dinamakan terminator. Terminator merupakan urutan DNA yang berfungsi
untuk mengakhiri proses transkripsi. Pada prokariotik, transkripsi berhenti pada saat RNA
polimerase mencapai titik terminasi. Pada eukariotik, RNA polimerase terus melewati titik
terminasi, 10-35 nukleotida, RNA yang telah terbentuk terlepas dari enzim tersebut.10
Translasi
Translasi berlangsung di dalam sitoplasma dan ribosom. Translasi merupakan proses
penterjemaahan sutu kode genetik menjadi protein yang sesuai. Kode genetik tersebut berupa
kodon di sepanjang molekul RNAd, sebagai penterjemaahnya RNAt. RNAt membawa asam
amino dari stoplasma ke ribosom. Molekul RNAt membawa asam amino spesifik pada salah satu
ujungnya yang sesuai dengan triplet nukleotida pada ujung RNAt lainnya yang disebut
antikodon. Misalnya, perhatikan kodon RNAd UUU yang ditranslasi sebagai asam amino
fenilalanin. RNAt pembawa fenilalanin mempunyai antikodon AAA yang komplemen dengan
UUU agar terjadi reaksi penambahan fenilalanin pada rantai polipeptida sebelumnya. RNAt
yang mengikat diri pada kodon RNAd harus membawa asam amino yang sesuai ke dalam
ribosom. Melekatnya asam amino pada RNAt dibantu oleh enzim aminoasil-RNAt sintetase
(aminoacyl-tRNA synthetase). Ribosom memudahkan pelekatan antara antikodon RNAt dengan
kodon RNAd selama sintesis protein. Ribososm tersususn atas subunit besar dan subunit kecil
yang dibangun oleh protein-protein dan molekul-molekul RNAt. Tahap Transalasi ada tiga yaitu:
Gambar 3 Transkripsi
Sumber : edubio.info
a. Inisiasi.
Terjadi dengan adanya RNAd, RNAt dan dua subunit ribosom. Pertama-tama subunit kecil
ribosom melekat pada tempat tertentu diujung 5’ dari RNAd. Pada RNAd terdapat kodon
“start” AUG, yang memberikan tanda dimulainnya proses translasi. RNAt inisiator
membawa asam amino metionin, melekat pada kodon inisiasi AUG.
b. Elongasi.
Pada tahap elongasi, sejumlah asam amino ditambahkan satu persatu pada asam amino pertama
(metionin). Kodon RNAd pada ribosom membentuk ikatan hidrogen dengan antikodon molekul
RNAt yang komplemen dengannya. RNAr dari subunit besar berperan sebagai enzim, yang
berfungsi mengkatalisis pempentukan ikatan peptida yang menggabungkan polipeptida yang
memanjang ke asam amino yang baru tiba. Polipeptida memisahkan diri dari RNAt tempat
perlekatan semula, dan asam amino pada ujung karboksilnya berikatan dengan asam amino yang
dibawa oleh RNAt yang baru masuk. Ketika RNAd berpindah tempat, antikodonnya tetap
berikatan dengan kodon RNAt. RNAd bergerak bersama-sama dengan antikodon ini dan
bergeser ke kodon berikutnya yang akan ditranslasi. Disamping itu, RNAt sekarang tanpa asam
amino karena telah diikat pada polipeptida yang telah memanjang. Selanjutnya RNAt keluar dari
ribosom. Langkah ini membutuhkan energi yang disediakan oleh hidrolisis GTP.
c. Terminasi.
