Anda di halaman 1dari 17

Paper Kelompok

Tekstur Batuan Sedimen

Mata Kuliah : Sedimentologi


Dosen Pengampu :
Nama Mahasiswa :
1. Hilyatun Nahdliyah (G1F114030)
2. Martini Dwi Pratiwi (G1F114037)
3. M. Nor (G1F114047)

Program Studi Ilmu Kelautan


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru
2016
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral dan materi
organik yang melayang-layang didalam air, udara maupun yang dikumpulkan di
dasar sungai atau laut oleh pembawa atau perantara alami lainya. Sedimen pantai
dapat berasal dari erosi pantai, daratan yang terbawa oleh sungai dan dari laut
dalam yang terbawa oleh arus ke daerah pantai.
Istilah batuan sedimen berasal dari bahasa latin yaitu sedimentum yang
berarti endapan, yang digunakan untuk materi padat yang diendapkan oleh fluida.
Produk dari proses pelapukan, baik mekanik maupun kimia, merupakan sumber
material untuk membentuk batuan sedimen. Material yang yag berasal dari batuan
induk akan mengalami pengikisan lalu pengangkutan dan kemudian diendapakan
di danau, lembah sungai, laut, atau pada cekungan lainnya.
Batuan tersebut terbentuk secara proses fisika, kimia, dan biologi yang
terendapkan secara alamiah di berbagai lingkungan pengendapan dan terus
berjalan hingga saat ini. Pembelajaran tentang batuan sedimen sangat besar
kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan batuan sedimen purba
atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi.
Batuan sedimen atau batuan endapan adalah batuan yang terbentuk melalui
hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas yang terbentuk melalui tiga
cara utama yakni pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition);
karena aktivitas biogenik dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Dan dapat
dikatakan juga bahwa batuan sedimen atau endapan merupakan batuan yang
terbentuk dari endapan bahan-bahan yang terbawa oleh air ataupun angin. Batuan
sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan dari
beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari yang
sangat halus sampai yang sangat besar dan beberapa proses yang penting lainnya.
Pada umumnya batuan sedimen dibagi menjadi lima kelompok besar berdasarkan
cara terbentuknya yaitu batuan sedimen klastik, batuan sedimen evaporit, batuan
sedimen batubara, batuan sedimen silika, batuan sedimen karbonat.
Tekstur mencakup ukuran, bentuk, dan keteraturan komponen penyusun
batuan. Tekstur pada dasarnya merupakan mikro-geometri batuan. Istilah
“berbutir kasar”, “menyudut”, dan “terimbrikasi” merupakan ungkapan yang
digunakan untuk menyatakan tekstur. Beberapa aspek tekstur bersifat kompleks
dan tergantung pada aspek-aspek lain yang lebih mendasar. Tekstur sebaiknya
dipelajari dalam sampel genggam (hand specimen)atau sayatan tipis. Struktur, di
lain pihak, sebaiknya dipelajari pada singkapan, meskipun ada juga struktur yang
terlihat pada sampel genggam.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan paper dengan judul tekstur batuan sedimen
adalah agar dapat mengetahui serta menguraikan pengertian, karakteristik,
klasifikasi, pemisahan ukuran butir, analisis dari tekstur sedimen beserta batuan
sedimen dan bentuk butir.
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tekstur


Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan atau ciri fisik yang
menyangkut butir sedimen seperti besar butir dan kebundaran butir sedimen.
Tekstur batuan sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan proses
yang telah dialami batuan tersebut terutama proses transportasi dan
pengendapanya dan juga dapat digunakan untuk menginterpretasikan lingkungan
pengendapan batuan sedimen. Secara umum batuan sedimen dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a) Tekstur klastik
Unsur dari tekstur klastik terdiri dari fragmen atau grain; massa dasar
(matrik) dan semen.
- Fragmen atau grain : batuan yang ukuranya > daripada pasir
- Massa dasar (Matrik) : butiran yang berukuran < daripada fragmen dan
diendapkan bersama-sama dengan fragmen
- Semen : material halus yang menjadi pengikat, semen
diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silica,
kalsit, sulfat atau oksida besi.