Elongasi berlanjut sampai ribosom mencapai kodon stop. Triplet basa kodon stop adalah
UAA, UAG, dan UGA. Kodon stop tidak mengkode suatu asam amino melainkan bertindak
sebagai tanda untuk menghentikan proses translasi dan berakhir pula proses sintesis protein.11
Dalam model Jacob dan Monod, operon lac mengandung operator tunggal (sekarang
ditunjuk O1). Namun, dua operator tambahan (O2, O3) kemudian ditemukan. Awalnya, O2 dan O3
disangka mempunyai peran yang sangat kecil. Kemudian Benno Muller-hill dan rekan kerjanya
mendemonstrasikan bahwa delesi dari kedua operator “minor” mempunyai dampak yang besar
pada tingkat transkripsi dari operon. Penelitian yang baru telah menunjukkan respirasi efisien
dari operon lac membutuhkan operator utama (O1) dan setidaknya salah satu operator minor (O2
atau O3) dan respirasi maksimum membutuhkan semua dari ketiga operator. Namun demikian,
terlebih dulu kita akan mendiskusikan model Jacob dan Monod operon lac, yang hanya
melibatkan satu operator, yang sekarang dinamaiO1. Kemudian kita akan memperluas model dan
memeriksa fungsi semua ketiga operator di bagian yang berjudul Interaksi Protein-DNA yang
mengontrol Transkripsi Operon lac.15
INDUKSI
Represi Katabolit
Adanya glukosa telah lama dikenal untuk mencegah induksi operon lac, serta operon
lainnya mengendalikan enzim yang terlibat dalam katabolisme karbohidrat. Fenomena ini, yang
disebut represi katabolit (atau efek glukosa), menjamin glukosa yang dimetabolisme saat ini,
dalam preferensi selain efisien, kurang efisiensi, energi represi katabolit sources. dari operon lac
dan beberapa operon dimediasi oleh protein yang disebut regulator CAP (untuk protein aktivator
katabolit) dan molekul efektor kecil yang disebut siklik AMP (adenosine-3’, 5’-monofosfat;
disingkat cAMP).16
Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa merupakan sindroma klinis yang ditandai oleh satu atau lebih
manifestasi klinis seperti sakit perut, diare, mual, kembung, produksi gas di usus meningkat
setelah konsumsi laktosa atau makanan yang mengandung laktosa. Jumlah laktosa yang
menyebabkan gejala bervariasi dari individu ke individu, tergantung pada jumlah laktosa yang
dikonsumsi, derajat defisiensi laktosa, dan bentuk makanan yang dikonsumsi.17
Gejala intoleransi laktosa biasanya terjadi antara 30 menit hingga 2 jam setelah
mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa. Gejala yang timbul antara
lain kembung, kram, flatus, nyeri perut, mual, dan diare. Laktosa yang tidak tercerna akan
menumpuk di kolon, kemudian oleh koloni bakteri dikolon akan difermentasikan, dan
menghasilkan gas hydrogen. Laktosa yang tidak di absorpsi akan menyebabkan efek osmotic
intralumen yang menimbulkan diare.18
Laktosa tidak dapat diabsorpsi sebagai disakarida, melainkan harus dihidrolisis dahulu
menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase di usus halus. 11 Jika aktivitas
laktase turun atau tidak ada, laktosa tidak diabsorpsi dan akan mencapai usus bagian distal atau
kolon; menyebabkan peningkatan tekanan osmotik atau “menarik air” dan elektrolit sehingga
akan memperbesar volume di dalam lumen usus. Keadaan ini akan merangsang peristaltik usus
halus sehingga waktu singgah dipercepat dan mengganggu penyerapan. Laktosa akan
difermentasikan di jejunum, lalu diubah oleh bakteri kolon menghasilkan asam laktat dan asam
lemak rantai pendek lain seperti asam asetat, asam butirat dan asam propionat. Fermentasi
laktosa oleh bakteri di kolon juga menghasilkan beberapa gas seperti hidrogen, methan dan
karbondioksida yang akan mengakibatkan distensi abdomen, nyeri perut, dan flatus. 12 Feses
yang dihasilkan sering mengapung karena kandungan gasnya tinggi dan juga berbau busuk.