Gambar 1. Unsur Tekstur Klastik


b) Tekstur batuan sedimen Non-Klastik
Pada umumnya batuan sedimen non-klastik terdiri atas satu jenis mineral
atau yang biasa disebut monomineralik. Pembagian jenis-jenis tekstur pada batuan
sedimen non-klastik biasanya dengan memperhatikan kenampakan kristal
penyusunnya. Macam-macam tekstur batuan sedimen non-klastik adalah sebagai
berikut :
- Amorf : partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau berupa
koloid, non-kristalin
- Oolitik : tersusun atas kristal-kristal yang berbentuk bulat atau elipsoid.
Berkoloni atau berkumpul, ukuran butirnya berkisar 0,25 mm - 2mm
- Pisolitik : memiliki karakteristik seperti oolitik, namun memiliki ukuran
butir yang lebih besar, lebih dari 2mm
- Sakaroidal : terdiri atas butir-butir yang berukuran sangat halus dengan
ukuran yang sama besar
- Kristalin : tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besar. Ukuran butir
kristal batuan sedimen non-klastik dibedakan atas:
 berbutir kasar, dengan ukuran >5mm
 berbutir sedang, dengan ukuran 1 - 5mm
 berbutir halus, dengan ukuran <1mm

2.2 Karakteristik Batuan Sedimen dan Klasifikasi Ukuran Butir


Sifat – sifat utama batuan sedimen :

a) Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya


proses sedimentasi. Berikut penjelasan mengenai struktur sedimen menurut
Pettijohn, 1975 :
Struktur sedimen mempunyai tiga bagian yaitu :
 Struktur Sedimen Primer
Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses
sedimentasi dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya
seperti perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut,
perlapisan bersusun, dan lain-lain. Struktur primer adalah struktur yang
terbentuk ketika proses pengendapan dan ketika batuan beku mengalir atau
mendingin dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur primer ini penting
sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu batuan yang tersingkap,
terutama dalam batuan sedimen.
 Struktur Sedimen Sekunder
Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada
waktu diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan
misalnya keadaan dasar, lereng dan lingkungan organisnya. Antara lain :
beban, rekah kerut, jejak binatang.
 Struktur Sedimen Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca,
cacing atau binatang lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan.
Struktur batuan sedimen yang penting antara lain struktur perlapisan
dimana struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik yang
menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil proses pengendapan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya struktur perlapisan adalah:
- Adanya perbedaan warna
- Adanya perbedaaan ukuran butir
- Adanya perubahan struktur sedimen
- Adanya perbedaan komposisi mineral
- Adanya perubahan macam batuan
- Adanya perubahan kekompakan
b) Sifat klastik yang menandakan bahwa butir – butir pernah lepas terutama

pada golongan detritus.

c) Sifat jejak adanya bekas – bekas tanda kehidupan (fosil).

d) Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit,

dolomite dan rijing.

Ukuran butir sedimen merupakan hal yang sangat penting dan mendasar
karena ukuran butir sedimen menceritakan banyak hal mengenai tingkat erosi
provenance, mekanisme transportasi, energi pengendapan dan hal-hal lain yang
tentunya sangat penting dalam interpretasi. Dan perlu diketahui bahwa sedimen
yang ada di permukaan bumi adalah sedimen-sedimen dengan ukuran yang
bermacam-macam dan sangatlah lebar rentang dari ukuran tersebut walaupun
sebenarnya batuan sedimen di permukaan bumi didominasi oleh sedimen
berukuran pasir (Boggs, 1995). Untuk itu diperlukan suatu standar logaritmic
ataupun geometri untuk ukuran butir sedimen tersebut., Udden (1898) kemudian
membuat skala ukuran butir sedimen yang kemudian dimodifikasi oleh
Wentworth pada tahun 1922 yang kemudian dikenal sebagai skala ukuran butir
Udden-Wentworth (1922) dengan rentang skala <1/256 mm hingga >1/256 mm
dan terbagi menjadi 4 kelompok besar yaitu : clay, silt, sand dan gravel.
Skala Wentworth (oleh Uden Wentworth tahun 1922) digunakan dalam
pengklasifikasian batuan sedimen khususnya batuan sedimen klastik berdasarkan
ukuran butir-butir penyusun batuan. Pada skala ini ada empat pembagian dasar
yang dikenalkan yaitu:
- Lempung (< 4 μm)
- Lanau (4 μm – 63 μm)
- Pasir (63 μm – 2 mm)
- Kerikil /aggregate (> 2 mm)

Tabel 1. Skala Wentworth (1922) Pengklasifikasian Batuan Sedimen


Nama Butir Ukuran Butir Sediment Rock Tipe
Bongkah Boulder > 256
Berangkal Couble 64 - 256 Rudites
Kerakal Pebble 4 - 64 Kerikil (Konglomerat,
Kerikil Granule 2-4 (Gravel) Breccia)
Pasir sangat Very Coarse
kasar Sand 1-2
Pasir kasar Coarse Sand 1/2 - 1
Pasir sedang Medium Sand 1/4 - 1/2
Pasir halus Fine Sand 1/8 - 1/4
Pasir sangat Very Fine Pasir
halus Sand 1/16 - 1/8 (Sand) Sandstones
Lanau Silt 1/256 - 1/16 Lumpur
Lempung Clay < 1/256 (Mud) Lutites (Mudrocks)
Skala wentworth menjelaskan beberapa hal sebagai berikut:
a. Bongkah (boulder) adalah suatu massa batuan lepas yang agak membundar
karena terabrasi selama terangkut dan memiliki diameter minimal 256 mm.
Bongkah hasil pelapukan in situ disebut bongkah disintegrasi (boulder of
disintegration) atau bongkah ekstrafolasi (boulder of extrafolation). Blok
(block) adalah fragmen batuan yang berukuran sama dengan bongkah,
namun menyudut dan tidak memperlihatkan jejak pengubahan oleh media
pengangkut.
b. Kerakal (cobble) adalah suatu massa batuan lepas yang agak membundar
karena terabrasi selama terangkut dan memiliki diameter 64 - 256 mm.
Kerakal hasil pelapukan in situ disebut kerakal exfoliasi (cobble of
exfoliation).
c. Kerikil (pebble) adalah suatu fragmen batuan yang lebih besar dari pasir kasar
atau granul dan lebih kecil dari kerakal serta membundar atau agak
membundar karena terabrasi oleh aksi air, angin, atau es. Jadi, diameter
kerikil adalah 4 - 64 mm.
d. Akumulasi bongkah, kerakal, kerikil, atau kombinasi ketiganya dan tidak
terkonsolidasi disebut gravel. Berdasarkan besar butir partikel dominannya
suatu gravel dapat disebut gravel bongkah (boulder gravel), gravel kerakal
(cobble gravel), atau gravel kerikil (pebble gravel). Bentuk ekivalen dari
gravel namun sudah terkonsolidasi disebut konglomerat (conglomerate).
Seperti juga gravel, konglomerat dapat berupa konglomerat bongkah
(boulder conglomerate), konglomerat kerakal (cobble conglomerate), atau
konglomerat kerikil (pebble conglomerate). Rubble adalah akumulasi
fragmen batuan yang lebih kasar dari pasir, menyudut dan belum
terkonsolidasi. Bentuk ekivalen dari rubble namun telah terkonsolidasi
disebut breksi (breccia).
e. Istilah pasir (sand) digunakan untuk menamakan agregat partikel batuan
yang berdiameter lebih dari 1/16 - 2 mm.
f. Istilah granul (granule) untuk menamakan material yang berukuran 2 - 4
mm.
g. Lanau (silt) adalah agregat partikel batuan yang berukuran 1/125 - 1/16
mm.
h. Lempung (clay) adalah agregat partikel batuan yang berukuran kurang dari
1/256 mm.
Gambar 2. Pengklasifikasian Batuan Sedimen (skala wentworth)