Selanjutnya, 80% gas tersebut akan dikeluarkan melalui rektum dan sisanya akan berdifusi ke
dalam sistem portal dan dikeluarkan melalui sistem pernapasan. 19
Kelainan genetik terjadi pada kromosom 2 pada posisi 21 yang berisi 12 exon dan
ditranslasi ke dalam 6 kb transkrip. Kelainan gen Lactase-phlorizin hydrolase (LCT) tersebut
terjadi pada MCM6 yang merupakan 13,910 bp dari inisiasi kodon LCT. 10 Defisiensi laktase
sekunder akibat cedera usus kecil seperti pada gastroenteritis akut, diare persisten, kemoterapi
kanker, atau penyebab lain cedera mukosa usus halus, dapat terjadi pada setiap usia, lebih sering
pada bayi. 5
Lactase-phlorizin hydrolase (LCT), merupakan nama lain dari enzim laktase yang
berfungsi memecah laktosa menjadi monosakarida glukosa dan galaktosa yang mudah diserap.
Defisiensi LCT disebabkan penurunan aktivitas LCT di vili usus halus, menyebabkan kaskade
simtom intoleransi laktosa. Cara pemeriksaan tingkat gen LCT harus melalui biopsi usus halus
untuk mengukur secara langsung aktivitas LCT.6 Gen LCT berukuran 20 kb berlokasi pada
kromosom 2. Teridentifikasinya variasi alel polimorfisme LCT C>T-13910 pada gen lokus
laktase dihubungkan dengan hipolaktase. Pada penderita intoleransi laktosa terjadi polimorfisme
pada posisi LCT C>T-13910. Usus halus normal memiliki petanda gen T/T13910, sedangkan
pada pasien intoleransi laktosa memiliki petanda gen abnormal C/C13910 disebut abnormal
karena memiliki daya ikat yang lemah terhadap Oct-1 transcription factor yang dapat
mempengaruhi sekresi enzim laktosa.20
Studi in vitro menjelaskan bahwa keadaan normal “tidak intoleransi laktosa”
berhubungan dengan alel T/T-13910 yang berikatan dengan Oct-1 transcription factor. Alel T/T-
13910 memiliki daya ikat pada Oct-1 transcription factor lebih kuat daripada alel C/C-13910.
Daya ikat yang kuat antara T/T13910 dengan Oct-1 transcription factor merupakan keadaan
fisiologis dalam meregulasi enzim laktase tingkat gen di brush border usus. 6,27 Patofisologi
genetical lactase deficiency tingkat gen masih belum jelas, namun lemahnya daya ikat petanda
gen abnormal alel C/C-13910 dengan Oct-1 transcription factor menyebabkan adanya kelainan
intoleransi laktosa tipe Genetical lactase deficiency. Variasi daya ikat genotip C>T-13910
terhadap Oct-1 transcription factor menunjukkan kelainan elemen yang menentukan faktor
transkripsi pada regulasi sekresi enzim laktase di sel intestinal. Begitu pentingnya ekspresi Oct-1
transcription factor yang berperan sebagai pengendalian enzim tingkat gen oleh alel T/T-13910
(gen normal). 6,27,29 Jika pemeriksaan gen hasilnya negatif (memiliki petanda gen normal T/T-
13910 yang lebih kuat terikat dengan Oct1 transcription factor atau tidak mengalami intoleransi
laktosa) dan pemeriksaan kedua dengan metode TNH hasilnya positif intoleransi laktosa, dapat
disimpulkan pasien tersebut mengidap penyakit intoleransi laktosa tipe sekunder atau ada
gangguan intestinal lain yang dapat menganggu sekresi enzim laktase.19
PEMBAHASAN
Intoleransi laktosa adalah suatu sindroma terhadap laktosa. Jadi di dalam tubuh manusia tidak
dapat mencerna laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Untuk mencerna itu, di butuhkan enzim
lactase. Intoleransi laktosa terjadi karena enzim laktosa yang di hasilkan hanya sedikit atau tidak
ada sama sekali. Ini bisa terjadi karna adanya Kelainan genetik terjadi pada kromosom 2 pada
posisi 21 yang berisi 12 exon dan ditranslasi ke dalam 6 kb transkrip. Kelainan gen Lactase-
phlorizin hydrolase (LCT) tersebut terjadi pada MCM6 yang merupakan 13,910 bp dari inisiasi
kodon LCT. Pada proses transkripsi oct1 yang berfungsi untuk meningkatkan eskresi LCT dan
menambah faktor 13910 bp di akhir gen serta gen MCM6 yang berubah menjadi protein MCM6
untuk memicu pembentukan enzim lactase terjadi mutasi. Mutasi terjadi di 13,910 . yang
seharusnya protein di baca cytosine karna terjadi mutasi berubah menjadi thymine. Karna hal
ini , membuat produksi enzim lactase terhambat sehingga enzim yang di hasilkan sedikit atau
bahkan tidak ada.