2.3 Pemisahan dan Analisis Ukuran Butir


a) Cara grafis
Cara grafis ini prinsipnya adalah menggunakan data hasil pengayakan dan
penimbangan yang diplot sebagai kurva kumulatif untuk mengetahui parameter-
parameter statistiknya. Kurva kumulatif dibedakan menjadi dua, yaitu kurva
kumulatif aritmetik (arithmetic ordinate) dan kurva kumulatif probabilitas
(probability ordinate).Kurva kumulatif aritmetik digambarkan secara smooth
melewati semua data (kurva berbentuk S), sehingga semua parameter statistic
dapat terbaca. Sedang kurva probabilitas digambarkan dengan garis lurus untuk
mengetahui probabilitas normalnya. Pada kurva ini memungkinkan untuk
membaca parameter statistic lebih akurat karena mengurangi interpolasi dan
ekstrapolasi dalam penggambaran. Tetapi yang sering digunakan adalah kurva
kumulatif aritmetik karena lebih mencerminkan distribusi ukuran butirnya. Kurva
kumulatif dibuat dengan absis ukuran butir dalam millimeter ( untuk kertas
semilog) atau unit phi dan ordinat prosentase berat (skala 1 – 100%).
Setelah dilakukan pengayakan dan penimbangan hasilnya dapat disajikan
dalam bentuk table. Dan untuk mengetahui distribusi tiap frekuensi dapat dibuat
histogram. Harga-harga median diameter, koefisien sortasi, skewness dan kurtosis
diturunkan dari kurva kumulatif dan dihitung dengan rumus-rumus berikut :
Koefisien Sortasi (So)
Menurut Trask So = Q3/Q1, dengan ukuran dalam mm, sehingga jika :
So < 2,5 : Sortasi baik
So 2,5 – 4 : Sortasi normal (sedang)
So > 4 : Sortasi jelek
Rumus yang lain; So √Q1/Q3 atau jika dinyatakan dalam kuartil
Kedua pengukuran tersebut selanjutnya jarang digunakan karena kurang teliti.
Folk menetukan koefisien sortasi sebagai defiasi standar grafis:
σG = Φ84 – Φ25
2

Kemudian disempurnakan sebagai deviasi standar grafis inklusif sdengan


rumus :
σ1 = Φ84 – Φ16 + Φ95 – Φ5
4 6,6

Harga So menurut Folk dan Ward (1957) :

< 0.35 Very well sorted


0.35 – 0.50 Well sorted
0.50 – 0.71 Moderetely well sorted
0.71 – 1.00 Moderetely sorted
1.00 – 2.00 Poorly sorted
2.00 – 4.00 Very poorly sorted
> 4.00 Extremely poorly sorted

Skewness (Sk)
Skewness menyatakan derajat ketidaksimetrian suatu kurva. Bila Sk
berharga positif maka sediment yang bersangkutan mempunyai jumlah butir
halus lebih banyak dari jumlah butir yang kasar dan sebaliknya jika berharga
negative maka sediment tersebut mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak dari
jumlah butir yangh halus.
Dan bila dinyatakan secara grafis maka :
Skq = (Q1+Q3-2(Md)) (dalam phi)
2
Harga Sk menurut Folk dan Ward (1957) :
>+0.3 strongly fine skewed
+0.3 - +0.1 fine skewed
+0.1 - -0.1 near symmetrical
-0.1 - -0.3 coarse skewed
<-0 .3="" o:p="">
strongly coarse skewed
Kurtosis (K)
Kurtosis menunjukan harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah
terhadap bagian tepi dari suatu kurva. Untuk menentukan harga K digunakan
rumus yang diajukan oleh Folk (1968), yaitu :

K = __ Φ95 - Φ5___
2, 44(Φ75-Φ25

Harga K menurut Folk dan Ward (1957) adalah :


< 0.67 very platy kurtic
0.67 - 0.90 platy kurtic
0.90 – 1.11 meso kurtic
1.11 – 1.50 lepto kurtic
1.50 – 3.00 very lepto kurtic
> 3.00 extremly lepto kurtic

b) Cara matematis
Cara matematis dalam analisis ukuran butir akan memberikan gambaran yang
lebih baik daripada cara grafis, karena dalam cara matematis semua harga ukuran
butir dalam klas interval diikutsertakan dalam perhitungan. Kelemahan cara
matematis ini adalah ruwetnya perhitungan dalam pengolahan data. Untuk
memahami cara matematis ini adalah dengan memahami distribusi normal dari
suatu kurva distribusi frekuensi yaitu kurva hasil pengeplotan ukuran butir (dalam
skala phi) dengan frekuensi yang disajikan dalam beberapa klas interval.
Perhitungan tersebut adalah perhitungan statistic. Ukuran butir diplot pada absis
dan frekuensinya pada ordinat. Kurva normal akan berbentuk simeetri.
Dalam statistic distribusi normal ini disebut moment. Istilah moment dalam
mekanika yaitu jarak dikalikan massanya. Jadi mome suatu benda terhadap suatu
titik adalah besar massa tersebut dikalikan jarak terhadap titik tersebut. Dalam
statistikmassa digantikan dengan frekuensi suatu klas interval ukuran butir dan
jarak yang dipakai adalah jarak terhadap titik tertentu (arbitrary point) yaitu suatu
titik awal dari suatu kurva atau dapat juga titik rata-rata ukuran butir tersebut.
Tiap klas interval dicari momenya, kemudian setelah momen masing-masing
klas sudah dicari dijumlahkan dan dibagi total jumlah sample ( jika frekuensi
dalam % maka jumlahnya 100, hal ini memberikan harga momen per unit 1%
frekuensi ).

P2 = ∑f . m2
100

Momen pertama ini identik dengan harga rata-rata ukuran butir (mean).
Frekuensi (f) dalam prosen dan m adalah mid point tiap interval kelas dalam unit
phi setelah diketahui harga x maka dapat dijadikan titik tumpu dimana jarak
disebelah titik kanannya positif dan sebelah kirinya negatif. Distribusi dikatakan
normal jika selisih jumlah kedua kelompok tersebut nol.
Harga momen yang lebih besar dicari dengan titik tumpu menggunakan X atau
jarak m, jadi jaraknya (m-x).
P2 = ∑f .(m2 - X)2
100
Momen pertama = nilai mean, frekuensi (f) dalam persen dan m adalah nilai
mid poin tiap kelas interval dalam unit phi.

Momen kedua ini merupakan kuadrat dari standart deviasi (). Standart
deviasi ini menunjukkan besar kecilnya selisih dari harga x dan ini merupakan
konsep sortasi, sehingga sortasi adalah :
P2 = ∑f .(m2 - X)3
100
Karena harga (m-x) positif disebelah kanan x dan negatif disebelah kirinya
harga momen ketiga yang normal adalah nol. Harga skewness dihitung dengan
membagi momen ketiga dengan pangkat tiga dari standar deviasi ().
P2 = ∑f .(m2 - X)4
100
Skewness ini mencerminkan deviasi dari keestriman dari suatu kurva dan peka
terhadap yang kasar atau halus dalam suatu populasi ukuran butir sedimen.
Sehingga dapat digunakan untuk interpretasi pengendapan dari sedimen tersebut.
Momen keempat digunakan untuk menghitung tinggi rendahnya puncak suatu
kurva distribusi (peakkedness) atau kurtosis. Kurtosis dicari dengan membagi
momen keempat dengan pangkat empat dari standar deviasi.