SIMPULAN
Intoleransi laktosa terjadi karna tidak adanya enzim lactase untuk mengurai laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa. Proses terbentuknya enzim di mulai dari sintesis protein. Dalam
transkripsi terdapat mutasi di 13910 bp yang seharusnya protein di baca cytosine karna terjadi
mutasi berubah menjadi thymine. Maka dari itu enzim tidak terbentuk.
Daftar Pustaka
1. Sinuhaji AB. Intoleransi laktosa. Majalah kedokteran nusantara. 2006; 39( 4): 424- 429.
2. Heyman MB. Lactose itolerance in infants, children, and adolescent. Ped.J 2006;
4(1):255.
3. Solaeman EJ. Mengatasi diare di rumah: waspadai tanda bahaya. Farmacia Mar
2014:13(8):58.
4. Solomons NW. Fermentation, fermented foods and lactose intolerance. Eur. J. Clin. Nutr.
56, Suppl 4;2002 50-55.
5. Matthews SB, Waud JP, Roberts AG, Campbell AK. Systemic lactose intolerance: a new
perspective on an old problem. Postgrad. Med. J. 2005 ; 81: 167-173.
6. Campbell AK, Waud JP, Matthews SB. The molecular basis of lactose intolerance. Sci.
Prog. 2005; 88(3): 157-202.
7. Yuwono T. Biologi molekuler, Jakarta: Erlangga, 2010; h: 75.
8. Neil A, Campbell, Mitchell LG. Biologi, Jakarta: Erlangga, 2002; h. 316-17
9. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar, Jakarta: EGC, 2000; h.
146-94
10. Yuwono, Triwibowo. 2005. Biologi Molekular. Jakarta : Erlangga.
11. Starr, Cecie,dkk. 2009. Biology : The unity and diversity of life. Jakarta : Salemba
Teknika.
12. Agustino, Martínez dan Antonio.2011. Escherichia coli transcriptional regulatory
network. Network Biology, 2011, 1(1):21-33
13. Arndt, Karen M dan Caroline M. Kane. 2003. Running with RNA polymerase:eukaryotic
transcript elongation. TRENDS in Genetics Vol.19 No.10 October 2003
14. Conaway, Joan W., Ali Shilatifard, Arik Dvir dan Ronald C. Conaway. 2000. Control of
elongation by RNA polymerase II. TIBS 25 PII: S0968-0004(00)01615-7.Fatchiyah dan
Arumingtyas, Estri Laras. 2006. Kromoson, Gen, DNA, Sintesis protein dan regulasi. Malang:
Laboratium Biologi Molekuler dan Seluler Universitas Brawijaya
15. Jason.2011.Unravelling the means to an end: RNA polymerase II transcription
termination. Nature Reviews Macmillan Publisher.
16. Sarmoto, 2011 ,FROM Gene to Protein moleculer biology 2011, Department of
pharmacy, UNSOED.
17. Great Western Hospitals. Diagnosis and management of cow’s milk protein allergy and
lactose intolerance. NHS Foundation trust. 2012 Nov:1-2.
18. Yohmi E, Boediarso AD, Hegar B, dkk. Intoleransi laktosa pada anak dengan nyeri
perut berulang. PPDS IKA FKUI- RSCM, Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Seri Pediatri.
Jakarta 2001 Mar;2(4):198- 204.
19. Mattar R, Campos DF, Mazo, et al. Lactose intolerance: diagnosis, genetic, and
clinical factors. Clinical and Experimental Gastroenterology. Dovepress. Department of
Gastroenterology,University of Sao Paulo School of Medicine, Sao Paulo Brazil Jul 2012
(4):113-21.