2.4 Bentuk Butir


Adapun beberapa hal yang mempengaruhi bentuk butir yaitu sebagai
berikut:
a) Tingkat kebundaran butir (roundness)
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir,
jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs,1987). Butiran dari mineral
yang resisten seperti kwarsa dan zircon akan berbentuk kurang bundar
dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti feldspar dan pyroxene.
Butiran berukuran lebih besar daripada yang berukuran pasir. Jarak transport akan
mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh
jarak transport butiran akan makin bundar. Kebundaran (roundness): menyatakan
kebundaran atau ketajaman sudut butiran, yang mencerminkan tingkat abrasi
selama transportasi merupakan sifat permukaan dari butiran disebabkan oleh
pengaruh transport terhadap butiran. Pembagian tingkat kebundaran butir dibagi
menjadi, yakni :
1. Very angular (sangat menyudut) Permukaan konkaf dengan ujungnya yang
sangat tajam
2. Angular (menyudut) Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam.
3. Subangular (menyudut tanggung) Permukaan pada umumnya datar dengan
ujung-ujung tajam.
4. Subrounded (membundar tanggung) Permukaan umumnya datar dengan
ujung-ujung yang membundar
5. Rounded (membundar) Pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-
ujung dan tepi butiran bundar.
6. Well rounded (membundar baik) Semua permukaan konveks, hampir
equidimensional (bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang), sferoidal.
Gambar 3. Pembagian Bentuk Butir
b) Sortasi (pemilahan)
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan
sediment, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka,
pemilahan semakin baik. Pemilahan yaitu keseragaman butir di dalam batuan
sedimen klastik. beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan
batuan, yaitu :
1. Sortasi baik : bila besar butir merata atau sama besar
2. Sortasi sedang : bila ukuran butirnya relatif seragam
3. Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan fragmen

Gambar 4. Penggolongan Pemilahan Batuan (Sortasi)

c) Kemas (Fabric)
Kemas merupakan sifat hubungan anata butir sebagai fungsi orientasi butir
dan packing. Secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran
salam sedimentasi serta keadaan porosias dan permebealitas batuan. Pada
batuan dengan kemas tertutup ini menandakan bahwa proses
pembentukan batuan , sedimen datang secara langsung sehingga butiran tidak
memiliki ruang kosong. Selain itu kemas dapat juga diakibatkan oleh struktur
yang mempengaruhi batuan tersebut.
Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :
- Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam
matrik).
- Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lain

Gambar 5. Macam-macam Kemas (fabric)


KESIMPULAN

1. Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan atau ciri fisik yang
menyangkut butir sedimen seperti besar butir dan kebundaran butir sedimen.
2. Batuan sedimen berdasarkan teksturnya dibedakan menjadi 2 diantaranya :
 Tekstur klastik (terdiri dari fragmen atau grain; massa dasar (matrik) dan
semen).
 Tekstur sedimen non-klastik (terdiri atas satu jenis mineral atau yang biasa
disebut monomineralik).
3. Batuan sedimen mempunyai karakteristik yaitu adanya bidang perlapisan, sifat
klastik, sifat jejak, dan sifat hablur.
4. Pengklasifikasian ukuran butir dapat dilihat dari skala Wentworth (oleh Uden
Wentworth tahun 1922). Pada skala ini ada empat pembagian dasar yang
dikenalkan yaitu:
 Lempung (< 4 μm)
 Lanau (4 μm – 63 μm)
 Pasir (63 μm – 2 mm)
 Kerikil /aggregate (> 2 mm)
5. Dalam pemisahan dan analisis ukuran butir mempunyai grafis (data hasil
pengayakan dan penimbangan) dan matematis (ukuran butir dalam klas
interval diikutsertakan dalam perhitungan).
DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin, M.Y., 2011. Ukuran Butir Sedimen. Program Studi Ilmu Kelautan.
UNPAD

Boggs jr., Sam, 1995. Principles of Sedomentology and Stratigrafy, Pearson


Education,inc. , New Jersey

Nichols Gary., 2009. Sedimentology and Stratigraphy- second ed. USA. (Online),
(http://www.igc.usp.br/pessoais/renatoalmeida/Bibliografias/Sedi
mentology%20and%20Stratigraphy%20Nichols2009.pdf, diakses
16 September 2016)
Geologi Dinamik. ITB. (Online), (https://www.scribd.com/doc/51498766/03-
Batuan-Sedimen. Pdf, diakses pada 16 September 2016)

Anda mungkin juga menyukai